Anda di halaman 1dari 52

ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH PADA NY.

S
DENGAN TB PARU DI RUANG ALAMANDA RS OMNI
HOSPITAL CIKARANG

Disusun Oleh:
AISYAH EKA FIRDIANTI
201740102

PROGRAM PROFESI NERS STIKES IMC BINTARO


Komp. RS IMC Jl. Raya Jombang No. 56
Ciputat, Tangerang Selatan
Tahun 2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit TBC adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh
bakteri mycobacterium tuberkulosa. Bakteri ini berbentuk batang dan
bersifat tahan asam sehingga dikenal juga sebagai Batang Tahan Asam
( BTA ). Bakteri ini pertama kali ditemukan oleh Robert Koch pada
tanggal 24 maret 1882, sehingga untuk mengenang jasanya bakteri
tersebut diberi nama baksil koch. Bahkan, penyakit TBC pada paru-paru
kadang disebut sebagai Koch Pulmonum (KP ).
Penyakit TBC dapat menyerang siapa saja dan dimana saja. Setiap
tahunnya, indonesia bertambah dengan seperempat juta kasus TBC dan
sekitar 140.000 kematian terjadi setiap tahunnya disebabkan oleh TBC.
Bahkan, indonesia adalah negara ketiga terbesar dengan masalah TBC di
indonesia.
Penyakit tuberkulosis merupakan penyakit yang bersifat sistemik,
yang dapat bermanifestasi pada berbagai organ, terutama paru. Sifat
sistemik ini disebabkan oleh penyebaran hematogen dan limfogen setelah
terjadi infeksi Mycobacterium tuberculosis. Data insidens dan prevalens
tuberkulosis anak tidak mudah dengan penelitian indeks tuberkulin dapat
diperkirakan angka kejadian prevalens tuberkulosis.
Penyakit TBC tidak mempunyai gejala yang khas, bahkan sering
tanpa gejala dan baru diketahui adanya kelainan dengan pemeriksaan foto
rontgen paru. Pada saat itu kemungkinannya ada dua, apakah yang akan
muncul gejala TBC yang benar-benar atau sama sekali tidak muncul. Tapi
bukan berarti sembuh. Setelah bertahun-tahun bisa saja muncul, bukan di
paru-paru lagi melainkan di tulang, ginjal, otak dan sebagainya. Ini yang
berbahaya dan butuh waktu yang lama untuk penyembuhannya.
Karena itu perlu kita sadari kembali bahwa TBC dalah penyakit
yang sangat perlu mendapat perhatian untuk ditanggulangi. Karena bakteri
mycobacterium tuberculosa sangat mudah menular melalui udara pada saat
pasien TBC batuk atau bersin, bahkan pada saat meludah dan berbicara.
Satu penderita bisa menyebarkan bakteri TBC ke 10-15 orang dalam satu
tahun.
Dari uraian latar belakang diatas penulis tertarik untuk melakukan
pengelolaan pasien dengan diagnosa TB Paru ialah agar penulis dan
pembaca dapat menambah pengetahuan dalam melakukan perawatan
secara mandiri kepada pasien dengan TB Paru.

B. Rumusan Masalah
Berdasakan latar belakang tersebut maka rumusan masalah dalam
makalah ini adalah “Bagaimanakah Asuhan Keperawatan Medikal Bedah
Pada Ny, S Dengan TB Paru di ruang Alamanda RS OMNI Hospital
Cikarang?“

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan TB Paru di
ruang Alamanda RS OMNI Hospital Cikarang.
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian keperawatan pada pasien dengan TB Paru
di RS OMNI Hospital Cikarang.
b. Merumuskan diagnosis keperawatan pada pasien dengan TB Paru
di ruang Alamanda RS OMNI Hospital Cikarang.
c. Merumuskan rencana keperawatan pada denganTB Paru di RS
OMNI Hospital Cikarang.
d. Melakukan implementasi keperawatan pada pasien dengan TB
Paru di RS OMNI Hospital Cikarang.
e. Melakukan evaluasi asuhan keperawatan pada pasien dengan TB
Paru di RS OMNI Hospital Cikarang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP DASAR

1. Definisi TB Paru

Tuberkulosis atau TB adalah penyakit infeksius yang terutama


menyerang parenkim paru. Tuberculosis paru adalah suatu penyakit
menular yang disebabkan oleh basil mikrobacterium tuberkolusis yang
merupakan salah satu penyakit saluran pernafasan bagian bawah (Wijaya,
2013).

Tuberkulosis paru adalah suatu penyakit menular yang paling sering


mengenai parenkim paru, biasanya disebabkan oleh mycobacterium
tuberculosis (Smeltzer, 2014).

Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit akibat kuman Mycobakterium


tuberkculosis sistemis sehingga dapat mengenai semua organ tubuh
dengan lokasi terbanyak di paru paru yang biasanya merupakan lokasi
infeksi primer (Arif Mansjoer, 2000).

Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksius yang terutama


menyerang parenkim paru. Tuberculosis dapat juga ditularkan ke bagian
tubuh lainnya, terutama meningen, ginjal, tulang, dan nodus limfe
(Suzanne dan Brenda, 2001).

2. Etiologi
Penyebab tuberkulosis paru menurut Danusantoso (2012) adalah
sebagai mana telah diketahui, tuberkulosis paru disebabkan oleh basil TB
(mycobacterium tuberculosis humanis).

1. Mycobacterium tuberculosis termasuk family mycobacteriaceae yang


mempunyai berbagai genus, satu diantaranya adalah mycobacterium,
salah satu speciesnya adalah M. tuberculosis.

2. Mycobacterium tuberculosis yang paling berbahaya bagi manusia


adalah type humani (kemungkinan infeksi type bovinus saat dapat
diabaikan, setelah hygiene peternakan makin di tingkatkan

3. Basil tuberculosis mempunyai dinding sel lipoid sehingga tahan asam


basa. Karena itu, kuman disebut pula Basil Tahan Asam (BTA)

4. Karena pada umumnya mycobacterium tahan asam, secara teoritis


Basil Tahan Asam (BTA) belum tentu identik dengan basil
tuberculosis, mungkin saja Basil Tahan Asam (BTA) yang ditemukan
adalah mycobacterium atipik yang menjadi penyebab mycobacteriosis.

5. Kalau bakteri – bakteri lain hanya memerlukan beberapa menit sampai


20 menit untuk mitosis, basil tuberculosis memerlukan waktu 12
sampai 24 jam.

6. Basil tuberculosis sangat rentan terhadap sinar matahari, sehingga


dalam beberapa menit saja akan mati. Basil tuberculosis juga akan
6terbunuh dalam beberapa menit bila terkena alcohol 70 % atau lisol
5%
3. Manifestasi Klinik

Menurut Wijaya, (2013) Gambaran klinik TB paru dapat di bagi


menjadi 2 golongan, gejala respiratorik dan gejala sistemik :

1. Gejala respiratorik, meliputi ;

1) Batuk : gejala batuk timbul paling dini dan merupakan gangguan


yang paling sering dikeluhkan. Mula-mula bersifat non produktif
kemudian berdahak bahkan bercampur darah bila sudah ada
kerusakan jaringan.

