TB PARU
DI SUSUN OLEH
Atika Yuliani, S.Kep
2114901110012
1.4 Patofisiologi
2.1.3 Tempat masuk kuman mycobacterium adalah saluran pernafasan, infeksi
tuberculosis terjadi melalui (airborn) yaitu melalui instalasi dropet yang
mengandung kuman-kuman basil tuberkel yang berasal dari orang yang
terinfeksi. Basil tuberkel yang mempunyai permukaan alveolis biasanya
diinstalasi sebagai suatu basil yang cenderung tertahan di saluran hidung atau
cabang besar bronkus dan tidak menyebabkan penyakit.
Setelah berada dalam ruangan alveolus biasanya di bagian lobus atau paru-
paru atau bagian atas lobus bawah basil tuberkel ini membangkitkan reaksi
peradangan, leukosit polimortonuklear pada tempat tersebut dan memfagosit
namun tidak membunuh organisme tersebut. Setelah hari-hari pertama masa
leukosit diganti oleh makrofag. Alveoli yang terserang akan mengalami
konsolidasi dan timbul gejala pneumonia akut. Pneumonia seluler ini dapat
sembuh dengan sendirinya, sehingga tidak ada sisa yang tertinggal atau
proses dapat juga berjalan terus dan bakteri terus difagosit atau berkembang
biak, dalam sel basil juga menyebar melalui gestasi bening reginal. Makrofag
yang mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu
sehingga membentuk sel tuberkel epiteloid yang dikelilingi oleh limfosit,
nekrosis bagian sentral lesi yang memberikan gambaran yang relatif padat
dan seperti keju-lesi nekrosis kaseora dan jaringan granulasi di sekitarnya
terdiri dari sel epiteloid dan fibrosis menimbulkan respon berbeda, jaringan
granulasi menjadi lebih fibrasi membentuk jaringan parut akhirnya akan
membentuk suatu kapsul yang mengelilingi tuberkel.
Lesi primer paru-paru dinamakan fokus gholi dengan gabungan
terserangnya kelenjar getah bening regional dari lesi primer dinamakan
komplet ghon dengan mengalami pengapuran. Respon lain yang dapat terjadi
pada daerah nekrosis adalah pencairan dimana bahan cairan lepas ke dalam
bronkus dengan menimbulkan kapiler materi tuberkel yang dilepaskan dari
dinding kavitis akan masuk ke dalam percabangan keobronkial. Proses ini
dapat terulang kembali di bagian lain dari paru-paru atau basil dapat terbawa
sampai ke laring, telinga tengah atau usus.
Kavitis untuk kecil dapat menutup sekalipun tanpa pengobatan dengan
meninggalkan jaringan parut yang terdapat dekat dengan perbatasan bronkus
rongga. Bahan perkijaan dapat mengontrol sehingga tidak dapat mengalir
melalui saluran penghubung, sehingga kavitasi penuh dengan bahan
perkijuan dan lesi mirip dengan lesi berkapsul yang terlepas. Keadaan ini
dapat tidak menimbulkan gejala dalam waktu lama dan membentuk lagi
hubungan dengan bronkus dan menjadi limpal peradangan aktif.
Penyakit dapat menyebar melalui getah bening atau pembuluh darah.
Organisme atau lobus dari kelenjar betah bening akan mencapai aliran darah
dalam jumlah kecil, yang kadang-kadang dapat menimbulkan lesi pada
berbagai organ lain. Jenis penyebaran ini dikenal sebagai penyebaran limfo
hematogen yang biasanya sembuh sendiri, penyebaran ini terjadi apabila
fokus nekrotik merusak pembuluh darah sehingga banyak organisme masuk
ke dalam sistem vaskuler dan tersebar ke organ-organ tubuh (Price &
Wilson, 2005)
1.5 Pemeriksaan Penunjang
2.1.4 Menurut Kemenkes (2014) pemeriksaan pada penderita TB paru yang perlu
diperhatikan adalah sebagai berikut:
1. Pemeriksaan dahak mikroskopis langsung
a. Untuk diagnosis dilakukan pemeriksaan dahak mikroskopis langsung,
penderita TB diperiksa contoh uji dahak SPS (sewaktupagi-sewaktu).
b. Ditetapkan sebagai penderita TB apabila minimal satu dari pemeriksaan
hasilnya BTA positif.
