TINJAUAN PUSTAKA
A. Penyakit Tuberkulosis
1. Definisi
atau lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak
bercampur darah, batuk darah, sesak napas, badan lemas, nafsu makan
kegiatan fisik dan demam meriang lebih dari satu bulan (Kemenkes, 2018).
berbentuk batang dengan panjang 1-4 mm dan tebal 0,306 mm. Sebagian
besar sifat kuman penyebab TB yang tahan terhadap asam pada pewarnaan
namun dapat bertahan hidup beberapa jam di tempat gelap dan lembab.
11
12
2. Klasifikasi
a. Tuberkulosis Paru
3. Etiologi
a. Berbentuk batang dengan panjang 1-10 mikron, lebar 0,2 – 0,6 mikron.
mikroskop.
Ogawa.
jangka waktu lama pada suhu antara 4°C sampai minus 70°C.
14
e. Kuman sangat peka terhadap panas, sinar matahari dan sinar ultra violet.
Paparan langsung terhada sinar ultra violet, sebagian besar kuman akan
mati dalam waktu beberapa menit. Dalam dahak pada suhu antara 30-
4. Patogenesis
tuberkulosis primer atau hasil dari reaksi fokus dorman atau akibat
dalam tubuh melalui inhalasi (pernafasan) dan bakteri. Hilus dari rongga di
antara paru-paru kanan dan kiri (mediastinal) dan paratracheal lymph node
sebagai berikut :
15
a. Tahap Inkubasi
gejala.
terjadi penurunan berat badan dan kerusakan paru secara luas dan terjadi
kavitasi.
dan infeksi pada bagian otak, tulang, ginjal serta dapat juga terjadi
insufisiensi kardiopulmoner.
d. Tahap Akhir
meninggal.
5. Epidemiologi
pada 24 Maret 1882, hingga saat ini tanggal 24 Maret diperingati sebagai
6. Penularan
/ percik renik). Infeksi akan terjadi apabila seseorang menghirup udara yang
tuberculosis.
selama beberapa jam. Perlu diingat bahwa TBC tidak menular melalui
menyentuh seprai atau dudukan toilet, berbagi sikat gigi, bahkan berciuman
(Anindyajati, 2017).
17
7. Gejala
1) Batuk
2) Batuk Darah
darah segar dalam jumlah sangat banyak. Batuk darah terjadi karena
3) Dahak
4) Sesak Napas
luas atau karena ada hal-hal yang menyertai seperti efusi pleura,
5) Nyeri Dada
1) Demam
timbul pada sore dan malam hari mirip demam influenza. Biasanya
makin pendek.
disertai rasa tidak fit, tidak enak badan, lemah, lesu, pegal-pegal dan
mudah lelah.
atau lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak
bercampur darah, batuk darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan
kegiatan fisik, demam meriang lebih dari satu bulan. Pada pasien dengan
HIV positif, batuk sering kali bukan merupakan gejala TB yang khas,
sehingga gejala batuk tidak harus selalu selama 2 minggu atau lebih
(Kemenkes, 2018).
8. Diagnosa
untuk mengetahui jenis penyakit yang diderita oleh seseorang, atau masalah
paru adalah foto rontgen dada, Penyakit ini tampak sebagai daerah putih
yang bentuknya tidak teratur dengan latar belakang hitam. Hasil foto juga
sebuah jarum diambil cairan dari dada, perut, sendi, dan sekitar jantung.
hari yang dikenal dengan istilah SPS (sewaktu, pagi, sewaktu). Pada waktu
kedua) sehabis bangun tidur pada malam harinya, dahak dahak penderita
ditampung di pot kecil yang diberi oleh petugas laboratorium, ditutup rapat
waktu 2 hari.
yang jelas pada tuberkulosis paru, sehingga bisa terjadi over diagnosis.
penyakit.
9. Pengobatan
a. Tahap Awal
efektif menurunkan jumlah kuman yang ada dalam tubuh pasien dan
pengobatan 2 minggu.
b. Tahap Lanjutan
terjadi kekambuhan.