2) Batuk darah : darah yang dikeluarkan dalam dahak bervariasi,


mungkin tampak berupa garis atau bercak-bercak darah, gumpalan
darah atau darah segar dalam jumlah sangat banyak.

3) Sesak napas : gejala ini ditemukan bila kerusakan parenkim paru


sudah luas atau karena ada hal-hal yang menyertai seperti efusi
pleura, pneumothorax, anemia, dan lain – lain.

4) Nyeri dada : Nyeri dada pada TB paru termasuk nyeri pleuritik


yang ringan. Gejala ini timbul apabila sistem persarafan di pleura
rusak.
2. Gejala sistemik, meliputi :

Demam : Merupakan gejala yang sering dijumpai biasanya timbul


pada sore dan malam hari mirip demam influeza, hilang timbul dan
makin lama makin panjang serangannya sedang masa bebas serangan
makin pendek.

Gejala sistemik lain : Gejala sistemik lain ialah keringat malam,


anoreksia, penurunan berat badan serta malaise. Timbulnya gejala
biasanya gradual dalam beberapa minggu-bulan, akan tetapi penampilan
akut dengan batuk, panas, sesak napas walaupun jarang dapat juga
timbulnya menyerupai gejala pneumonia\tuberkulosis paru termasuk
insidius (Wijaya, 2013)

Tanda dan gejala lain yaitu:

1. Demam 40-41ᴼC, serta ada batuk/batuk berdahak

2. Sesak nafas dan nyeri dada

3. Malaise, keringat malam

4. Suara khas pada perkusi dada, bunyi dada

5. Peningkatan sel darah putih dengan dominasi limfosit

6. Pada anak:

1) Berkurangnya BB 2 bulan berturut-turut tanpa sebab yang


jelas atau gagal tumbuh

2) Demam tanpa sebab jelas, terutama jka berlanjut sampai 2


minggu

3) Batuk kronik ≥ 3 minggu, dengan atau tanpa wheeze

4) Riwayat kontak dengan pasien TB paru dewasa

5) Semua anak dengan reaksi cepat BCG (reaksi lokal timbul < 7
hari setelah penyuntikan) harus dievaluasi dengan sistem
scroring TB anak

6) Anak dengan Tb jika jumlah skor ≥ 6 (skor maksimal 13)

7) Pasien usia balita yang dapat sekor 5, dirujuk ke rumah sakit


untuk evaluasi lebih lanjut.
4. Klasifikasi

1. Klasifikasi tuberkulosis dari sistem lama:

1) Pembagian secar patologis

a. Tuberkulosis primer (childhood tuberkulosis)

b. Tuberkulosis post-primer (adult tuberkulosis)

2) Pembagian secara aktivitas radiologis tuberkulosis paru


(kochpulmonum) aktif, non aktif dan quiescent (bentuk aktif yang
membunuh)

3) Pembagian secara radiologis (luas lesi)

a. Tuberkulosis minimal

b. Moderatery advanced tuberkulosis

c. Far advanced tuberkulosisi


2. Klasifikasi menurut American Thoracic Society:

a. Kategori 0: tidak pernah terpajan, dan tidak terinfeksi, riwayat kontak


negative, tes tuberculin negative

b. Kategori 1: terpajan tuberkulosis, tetapi tidak tebukti adainfeksi. Di


sini riwayat kontak positif, tes tuberculosin negative

c. Kategori 2: terinfeksi tuberkulosis, tetapi tidak sakit. Tes tuberculin


positif, radiologis dan sputum negative

d. Kategori 3: terinfeksi tuberkulosis dan sakit

3. Klasifikasi di indonesia dipakai berdasarkan kelainan klinis, radiologis,


dan makrobiologis:

a. Tuberkulosis paru

b. Bekas tuberkulosis paru

c. Tuberkulosis paru tersangka, yang terbagi dalam:

a) TB tersangka yang diobati: sputum BTA(-), tetapi tanda-tanda lain


positif

b) TB tersangka yang tidak diobati: sputum BTA negative dan tanda-


tanda lain juga meragukan

4. Klasifikasi menurut WHO 1991 TB dibagi dalam 4 kategori:

(sudoyo Aru):

1) Kategori 1, ditunjukkan terhadap:

a. Kasus baru dengan sputum positif

b. Kasus baru dengan bentuk TB berat

2) Kategori 2, ditunjukkan terhadap:

a. Kasus kambuh

b. Kasus gagal dengan sputum BTA positif

3) Kategori 3, ditujukkan terhadap:

a. Kasus BTA negative dengan kelainan paru yang luas

b. Kasus TB ekstra paru selain dari yang disebut kategori


4. Patofisiologi

Basil tuberkel yang mengcapai permukaan alveoli biasanya


diinhalasi sebagai suatu unit yang terdiri dari satu sampai tiga basil karena
gumpalan yang lebih besar cenderung tertahan di rongga hidung dan tidak
menyebabkan penyakit, setelah berada dalam ruang alveolus (biasanya di
bagian bawah lobus atas atau di bagian atas lobus bawah) basil
tuberculosis ini membangkitkan reaksi peradangan. Lekosit
polimorfunuklear tampak pada tempat tersebut dan mefagosit bakteri
tetapi tidak membunuh organisme tersebut. Sesudah hari – hari pertama
maka lekosit diganti oleh magrofat (Wijaya, 2013).

Alveoli yang terserang akan mengalami konsolidasi dan timbul


gejala-gejala pneumonia akut. Basil juga menyebar melalui kelenjar limfe
regional. Makrofag yang mengalami infiltrasi menjadi lebih panjang dan
sebagian bersatu sehingga membentuk sel tuberkel spiteloid yang
dikelilingi oleh limfosit. Reaksi ini biasanya berlangsung selama 10-20
hari. Nekrosis bagian sentral lesi memberikan gambaran yang relatif padat
seperti keju, lesi nekrosis ini disebut nekrosis kaseosa. Daerah yang
mengalami nekrosis kaseosa dan jaringan granulasi disekitarnya yang
terdiri dari sel epiteloid dan fibroblas menimbulkan respon berbeda.
Jaringan granulasi menjadi lebih fibrosa, membentuk jaringan parut yang
akhirnya membentuk suatu kapsul yang mengelingi tuberkel (Wijaya,
2013).

Lesi primer paru –paru disebut focus ghon dan gabungan


terserangnya kelenjar limfe regional dan lesi primer dinamakan kompleks
ghon. Kompleks ghon yang mengalami perkapuran ini dapat dilihat pada
orang sehat yang kebetulan menjalani pemeriksaan radiogram rutin.
Respon lain yang terjadi pada daerah nekrosis adalah percairan dimana
bahan cair lepas ke dalam bronkus dan menimbulkan kavitas.
Materitubercular yang dilepaskan dari dinding kavitas akan masuk ke
percabangan trakeobronkial. Proses ini dapat terulang kembali pada bagian
lain dari paru atau basil dapat terbawa ke laring, telinga tengah atau usus.
Kavitas kecil dapat menutup sekalipun tanpa pengobatan dan
meninggalkan parut fibrosa(Wijaya, 2013).