2. Pemeriksaan dahak
a. Pemeriksaan dahak mikroskopis langsung Pemeriksaan dilakukan
dengan cara mengumpulkan 3 contoh uji dahak yang dikumpulkan
dalam dua hari kunjungan berupa Sewaktu-Pagi-Sewaktu (SPS) :
S (sewaktu) : Dahak ditampung saat pasien TB datang berkunjung
pertama kali ke pelayanan kesehatan. Saat pulang pasien membawa
sebuah pot dahak untuk menampung dahak pagi pada hari kedua.
P (pagi) : Dahak ditampung pasien pada hari kedua,setelah bangun
tidur. Pot dibawa dan diserahkan kepada petugas pelayanan kesehatan.
S (sewaktu) : Dahak ditampung pada hari kedua setelah saat
menyerahkan dahak pagi.
b. Pemeriksaan biakan Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengidentifikasi
mycbacterium tuberculosis.
3. Pemeriksaan uji kepekaan obat Pemeriksaan ini bertujuan untuk
menentukan ada tidaknya resistensi mycobacterium tuberculosis terhadap
OAT. Pemeriksaan uji kepekaan obat harus dilakukan oleh laboratorium
yang telah lulus uji pemantapan mutu atau quality assurance.
(Kemenkes,2014).
4. Sedangkan menurut Nurafif & Kusuma (2015) pemeriksaan penunjang
pada TB paru meliputi :
a. Laboratorium darah rutin LED normal/meningkat, limfositosis
b. Pemeriksaan sputum BTA Untuk memastikan diagnostik paru,
pemeriksaan ini spesifikasi karena klien dapat didiagnosis TB paru
berdasarkan pemeriksaan ini.
c. Tes PAP (Peroksidase Anti Peroksidase) Yaitu uji serologi
imunosperoksidase memakai alat histogen staining untuk
menentukan adanya IgG spesifik terhadap basil TB.
d. Tes Mantoux/Tuberkulin Yaitu uji serologi imunosperoksidase
memakai alat histogen staining untuk menentukan adanya IgG
spesifik terhadap basil TB.
e. Teknik Polymerase Chain Reaction Deteksi DNA kuman melalui
amplifikasi dalam meskipun hanya satu mikroorganisme dalam
spesimen dapat mendeteksi adanya resistensi.
f. Becton Dikinson Diagnostic Instrument Sintem (BACTEC) Deteksi
Growth Indeks berdasarkan CO2 yang dihasilkan dari metabolisme
asam lemak oleh kuman TB.
g. Pemeriksaan Radiologi Gambaran foto thorak yang menunjang
didiagnostis TB paru yaitu :
1) Bayangan lesi terletak di lapangan paru atas satu segmen apical
lobus bawah.
2) Bayangan berwarna (patchy) atau bercak nodular.
3) Kelainan bilateral terutama di lapangan atas paru.
4) Bayangan menetap pada foto ulang beberapa minggu kemudian.
5) Bayangan millie
1.6 Komplikasi
2.1.5 Menurut Wahid&Imam (2013), komplikasi yang muncul pada TB paru
yaitu :
1. Pneumothorak (adanya udara di dalam rongga pleura) spontan : kolaps
spontan karena kerusakan jaringan paru.
2. Bronki ektasis (peleburan bronkus setempat) dan fibrosis (pembentukan
jaringan ikat pada proses pemulihan atau reaktif) di paru.
3. Penyebaran infeksi keorgan lainnya seperti otak,tulang, persendian, ginjal
dan sebagainya.
4. Insufisiensi kardiopulmonal (Chardio Pulmonary Insufficiency).
5. Hemoptisis berat (pendarahan pada saluran nafas bawah) yang
mengakibatkan kematian karena terjadinya syok hipovolemik atau
tersumbatnya jalan pernafasan.
1.7 Penatalaksanaan
2.1.6 Pengobatan TB paru menurut Kemenkes RI (2014):
1. Tujuan pengobatan Pengobatan TB paru untuk menyembuhkan pasien,
mencegah kekambuhan, mencegah kematian, memutuskan rantai
penularan serta mencegah resistensi mycobacterium tuberculosis terhadap
OAT.
