Anda di halaman 1dari 12

Membuat SAP Kasus Kritis Tentang Pencegahan

Primer, Sekunder, dan Tersier


Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Kritis
Dosen Pengampu: Mutmainah,Ns.M.Kep

Disusun Oleh
Kelompok 1
Aprilia Rizky 2014201210047
Diny Titania Rahmadani 2014201210048
Fatmawati 2014201210049
Nor Mahdiyah 2014201210051

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN
2021
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Pokok bahasan : Atelektasis


Sasaran : Keluarga dan penderita
Hari/tanggal : Jum’at 15 Oktober 2021
Waktu Pertemuan : 11.00 – 11.40 wita
Tempat : Di Aula Kantor Desa Kecamatan Anjir Pasar
Pemberi materi : Fatmawati
A. Latar Belakang
Atelektasis adalah suatu kondisi di mana paru-paru tidak dapat mengembang
secara sempurna (Somantri, 2008). Atelektasis disebut juga Kolapsnya paru
atau alveolus. Alveolus yang kolaps tidak mengandung udara sehingga tidak
dapat ikut serta di dalam pertukaran gas. Kondisi ini mengakibatkan penurunan
luas permukaan yang tersedia untuk proses difusi dan kecepatan pernafasan
berkurang. ( Elizabeth J.Corwin , 2009) Atelektasis adalah istilah yang berarti
pengembangan paru yang tidak sempurna dan menyiratkan arti bahwa alveolus
pada bagian paru yang terserang tidak mengandung udara dan kolaps.
(Keperawatan Medikal Bedah,vol.2,penerbit buku kedokteran.EGC.2002) Jadi,
atelektasis merupakan suatu keadaan kolaps, dimana paru-paru tidak dapat
mengembang secara sempurna, tepatnya pada alveolus/alveoli paru yang tidak
mengandung udara.
B. Tujuan
1. Tujuan Instruksional Umum (TIU)
Setelah dilakukan kegiatan penyuluhan pada klien dan keluarga diharapkan
klien dan keluarga dapat mengetahui tentang Atelektasis dan dapat
melakukan pencegahan serta mampu memahami pencegahan dan dapat
melakukan perawat mandiri.
2. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan selama 35 menit diharapkan klien dan
keluarga dapat:
a. Mampu menyebutkan pengertian Atelektasis
b. Mampu menyebutkan faktor penyebab Atelektasis
c. Mampu menyebutkan macam – macam Atelektasis
d. Mampu memahami penanganan Atelektasis
C. Materi Penyuluhan (terlampir )
1. Pengertian Atelektasis
2. Penyebab Atelektasis
3. Tanda dan gejala atelectasis
4. Macam – macam Atelektasis
5. Pencegahan Atelektasis
D. Metode
a. Diskusi
b. Tanya Jawab
E. Media
a. Leaflet
F. Kegiatan Penyuluhan
No Kegiatan mahasiswa Waktu Kegiatan peserta
Pendahuluan
a.Membalas salam
a.Menyampaikan salam
b.Mendengarkan dengan aktif
1 b.Memperkenalkan diri 5 menit
c.Mendengarkan dan memberikan
c.Menjelaskan tujuan
respon
d.Menyampaikan kontrak waktu
Pemaparan Materi
a.Pengertian Atelektasis
b.Penyebab Atelektasis a. Menyimak
2 c.Macam-macam Atelektasis 25 menit b. Memperhatikan
d.Penanganan Atelektasis
(Memberikan kesempatan
kepada sasaran untuk bertanya)
3 Penutup 5 menit a. Memperhatikan
a.Menyimpulkan materi
penyuluhan bersama keluarga
b.Memberikan evaluasi secara b. Menjawab
lisan c. Menjawab salam
c. Memberikan salam penutup