Bila peradangan mereda lumen bronkus dapat menyempit dan


tertutup oleh jaringan parut yang terdapat dekat dengan perbatasan
bronkus. Bahan perkejuan dapat mengental sehingga tidak dapat mengalir
melalui saluran yang ada dan lesi mirip dengan lesi berkapsul yang tidak
terlepas. Keadaan ini dapat tidak menimbulkan gejala dalam waktu lama
atau membentuk lagi hubungan dengan bronkus dan menjadi tempat
peradangan aktif. Penyakit dapat menyebar melalui saluran limfe atau
pembuluh darah (limfohematogen). Organisme yang lolos dari kelenjar
limfe akan memcapai aliran darah dalam jumlah yang lebih kecil yang
kadang-kadang dapat menimbulkan lesi pada berbagai organ lain
(ekstrapulmaner). Penyebaran hematogen merupakan suatu fenomena akut
yang biasanya menyebabkan tuberculosis milier. Ini terjadi apabila focus
nekrotik merusak pembuluh darah sehingga banyak organisme masuk ke
dalam sistem vascular dan tersebar ke dalam sistem vaskuler ke organ –
organ tubuh (Wijaya, 2013).
5. Pathway
(Fajar Kharisma, 2016)
Invasi Mycobacterium

Infeksi Primer Sembuh

Infeksi Pasca Primer Bakteri

Bakteri muncul beberapa tahun kemudian

Reaksi infeksi/inflamasi dan merusak parenkim

Produksi Kerusakan Perubahan cairan Reaksi sistemik


sputum membrane intrapleura
meningkat, alveolar-
pecahnya kapiler
pembuluh merusak Anoreksia, mual Lemah
pleura Sesak napas
darah dan muntah

Sesak napas, Intoleransi


Batuk ekspansi Ketidakseimbangan
Ketidakefektifan aktivitas
produktif, thoraks nutrisi kurang dari
batuk darah pola napas
kebutuhan tubuh

Gangguan
Ketidakefektif pertukaran gas
an bersihan
jalan nafas Suplai oksigen
menurun
Pembentukan ATP
Sianosis menurun
jaringan
perifer
Energy menurun

Ketidakefektif
an perfusi Kelelahan
jaringan
perifer Gangguan
mobilitas fisik
6. Pemeriksaan Penunjang

Menurut Somantri (2007) ada beberapa pemeriksaan penunjang


pada klien dengan dengan tuberkulosis paru untuk menunjang dignosis
yaitu :

1. Sputum culture: untuk memastikan apakah keberadaan M. Tuberkulosis


pada stadium aktif.

2. Ziehl neelsen (Acid-fast staind applied to smear of body fluid) : positif


untuk BTA.

3. Skin test (PPD, mantoux, tine, and vollmer patch): reaksi postif (area
indurasi 10 mm atau lebih, timbul 48-72 jam setelah injeksi antigen
intradermal) mengindikasikan infeksi lama dan adanya antibodi, tetapi
tidak mengindikasikan penyakit yang sedang aktif.

4. Chest X-ray: dapat memperlihatkan infiltrasi kecil pada lesi awal


dibagian paru paru, deposit kalsium pada lesi primer yang membaik
atau cairan pleura. Perubahan yang mengindikasikan TB yang lebih
berat dapat mencakup area berlubang dan fibrosa.

5. Histlogi atau kultur jaringan ( teramasuk kumbah lambung, urin dan


CSF, serta biopsi kulit): positif untuk M. Tuberkulosis.

6. Needle biopsi of lung tissue: positif untuk granuloma TB, adanya sel-sel
besar yang mengindikasikan nekrosis.

7. Elektrolit: mungkin abnormal tergantung dari lokasi dan beratnya


infeksi misalnya hiponatremia mengakibatkan retensi air, dapat
ditemukan pada TB paru-paru lanjut kronis.

8. ABGs: mungkin abnormal, tergantung lokasi, berat, dan sisa kerusakan


paru paru.

9. Bronkografi: merupakan pemeriksaan khusus untuk melihat kerusakan


bronkhus atau kerusakan paru-paru karena TB.

10. Darah: leukositosis, LED meningkat.

11. Tes fungsi paru paru: VC menurun, dead space meningkat, TLC
meningkat, dan menurunnya saturasi O2 yang merupakan gejala 13
sekunder dari fibrosis/infiltrasi parenkim paru-paru dan penyakit pleura.
7. Penatalaksanaan

1. Penatalaksananaan Medis Dalam pengobatan TB paru dibagi 2 bagian :

1) Jangka pendek. Dengan tata cara pengobatan : setiap hari dengan


jangka waktu 1 – 3 bulan.

Streptomisin inj 750 mg.

Pas 10 mg.

Ethambutol 1000 mg.

Isoniazid 400 mg.

2) Kemudian dilanjutkan dengan jangka panjang, tata cara


pengobatannya adalah setiap 2 x seminggu, selama 13 – 18 bulan,
tetapi setelah perkembangan pengobatan ditemukan terapi. Therapi
TB paru dapat dilakukan dengan minum obat saja, obat yang
diberikan dengan jenis :

INH.

Rifampicin.

Ethambutol

Dengan fase selama 2 x seminggu, dengan lama pengobatan


kesembuhan menjadi 6-9 bulan.

3) Dengan menggunakan obat program TB paru kombipack bila


ditemukan dalam pemeriksan sputum BTA ( + ) dengan kombinasi
obat :

Rifampicin.

Isoniazid (INH).

Ethambutol.

Pyridoxin (B6)
8. Pencegahan

1. Imunisasi BCG pada anak balita, Vaksin BCG sebaiknya diberikan


sejak anak masih kecil agar terhindar dari penyakit tersebut.

2. Bila ada yang dicurigai sebagai penderita TBC maka harus segera
diobati sampai tuntas agar tidak menjadi penyakit yang lebih berat dan
terjadi penularan.

3. Jangan minum susu sapi mentah dan harus dimasak.

4. Bagi penderita untuk tidak membuang ludah sembarangan.

5. Pencegahan terhadap penyakit TBC dapat dilakukan dengan tidak


melakukan kontak udara dengan penderita, minum obat pencegah
dengan dosis tinggi dan hidup secara sehat. Terutama rumah harus baik
ventilasi udaranya dimana sinar matahari pagi masuk ke dalam rumah.

6. Tutup mulut dengan sapu tangan bila batuk serta tidak


meludah/mengeluarkan dahak di sembarangan tempat dan menyediakan
tempat ludah yang diberi lisol atau bahan lain yang dianjurkan dokter
dan untuk mengurangi aktivitas kerja serta menenangkan pikiran.

B. ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN

1) Identitas

Nama, umur, kuman TBC menyerang semua umur, jenis kelamin,


tempat tinggal (alamat), pekerjaan, pendidikan dan status ekonomi
menengah kebawah dan satitasi kesehatan yang kurang ditunjang
dengan padatnya penduduk dan pernah punya riwayat kontak dengan
penderita TB patu yang lain.
2) Riwayat Kesehatan

a) Riwayat Kesehatan Sekarang

Meliputi keluhan atau gangguan yang sehubungan dengan penyakit


yang di rasakan saat ini. Dengan adanya sesak napas, batuk, nyeri
dada, keringat malam, nafsu makan menurun dan suhu badan
meningkat mendorong penderita untuk mencari pengonbatan.

b) Riwayat Kesehatan Dahulu

Keadaan atau penyakit – penyakit yang pernah diderita oleh


penderita yang mungkin sehubungan dengan tuberkulosis paru antara
lain ISPA efusi pleura serta tuberkulosis paru yang kembali aktif.

c) Riwayat Kesehatan Keluarga

Mencari diantara anggota keluarga pada tuberkulosis paru yang


menderita penyakit tersebut sehingga sehingga diteruskan
penularannya.

3) Data biologis

a) Pola aktivitas dan istirahat

Subjektif : Rasa lemah cepat lelah, aktivitas berat timbul. sesak


(nafas pendek), demam, menggigil.

Objektif : Takikardia, takipnea/dispnea saat kerja, irritable, sesak


(tahap, lanjut; infiltrasi radang sampai setengah paru),
demam subfebris (40 -410C) hilang timbul.

b) Pola nutrisi

Subjektif : Anoreksia, mual, tidak enak diperut, penurunan berat


badan.

Objektif : Turgor kulit jelek, kulit kering/bersisik, kehilangan lemak


sub kutan.
c) Respirasi

Subjektif : Batuk produktif/non produktif sesak napas, sakit dada.

Objektif :Mulai batuk kering sampai batuk dengan sputum


hijau/purulent, mukoid kuning atau bercak darah,
pembengkakan kelenjar limfe, terdengar bunyi ronkhi
basah, kasar di daerah apeks paru, takipneu (penyakit luas
atau fibrosis parenkim paru dan pleural), sesak napas,
pengembangan pernapasan tidak simetris (effusi pleura.),
perkusi pekak dan penurunan fremitus (cairan pleural),
deviasi trakeal (penyebaran bronkogenik).

d) Rasa nyaman/nyeri

Subjektif : Nyeri dada meningkat karena batuk berulang.

Obiektif : Berhati-hati pada area yang sakit, prilaku distraksi,


gelisah, nyeri bisa timbul bila infiltrasi radang sampai ke
pleura sehingga timbul pleuritis.

e) Integritas ego

Subjektif : Faktor stress lama, masalah keuangan, perasaan tak


berdaya/tak ada harapan.

Objektif : Menyangkal (selama tahap dini), ansietas, ketakutan,


mudah tersinggung.

f) Keamanan

Subyektif: Adanya kondisi penekanan imun, contoh AIDS, kanker.

Obyektif: Demam rendah atau sakit panas akut.

g) Interaksi Sosial

Subyektif: Perasaan isolasi/ penolakan karena penyakit menular,


perubahan pola biasa dalam tanggung jawab/ perubahan
kapasitas fisik untuk melaksanakan peran.

4) Pemeriksaan fisik

1) Keadaan umum dan tanda-tanda vital pasien

2) Tingkat kesadaran : Biasanya tingkat kesadaran pasien compos


mentis .
3) Berat badan : Biasanya berat badan pasien mengalami penurunan

4) Tekanan darah : Biasanya tekanan darah pasien menimgkat

5) Suhu : Biasanya suhu pasien TBC tinggi sekitar 40-410°c

6) Pernafasan : Biasanya pasien dengan TBC nafas nya pendek

7) Nadi : Biasanya pasien mengalami peningkatan denyut nadi

8) Kepala

Mengamati bentuk kepala, adanya hematom/oedema, perlukaan.

9) Rambut

Pada klien TBC biasanya rambutnya hitam serta kulit kepala klien
bersih, dan tidak rontok

10) Wajah

Biasanya tampak ekspresi wajah meringis karena nyeri dada yang


dirasakannya pada saat batuk

11) Mata

Biasanya terdapat lingkaran hitam pada kelopak mata karena kurang


tidur akibat nyeri, mata simetris kiri dan kanan, konjungtiva
pucat,scleraikterik.pupil bulat

12) Hidung

Biasanya tidak ada tanda-tanda radang, ada nafas cuping hidung.

13) Mulut

Biasanya bibir kering, lidah tidak kotor dan biasanya ada caries
pada gigi

14) Leher

Biasanya tidak ada adanya pembesaran kelenjer thyroid.

15) Dada/Thorak

Inspeksi : biasanya tidak simetris kiri dan kanan, penurunan


ekspansi paru, menggunakan otot asesori pernafasan, pernafasan
dangkal.

Palpasi : biasanya fremitus kiri dan kanan sama,.


Perkusi : sonor kiri dan kanan

Auskultasi : baiasanya ada bunyi nafas tambahan ronkhi basah kasar


dan nyaring

16) Jantung

Inspeksi : biasanya ictus cordis tidak terlihat.

Palpasi : biasanya ictus cordis teraba 2 jari.

Perkusi : biasanya bunyi redup

Auskultasi : biasanya irama jantung cepat

17) Perut/Abdomen

Inspeksi : biasanya perut nya datar

Auskultasi : biasanya terjadi penurunan bising usus.

Palpasi :, tidak ada masa

Perkusi : baiasanya tidak kembung

18) Geniteorinaria

Biasanya keadaan dan kebersihan genetalia pasien baik.

Biasanya pasien terpasang kateter.

19) Sistem integrumen

Biasanya terjadi perubahan pada kelembapan atau turgor kulit jelek


karena keringat dingin dimalam hari

20) Ekstermitas

Biasanya ada edema pada ekstermitas atas dan bawah, dan kekuatan
otot lemah.

5) Pola Fungsional Gordon

Pengkajian keperawatan pada pasien dengan tuberkulosis paru


menurut Ardiansyah (2012) adalah sebagai berikut :
1) Aktivitas/Istirahat

Gejala :1) Kelelahan umum dan kelemahan, 2) Napas pendek


saat bekerja atau beraktivitas, 3) Kesulitan tidur pada malam hari
atau demam malam, 4) Setiap hari menggigil dan berkeringat, serta
mimpi buruk.

Tanda :1) Takikardia, Takipnea atau dispnea pada saat


beraktivitas, 2) Kelelahan otot, nyeri dan sesak (Tahap Lanjutan)

2) Integritas Ego:

Gejala1) Adanya faktor stres lama, 2) Masalah keuangan dan


rumah tangga, 3) Perasaan tak berdaya/tak ada harapan, 4) Serta
biasa terjadi di bangsa Amerika asli atau imigran dari Amerika
Tengah, Asia Tenggara, dan suku indian.

Tanda :1) Menyangkal (khususnya selama tahap dini), 2)


Kecemasan berlebihan, ketakutan, serta mudah marah.