2. Prinsip pengobatan Pengobatan yang dilakukan harus memenuhi prinsip
sebagai berikut: OAT yang diberikan mengandung minimal 4 macam obat
untuk mencegah resistensi, diberikan dalam dosis yang tepat, obat ditelan
secara teratur dan diawasi oleh PMO sampai selesai.
3. Tahapan pengobatan pengobatan TB diberikan dalam dua tahap yaitu
tahap awal (intensif) dan tahap lanjutan.
a. Tahap awal Pada tahap awal, penderita mendapatkan obat setiap hari
dan perlu diawasi secara langsung guna mencegah terjadinya resisten
obat.
b. Tahap lanjutan Pada tahap lanjutan, penderita mendapatkan jenis obat
yang lebih sedikit tetapi dalam jangka waktu lebih lama.
2.Obat anti tuberkulosis
a. Isoniazid (H)
Isoniazid diberikan melalui oral atau intramuskular. Obat ini
memiliki dua pengaruh toksik utama yaitu neuritis perifer dan
hepatotoksik. Tanda dari neuritis perifer yaitu mati rasa dan rasa
gatal pada tangan dan kaki. Sedangkan hepatotoksik jarang terjadi,
mungkin terjadi pada anak dengan TB berat dan remaja
(Astuti,2010).
b. Rifampisin (R)
Efek samping obat ini yaitu terjadi perubahan warna orange pada
urine dan air mata dan gangguan saluran pencernaan.
c. Etambutol (E)
Etambutol bertujuan untuk mencegah resistensi terhadap obat yang
lain.
d. Pirazinamid (Z)
Obat ini bersifat bakterisid dan memiliki efek samping rasa mual
yang disertai nyeri ulu hati dan muntah.
e. Streptomisin
Efek samping dari obat streptomisin yaitu rasa kesemutan didaerah
mulut dan muka setelah obat disuntikan.
1.8 Pathway
Mycrobacterium tuberulosis
Saluran pernafasan
Terjadi
Penumpukan sekret perdarahan Kesiapan
meningkatkan
Alveolus manajemen
mengalami Penyebaran kesehatan
konsolidasi dan bakteri secara
Efektif Tidak Efektif eksudasi limfa hematogen
Nyeri
II. Rencana asuhan klien dengan gangguan Tuberculosis
2.1 Pengkajian
2.1.1 Pemeriksaan fisik: data fokus
2.2.1 Definisi
Ketidakmampuan membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas
untuk mempertahankan bersihan jalan napas.
2.2.2 Batasan karakteristik
Suara napas tambahan
Perubahan pola napas
Perubahan frekuensi napas
Sianosis
Kesulitan verbalisasi
Penurunan bunyi napas
2.2.3 Faktor yang berhubungan
Mukus berlebihan
Terpajan napas
Benda asing dalam jalan napas
Ketidakseimbangan ventilasi-perfusi
Perubahan membrane alveolus-kapiler
2.3 Perencanaan
Diagnosa 1: Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
2.3.1 Tujuan dan Kriteria hasil (outcomes criteria):
Mengeluarkan sputum, jalan nafas tetap paten
2.3.2 Intervensi keperawatan dan rasional:
Batuk efektif
Posisi semipowler
Mobilisasi untuk memfasilitasi ekspansi dada dan ventilasi
Daftar Pustaka
Akmal Hasan, Fadli. Pengaruh Kompres Hangat Terhadap Perubahan Suhu Tubuh Pada Pasien
Febris. Jurnal Ilmiah Kesehatan Pencerah, Vol 7 No.2 78-83. Diakses pada tanggal 25
Juni 2020 melalui https://stikesmu-sidrap.ejournal.id/JIKP/article/view/32
Febrian, M. A. (2015). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian TB paru Anak di
Wilayah Puskesmas Garuda Kota Bandung. Jurnal Ilmu Keperawatan, 66. Diakses
tanggal 05 November 2019 melalui
https://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jk/article/viewFile/154/151
Ganis indriati, N. S. (2015). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Tuberkulosis Paru.
JOM, 729. Diakses 07 Oktober 2019 melalui
https://media.neliti.com/media/publications/188864-ID-faktor-yangmempengaruhi-
keberhasil.pdf
NANDA Internasional 2018-2020. (2018). Diagnosis Keperawatan Definisi Dan
Klasifikasi. Penerbit : EGC