G. Evaluasi
1. Prosedur : Akhir penyuluhan
2. Waktu : 5 menit
3. Bentuk soal : Tanya jawab
4. Jumlah soal : 3 soal
5. Jenis soal :
a. Apakah yang dimaksud dengan Atelektasis?
b. Apa penyebab Atelektasis ?
c. Bagaimana tanda dan gejala Atelektasis?
6. Jawaban soal
a. Pengertian Atelektasis
Atelektasis merupakan suatu keadaan kolaps, dimana paruparu tidak
dapat mengembang secara sempurna, tepatnya pada alveolus/alveoli
paru yang tidak mengandung udara.
b. Penyebab Atelektasis antara lain :
1. penyumbatan sebuah bronkus
2. Tekanan ekstra pulmoner
3. Paralisis atau paresis gerak pernapasan
4. Hambatan gerak pernapasan
c. tanda dan gejala atelectasis
1. dispnea dengan pola nafas cepat dan dangkal
2. Takikardi
3. Sianosis
4. temperatur tinggi
5. penurunan kesadaran atau syok
6. Bunyi perkusi redup
7. Pada atelektasis yang luas bising nafas akan melemah atau sama
sekali tidak terdengar
8. terdapat perbedaan gerak dinding thorak, gerak sela iga dan
diafragma
9. Pada perkusi mungkin batas jantung dan mediastinum akan
bergeser, letak diafragma mungkin meninggi.
TEORI
ATELEKTASIS