22
dengan cara:
1. Agent (agen)
Agent (agen) adalah penyebab yang esensial yang harus ada, apabila
yang melebihi batas tertentu atau mungkin sebaliknya, dalam jumlah sedikit
atau sama sekali tidak ada, dapat menimbulkan proses penyakit. Agen
suatu basil aerobik tahan asam yang ditularkan melalui udara (Maqfiroh,
2018).
oksigen untuk bertahan hidup merupakan salah satu alasan bakteri ini sering
peradangan saluran getah bening menuju hilus (limfangitis lokal) dan diikuti
2. Host (Pejamu)
Host (Pejamu) adalah semua faktor pada diri manusia yang dapat
faktor yang ada pada pejamu itu sendiri, dengan kata lain penyakit-penyakit
dapat terjadi pada seseorang tergantung atau ditentukan oleh kekebalan atau
a. Umur
pada kelompok usia dewasa dan menurun kembali ketika usia tua.
pada kelompok umur 45-54 tahun yaitu sebesar 14,2% diikuti kelompok
umur 25-34 tahun sebesar 13,8% dan kelompok umur 35-44 tahun
bahwa tidak ada hubungan antara umur dengan kejadian TB Paru. Hasil
analisis besar risiko didapatkan nilai Odds Ratio (OR) sebesar 0,306
b. Jenis Kelamin
(Kemenkes, 2018).
Ratio (OR) dalam penelitian tersebut yakni laki-laki berisiko 1,714 kali
c. Pendapatan
gizi yang tidak sesuai dengan kebutuhan bagi setiap anggota keluarga
sehingga mempunyai status nutrisi dan gizi yang kurang yang akan
risiko terkena TB Paru sebesar 1,85 kali. Hal ini terjadi karena tingkat
d. Pendidikan
Tuberkulosis Paru.
e. Pekerjaan
dari sektor non formal 63,7 % (buruh serabutan, buruh harian lepas,
pengrajin anyaman dan tenun) yang memiliki pendapatan tidak tetap per
f. Status Imunisasi
yang penting bagi anak balita untuk mencegah penyakit TBC yang berat.
kuman TB. Vaksin BCG diberikan secara intradermal pada bayi berusia
2-3 bulan. Efek samping dari pemberian imunisasi BCG yaitu, terjadi
(Hidayat, 2008).
29
terkena TB paru sebesar 0,6 kali (40%) dibandingkan orang yang tidak
diimunisasi BCG. Hal ini dikarenakan imunisasi nasional itu baru ada
untuk usia muda yang lahir setelah tahun 1970 ada yang tidak
g. Status Gizi
Apabila daya tahan tubuh sedang rendah, maka kuman TB paru akan
mudah masuk ke dalam tubuh. Kuman ini akan berkumpul dalam paru-
belum tentu menderita TB paru. Hal ini bergantung pada daya tahan
tubuh orang tersebut. Apabila daya tahan tubuh kuat, maka kuman akan
penyakit namun apabila daya tahan tubuh lemah maka kuman TB akan
pada masyarakat yang status gizi rendah karena sistem imun yang lemah
BB
IMT =
TB 2
Keterangan:
Kategori IMT
Kurus Kekurangan berat badan < 18,5
Normal Berat badan normal 18,5 - 25
Gemuk Kelebihan berat badan > 25
gizi atau kurang gizi akan memiliki daya tahan tubuh yang rendah dan
yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara status gizi dengan
kejadian TB Paru. Hasil analisis besar risiko didapatkan nilai Odds Ratio
dari hasil laut seperti ikan dan cumi-cumi dimana makanan tersebut
adalah tinggal bersama dalam rumah yang sama atau frekuensi sering
termasuk anggota keluarga, teman dan rekan kerja atau teman sekolah.
j. Perilaku Merokok
& Febrijanto, 2012). Menurut kriteria Doll tahun 1976, batasan untuk
perokok) dan orang yang tidak merokok sedikitnya satu batang sehari
polusi udara dalam ruangan dari asap rokok dapat meningkatkan risiko
2015).
batuk, bersin, atau berbicara, maka secara tidak sengaja akan keluar
yaitu, cap tikus atau sagoer, tuak, arak bali, sopi, lapen, ciu, anggur cap
Efek alkohol pada sistem imun bersifat kompleks, dalam hal ini
pada jaringan lain (misalnya pada hati dan pankreas) dipicu dan
TB paru sebesar 0,77 kali, namun tidak ada hubungan yang bermakna
3. Environment (Lingkungan)
dan pejamu) yang mempengaruhi agen dan peluang untuk terpapar yang
a. Kepadatan Hunian
lebih dari dua orang tidur dalam satu ruang tidur, kecuali anak dibawah
umur 5 tahun. Kamar tidur sebaiknya tidak dihuni lebih dari dua orang
kecuali untuk suami istri dan anak dibawah lima tahun. Apabila ada
merupakan salah satu faktor risiko TB. Dimana semakin padat penghuni
melalui udara akan semakin mudah dan cepat, apabila terdapat anggota
Mycobacterium Tuberculosis.
