Anda di halaman 1dari 14

SATUAN ACARA PENYULUHAN

GAGAL NAPAS

OLEH

KELOMPOK 7

NAMA NPM
ELSYA LOKOLO 12114201180119
FRANSINA LAKUTERU 12114201200225
FRILLY PATTISINAY 12114201180072
HENI LATUIHAMALLO 12114201180022
HERLISA SEPTIANI 12114201180187
PAAIS

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA MALUKU
AMBON
2021
SATUAN ACARA PENULUHAN

Pokok Bahasan : Gagal Nafas

Sub Pokok Bahasan :

1. Pengertian Gagal Nafas

2. Penyebab Gagal Nafas

3. Tanda Dan Gejala Gagal Nafas

4. Komplikasi Gagal Nafas

5. Cara Pencegahan Gagal Nafas

6. Cara Pengobatan Gagal Nafas

Sasaran : Masyarakat

Waktu : 30 menit

Hari/tgl : Selasa, 06 July 2021

Tempat : Disesuaikan

A. Tujuan Intruksional umum


Setelah mengikuti penyuluhan pasien dan keluarga pasien mampu
memahami tentang penyakit Gagal Nafas
B. Tujuan intruksional khusus :
Setelah melakukan pendidikan kesehatan selama 1 x 30, diharapkan klien
dapat

1. Menjelaskanpengertian Gagal Nafas

2. Menjelaskan penyebab Gagal Nafas

3. Menjelaskan tanda dan Gagal Nafas

4. Menjelaskan Komplikasi Gagal Nafas

5. Menjelaskan cara pengobatan Gagal Nafas

C. Materi penyuluhan

1. Menjelaskanpengertian Gagal Nafas

2. Menjelaskan penyebab Gagal Nafas

3. Menjelaskan tanda dan Gagal Nafas

4. Menjelaskan Komplikasi Gagal Nafas

5. Menjelaskan cara pengobatan Gagal Nafas

D. Metode
Persentasi,dan Tanya jawab
E. Media
Leaflet, Laptop
F. Kegiatan Penyuluhan

No Waktu Kegiatan Penyebab Kegiatan Peserta Pelaksana

1. 5 menit Pembukaan : 1. Menjawab moderator


1. Membuka kegiatan salam
dengan mengucapkan 2. Mendengarakan
salam 3. Memperhatikan
2. Memperkenalkan diri 4. Memperhatikan
dan anggota kelompok 5. Memperhatikan
3. Menyampaikan
kontrak waktu
4. Menyebutkan materi
yang akan
disampaiakan
5. Menyampaikan tujuan
dan penyuluhan
2. 15 Pelaksanaan : 1. Mendengarkan Tim Penyaji
menit 1. Apersepsi materi dan menjawab.
2. Menjelaskan: 2. Memperhatikan.
a. Menjelaskan Bertanya.
pengertian Gagal
Nafas
b. Menjelaskan
Penyebab Gagal
Nafas
c. Menjelaskan
Tanda dan gejala
Gagal Nafas
d. Menjelaskan
Komplikasi Gagal
Nafas
e. Menjelaskan cara
pengobatan Gagal
Nafas
3. Memberikan
kesempatan kepada
audience untuk bertanya
mengenai hal-hal yang
belum dimengerti.

3. 5 menit Evaluasi : Menjawab Moderator


1. Menanyakan kembali
mengenai materi yang
telah diberikan.
4. 5 menit Terminasi : 1. Memperhatikan Moderator
1. Mengucapakan 2. Menjawab
terimakasih atas peran salam
serta audience.
2. Mengucapakan salam
penutup.
3. Memberikan reward
kepada audience.

G. Evaluasi
Pertanyaan :
1. Apa pengertian Gagal Nafas
2. Apa penyebab Gagal Nafas
3. Sebutkan tanda dan Gagal Nafas
4. Apa saja komplikasi Gagal Nafas
5. Bagaimana cara pengobatan Gagal Nafas
MATERI PENYULUHAN

A. Pengertian
Gagal nafas adalah kegagalan system
pernafasan untuk mempertahankan pertukaran
O2 dan CO2 dalam tubuh yang dapat
mengakibatkan gangguan pada kehidupan.
Gagal nafas terjadi bilamana pertukaran O2
terhadap CO2 dalam paru-paru tidak dapat
memelihara laju konsumsi O2 dan
pembentukan CO2 dalam sel-sel tubuh
sehingga menyebabkan PO2 < 50 mmHg
(hipoksemia) dan PCO2 > 45 mmHg
(hiperkapnia).

