S
DENGAN TB PARU DI RUANG ALAMANDA RS OMNI
HOSPITAL CIKARANG
Disusun Oleh:
AISYAH EKA FIRDIANTI
201740102
A. Latar Belakang
Penyakit TBC adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh
bakteri mycobacterium tuberkulosa. Bakteri ini berbentuk batang dan
bersifat tahan asam sehingga dikenal juga sebagai Batang Tahan Asam
( BTA ). Bakteri ini pertama kali ditemukan oleh Robert Koch pada
tanggal 24 maret 1882, sehingga untuk mengenang jasanya bakteri
tersebut diberi nama baksil koch. Bahkan, penyakit TBC pada paru-paru
kadang disebut sebagai Koch Pulmonum (KP ).
Penyakit TBC dapat menyerang siapa saja dan dimana saja. Setiap
tahunnya, indonesia bertambah dengan seperempat juta kasus TBC dan
sekitar 140.000 kematian terjadi setiap tahunnya disebabkan oleh TBC.
Bahkan, indonesia adalah negara ketiga terbesar dengan masalah TBC di
indonesia.
Penyakit tuberkulosis merupakan penyakit yang bersifat sistemik,
yang dapat bermanifestasi pada berbagai organ, terutama paru. Sifat
sistemik ini disebabkan oleh penyebaran hematogen dan limfogen setelah
terjadi infeksi Mycobacterium tuberculosis. Data insidens dan prevalens
tuberkulosis anak tidak mudah dengan penelitian indeks tuberkulin dapat
diperkirakan angka kejadian prevalens tuberkulosis.
Penyakit TBC tidak mempunyai gejala yang khas, bahkan sering
tanpa gejala dan baru diketahui adanya kelainan dengan pemeriksaan foto
rontgen paru. Pada saat itu kemungkinannya ada dua, apakah yang akan
muncul gejala TBC yang benar-benar atau sama sekali tidak muncul. Tapi
bukan berarti sembuh. Setelah bertahun-tahun bisa saja muncul, bukan di
paru-paru lagi melainkan di tulang, ginjal, otak dan sebagainya. Ini yang
berbahaya dan butuh waktu yang lama untuk penyembuhannya.
Karena itu perlu kita sadari kembali bahwa TBC dalah penyakit
yang sangat perlu mendapat perhatian untuk ditanggulangi. Karena bakteri
mycobacterium tuberculosa sangat mudah menular melalui udara pada saat
pasien TBC batuk atau bersin, bahkan pada saat meludah dan berbicara.
Satu penderita bisa menyebarkan bakteri TBC ke 10-15 orang dalam satu
tahun.
Dari uraian latar belakang diatas penulis tertarik untuk melakukan
pengelolaan pasien dengan diagnosa TB Paru ialah agar penulis dan
pembaca dapat menambah pengetahuan dalam melakukan perawatan
secara mandiri kepada pasien dengan TB Paru.
B. Rumusan Masalah
Berdasakan latar belakang tersebut maka rumusan masalah dalam
makalah ini adalah “Bagaimanakah Asuhan Keperawatan Medikal Bedah
Pada Ny, S Dengan TB Paru di ruang Alamanda RS OMNI Hospital
Cikarang?“
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan TB Paru di
ruang Alamanda RS OMNI Hospital Cikarang.
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian keperawatan pada pasien dengan TB Paru
di RS OMNI Hospital Cikarang.
b. Merumuskan diagnosis keperawatan pada pasien dengan TB Paru
di ruang Alamanda RS OMNI Hospital Cikarang.
c. Merumuskan rencana keperawatan pada denganTB Paru di RS
OMNI Hospital Cikarang.
d. Melakukan implementasi keperawatan pada pasien dengan TB
Paru di RS OMNI Hospital Cikarang.
e. Melakukan evaluasi asuhan keperawatan pada pasien dengan TB
Paru di RS OMNI Hospital Cikarang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. KONSEP DASAR
1. Definisi TB Paru
2. Etiologi
Penyebab tuberkulosis paru menurut Danusantoso (2012) adalah
sebagai mana telah diketahui, tuberkulosis paru disebabkan oleh basil TB
(mycobacterium tuberculosis humanis).
