TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai beberapa konsep dasar, meliputi 1)
Konsep Dasar Tuberculosis Paru, 2) Konsep Dasar Risiko Nutrisi Kurang Dari
Kebutuhan Tubuh.
dan hampir seluruh organ tubuh lainnya. Bakteri ini dapat masuk
2013).
10
11
yang terbuka.
Bakteri ini berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-4/mm dan tebal
0,3-0,6/mm. Sebagian besar bakteri ini terdiri atas asam lemak (lipid).
Lipid inilah yang membuat bakteri lebih tahan asam dan lebih tahan
ludah (droplet) dan di udara yang berasal dari penderita TBC dan
Kusuma, 2016).
1) Tuberculosis paru
lain positif.
mulai menyembuh).
13
a) Tuberculosis minimal
paru
1) Demam 40-41℃
2) Batuk/batuk berdarah
7) Pada anak:
2 minggu.
Kusuma, 2016)
a) Batuk
pecah.
b) Batuk darah
pecah.
c) Sesak napas
d) Nyeri dada
terkena.
a) Demam
dan berkembang biak. Penyebaran basil ini bisa juga melalui system
limfe dan aliran darah ke bagian tubuh lain (ginjal, tulang, korteks
yang hidup dan yang sudah mati, dikelilingi oleh makrofag yang
karena respon system imun yang tidak adekuat. Penyakit aktif dapat
juga timbul akibat infeksi ulang atau aktifnya kembali bakteri yang
17
tidak aktif. Pada kasus ini, terjadi ulserasi pada ghon tubercle, dan
sembuh dengan sendirinya. Proses ini berjalan terus dan basil terus
serebri dan terjadi persepsi nyeri. Persepsi nyeri yang terjadi akan
Masuk lewat
Mycobacteriu Droplet infection jalan
m
Menempel pada paru
Pengeluaran
Mempengaruhi sel pointzat pirogen
Tumbuh dan berkembangbiak di sitoplasmaa
Hipertermi
Merangsang
pengeluaran mediator
kimia(Serotonin,
Histamine,Prostaglandi Menurunnya permukaan paru
Pembentukan sputum berlebihan
n
Alveolus
Ketidakefektifan bersihan jalan napas
Merangsang
aktifitas
Efek pada GI
Pergerakan
makanan
Makanan tertahan
di lambung
Reflek regang
di lambung
Peningkatan
kebutuhan
Perasaan mual
dan muntah
Tuberculosis paru adalah status gizi. Status gizi yang buruk akan
dapat menjadi malnutrisi bila tidak diimbangi dengan dengan diet yang
tinggi badan, Indeks Massa Tubuh (IMT), dan lingkar lengan atas
(LILA).
24
1) Berat badan
2) Tinggi badan
tulang yang terjadi akibat dari asupan gizi. Oleh karena itu
yaitu:
2.1.8 Komplikasi
yaitu:
pada paru.
c) Siswa-siswi pesantren
3) Vaksinasi BCG
primer atau utama adalah bayi yang menyusu pada ibu dengan
kelompok berikut :
(Muttaqin, 2008).
28
1) Isoniazid (H)
2) Rifampisin (R)
3) Pirasinamid (Z)
4) Streptomisin (S)
5) Etambutol (E)
1) Katergori I (2HRZE/4H3R3)
berat
2) Kategori II (2HRZES/HRZE/5H3R3E3)
diberikan untuk :
terhadap basil TB
resistensi
e) Adanya klasifikasi
2.2.1 Pengertian
(NANDA, 2015).
2.2.3 Tanda dan Gejala Menurut SDKI (Tim Pokja SDKI DPP PPNI,
2016)
ideal.
mayor tidak ada atau hanya terdapat 20% dan data minor sebanyak
80%.
36
1) Stroke
2) Parkinson
3) Mobius syndrome
4) Cerebral palsy
5) Cleft lip
6) Cleft palate
8) Kerusakan neuromuscular
9) Luka bakar
10) Kanker
11) Infeksi
12) AIDS
14) Enterokolitis
banyak)
PPNI, 2019)
1) Management nutrisi
2016)
(doengoes)
2018).
38
i) Berikan diet tinggi kalori dan protein dengan unsur kelumit dan
2) Pemantauan Nutrisi
2.3.1 Pengkajian
Data Subjektif :
2) Keluhan utama
(menghasilkan sputum)
setengah paru-paru
39
keringat malam.
istirahat?
pasien
sakitnya
penyakitnya
2008).
41
paru.
b) Pola nutrisi
c) Pola eliminasi
malam hari.
diri pasien, serta cara pandang terhadap diri yang salah juga
i) Pola seksualitas
8) Pemeriksaan fisik
a) Tanda-tanda vital
hipertensi(Muttaqin, 2008)
44
b) Pemeriksaan B1-B6
(1) B1 (Breathing)
(a) Inspeksi
(b) Palpasi
(c) Perkusi
(d) Auskultasi
(2) B2 (Blood)
kelemahan fisik
(3) B3 (Brain)
(4) B4 (Bladder)
(5) B5 (Bowel)
mencapai 10%.
abdomen.
timpani
(6) B6 (Bone)
ekstremitas.
1) Pemeriksaan diagnostic
a) Kultur sputum
b) Tes tuberculin
c) Foto thorax
d) Bronchografi
e) Darah
sehubungan
dengan status
hipermetaboli
k pasien
(Muttaqin,
2008).
i) Kalori
diperkirakan
25
kkal/kg/hari,
protein hingga
2 g/kg/hari,
dan vitamin
diperlukan
untuk
memenuhi
peningkatan
kebutuhan
metabolic,
mempertahank
an berat
badan, dan
mendorong
regenerasi
jaringan.
Lemak nol
atau lemak
minimal lebih
dipilih selama
fase akut awal
untuk
meminimalkan
kerentanan
terhadap
infeksi
(Doengoes,
2019).
Intervensi
pendukung:
pemantauan nutrisi
terhadap hasil yang diharapkan dari rencana layanan. Selain itu pada