39
0,643 yang berarti bahwa kepadatan penghuni rumah bukan faktor risiko
kamar tidur yang tergolong tidak padat penghuni. Tiap kamar rata-rata
dihuni oleh 2 orang dengan luas kamar yang sebagian besar sudah
menderita TB paru.
b. Suhu
adalah antara 200C‐250C, dan suhu rumah yang tidak memenuhi syarat
disukai, tetapi di dalam rentang ini terdapat suatu suhu optimum saat
sekitarnya.
c. Kelembaban
pada suhu makin tinggi suhu, makin banyak kandungan uap airnya.
seperti halnya bakteri lain, akan tumbuh dengan subur pada lingkungan
volume sel bakteri dan merupakan hal yang esensial untuk pertumbuhan
70%.
tidak memenuhi syarat atau oleh cuaca. Pada musim hujan kelembaban
akan meningkat namun bila kondisi rumah baik seperti cahaya matahari
dapat masuk, tidak terdapat genangan air, ventilasi udara yang cukup
d. Ventilasi
banyak fungsi. Fungsi pertama adalah untuk menjaga agar aliran udara
dari ventilasi itu adalah untuk membebaskan udara ruangan dari bakteri-
udara yang terus menerus. Bakteri yang terbawa oleh udara akan selalu
(Maqfiroh, 2018).
43
lantai rumah.
e. Kondisi Lantai
Komponen yang harus dipenuhi rumah sehat memiliki lantai kedap air
dan tidak lembab. Jenis lantai tanah memiliki peran terhadap proses
penghuninya. Lantai perlu dilapisi dengan semen yang kedap air agar
(Maqfiroh, 2018).
lantai yang memenuhi syarat kesehatan adalah yang kedap air dan
pekarangan dan 25 cm dari badan jalan, bahan kedap air, untuk rumah
panggung dapat terbuat dari papan atau anyaman bambu. Lantai terbuat
dari bahan yang tidak licin sehingga bahaya jatuh dan kecelakaan
bahwa jenis lantai rumah yang tidak memenuhi syarat berisiko 17 kali
45
memenuhi syarat (kedap air). Jenis lantai yang banyak digunakan oleh
responden adalah jenis lantai kayu, semen retak, dan ubin banyak yang
tidak memenuhi syarat, tidak kedap air baik pada kasus maupun kontrol,
signifikan antara jenis lantai dengan kejadian TB paru. Jenis lantai tanah
memenuhi syarat atau kedap air baik berbahan semen, tehel atau
f. Pencahayaan
masuk ke ruangan minimum 1 jam setiap hari, dan cahaya efektif dapat
diperoleh dari jam 08.00 sampai dengan jam 16.00 (Pangastuti, 2015).
46
jenis yaitu:
genteng rumah.
sekitar 10-20 menit saja karena mereka merasa kurang nyaman dengan
ataupun pintu di pagi hari mereka sudah merasa cukup dengan sinar
C. Kerangka Teori
Kelembaban Pencahayaan
FAKTOR AGEN
TB Paru
KEJADIAN BTA + FAKTOR Ventilasi
Mycrobacterium
TUBERKULOSIS Suhu
tuberculosis LINGKUNGAN
Umur FAKTOR
Perilaku Riwayat Minum Alkohol
Jenis Kelamin PEJAMU
Perilaku Merokok
Sumber : Muttaqin (2008), Arisandi dan Sari (2018), Maqfiroh (2018), Destriana dkk (2016), Pangestika dan Alnur (2018), Sutiningsih
dkk (2012), Zuriya Y (2016), Hartati dan Fransisca (2019), Febriyanti dan Mathofani (2019), dan modifikasi