6. Pada anak:
5) Semua anak dengan reaksi cepat BCG (reaksi lokal timbul < 7
hari setelah penyuntikan) harus dievaluasi dengan sistem
scroring TB anak
a. Tuberkulosis minimal
a. Tuberkulosis paru
(sudoyo Aru):
a. Kasus kambuh
Gangguan
Ketidakefektif pertukaran gas
an bersihan
jalan nafas Suplai oksigen
menurun
Pembentukan ATP
Sianosis menurun
jaringan
perifer
Energy menurun
Ketidakefektif
an perfusi Kelelahan
jaringan
perifer Gangguan
mobilitas fisik
6. Pemeriksaan Penunjang
3. Skin test (PPD, mantoux, tine, and vollmer patch): reaksi postif (area
indurasi 10 mm atau lebih, timbul 48-72 jam setelah injeksi antigen
intradermal) mengindikasikan infeksi lama dan adanya antibodi, tetapi
tidak mengindikasikan penyakit yang sedang aktif.
6. Needle biopsi of lung tissue: positif untuk granuloma TB, adanya sel-sel
besar yang mengindikasikan nekrosis.
11. Tes fungsi paru paru: VC menurun, dead space meningkat, TLC
meningkat, dan menurunnya saturasi O2 yang merupakan gejala 13
sekunder dari fibrosis/infiltrasi parenkim paru-paru dan penyakit pleura.
7. Penatalaksanaan
Pas 10 mg.
INH.
Rifampicin.
Ethambutol
Rifampicin.
Isoniazid (INH).
Ethambutol.
Pyridoxin (B6)
8. Pencegahan
2. Bila ada yang dicurigai sebagai penderita TBC maka harus segera
diobati sampai tuntas agar tidak menjadi penyakit yang lebih berat dan
terjadi penularan.
B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
1) Identitas
3) Data biologis
b) Pola nutrisi
d) Rasa nyaman/nyeri
e) Integritas ego
f) Keamanan
g) Interaksi Sosial
4) Pemeriksaan fisik
8) Kepala
9) Rambut
Pada klien TBC biasanya rambutnya hitam serta kulit kepala klien
bersih, dan tidak rontok
10) Wajah
11) Mata
12) Hidung
13) Mulut
Biasanya bibir kering, lidah tidak kotor dan biasanya ada caries
pada gigi
14) Leher
15) Dada/Thorak
16) Jantung
17) Perut/Abdomen
18) Geniteorinaria
20) Ekstermitas
Biasanya ada edema pada ekstermitas atas dan bawah, dan kekuatan
otot lemah.
2) Integritas Ego:
3) Makanan/Cairan
4) Nyeri/Kenyamanan
5) Pernapasan
6) Keamanan
7) Interaksi Sosial
8) Penyuluhan/Pembelajaran
3. INTERVENSI
Diagnosa 1
Tujuan dan kriteria hasil: setelah dilakukan asuhan keperawatan selama (3x24 jam)
diharapkan bersihan jalan nafas meningkat dengan kriteria hasil :
- Batuk efektif meningkat
- Produksi sputum menurun
- Mengi menurun
- Wheezing menurun
- Frekuensi nafas membaik
- Pola nafas membaik.
INTERVENSI
Observasi
- Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya nafas
- Monitor pola nafas
- Monitor kemampuan batuk efektif
- Monitor adanya produksi sputum
- Monitor adanya sumbatan jalan nafas
- Auskultasi bunyi nafas
- Monitor saturasi oksigen
Terapeutik
Edukasi
- Kolaborasi pemberian mukolitik atau ekspektoran
Diagnosa 2
Tujuan dan kriteria hasil: setelah dilakukan asuhan ( 3x24 jam) diharapkan pertukaran gas
meningkat dengan kriteria hasil :
Kriteria Hasil:
- Dipsnea menurun
- Bunyi napas tambahan menurun
- Pola napas membaik
INTERVENSI
Observasi
Kolaborasi
Kriteria Hasil:
INTERVENSI
Observasi
4. IMPLEMENTASI
Tahap implementasi keperawatan adalah inisiatif dari rencana
tindakan untuk mencapai tujuan spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai
setelah rencana tindakan di susun dan ditujukan pada nursing order untuk
membantu klien mendapat tujuan yang diharapkan. Karena itu rencana
tindakan yang spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi factor-faktor
yang mempengaruhi masalah kesehatan klien.
