Anda di halaman 1dari 102

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi dengan judul

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN


KESIAPAN DALAM MENGHADAPI MENARCHE PADA
SISWI SDN CIPUTAT 01 KOTA TANGERANG SELATAN
TAHUN 2020

Dibuat untuk melengkapi salah satu syarat menjadi sarja keperawatan pada
program studi S1 keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan IMC Bintaro.
Sejauh yang saya ketahui bukan merupakan tiruan atau duplikasi dari skripsi yang
suda dipublikasikan atau pernah dipakai untuk mendapatkan gelar kesarjanaan
dilingkungan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan IMC Bintaro maupun di perguruan
tinggi atau instansi manapun, kecuali bagian yang sumbernya informasinya
dicantumkan sebagaimana mestinya.

Tangerang selatan , 13 maret 2021

Aisyah Eka Fridianti


NIM 201740102

i
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME

Saya yang bertanda tangan dibawah ini dengan sebenarnya menyatakan bahwa
skripsi ini, saya susun tanpa tindakan plagiarisme sesuai peraturan yang berlaku di
Sekola Tinggi Ilmu Kesehatan IMC Bintaro.
Jika saya dikemudian hari ternyata saya melakukan tindakan plagiarisme saya
akan bertanggung jawab sepenuhnya dan menerima sanksi yang dijatuhkan oleh
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan IMC Bintaro kepada saya.

Tangerang Selatan, 13 Maret 2021

Aisyah Eka Firdianti


NPM. 201740102

ii
LEMBAR PENGESAHAN
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa proposal dengan judul :

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN KESIAPAN DALAM


MENGAHADAPI MENARCHE PADA SISWI SDN CIPUTAT 01 KOTA
TANGERANG SELATAN

Dibuat untuk melengkapi salah satu persyaratan menjadi Sarjana Keperawatan


pada Program Studi S1 Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan IMC
Bintaro. Proposal ini telah diujikan pada siding ujian proposal pada tanggal 13
Maret 2021 dan dinyatakan memenuhi syarat/sah sebagai proposal pada Program
Studi S1 Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan IMC Bintaro.

Tangerang Selatan, 13 Maret 2021


Menyetujui,
Penguji 1 Penguji 2

Ns. Royani, M.Kep Dr. Febry Haryati Lubis, MARS

Pembimbing

Ns. Susilawati. S.Kep, SPd, M. KM

Mengetahui, Mengesahkan,
Ketua Program Studi S1 Keperawatan Ketua Stikes Imc Bintaro
STIKes IMC Bintaro

Ns. Oryza Intan Suri., M.Kep Ir. Peaters Simanjuntak, MBA

iii
LEMBAR PERSETUJUAN

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAAHUAN DENGAN KESIAPAN


MENGHADAPI MENARCHE PADA SISWI SEKOLAH DASAR SDN
CIPUTAT 01 TANGERANG SELATAN
TAHUN 2020

Proposal ini telah di setujui, diperiksa dan siap dihadapkan kepada tim penguji
Program Studi S1 Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan IMC Bintaro.

Tangerang Selatan, 13 Maret 2021


Menyetujui,
Pembimbing

Ns. Susilawati S.Kep, M.KM

Mengetahui,
Ketua Program Studi S1 Keperawatan
STIKes IMC Bintaro

Ns. Oryza Intan Suri, M.Kep

iv
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
==========================================================
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Aisyah Eka fridianti
NIM : 201740102
Program Studi : S1 Keperawatan
STIKes : IMC Bintaro
Jenis Karya : Skripsi
Dengan ini menyetujui untuk memberikan ijin kepada pihak STIKes IMC Bintaro
Hak Bebas Royalti Non Ekslusif ( Non-exlusive Royalty-Free Right) atas
skripsi saya yang berjudul :
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN KESIAPAN DALAM
MENGHADAPI MENARCHE PADA SISWI SDN CIPUTAT 01 KOTA
TANGERANG SELATAN TAHUN 2020
Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). STIKes IMC Bintaro berhak
menyimpan, mengalih media/format-kan, mengelola dalam bentuk pangkalan
data, mendistribusikan dan menampilkan atau mempublikasikan di internet atau
media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya selama
tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak
cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Tangerang Selatan, 13 Maret 2021