B. etiologi
1. penyebab sentral
a. kelainan neuromuskuler : GBS, tetanus,
trauma cervical, muscle relaxans
b. kelainan jalan napas : obstruksi jalan napas,
asma bronciale
c. kelainan diparu : edema paru, atelectasis,
ARDS
d. kelainan tulang iga/thoraks : fraktur costae,
pneumo thorax, haemathoraks
e. kelainan jantung : kegagalan jantung kiri
2. penyebab perifer
a. trauma kepala : contusion cerebbri
b. radang otak : encephalitis
c. gangguan vaskuler : pendarahan otak, infrak
otak.
d. Obat-obatan : narkoba, anestesi.
C. Manifestasi klinis
Tanda
1. gagal napas total
a. aliran udara dimulut, hidung tidak dapat
didengar/dirasakan
pada gerakan napas spontan
terlihat retraksi supra
klavikuladan sela iga serta
tdak ada pemngembangan
dada pada inspirasi.
b. Adanya kesulitan inflasi paru dalam usaha
meberikan ventilasi beaten
2. Gagal nafas parsial
a. Terdenga suara nafas tambahan gargling,
snoring, growing dan whizzing
b. Ada retraksi dada.

Gejala

1. Hiperkapnia yaitu penurunan kesadaran ( PCO2 )


2. Hipoksemia yaitu takikardia, gelisah, berkeringat
atau sianosis ( Po2 menurun )

D. Komplikasi Gagal Nafas


1. Paru: emboli paru, fibrosis dan komplikasi sekunder
penggunaan ventilator (seperti, emfisema kutis dan
pneumothoraks).
2. Jantung: cor pulmonale, hipotensi, penurunan
kardiak output, aritmia, perikarditis dan infark
miokard akut.
3. Gastrointestinal: perdarahan, distensi lambung, ileus
paralitik , diare dan pneumoperitoneum. Stress ulcer
sering timbul pada gagal napas.
4. Polisitemia (dikarenakan hipoksemia yang lama
sehingga sumsum tulang memproduksi eritrosit, dan
terjadilah peningkatan eritrosit yang usianya kurang
dari normal).
5. Infeksi nosokomial: pneumonia, infeksi saluran
kemih, sepsis.
6. Ginjal: gagal ginjal akut dan ketidaknormalan
elektrolit asam basa.
7. Nutrisi: malnutrisi dan komplikasi yang berhubungan
dengan pemberian nutrisi enteral dan parenteral.
(Alvin Kosasih, 2008:34)1

E. Pengobatan Gagal Nafas


Pengobatan Gagal nafas akut diarahkan pada terapi
khusus yang mendukung fungsi oksigenasi dan ventilasi dari
paru-paru sampai dapat pulih dari akibat buruk disfungsi paru.
Tiga prinsip utama dalam pengelolaan kegagalan pernafasan
akut yaitu :
1. koreksi hipoksemia arteri,
2. penghapusan kelebihan karbon dioksida, dan
3. penyediaan jalan napas atas yang paten yaitu
Oksigen tambahan
Gagal napas hiperkapni berarti adanya hipoventilasi
alveolar, tatalaksana suportif bertujuan memperbaiki ventilasi
alveolar menjadi normal, hingga penyakit dasar dapat diobati.
Gagal napas hipoksemi memerlukan suplementasi oksigen
sebagai terapi terpenting. Walaupun umumnya tidak didapatkan
hiperkapni, tetapi dapat terjadi karena beban kerja pernapasan
menyebabkan kelelahan otot pernapasan. Penyakit dasar yang
menyebabkan gagal napas hipoksemi harus diatasi, terutama jika
pneumoni, sepsis, anemia berat, serta curah jantung yang
adekuat harus dipertahankan.
1. Jalan napas
Pada semua pasien dengan gangguan pernapasan,
harus dipikirkan dan diperiksa adanya obstruksi jalan
napas atas. Pertimbangan untuk insersi jalan napas
artifisial, seperti endotracheal tube (ETT) berdasarkan
manfaat dan risikonya
Risiko jalan napas artifisial ialah trauma insersi,
trauma orofaring atau nasofaring karena penekanan
kronik, kerusakan trakea (erosi, trakeomalasia),
gangguan respon batuk, risiko aspirasi meningkat,
gangguan fungsi mukosiliar, risiko infeksi meningkat,
tak dapat berbicara, meningkatnya resistensi dan kerja
pernapasan.
Keuntungan jalan napas artifisial ialah dapat
melintasi obstruksi jalan napas atas, menjadi jalur
pemberian oksigen dan obat-obatan, memfasilitasi
ventilasi tekanan positif dan PEEP, memfasilitasi
penyedotan sekret, dan jalur untuk bronkoskopi
fiberoptik.
2. Oksigen
Besarnya oksigen tambahan yang diperlukan
tergantung pada mekanisme hipoksemi, tipe alat pemberi
oksigen tergantung pada jumlah oksigen yang
diperlukan, potensi efek samping oksigen pada
konsentrasi yang berbeda-beda, dan ventilasi semenit
pasien. Karena oksigen konsentrasi tinggi merusak paru,
harus diupayakan untuk meminimalkan jumlah dan lama
terapi oksigen.