A. Pengertian Atelektasis
Atelektasis adalah pengembangan tak sempurna atau kempisnya
(kolaps) bagian paru yang seharusnya mengandung udara. Kolapsnya paru atau
alveolus disebut atelectasis, alveolus yang kolaps tidak mengandung udara
sehingga tidak dapat ikut serta didalam pertukaran gas. Kondisi ini
mengakibatkan penurunan luas permukaan yang tersedia untuk proses difusi
dan kecepatan pernafasan berkurang (Ed,2005). Atelektasis adalah istilah yang
berarti pengembangan paru yang tidak sempurna dan menyiratkan arti bahwa
alveolus pada bagian paru yang terserang tidak mengandung udara dan kolaps.
(Keperawatan Medikal Bedah,vol.2,penerbit buku kedokteran.EGC.2002)
Atelektasis adalah suatu kondisi di mana paru-paru tidak dapat mengembang
secara sempurna (somantri, 2008) Jadi Atelektasis adalah suatu keadaan paru
atau sebagian paru yang mengalami hambatan berkembang secara sempurna
sehingga aerasi paru berkembang atau sama sekali tidak terisi udara
B. Penyebab Atelektasis
Sebab utama dari atelektasis adalah penyumbatan sebuah bronkus.
Penyumbatan juga bisa terjadi pada saluran pernafasan yang lebih kecil.
Penyumbatan bisa disebabkan oleh adanya gumpalan lendir, tumor, benda
asing yang terhisap kedalam bronkus. Atau bronkus bisa tersumbat oleh
sesuatu yang menekan dari luar, seperti tumor atau pembesaran kelenjar getah
bening. Jika saluran pernafasan tersumbat, udara didalam alveoli akan terserap
kedalam aliran darah sehingga alveoli akan menciut dan memadat. Jaringan
paru-paru yang yang mengkerut biasanya terisi dengan sel darah, serum, lendir
dan kemudian akan mengalami infeksi. Atelektasis merupakan suatu akibat
dari kelainan paru yang dapat disebabkan :
1. Bronkus tersumbat
Penyumbatan bisa berasal didalam bronkus (tumor bronkus, benda asing,
cairan sekresi yang massif) dan penyumbatan bronkus akibat penekanan
dari luar bronkus (tumor sekitar bronkus, kelenjar membesar)
2. Tekanan ekstrapulmoner
Biasanya disebabkan oleh pheneumothoraks, cairan pleura, peninggian
diafragma, herniasi alat perut kedalam rongga thoraks, dan tumor intra
thoraks tepe ekstrapulmoner ( tumor mediastinum)
3. Paralisis atau paresis gerak pernapasan, akan menyebabkan perkembangan
paru yang tidak sempurna, misalnya pada kasus poliomiolitis dan kelainan
neurologic lainya. Gerak nafas yang tergangu akan mempengaruhi
kelancangan pengeluaran secret bronkus dan ini menyebabkan
penyumbatan bronkus yang berakhir dengan memperberat keadaan
atelectasis.
4. Hambatan gerak pernapasan kelainan pleura atau trauma toraks yang
menahan rasa sakit. Keadaan ini juga akan menghambat pengeluaran
secret bronkus yang dapat memperhebat terjadinya atelektasis. Atelektasis
seharusnya dapat dibedakan dengan pneumothoraks. Walaupun kolaps
alveolar terdapat pada kedua keadaan tersebut, penyebab kolapsnya dapat
dibedakan dengan jelas. Atelektasis timbul karna alveoli menjadi kurang
berkembang atau tidak berkembang, sedangkan pneumothoraks timbul
karena udara masuk kedalam rongga pleura. Pada kebanyakan pasien,
pneumothoraks tidak dapat dicegah dengan perawatan yang tepat.
C. Tanda dan gejala atelectasis
1. dispnea dengan pola nafas cepat dan dangkal
2. Takikardi
3. Sianosis
4. temperatur tinggi
5. penurunan kesadaran atau syok
6. Bunyi perkusi redup
7. Pada atelektasis yang luas bising nafas akan melemah atau sama sekali
tidak terdengar
8. terdapat perbedaan gerak dinding thorak, gerak sela iga dan diafragma
9. Pada perkusi mungkin batas jantung dan mediastinum akan bergeser, letak
diafragma mungkin meninggi.
D. Macam – macam Atelektasis
Menurut Elizabeth J.Corwin (2009), Klasifikasi atelektasis dibagi menjadi 2,
yaitu :
a. Atelektasis Obstruktif (resorbsi)
Terjadi karena obstruksi total saluran napas sehingga udara tidak dapat
masuk ke parenkim distal, akibatnya oksigen yang terjerat akan diabsorbsi
di dalam alveoli. Jaringan paru yang terkena atelektasis akan kolaps, tetapi
aliran darah melalui jaringan ini tidak terganggu. Kemudian semenjak
volume paru mengecil, maka mediastinum akan tertarik ke arah jaringan
paru yang mengalami atelektasis. Secara prinsip, atelektasis resorpsi
disebabkan oleh :
1) Sekresi berlebihan misalnya gumpalan lendir, atau eksudat dalam
bronkioli dan sering ditemukan pada penyakit asma bronkial, bronkitis
kronik, bronkiektasis, dan keadaan-keadaan post operasi.
2) Aspirasi benda-benda asing
3) Neoplasma di dalam saluran bronkial dapat menyebabkan obstruksi
subtotal.