5. EVALUASI
Evaluasi tentang semua tindakan atau terapi yang telah dilakukan
oleh perawat kepada pasien, apakah pasien mengalami kemajuan tentang
kesehatannya atau justru mengalami kemunduran. Selain itu evaluasi juga
diperlukan untuk mengetahui rencana keperawatan selanjutnn
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. IDENTITAS KLIEN
Nama : Ny. S
Umur : 25 tahun
Status : Menikah
Agama : Islam
Suku : Sunda
Pendidikan : SMP
DX Medis : TB Paru
Umur : 38 Tahun
Pendidikan : STM
6. Riwayat Alergi
Pasien tidak ada riwayat alergi
b. Sistem Kardiovaskuler
Inspeksi : Keadaan dada klien simetris, pengembangan dada simetris, tidak ada
pembesaran pada jantung, sianosis tidak ada, CRT < 2, nadi: 110 x/menit teraba
kuat, akral teraba hangat,
Palpasi : terdapat pulsasi (denyutan ) pada ICS 2 sebelah kanan (area aorta) dan
ICS 2 kiri (area pulmonal. Terdapat pulsasi (denyutan) pada ICS 5 mid clavikula
Perkusi : Tidak terdengar suara pekak
Auskultasi: terdengar suara S1 dan S2, tidak terdengar suara jantung tambahan
(Murmur/Gallop)
c. Sistem Persyarafan
Klien dapat membedakan bau, dapat membaca dengan jarak 30 cm, dapat
membedakan rasa pahit dan manis, reflek menelan baik.
d. Sistem Pencernaan
Inspeksi: Tidak tampak pembesaran organ di area abdomen, tidak ada distensi
abdomen
Palpasi : Tidak teraba adanya pembesaran organ atau massa
Auskultasi: Bising usus 10 x/menit
8. Pengkajian Fungsional
1. Oksigenasi
Sebelum sakit
Klien bernapas dengan normal, tidak ada batuk, tidak ada sesak tidak menggunakan
alat bantu pernapasan.
Saat sakit
Pasien mengatakan sesak napas, terasa memberat saat aktivitas berkurang saat
istirahat, RR : 32 x/menit, SpO2 : 90 %
2. Cairan dan Elektrolit
Sebelum sakit
a. Intake
Oral : Air minum
Jenis : Air putih, teh
b. Output
Jenis : BAK
Jumlah cc/hari : Tidak ada data
Saat sakit
a. Intake
Oral : Air minum
Jenis : Air putih
Jumlah cc/hari : 2000cc/hari
Bantuan total/sebagian : Dibantu
Intravena
Jenis : Ring As 20 tts/menit
Jumlah cc/hari : 1500 cc/hari
b. Output
Jenis : tidak ada
3. Nutrisi
Sebelum Sakit
BB/TB : 54 Kg 165 cm
Diet : Nasi + lauk pauk
Frekuensi : 3 x sehari
Porsi makan : 1 piring
Makanan yang menimbulkan alergi : Tidak ada
Makanan yang di sukai :Telur, sayur, daging
Kemampuan :
- Mengunyah : Dapat mengunyah dengan baik
- Menelan : Dapat menelan dengan baik
- Bantuan total/sebagian : Mandiri
Saat Sakit
BB/TB : 45 kg / 165 cm
Diet : Bubur
Frekuensi : 2 x sehari
Porsi makan : ¼ porsi
Makanan yang menimbulkan alergi : Tidak ada
Makanan yang di sukai :Telur, sayur, daging
Kemampuan :
- Mengunyah : Dapat mengunyah dengan baik
- Menelan : Dapat menelan dengan baik
- Bantuan total/sebagian : Bantuan total (disuapin)
- Nafsu makan menurun
- Ada penurunan berat badan
9. Pemeriksaan Penunjang
a. Hasil Laboratorium
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
Neutrofil 67 50-70
Limfosit 17 20-40
Monosit 0 2-8
Gol Darah A+
SGPT 51 <50
Preparat BTA 1
b. Pemeriksaan Diagnostik
X-ray thorak AP/PA : Tuberkulosis paru miller
10. Progam Terapi
PO 450 mg
3 Rimpapilin 1-0-0
PO Tablet
4 Flukonazole 1-0-0
PO 600 mg
5 Flumucyl 1-0-0
IV 500 mg
6 Sanmol 1-1-1
IV 40 mg
7 Omeprazole 1-0-1
IV 500 mg
8 Levofloxacin 1-0-0
IV 1 Ampul
9 Plasminex 1-1-1
Respul
10 Ventolin 1-1-1
D. ANALISA DATA
Hari/Tgl/ Data Fokus Etiologi Problem
Jam
DO : inflamasi
frekuensi napas
Kerusakan membran alveolar
28 X / menit
Nadi 108 x/menit
Spo2 94 % peningkatan secret di saluran
Rhonchi
sputum banyak ketidakefektifan bersihan
Tuberkulosis
paru miller
Selasa DS : Mycobacterium tuberkulosa Gangguan
24-08-2021 masuk ke saluran pernafasan pertukaran gas
klien mengatakan
sesak napas di
inflamasi
sertai dada terasa
berat saat
Pertahanan primer tidak
beraktivitas
adekuat
dyspnoe
Menurunnya permukaan efek
HB 13.2
paru
RR 28x/ menit
HR 108x/menit Alveolus mengalami
Spo2 94 % konsilidasi dan eksudasi
Napas cuping
hidung Gangguan pertukaran gas
X-ray thorax:
Tuberkulosis
paru miller
Selasa DS:Klien tidak basil tuberculosis masuk ke Ketidakseimbangan
24-08-2021 selera makan (nafsu saluran pernafasan nutrisi kurang dari
makan berkurang) di
sertai mual-mual kebutuhan
Inflamasi
DO:
Penurunan BB
DIAGNOSE KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan hiprsekresi jalan napas
dibuktikan dengan sputum berlebih
2. Gangguan Pertukaran Gas berhubungan dengan perubahan membran alveolus-
kapiler dibuktikan dengan pola napas abnormal
3. Defisit nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis dibuktikan dengan nafsu
makanmenurun
Nama : Ny. S Umur : 25 th No. Dokumen RM :
INTERVENSI
Hari/
Diagnosa Keperawatan Tujuan Dan Kriteria Hasil Intervensi TTD
Tgl/Jam
Teraupetik
Terapi oksigen
Observasi
Kolaborasi
Observasi
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Diagnosa
Hari/Tgl/Jam Implementasi Respon TTD
Keperawatan
selasa Bersihan Memonitor kemampuan dan mlatih Klien mampu menerapakn batuk efektif,
24-08-2021 Jalan Nafas batuk efektif sputum keluar warna kuning kental
tidak Efektif Memonitor status oksigen klien Klien merasa lebih terbantu bernapas
(Kode: Mengatur posisi semi fowler atau fowler SPO2 94%
D.0001) Memberikan nebulizer Klien terlihat nyaman dan mengeluarkan
sputum saat batuk setelah diberikan
nebulizer
Gangguan Memonitor bunyi napas tambahan Setelah dilakukan auskultasi bunyi napas
selasa Pertukaran Monitor TTV tambahan klien masih terdengar
24-08-2021 Gas (Kode: wheezing
D.0003) TD 105/69 mmhg, nadi 108 x/menit, RR
28 x/menit, spo2 94%
Diagnosa
Hari/Tgl/Jam Implementasi Respon TTD
Keperawatan
Rabu Bersihan Memonitor kemampuan dan melatih Klien mampu menerapakn batuk
25-08-2021 Jalan Nafas batuk efektif efektif, sputum keluar warna kuning
tidak Efektif Memonitor status oksigen klien kental
(Kode: Mengatur posisi semi fowler atau fowler Klien merasa lebih terbantu bernapas
D.0001) Memberikan nebulizer SPO2 94%
Klien merasa dada yang terasa berat
berkurang
Klien terlihat nyaman dan
mengeluarkan sputum saat batuk
setelah diberikan nebulizer
LEMBAR EVALUASI
P: Intervensi dilanjutkan
O:
- TD 110/70 mmhg
- Nadi 102 x/menit
- RR 24 x/menit
- Spo2 96%
A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
O:
P: Intervensi dilanjutkan
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pembahasan
pada bab ini penulis akan membahas mengenai pemberian asuahan
keperawatan untuk pasien Tb Paru pada Ny, S, Dimana asuhan
keperawatan ini di aplikasikan dengan teori keperawatan pada bab
sebelumnya di sesuaikan dengan tujuan penulisan.