3. Bronkodilator
Bronkodilator mempengaruhi langsung terhadap
kontraksi otot polos, tetapi beberapa mempunyai efek
tidak langsung terhadap edema dan inflamasi.

4. Agonis beta-adrenergik/simpatomimetik
Obat-obat ini lebih efektif bila diberikan dalam
bentuk inhalasi dibandingkan parenteral atau oral. Untuk
efek bronkodilatasi yang sama, efek sampingnya sangat
berkurang, sehingga dosis yang lebih besar dan lebih
lama dapat diberikan. Peningkatan dosis dan frekuensi
pemberian sering kali dibutuhkan.
Pemilihan jenis obat didasarkan pada potensi,
efikasi, kemudahan pemberian dan efek samping.
Diantara yang tersedia adalah albuterol, metaproterenol,
terbutalin. Epinefrin tidak digunakan karena tidak
spesifik terhadap reseptor α2, juga tidak menunjukan
kelebihan dalam mengatasi bronkospasme. Agonis beta-
adrenergik kerja lama (LABA), berguna untuk
penggunaan kronik seperti mencegah bronkospasme,
tetapi tidak direkomendasikan untuk serangan
bronkospasme akut.

5. Antikolinergik
Respon bronkodilator terhadap obat antikolinergik
(parasimpatolitik) tergantung pada derajat tonus
parasimpatis instrinsik. Antikolinergik
direkomendasikan terutama untuk bronkodilatasi pasien
dengan bronkitis kronik. Pada gagal napas,
antikolinergik harus selalu dikombinasikan dengan
agonis beta-adrenergik. Ipatropium bromide tersedia
dalam bentuk MDI (metered-dose-inhaler) atau larutan
untuk nebulisasi. Efek samping seperti takikardi,
palpitasi dan retensi urin jarang terjadi.

6. Teofilin
Teofilin kurang kuat sebagai bronkodilator
dibandingkan agonis beta-adrenergik. Mekanisme
kerjanya melalui inhibisi kerja fosfodiesterase pada
siklik AMP (cAMP), translokasi kalsium, antagonis
adenosin, stimulasi reseptor beta-adrenergik dan
aktivitas anti-inflamasi. Efek sampingnya antara lain
takikardi, mual, muntah, aritmi, hipokalemi, perubahan
status mental dan kejang.

7. Kortikosteroid
Kortikosteroid berfungsi untuk menurunkan
inflamasi jalan napas. Kortikosteroid aerosol kurang baik
distribusinya pada gagal napas akut, dan hampir selalu
digunakan preparat oral atau parenteral. Kortikosteroid
inhalasi sangat jarang menimbulkan efek samping
sistemik kecuali batuk karena provokasi bronkospasme.
Kortikosteroid yang lebih kuat mempunyai efek samping
jangka panjang pada pertumbuhan, osteoporosis dan
perkembangan katarak.
Penggunaan kortikosteroid bersama-sama dengan
obat penghambat neuromuskular non-depolarisasi telah
dihubungkan dengan kelemahan otot yang memanjang
dan menimbulkan kesulitan weaning.
Efek samping kortikosteroid parenteral adalah
hiperglikemi, hipokalemi, retensi natrium dan air, miopati
steroid akut, gangguan sistem imun, kelainan psikiatrik,
gastritis dan perdarahan gastrointestinal.

F. Penatalaksanaan
1. Terapi oksigen: pemberian oksigen rendah nasal
atau masker
2. Ventilator mekanik dengan memberikan tekanan
positif kontinu
3. Inhalasi nebulizer
4. Fisioterapi dada
5. Pemantauan hemodinamik / jantung
6. Pengobatan: bronkodilator, steroid
7. Dukungan nutrisi sesuai kebutuhan
DAFTAR PUSTAKA

Ardiansyah, Muhammad.2012. Medical Bedah Untuk Mahasiswa. Jogjakarta:


DIVA Press

Armin huda, Hardi Kusuma,2016. Asuhan Keperawatan Praktis. Penerbit


Mediaction

Anonim.(2012). Asuhan Keperawatan Gagal Napas. www.ilmukeperawatan.com.


Diakses tanggal 18 Januari 2012

Kowalak, Jennifer P.2011. Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta.EGC

Anda mungkin juga menyukai