3) Makanan/Cairan

Gejala :1) Kehilangan nafsu makan, 2) Tak dapat mencerna


makanan dan terjadi penurunan berat badan.

Tanda :1) Turgor kulit buruk, kering/kulit bersisik, 2)


Kehilangan otot atau mengecil karena hilangnya lemak subkutan

4) Nyeri/Kenyamanan

Gejala : 1) Nyeri dada meningkat karena batuk berulang.

Tanda :1) Berhati-hati saat menyentuh atau menggerakkan area yang


sakit, 2) Perilaku distraksi (terganggu) seperti gelisah

5) Pernapasan

Gejala : 1) Batuk (produktif/tak produktif), 2) Napas pendek.


Tanda :1) Peningkatan frekuensi pernapasan, 2) Fibrosis
parenkimparu dan pleura yang meluas, 3) Pasien menunjukkan pola
pernapasan yang tak simestris (efusi pleura), 4) Perfusi pekak dan
penurunan fremitus (getaran dalam paru), 5) Penebalan pleura dan
bunyi napas yang menurun, 6) Aspek paru selama inspirasi cepat :
namun setelah batuk biasanya pendek (krekels postusik), 7)
Karakteristik sputum (yang berwarna hijau/purulen dan mukoid,
kadang kuning dan disertai dengan bercak darah), 8) Deviasi trakeal
(penyebab bronkogenik) menunjukkan sikap mudah tersinggung
yang jelas dan perubahan mental.

6) Keamanan

Gejala : Adanya kondisi tekanan pada sistem imun (contoh


AIDS, kanker, tes HIV yang hasilnya positif. Tanda : Demam rendah
atau sakit panas akut

7) Interaksi Sosial

Gejala : Perasaan isolasi atau penolakan karena penyakit


menular. Tanda : Perubahan pola biasa dalam kapasitas fisik untuk
melakukan peran

8) Penyuluhan/Pembelajaran

Gejala : 1) Riwayat keluarga Tuberkulosis Paru, 2)


Ketidakmampuan umum/status kesehatan buruk, 3) Gagal untuk
menyembuhkan TB secara total, Tuberkulosis paru sering kambuh
dan tidak mengikuti terapi pengobatan dengan baik.

9) Pertimbangan : DRG menunjukkan bahwa secara lama pasien


dirawat di rumah sakit sekitar 6,6 hari.

10) Rencana Pemulangan :

Pasien dengan Tuberkulosis paru dalam terapi obat dan bantuan


perawatan diri serta pemeliharaan rumah.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan hiprsekresi jalan


napas dibuktikan dengan sputum berlebih

2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran


alveolus-kapiler dibuktikan dengan pola napas abnormal

3. Defisit nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis dibuktikan dengan


nafsu makan menurun

3. INTERVENSI

Diagnosa 1

Tujuan dan kriteria hasil: setelah dilakukan asuhan keperawatan selama (3x24 jam)
diharapkan bersihan jalan nafas meningkat dengan kriteria hasil :
- Batuk efektif meningkat
- Produksi sputum menurun
- Mengi menurun
- Wheezing menurun
- Frekuensi nafas membaik
- Pola nafas membaik.
INTERVENSI
Observasi
- Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya nafas
- Monitor pola nafas
- Monitor kemampuan batuk efektif
- Monitor adanya produksi sputum
- Monitor adanya sumbatan jalan nafas
- Auskultasi bunyi nafas
- Monitor saturasi oksigen
Terapeutik

- Atur posisi semi fowler atau fowler


- Anjurkan tarik napas dalam melalui hidung selama 4 detik, ditahan selama 2 detik,
kemudian keluarkan dari mulut dengan bibir mencucu (dibulatkan) selama 8 detik

Edukasi
- Kolaborasi pemberian mukolitik atau ekspektoran

Diagnosa 2
Tujuan dan kriteria hasil: setelah dilakukan asuhan ( 3x24 jam) diharapkan pertukaran gas
meningkat dengan kriteria hasil :
Kriteria Hasil:
- Dipsnea menurun
- Bunyi napas tambahan menurun
- Pola napas membaik
INTERVENSI
Observasi

- Monitor pola napas, monitor sirkulasi oksigen


- Monitor frekuensi,irama,kedalaman dan upaya napas
- Monitor adanya sumbatan jalan napas
Terapeutik

- Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien

Kolaborasi

- Kolaborasi penentuan dosis oksigen


Diagnosa 3
Tujuan dan KH: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan
status nutrisi membaik

Kriteria Hasil:

- Porsi makan yang dihabiskan meningkat


- Frekuensi makan membaik
- Nafsu makan membaik

INTERVENSI

Observasi

- Identifikasi status nutrisi


- Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastric
- Monitor asupan makanan
- Monitor berat badan
Terapeutik
- Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
Kolaborasi
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrien yang
dibutuhkan

4. IMPLEMENTASI
Tahap implementasi keperawatan adalah inisiatif dari rencana
tindakan untuk mencapai tujuan spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai
setelah rencana tindakan di susun dan ditujukan pada nursing order untuk
membantu klien mendapat tujuan yang diharapkan. Karena itu rencana
tindakan yang spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi factor-faktor
yang mempengaruhi masalah kesehatan klien.
5. EVALUASI
Evaluasi tentang semua tindakan atau terapi yang telah dilakukan
oleh perawat kepada pasien, apakah pasien mengalami kemajuan tentang
kesehatannya atau justru mengalami kemunduran. Selain itu evaluasi juga
diperlukan untuk mengetahui rencana keperawatan selanjutnn
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. IDENTITAS KLIEN
Nama : Ny. S

Umur : 25 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Alamat : Jl. KP. Pasir Konci- pasir sari cikarang Selatan

Status : Menikah

Agama : Islam

Suku : Sunda

Pendidikan : SMP

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Tanggal masuk RS : 24-08-2021

Tanggal pengkajian : 24-08-2021

DX Medis : TB Paru

B. IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB


Nama : Tn. W

Umur : 38 Tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Alamat : Jl. KP. Pasir Konci- pasir sari cikarang Selatan

Pendidikan : STM

Pekerjaan : Pekerja Swasta


C. PENGKAJIAN
1. Keluhan utama : 
Klien mengeluh sesak napas disertai batuk berdahak

2. Riwayat penyakit sekarang :


Pada saat pengkajian klien mengatakan sesak napas di sertai batuk berdahak, napas
terasa berat bertambah berat apabila beraktifitas, di sertai mual-mual keluhan ini
dirasakan sejak bulan juli, tetapi terasa memberat saat klien masuk rumah sakit.
Mengeluh batuk berdahak,demam, sesak nafas, nafsu makan berkurang ± 2 minggu
yang lalu, Berdasarkan hasil pemeriksaan tgl 24/08/2021 di IGD TD : 90/60, respirasi
32 X/menit, suhu 36,2 °C. SPO2 90% O2 simple mask 5lpm, nadi 135- 140 x/menit,
sudah dilakukan resusitasi cairan nacl 0,9 % 1000 ml. TD 105/69 mmhg, nadi 108
x/menit, RR 28 x/menit, spo2 94% simple mask 4 lpm (tgl 24/08/2021) TB 165 cm, BB
45 Kg.