b. Atelektasis Kompresi
Yaitu atelektasis yang terjadi akibat penekanan terhadap substansi paru.
Dapat terjadi bila rongga pleura sebagian atau seluruhnya terisi dengan
eksudat cairan, darah, tumor, atau udara (pneumotoraks), atau dengan
pneumotoraks ‘tension’ bilamana tekanan udara masuk dan mengancam
fungsi paru-paru serta mediastinum. Bentuk atelektasis kompresi biasanya
dijumpai pada penyakit payah jantung dengan efusi pleura, dan pada
penderita yang mengalami efusi pleura akibat mengidap penyakit
neoplasma (tumor). Selain itu, pada penyakit peritonitis atau abses
subdiafragma daoat menyebabkan diafragma terangkat ke atas dan
mencetuskan terjadinya atelektasis basal. Pada atelektasis kompresi
mediastinum bergerak menjauhi atelektasis.
E. Pencegahan Atelektasis
1. Anjurkan untuk nafas dalam dan batuk efektif untuk mencegah
penumpukan sekresi dan untuk mengeluarkan eksudat
2. Posisi pasien sering diubah, terutama dari posisi supinasi ke posisi tegak,
untuk meningkatkan ventilasi dan pencegahan penumpukan sekret.
3. Tingkatkan ekspasi dada yang sesuai selama pernapasan untuk memenuhi
paru-paru dengan udara secara keseluruhan.
4. Berikan opiod dan sedatif secara bijaksana untuk mencegah depresi
pernapasan.
5. Lakukan suksion untuk membuang sekresi trakeobronkial
6. Lakukan drainase postural dan perkusi dada
7. Anjurkan ambulasi dini
8. Ajarkan teknik yang sesuai untuk spirometri insentif.
9. Setelah menjalani pembedahan, penderita harus didorong untuk bernafas
dalam, batuk teratur dan kembali melakukan aktivitas secepat mungkin.
10. Meskipun perokok memiliki resiko lebih besar, tetapi resiko ini bisa
diturunkan dengan berhenti merokok dalam 6-8 minggu sebelum
pembedahan.
11. Seseorang dengan kelainan dada atau keadaan neurologis yang
menyebabkan pernafasan dangkal dalam jangka lama, mungkin akan lebih
baik bila menggunakan alat bantu mekanis untuk membantu
pernafasannya. Mesin ini akan menghasilkan tekanan terus-menerus ke
paru-paru, sehingga meskipun pada akhir dari suatu pernafasan, saluran
pernafasan tidak dapat menciut.
E. Upaya Pencegahan Primer,Sekunder, Tersier
a. Upaya Pencegahan Primer
1) Hindari menambah bahan polusi udara yang dapat masuk ke dalam
tubuh misalnya tidak merokok
2) Gunakan masker atau respirator untuk mengurangi masuknya
paertikel ke dalam saluran napas dan paru (terutama beraktivitas di
luar ruangan). Perhatikan cara penggunaan masker atau respirator
yang benar dan tepat.
3) Senantiasa berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) seperti makan
bergizi dan sering mencuci tangan terutama setelah menggunakan
fasilitas umum (mencuci tangan dapat menggunakan air atau
handscrub berbasis alkohol)
b. Upaya Pencegahan Sekunder
Bertujuan deteksi dini dan pengobatan dini masalah kesehatan yang
muncul seperti :
1) Mengenali gejala atau keluhan paru dan pernapasan yang timbul.
Mengenali tanda-tanda terjadinya perburukan atau serangan. Ini
sebagai upaya deteksi dini sehingga pengobatan awal dapat segera
dilakukan.
2) Mempersiapkan obat-obatan untuk pertolongan awal. Bagi yang
mempunyai penyakit sebelumnya, pastikan bahwa obat-obatan yang
dikonsumsi rutin cukup banyak tersedia.
3) Segera ke dokter/pelayanan kesehatan terdekat atau posko kesehatan
yang terdekat apabila terjadi masalah kesehatan.
c. Upaya Pencegahan Tersier
1) Jika diperlukan perawatan atau rawat inap,pengobatan harus dilakukan
secara maksimal di pasilitas pelayanan kesehatan. Rujukan ke tingkat
pelayanan lebih tinggi perlu dilakukan apabila sarana dan prasarana
pelayanan kesehatan yang tersedia belum mencukupi.
D. Penanganan Atelektasis
1. Pemeriksaan bronkoskopi
2. Pemberian oksigenasi
3. Pemberian terapi simtomatis (anti sesak, bronkodilator, antibiotik dan
kortikosteroid)
4. Fisioterafi (masase atau latihan pernapasan)
5. Pemeriksaan bakteriologis
6. Teknik batuk efektif
7. Pegaturan posisi secara teratur
8. Melakukan postural drainase dan perkusi dada
9. Melakukan pengawasan pemberian medikasi secara teratur
Daftar Pustaka

Price A. Sylvia &Lorraine M. Wilson. 2006. Patofisiologi edisi 6,vol.2. penerbit


buku kedokteran.EGC.Jakarta.
Somantri Irma.2008. keperawatan medical bedah: asuhan keperawatan dengan
gangguan sistem pernafasan.Jakarta.Salemba medika
Brunner dan sudart. 1994. Keperawatan medical bedah 1, edisi 8 , vol.1.EGC:
Jakarta.
Doengus marylinn, dkk.2000. Rencana Asuhan Keperawatan, edisi 3. EGC:
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai