Anda di halaman 1dari 8

BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Ilmu pengetahuan dapat memberikan reasa aman kepada manusia.
Pengethuan mengenai reproduksi memberitahukan apa yang dialami oleh
seseorang perempuan yang sedang dalam masa puber adalah normal.
Adanya perasaan bingung, merasa cemas, khawatir pada saat menstruasi
disebabkan oleh remaja putri kurang pengetahuan tentang menstruasi akan
mempengaruhi persepsi remaja tentang menstruasi. Jika persepsi yang
dibentuk remaja tentang menstruasi positif maka, hal ini akan berpengaruh
pada kesiapan remaja dalam menhadapi menstruasi (fajri & khairani,
2011)
Masa sekolah dasar berlangsung antara 6-12 tahun. Masa ini sering
disebut juga masa sekolah yaitu, massa matang untuk belajar atau sekolah.
Pada massa ini anak-anak lebih mudah diarahkan diberi tugas yang harus
di selesaikan, dan cenderung mudah untuk belajar berbagai kebiasaan
seperti makan,tidur,bangun, dan belajar pada waktu dan tempat
dibandingkan dengan masa pra sekolah. Anak sekolah dasar merupakan
anak dengan kategori banyak mengalami perubahan yang sangat drastic
baik mental maupun fisik (sugiyanto, 2010).

Masa pra remaja ditandai dengan meningkatnya cara berfiir kritis.


Anak tanggu selalu menanyakan sebab akibat dengan cara menyanggah
orang dewasa. Pada masa ini mudah mudah terjadi indentifikasi yang
sifartnya emisional dengan teman sebaya yang sejenis. Pengendalian
emosi dan kesediaan bertanggung jawab lebih terlihat memlalui perbuatan
atau tundakan (Aqwan,2012)
Remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-anak ke masa masa
dewasa. Usia remaja berawal dari usia 10 hingga 19 tahun, Walau
bagaimanapun juga pencapaian masa ini tidak sama antara masa manusia.
Ada yang masa remaja lebih awal, misalnya pada usia 8-9 tahun atau
bahkan penyelesaian masa remajanyapun ada yang lebih akhir, yaitu
hinggga 21 tahun (Aqwam,2012).
Usia remaja dimulai sejak 10-19 tahun. Pada usia ini, seseorang
akan mengalami fase tertentu. Terjadi berbagai perubahan fisik maupun
psikologi pada remaja sehingga mereka sendiri menjadi bingung dengan
perubahan yang terjadi pada dirinya. Salah satu perubahan yang terjadi
yaitu mengalami menarche. Bagi remaja putri, menstruasi pertama selalu
diikuti dengan rasa malu dan takut. Remaja hendaknya dibekali dengan
pemahaman bahwa menstruasi harus dilalui dengan ketenangan.
(Rahayu,2016).
Menurut WHO (2010) anak usia sekolah yaitu anak yang berusia
6-12 tahun. Data demografi di amerika serikat tahun 1990 menunjukan
jumlah remaja umur 10-19 tahun sekitar 15% populasi di Asia Pasifik
dimana penduduknya merupakan 60% penduduk dunia, sepertinya
berumur 10-19 tahun (Kusuma, 2013). Menurut data kementrian
pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak (2012) jumlah penduduk
Indonesia pada usia sekolah 7-12 tahun tercatat 27,3 juta orang, laki-laki
14,02 juta dan perempuan 13,28 juta orang. Hasil tersebut menunjukan
anak usia sekolah di Indonesia masih tercatat banyak. Hasil Riskesdas
(Riset Kesehatan Dasar) Indonesia tahuan 2010 menunjukan bahwa rata-
rata usia menarche di indonesia adalah 13 tahun dengan kejadian lebih
awal pada usia kurang dari 9 tahun atau lebih lambat pada usia 17 tahun.
Data dinas Pendidikan provinsi Yogyakarta tahun 2008 menunjukan
remaja putri usia sekolah 7-12 tahun sebanyak 51.086 orang, sedangkan
usia 13-15 tahun berjumlah 10.229 orang, dan usia 16-18 tahun 17.397
orang. Hal itu menunjukan banyak anak usia sekolah provinsi yogya karta
yang mulai memasuki usia menarche. Di jawa tengah khsus semarang,
sekitar 0,1% remaja putri mengalami menarche lebih awaal pada usia 6-8
tahun dan sekitar 26,3% lainnya mendapatkan menarche usia lebih dari 14
tahun (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2010).
Remaja yang mengalami menstruasi membutuhkan kesiapan
mental yang baik. Kesiapan menghadapi menstruasi adalah keadaan yang
menunjukan bahwa seseorang siap untuk mencapai salah satu kematangan
fisik yaitu datangnya menstruasi (fajri & khairani , 2011)
Remaja yang belum siap menghadapi menstruasi akan timbul
keinginan untuk menolak proses fisiologis tersebut. Mereka akan merasa
haid sebagai sesuatu yang kejam dan mengancam. Reaksi yang negarif
berupa kecemasan, merasa takut, terkejut, merasa malu, khawatir bingung,
gelisah, keadaan ini dapat berlanjut kearah yang lebih negative. Tetapi
berbeda dengan mereka yang siap dalam menghadapi menstruasi, mereka
akan merasa senang dan bangga, dikarena mereka mengaggap dirinya suda
dewasa secara biologis (fajri & khairani , 2011)
Masa remaja akan dihadapkan dengan kematangan seksusal yang
disebut dengan fase pubertas. Remaja akan menghadapi perubahan baru
dalam hidupnya.. Perubahan bentuk tubuh dan kematangan seksual akan
sangat berpengaruh pada kehidupan kejiwaan remaja (Sulistyoningsih,
2014).
Pubertas adalah masa ketika seorang anak mengalami perubahan
fisik,psikis,dan pematangan fungsi seksual. Masa pubertas dalam
kehidupan kita biasanya di mulai saat berumur 8-10 tahun dan berakhir
lebih kurang di usia 15-16 tahun. Pada masa ini memang pertumbuhan dan
perkembangan berlangsung dengan cepat, pada perempuan pubertas
ditandai dengan menstruasi pertama (menarche), sedangkan pada laki-laki
ditandai dengan mimpi basah (Setyaningrum,2017).
Menurut Errickson, masa pubertas jika tidak dipersiapkan akan
menjadi hal yang traumatik. Kejadian traumatik yang terjadi akan
membuat remaja depresi. Manifestasi depresi biasanya biasanya berkaitan
dengan perasaan sedih, murung, putus asa, merana, dan tidak Bahagia.
Selain itu kematangan seksual juga mengakibatkan remaja mulai tertarik
terhadap anatomi fisiologi tubuhnya, kecemasan-kecemasan, dan
pertanyaan seputar menstruasi atau hal-hal yang berkaitan dengan system
reproduksi lainnya. Secara umum untuk mengatasi perubahan-perubahan
tersebut, kebutuhan remaja meliputi kebutuhan fisik, social dan emosional.
Pemenuhan kebutuhan khususnya untuk remaja putri menjadi sangat
penting karena akses infromasi remaja pada kesehatan reproduksinya
sangat terbatas (Soetjiningsih, 2010)
Hasil survey demografi dan kesehatan Indonesia remaja (SDKI-R)
tahun 2012 menyebutkan bahwa 13,3% remaja putri tidak tahu sama sekali
mengenai perubahan fisiknya saat puber. Bahkan 47,9% remaja putri tidak
mengetahui waktu puber (BKKBN,2012)
Kondisi dilapangan menunjukan bahwa rata-rata remaja putri
memperoleh informasi tentang pubertas dari guru (61%) dan teman (29%).
Seperempat remaja tidak pernah membicarakan tentang menstruasi
sebelum dirinya mengalami menarche (SDKI,2012.)
Menstruasi adalah perdarahan yang dialami oleh wanita yang
terjadi pada vagina dalam selang waktu yang tetap karena terlepasnya
lapisan endometrium uterus. Menstruasi yang terjadi untuk pertama kali
diawal masa remaja pada setiap wanita disebut dengan menarche.
Menarche normal jika terjadi pada usia 12-13 tahun, apabila terjadi
dibawah usia 12 tahun maka dikatakan sebagai menarche dini. Meskipun
begitu usia menarche pada setiap perempuan bervariasi yaitu antara usia
10-16 tahun. (Sukami Ik & Wahyu P. 2013).
Menarche merupakan menstruasi pertama yang dialami wanita
sebagai tanda kematangan seksual, biasanya terjadi dalam rentan usia 10-
16 tahun. Hal ini pertanda seorang remaja putri beranjak dewasa dan sudah
siap menjadi wanita seutuhnya, dimana semua organ intim wanita tersebut
telah siap untum system reproduksi. Tanda awal adanya perubahan lain
seperti pertumbuhan payudara, pertumbuhan rambut di daerah pubis serta
distribusi lemak di daerah pinggang (Proverawati Atikah, 2016).
Hasil SDKI 2012 menyatakan bahwa 23% perempuan usia 12
tahun dan 7% usia 10-11 tahun sudah mengalami menarche remaja
indonesia termasuk dalam rentang usia 12-15 tahun. Prenstasi ini
mengalami kenaikan dari hasil SKKRI tahun 2017.
Hasil Presentase secara nasional rata-rata manrche 13-14 tahun
terjadi pada 37,5% anak Indonesia. Rata-rata menarche 11-12 tahun terjadi
pada 30,3% pada anak-anak di DKI Jakarta, dan 12.1% di Nusa Tenggara
Barat, rata-rata menarche 17-18 tahun terjadi pada 8,9% amak-amak di
Nusa Tenggara Timur, dan 2,0% di Bengkulu, 2,6% anak-anak di DKI
Jakarta sudah mendapatkan haid pertama pada usia 9-10 tahun, dan
terdapat 1,3% anak-anak di maluku dan papua barat yang baru
pendapatkan haid pertama pada usia 19-20 tahun. Umur menarche 6-8
tahun sudah terjadi sebgaian kecil (<0,5%) anak-anak di 17 provinsi.
Sebaliknya umur menarche 19-20 tahun merata terdapat di seluruh
provinsi (RISKESDAS,2010).
Kedatangan menarche seringkali dianggap dengan suatu penyakit,
sehingga memicu timbulnya kecemasan. Penelitian soleha (2016) yang
menyebutkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kesiapan
siswi menghadapi menarche dengan tingkat kecemasan siswi. Dampak
dari kecemasan dapat berpengaruh penurunan prestasi belajar siswa
(Liana,2017)
Kesiapan menghadapi menstruasi pertama (menarche) adalah
keadaan yang menunjukan seseorang siap untuk mencapai salah satu
kematangan fisik. Hal ini di tandai dengan adanya pemahaman yang
mendalam tentang proses menstruasi sehingga siap menerima dan
mengalami mananrche sebagai proses yang normal (Fajri & Khairani,
2011).
Sebagian anak masih merasa tabu serta malu untuk membicarakan
tentang masalah menstruasi dengan keluarga, sehingga remaja awal kurang
memiliki pengetahuan yang cukup untuk hal tersebut baik tentang
perubahan-perubahan fisik & psikologis pada saat menarche. Menurut
Proverawati & Misaroh (Maryana & Ruwihapsari Zati 2018 ) perasaan
bingung, gelisah, tidak nyaman, selalu menyelimuti perasaan seorang
wanita yang mengalami menstruasi pertama (menarche ). Siswi usia
sekolah dengan menarche lebih awal memerlukan banyak dukungn,
terutama bila mereka merasa ada yang salah dengan diri mereka. Anak
dengan menarche lebih awal seringkali terlalu sadar akan perbedaan status
perkembangan mereka dibandingkan dengan teman sebayanya. Sehingga
menyebabkan perasaan malu, cemas, takut, bingung, serta cenderung
merasa berbeda dari teman yang lain. Sebagian banyak dari mereka kurang
mendapatkan sumber informasi yang jelas baik dari guru maupun orang
tua, apalagi masih adanya orangtua yang mengaggap hal ini merupakan hal
biasa dan tidak perlu di bicarakan karena anak akan mengerti dengan
sendrinya sehingga pengetahuan anak masih kurang mengenai menstruasi
pertama.
Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Khalimatus Saadyah
(2012) menyatakan bahwa dari 40 siswi kelas 5 dan 6 menunjukan bahwa
tingkat pengetahuan responden tentang menarche sebagian kecil (20%)
mempunyai tingkat pengetahuan baik, sebagian kecil (22,5%) cukup, dan
sebagian besar (52,5%) kurang. Dari hasil penelitian tersebut menunjukan
bahwa sebagian besar mempunyai tingkat pengetahuan kurang tentang
menarche, oleh sebab itu Pendidikan kesehatan tentang menarche sangat
penting diberikan pada siswi sehingga dapat mempersiapakn diri dan
menyikapi perubahan-perubahan yang terjadi pada dirinya.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada
2 Oktober 2020 di SDN Ciputat 01 Kota Tangerang Selatan. Berdasarkan
dari hasil wawancara di dapatkan 10 Siswi, 7 Siswi Kurangnya
pengetahuan tentang menstruasi jadi siswi merasa gelisah dan takut dan 3
Siswi sudah Mengetahui tentang menstruasi karena sudah mendapatkan
informasi dari Orang Tua jadi siswi merasa tidak cemas dan takut.
Berdasarkan uraian diatas dan belum adanya penelitian di SDN
Ciputat 01 Kota Tangerang Selatan tentang Hubungan Tingkat
Pengetahuan dengan Kesiapan Dalam Menghadapi Menstruasi
(Menarche). Maka peneliti tertarik untuk mengetahui adakah hubungan
pengetahuan dengan kesiapan siswi dalam menghadapi menstruasi
(menarche).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, dapat dirumuskan rumusan
masalah sebagai berikut, “untuk mengetahui hubungan tingkat dengan
kesiapan siswi sekolah dasar dalam menghadapi menstruasi (menarche)”.

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dengan
kesiapan siswi sekolah dasar dalam menghadapi menarche.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui karakteristik usia anak
b. Mengetahui tingkat pengetahuan siswi sekolah dasar
terhadap menstruasi (menarche).
D. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini:
1. Manfaat bagi intitusi Pendidikan
Di harapkan hasil penelitian ini dapat menjadi tahapan informasi
mengenai pemberian Pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan
siswi sekolah dasarr dalam menghadapi menarche.
2. Manfaat bagi institusi tempat penelitian
Di harapkan hasil penelitian ini dapat menjadikan masukan dan
dapat digunakan sebagai informasi bagi guru untuk meningkatkan
kualitas dan kuantitas kesehatan reproduksi bagi siswa dan
siswinya.
3. Manfaat Bagi Siswi
Diharpkan hasil penelitian ini sebagai pelajaran untuk menambah
serta meningkatkan pengetahuan siswi dalam menghadapi
menarche.
4. Manfaat Bagi Peneliti
Manfaat penelitian bagi peneliti yaitu untuk menambah
pengetahuan, pemahaman, pengalaman, berlatih menganilisis
masalah di bidang keperawatan khususnya tentang hubungan
pengetahuan siswi sekolah dasar dalam mengahadapi menstruasi.

Anda mungkin juga menyukai