3. Riwayat Penyakit dahulu :


Klien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit dan belum pernah masuk rumah
sakit.

4. Riwayat penyakit keluarga : 


Klien mengatakan di keluarga tidak ada yang mempunyai Riwayat penyakit seperti
yang di keluhkan klien saat ini, atau penyakit genetik lainnya.

5. Riwayat pekerjaan/ kebiasaan :


Pasien tidak bekerja, klien sebagai ibu rumah tangga biasa.

6. Riwayat Alergi
Pasien tidak ada riwayat alergi

7. Pengkajian Sistem Tubuh


a. Sistem Pernapasan
 Inspeksi
Dada : bentuk dada simetris, retraksi dada tidak ada
Hidung : simetris dan bersih, terpasang alat bantu pernapasan (nasal canul 3-4
lpm), fungsi penciuman dapat membedakan bau (contohnya kayu putih dan kopi),
batuk, frekuensi nafas 28x/mnt, irama napas cepat.
 Palpasi
Daerah dada dan hidung tidak teraba adanya benjolan, pergerakan paru-paru
kanan dan kiri teratur (bersamaan).
 Auskultasi
Suara napas ronchii
 Perkusi
Dada bunyi pekak

b. Sistem Kardiovaskuler
 Inspeksi : Keadaan dada klien simetris, pengembangan dada simetris, tidak ada
pembesaran pada jantung, sianosis tidak ada, CRT < 2, nadi: 110 x/menit teraba
kuat, akral teraba hangat,
 Palpasi : terdapat pulsasi (denyutan ) pada ICS 2 sebelah kanan (area aorta) dan
ICS 2 kiri (area pulmonal. Terdapat pulsasi (denyutan) pada ICS 5 mid clavikula
 Perkusi : Tidak terdengar suara pekak
 Auskultasi: terdengar suara S1 dan S2, tidak terdengar suara jantung tambahan
(Murmur/Gallop)
c. Sistem Persyarafan
Klien dapat membedakan bau, dapat membaca dengan jarak 30 cm, dapat
membedakan rasa pahit dan manis, reflek menelan baik.

d. Sistem Pencernaan
 Inspeksi: Tidak tampak pembesaran organ di area abdomen, tidak ada distensi
abdomen
 Palpasi : Tidak teraba adanya pembesaran organ atau massa
 Auskultasi: Bising usus 10 x/menit
8. Pengkajian Fungsional
1. Oksigenasi
Sebelum sakit
Klien bernapas dengan normal, tidak ada batuk, tidak ada sesak tidak menggunakan
alat bantu pernapasan.
Saat sakit
Pasien mengatakan sesak napas, terasa memberat saat aktivitas berkurang saat
istirahat, RR : 32 x/menit, SpO2 : 90 %
2. Cairan dan Elektrolit
Sebelum sakit
a. Intake
Oral : Air minum
Jenis : Air putih, teh
b. Output
Jenis : BAK
Jumlah cc/hari : Tidak ada data
Saat sakit
a. Intake
Oral : Air minum
Jenis : Air putih
Jumlah cc/hari : 2000cc/hari
Bantuan total/sebagian : Dibantu
Intravena
Jenis : Ring As 20 tts/menit
Jumlah cc/hari : 1500 cc/hari
b. Output
Jenis : tidak ada
3. Nutrisi
Sebelum Sakit
 BB/TB : 54 Kg 165 cm
 Diet : Nasi + lauk pauk
 Frekuensi : 3 x sehari
 Porsi makan : 1 piring
 Makanan yang menimbulkan alergi : Tidak ada
 Makanan yang di sukai :Telur, sayur, daging
 Kemampuan :
- Mengunyah : Dapat mengunyah dengan baik
- Menelan : Dapat menelan dengan baik
- Bantuan total/sebagian : Mandiri
Saat Sakit
 BB/TB : 45 kg / 165 cm
 Diet : Bubur
 Frekuensi : 2 x sehari
 Porsi makan : ¼ porsi
 Makanan yang menimbulkan alergi : Tidak ada
 Makanan yang di sukai :Telur, sayur, daging
 Kemampuan :
- Mengunyah : Dapat mengunyah dengan baik
- Menelan : Dapat menelan dengan baik
- Bantuan total/sebagian : Bantuan total (disuapin)
- Nafsu makan menurun
- Ada penurunan berat badan

9. Pemeriksaan Penunjang
a. Hasil Laboratorium
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal

Hemaglobin 13.2 14,0-16,0

Leukosit 11,1 5,0-10,0

Hematokrit 41,7 40-48

Trombosit 325 150-450

Eritrosit 4,76 4,5-5,5


mcv 87,5 82-92

Neutrofil 67 50-70

Limfosit 17 20-40

Monosit 0 2-8

NLCR 3,94 < 3,13

ALC 1887 >1500

Gol Darah A+

Swab covid-19 Negative Negative


antigen

SGPT 51 <50

SGOT 220 < 35

Ureum 21,7 15-40

Preparat BTA 1

Epitel 1-2 <=8

Leukosit 2-3 >=25

b. Pemeriksaan Diagnostik
X-ray thorak AP/PA : Tuberkulosis paru miller
10. Progam Terapi

NO NAMA OBAT FREKUENSI RUTE DOSIS

1 RING AS 1500 IV ML/ 24 Jam


PO 750 mg
2 Etambutol 1-0-0

PO 450 mg
3 Rimpapilin 1-0-0

PO Tablet
4 Flukonazole 1-0-0

PO 600 mg
5 Flumucyl 1-0-0

IV 500 mg
6 Sanmol 1-1-1

IV 40 mg
7 Omeprazole 1-0-1

IV 500 mg
8 Levofloxacin 1-0-0

IV 1 Ampul
9 Plasminex 1-1-1

Respul
10 Ventolin 1-1-1

D. ANALISA DATA
Hari/Tgl/ Data Fokus Etiologi Problem
Jam

Selasa DS : Mycobacterium tuberculosa ketidakefektifan


24-08-2021 bersihan jalan
klien mengatakan
Menembus mekanisme nafas
batuk berdahak
pertahanan system pernafasan
dan sesak nafas

DO : inflamasi

 frekuensi napas
Kerusakan membran alveolar
28 X / menit
 Nadi 108 x/menit
 Spo2 94 % peningkatan secret di saluran

 suara nafas pernafasan

Rhonchi
 sputum banyak ketidakefektifan bersihan

 X-ray thorax: jalan nafas

Tuberkulosis
paru miller
Selasa DS : Mycobacterium tuberkulosa Gangguan
24-08-2021 masuk ke saluran pernafasan pertukaran gas
 klien mengatakan
sesak napas di
inflamasi
sertai dada terasa
berat saat
Pertahanan primer tidak
beraktivitas
adekuat