Dalam pembahasan ini penulis akan menguraikan yang ada pada
tinjauan kasus ini dengan mebandingkan antara teori dengan kejadian
nyata saat melakukan asuahan keperawatan pada Ny, S dengan masalah
utama Tb Paru. Setelah melakukan pengkajian pada Ny,S berikut ini
pembahasan mengenai diagnose keperawatan yang utama dalam asuhan
keperawatan pada Ny,S dengan Tb Paru.
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan hiprsekresi jalan
napas dibuktikan dengan sputum berlebih
Bersihan jalan nafa tidak efektif adalah ketidakmampuan
membersihkan secret atau obstruksi jalan nafas untuk mempertahankan
jalan nafas
Penulis merumuskan diagnose ini di karenakan pasien mengalami
sesak nafas dan batuk .
2. Gangguan Pertukaran Gas berhubungan dengan perubahan membran
alveolus-kapiler dibuktikan dengan pola napas abnormal
Pola nafas tidak efektif adalah inspirasi atau ekspirasi yang tidak
memberi ventilasi ade kuat.
Penulis merumuskan diagnose ini di karenakan Ny, S mengalami sesak
nafas bertambah berat pada saat beraktivitas
3. Deficit nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis dibuktikan
dengan nafsu makan menurun
Deficit nutrisi adalah kondisi dimana klien beresiko mengalami
asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolism.
Penulis merumuskan diagnose ini di karenakan Ny, S mengalami
penurunan nafsu makan selama 2 minggu dan berat badan berkurang.
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Pada tahap pengkajian dilakukan metode wawancara dan observasi
kepada Ny, S. klien mengatakan mengalami sesak nafas di sertai batuk
berdahak, nafas terasa berat apabila beraktifitas, disertai mual-mual,
nafsu makan berkurang sejak 2 minggu yang lalu.
2. Setelah dilakukan pengkajian dan analisa kasus muncul tiga diagnosa
pada pasien, yaitu :
Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan
hiprsekresi jalan napas dibuktikan dengan sputum berlebih
Gangguan Pertukaran Gas berhubungan dengan perubahan
membran alveolus-kapiler dibuktikan dengan pola napas
abnormal
Deficit nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis dibuktikan
dengan nafsu makan menurun
3. Intervensi yang direncanakan pada kasus terdiri dari:
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan hiprsekresi
jalan napas dibuktikan dengan sputum berlebih terdapat 11 rencana
tindakan keperawatan
b. Gangguan Pertukaran Gas berhubungan dengan perubahan membran
alveolus-kapiler dibuktikan dengan pola napas abnormal terdapat 7
rencana tindakan keperawatn
c. Deficit nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis dibuktikan
dengan nafsu makan menurunterdapat 9 rencana tindakan
keperawatan
4. Implementasi yang dilakukan sudah sesuai dengan intervensi yang
ditetapkan.
5. Hasil evaluasi keperawatan didapatkan bahwa diagnosa:
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan hiprsekresi
jalan napas dibuktikan dengan sputum berlebih belum teratasi
b. Gangguan Pertukaran Gas berhubungan dengan perubahan
membran alveolus-kapiler dibuktikan dengan pola napas abnormal
belum teratasi
c. Deficit nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis dibuktikan
dengan nafsu makan menurun belum teratasi
B. SARAN
1. Bagi institusi pendidikan, diharapkan dengan adanya studi kasus ini,
dapat meningkatkan kualitas pembelajaran bagi mahasiswa/i di STIKes
IMC Bintaro, khususnya pada keperawatan gawat darurat.
2. Bagi rumah sakit, diharapkan dengan adanya studi kasus ini, dapat
dijadikan sebagai bahan masukan dan bahan evaluasi yang diperlukan
dalam pemberian asuhan keperawatan.
3. Bagi perawat, diharapkan dengan adanya studi kasus ini, dapat
dijadikan sebagai acuan untuk meningkatkan mutu pemberian asuhan
keperawatan pada kasus fraktur terbuka