DO : Kerusakan membran alveolar

 dyspnoe
Menurunnya permukaan efek
 HB 13.2
paru
 RR 28x/ menit
 HR 108x/menit Alveolus mengalami
 Spo2 94 % konsilidasi dan eksudasi
 Napas cuping
hidung Gangguan pertukaran gas
 X-ray thorax:
Tuberkulosis
paru miller
Selasa DS:Klien tidak basil tuberculosis masuk ke Ketidakseimbangan
24-08-2021 selera makan (nafsu saluran pernafasan nutrisi kurang dari
makan berkurang) di
sertai mual-mual kebutuhan
Inflamasi
DO:

 Makan ¼ porsi memicu pembetukan serotonin


 Berat badan
sebelum sakit : Merangsang melanocortin di
54 Kg hypothalamus
 Berat badan
setelah sakit : 45 anoreksia
Kg
asupan nutrisi kurang dari
kebutuhan

Penurunan BB

Ketidak seimbangan nutrisi


kurang dari kebutuhan

DIAGNOSE KEPERAWATAN

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan hiprsekresi jalan napas
dibuktikan dengan sputum berlebih
2. Gangguan Pertukaran Gas berhubungan dengan perubahan membran alveolus-
kapiler dibuktikan dengan pola napas abnormal
3. Defisit nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis dibuktikan dengan nafsu
makanmenurun
Nama : Ny. S Umur : 25 th No. Dokumen RM :

Ruang : Alamanda Kelas : Tanggal : 24-08-2021

INTERVENSI

Hari/
Diagnosa Keperawatan Tujuan Dan Kriteria Hasil Intervensi TTD
Tgl/Jam

Bersihan Jalan Nafas tidak SLKI SIKI


Efektif (Kode: D.0001)
Selasa Setelah dilakukan tindakan Pemantauan Respirasi (kode I.01014)
24-08- keperawatan selama 2x24 jam,
Observasi
2021 status pernafasan: Bersihan
jalan napas(kode I.01001)  Monitor frekuensi irama, kedalaman dan
upaya napas

 Monitor pola napas


 Monitor kemampuan batuk efektif
 Monitor adanya produksi sputum
 Auskultasi bunyi napas
 Monitor saturasi oksigen
Observasi

 Identifikasi kemampuan batuk


 Monitor adanya retensi sputum
Teraupetik

 Atur posisi semi fowler atau fowler


 Anjurkan tarik napas dalam melalui
hidung selama 4 detik, ditahan selama 2
detik, kemudian keluarkan dari mulut
dengan bibir mencucu (dibulatkan)
selama 8 detik
Kolaborasi

 Kolaborasi pemberian mukolitik atau


ekspektoran
selasa Gangguan Pertukaran SLKI
SIKI
24-08- Gas(Kode: D.0003)
Setelah dilakukan tindakan
2021 Pemantauan respirasi(kode: I.01014)
keperawatan selama 2x24 jam,
status pernafasan: Pertukaran Observasi

gas(kode I.01003)  Monitor pola napas, monitor sirkulasi


oksigen

 Monitor frekuensi,irama,kedalaman dan


upaya napas

 Monitor adanya sumbatan jalan napas

Teraupetik

 Atur interval pemantauan respirasi


sesuai kondisi pasien

Terapi oksigen

Observasi

 Monitor kecepatan aliran oksigen


 Monitor tanda-tanda hipoventilasi

Kolaborasi

 Kolaborasi penentuan dosis oksigen


Kamis Defisit nutrisi (Kode: D.0019) SLKI SIKI
24-08-
Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nutrisi
2021
keperawatan selama 2x24 jam,
Observasi
status nutrisi: (kode I.03030)
 Identifikasi status nutrisi
 Identifikasi perlunya penggunaan selang
nasogastric
 Monitor asupan makanan
 Monitor berat badan
Teraupetik

 Sajikan makanan secara menarik dan


suhu yang sesuai
Kolaborasi
 Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrien yang dibutuhkan
Promosi berat badan

Observasi

 Identifikasi kemungkinan penyebab BB


kurang
 Monitor adanya mual muntah
Edukasi

 Jelaskan jenis makanan yang bergizi


tinggi
Nama : Ny. S Umur : 25 th No. Dokumen RM :

Ruang : Alamanda Kelas : Tanggal : 24-08-2021

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Diagnosa
Hari/Tgl/Jam Implementasi Respon TTD
Keperawatan

selasa Bersihan  Memonitor kemampuan dan mlatih  Klien mampu menerapakn batuk efektif,
24-08-2021 Jalan Nafas batuk efektif sputum keluar warna kuning kental
tidak Efektif  Memonitor status oksigen klien  Klien merasa lebih terbantu bernapas
(Kode:  Mengatur posisi semi fowler atau fowler SPO2 94%
D.0001)  Memberikan nebulizer  Klien terlihat nyaman dan mengeluarkan
sputum saat batuk setelah diberikan
nebulizer
Gangguan  Memonitor bunyi napas tambahan  Setelah dilakukan auskultasi bunyi napas
selasa Pertukaran  Monitor TTV tambahan klien masih terdengar
24-08-2021 Gas (Kode: wheezing
D.0003)  TD 105/69 mmhg, nadi 108 x/menit, RR
28 x/menit, spo2 94%

 Pasien mengalami penurunan berat badan


 Memonitor berat badan dari 54 kg menjadi 45 kg
Defisit
selasa  Mengidentifikasi status nutris  Status nutrisi klien buruk karena tidak
nutrisi
24-08-2021  Mengkolaborasi dengan ahli gizi untuk nafsu makan, hanya makan ¼ porsi
(Kode:
D.0019) menentukan jumlah kalori dan jenis  Klien di beri diet TKTP oleh ahli gizi
nutrien jika di butuhkan  Klien diberikan injeksi omeprazole 40
 Menjelaskan jenis obat serta alasan mg iv, omeprazole berfungsi mengontrol
pemberian obat injeksi omeprazole 40 produksi asam lambung
mg  Klien mau makan snack porsi kecil
 Menganjurkan pasien makan sedikit tapi
sering
 Menganjurkan pasien untuk menjaga
 Klien mau menggosok gigi
kebersihan mulut

Diagnosa
Hari/Tgl/Jam Implementasi Respon TTD
Keperawatan
Rabu Bersihan  Memonitor kemampuan dan melatih  Klien mampu menerapakn batuk
25-08-2021 Jalan Nafas batuk efektif efektif, sputum keluar warna kuning
tidak Efektif  Memonitor status oksigen klien kental
(Kode:  Mengatur posisi semi fowler atau fowler  Klien merasa lebih terbantu bernapas
D.0001)  Memberikan nebulizer SPO2 94%
 Klien merasa dada yang terasa berat
berkurang
 Klien terlihat nyaman dan
mengeluarkan sputum saat batuk
setelah diberikan nebulizer

Gangguan  Memonitor bunyi napas tambahan


Rabu
Pertukaran  Setelah dilakukan auskultasi bunyi
25-08-2021  Memonitor jumlah sputum (jumlah dan
Gas(Kode: napas tambahan klien masih terdengar
warna)
D.0003) rocnhii
 Memasang O2 lembab Simple mask 4
 Terlihat Sputum berkurang
lpm
 Saturasi oksigen (Spo2) 96 %
 Monitor TTV
Rabu Defisit  TD 110/70 mmhg, nadi 102 x/menit,
 Memonitor berat badan
nutrisi RR 24 x/menit, spo2 96%
25-08-2021 (Kode:  Mengidentifikasi status nutris  Pasien mengalami penurunan berat
D.0019)  Mengkolaborasi dengan ahli gizi untuk badan dari 54 kg menjadi 45 kg
menentukan jumlah kalori dan jenis  Status nutrisi klien buruk karena tidak
nutrien jika di butuhkan nafsu makan, hanya makan ¼ porsi
 Menjelaskan jenis obat serta alasan  Klien di beri diet TKTP oleh ahli gizi
pemberian obat injeksi omeprazole 8 mg  Klien diberikan injeksi omeprazole 40
amp mg iv, omeprazole berfungsi
 Menganjurkan pasien makan sedikit tapi mengontrol produksi asam lambung
sering  Klien mau makan snack porsi kecil
 Menganjurkan pasien untuk menjaga  Klien mau menggosok gigi
kebersihan mulut
Nama : Ny. S Umur : 25 th No. Dokumen RM :

Ruang : Alamanda Kelas : Tanggal : 26-08-2021

LEMBAR EVALUASI

Hari/Tgl/Jam Diagnosa Keperawatan Evaluasi TTD

Kamis Bersihan Jalan Nafas tidak S: Klien mengatakan dahak berkurang


26/08/2021 Efektif (Kode: D.0001)
O:

 Kesadaran : Compos Mentis


 Akral hangat
 Napas cuping hidung
 Suara napas ronchi
 Hasil TTV :
- TD 110/70 mmhg
- Nadi 102 x/menit
- RR 24 x/menit
- Spo2 96%
A: Masalah belum teratasi

P: Intervensi dilanjutkan

kamis Gangguan Pertukaran Gas


26/08/2021 (Kode: D.0003)

S: Klien mengatakan sesak berkurang

O:

- TD 110/70 mmhg
- Nadi 102 x/menit
- RR 24 x/menit
- Spo2 96%
A: Masalah belum teratasi

P: Intervensi dilanjutkan

kamis Defisit nutrisi (Kode:


26/08/2021 D.0019)

S: Klien mengatakan makan hanya 1/2 porsi

O:

- Porsi makan tidak habis (1/2)


- infus Riang As 1500cc/24jam
- Hemaglobin 6,1 gr/dl
A: Masalah belum teratasi

P: Intervensi dilanjutkan
BAB IV

PEMBAHASAN

A. Pembahasan
pada bab ini penulis akan membahas mengenai pemberian asuahan
keperawatan untuk pasien Tb Paru pada Ny, S, Dimana asuhan
keperawatan ini di aplikasikan dengan teori keperawatan pada bab
sebelumnya di sesuaikan dengan tujuan penulisan.
Dalam pembahasan ini penulis akan menguraikan yang ada pada
tinjauan kasus ini dengan mebandingkan antara teori dengan kejadian
nyata saat melakukan asuahan keperawatan pada Ny, S dengan masalah
utama Tb Paru. Setelah melakukan pengkajian pada Ny,S berikut ini
pembahasan mengenai diagnose keperawatan yang utama dalam asuhan
keperawatan pada Ny,S dengan Tb Paru.
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan hiprsekresi jalan
napas dibuktikan dengan sputum berlebih
Bersihan jalan nafa tidak efektif adalah ketidakmampuan
membersihkan secret atau obstruksi jalan nafas untuk mempertahankan
jalan nafas
Penulis merumuskan diagnose ini di karenakan pasien mengalami
sesak nafas dan batuk .
2. Gangguan Pertukaran Gas berhubungan dengan perubahan membran
alveolus-kapiler dibuktikan dengan pola napas abnormal
Pola nafas tidak efektif adalah inspirasi atau ekspirasi yang tidak
memberi ventilasi ade kuat.
Penulis merumuskan diagnose ini di karenakan Ny, S mengalami sesak
nafas bertambah berat pada saat beraktivitas
3. Deficit nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis dibuktikan
dengan nafsu makan menurun
Deficit nutrisi adalah kondisi dimana klien beresiko mengalami
asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolism.
Penulis merumuskan diagnose ini di karenakan Ny, S mengalami
penurunan nafsu makan selama 2 minggu dan berat badan berkurang.
BAB V

PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Pada tahap pengkajian dilakukan metode wawancara dan observasi
kepada Ny, S. klien mengatakan mengalami sesak nafas di sertai batuk
berdahak, nafas terasa berat apabila beraktifitas, disertai mual-mual,
nafsu makan berkurang sejak 2 minggu yang lalu.
2. Setelah dilakukan pengkajian dan analisa kasus muncul tiga diagnosa
pada pasien, yaitu :
 Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan
hiprsekresi jalan napas dibuktikan dengan sputum berlebih
 Gangguan Pertukaran Gas berhubungan dengan perubahan
membran alveolus-kapiler dibuktikan dengan pola napas
abnormal
 Deficit nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis dibuktikan
dengan nafsu makan menurun
3. Intervensi yang direncanakan pada kasus terdiri dari:
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan hiprsekresi
jalan napas dibuktikan dengan sputum berlebih terdapat 11 rencana
tindakan keperawatan
b. Gangguan Pertukaran Gas berhubungan dengan perubahan membran
alveolus-kapiler dibuktikan dengan pola napas abnormal terdapat 7
rencana tindakan keperawatn
c. Deficit nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis dibuktikan
dengan nafsu makan menurunterdapat 9 rencana tindakan
keperawatan
4. Implementasi yang dilakukan sudah sesuai dengan intervensi yang
ditetapkan.
5. Hasil evaluasi keperawatan didapatkan bahwa diagnosa:
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan hiprsekresi
jalan napas dibuktikan dengan sputum berlebih belum teratasi
b. Gangguan Pertukaran Gas berhubungan dengan perubahan
membran alveolus-kapiler dibuktikan dengan pola napas abnormal
belum teratasi
c. Deficit nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis dibuktikan
dengan nafsu makan menurun belum teratasi

B. SARAN
1. Bagi institusi pendidikan, diharapkan dengan adanya studi kasus ini,
dapat meningkatkan kualitas pembelajaran bagi mahasiswa/i di STIKes
IMC Bintaro, khususnya pada keperawatan gawat darurat.
2. Bagi rumah sakit, diharapkan dengan adanya studi kasus ini, dapat
dijadikan sebagai bahan masukan dan bahan evaluasi yang diperlukan
dalam pemberian asuhan keperawatan.
3. Bagi perawat, diharapkan dengan adanya studi kasus ini, dapat
dijadikan sebagai acuan untuk meningkatkan mutu pemberian asuhan
keperawatan pada kasus fraktur terbuka

Anda mungkin juga menyukai