Aisyah Eka Firdianti


NIM 201740102

v
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN IMC BINTARO
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
Aisyah Eka Firdianti
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN KESIAPAN DALAM
MENGHADAPI MENARCHE PADA SISWI SDN CIPUTAT 01 KOTA
TANGERANG SELATAN TAHUN 2020
6 BAB + 72 halaman + 10 tabel + 2 bagan + 17 lampiran

ABSTRAK
Pendahuluan: Ilmu pengetahuan dapat memberikan rasa aman kepada manusia.
Pengetahuan mengenai reproduksi memberitahukan apa yang dialami oleh seseorang
perempuan yang sedang dalam masa puber adalah normal. Adanya perasaan bingung,
merasa cemas, khawatir pada saat menstruasi disebabkan oleh remaja putri kurang
pengetahuan tentang menstruasi akan mempengaruhi persepsi remaja tentang menstruasi.
Jika persepsi yang dibentuk remaja tentang menstruasi positif maka, hal ini akan
berpengaruh pada kesiapan remaja dalam menghadapi menstruasi
Tujuan penelitian: Mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dengan kesiapan dalam
mengahdapi menarche di SDN Cuputat 01 Kota Tangerang Selatan Tahun 2020.
Metodologi Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian pendekatan kuantitatif
dengan rancangan cross sectional. Sampel dalam penelitian ini adalah siswi SDN Ciputat
01 Kota Tangerang Selatan sebanyak 44 responden dengan teknik quota sampling. Data
dianalisis menggunakan uji Chi-Square.
Hasil Penelitian: Ditemukan bahwa dari 44 responden didapatkan sebanyak 19 siswi
(79,2%) memiliki tingkat pengetahuan kurang baik dengan kesiapan kurang baik dan
sebanyak 5 siswi (20,8%) memiliki tingkat pengetahuan kurang baik dengan kesiapan
baik. Sedangkan responden dengan tingkat pengetahuan baik dengan kesiapan kurang
baik yaitu 6 siswi (30,0%) dan yang tingkat pengetahuan baik dengan kesiapan baik
yaitu 14 siswi (70,0%) denga P value 0,003.
Kesimpulan: dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang sangat signifikan antara
tingkat pengetahuan dengan kesiapan dalam menghadapi menarche pada siswi SDN
Ciputat 01 Kota Tangerang Selatan.
Saran: Disarankan untuk meneliti dengan hal yang lebih luas, terkait Teknik yang
efektif dan jumlah responden yang lebih banyak agar dapat meningkatkan pengetahuan
dengan kesiapan siswi dalam mengahdapi menarche

Kata Kunci : Tingkat Pengetahuan, Kesiapan


Daftar Pustaka : 48 (2010-2020)

vi
IMC BINTARO HIGH SCHOOL OF HEALTH SCIENCE

STUDY PROGRAM S1 NURSING

Aisyah Eka Firdianti

RELATIONSHIP OF KNOWLEDGE LEVEL AND READINESS IN DEALING


WITH MENARCHE IN SDN CIPUTAT 01 STUDENTS IN SOUTH TANGERANG
CITY, 2020

6 CHAPTER + 72 pages + 10 tables + 2 charts + 17 attachments

ABSTRACT

Introduction: Science can provide a sense of security to humans. Knowledge about


reproduction tells what is experienced by a woman who is in puberty is normal. The
feeling of confusion, feeling anxious, worried at the time of menstruation is caused by
young women who do not have knowledge about menstruation which will affect the
perception of teenagers about menstruation. If the perceptions formed by adolescents
about menstruation are positive, this will affect their readiness to face menstruation

The research objective: To determine the relationship between knowledge level and
readiness to face menarche at SDN Cuputat 01, South Tangerang City in 2020.

Research Methodology: This research is a quantitative approach with a cross sectional


design. The sample in this study were 44 students of SDN Ciputat 01 South Tangerang
City with a quota sampling technique. Data were analyzed using the Chi-Square test.

Results: It was found that out of 44 respondents, 19 students (79.2%) had a poor level of
knowledge with poor readiness and as many as 5 students (20.8%) had a poor level of
knowledge with good readiness. Meanwhile, respondents with good knowledge level with
poor readiness were 6 students (30.0%) and those with good knowledge level with good
readiness were 14 students (70.0%) with a P value of 0.003.

Conclusion: it can be concluded that there is a very significant relationship between the
level of knowledge and readiness to face menarche in SDN Ciputat 01 students in South
Tangerang City.

Suggestion: It is recommended to research in a broader way, related to effective


techniques and a greater number of respondents in order to increase knowledge with the
readiness of students to face menarche.

Keywords: Knowledge Level, Readiness

Bibliography: 48 (2010-2020)

vii
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunianya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan proposal skripsi
penelitian yang berjudul “Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Kesiapan
Menghadapi Menstruasi (Menarche) pada Siswi SDN Ciputat 01 Kota Tangerang
Selatan”.
Adapun tujuan dari pembuatan proposal skripsi penelitian ini adalah untuk
diajukan sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan di Program
Studi Ilmu Keperawatan STIKes IMC Bintaro. Pada kesempatan ini peneliti ingin
menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Ibu Ani Yuliani selaku Ketua Yayasan Ichsan yang telah memberikan
kesempatan untuk melakukan penelitian.
2. Bapak Ir. Peters M. Simanjuntak, MBA Selaku Ketua STIKes IMC Bintaro.
3. Ibu Ns. Royani, M.Kep Selaku Wakil Ketua I STIKes IMC Bintaro.
4. Bapak Daelami Ahmad, S.Ag.,M.Si selaku Wakil Ketua II STIKes IMC
Bintaro.
5. Ibu Ns. Oryza Intan Suri, M.Kep selaku Ketua Program Studi S1
Keperawatan STIKes IMC Bintaro.
6. Ibu Ns.Susilawati,S.Kep,,M.KM selaku Dosen Pembimbing, yang telah
meluangkan waktu dan tenaganya selama membimbing penulis dengan penuh
kesabaran, kasih sayang, perhatian, nasehat, motivasi, semangat dan
dukungan agar penulis dapat menyelesaikan proposal skripsi ini. Semoga
Allah SWT membalaskan segala perbuatan baik beliau.
7. Penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada dosen-dosen yang telah
memberikan ilmu serta semangat dalam perkuliahan sampai penyusunan
proposal skripsi ini.
8. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bpk. Maman Hilman, S.Pd,
MM Selaku kepala sekolah SDN Ciputat 01 yang telah meberikan izin saya

viii
untuk melakukan penelitian ini.
9. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada para responden yang bersedia
untuk menjadi responden selama penelitian.
10. Kedua orang tua saya yang sangat saya cintai yaitu bapak Firmansyah Amril
dan ibu Inneke Sitta Yuardianaf serta adik saya Fadhli Arfansyah yang selalu
memberikan do’a, kasih sayang, dukungan dan semangat.
11. Kepada Sodarakku Sheva Nasya Mulia dan Aulia Febriati yang telah
membantu, menemani, mendukung serta memberi semangat kepada saya
12. Kepada sahabat terbaikku tersayang Intan, Ike, Kintan, Alma, Meydha,
Galuh, Anisa Liany yang selalu memberikan motivasi, semangat, dukungan
dan kesabaran dalam mengajarkan saya sehingga penulis dapat
menyelesaikan proposal skripsi ini.
13. Kepada sahabat terbaikku Dede Triani dan M. Abizar Ferdiansyah yang
selalu memberi semangat, dan dukungan untuk saya.
14. Kepada Kakak Motivator terbaikku Ns. Ira Mayasopa, S.kep yang selalu
memotivasi, memberikan semangat, dukungan dengan penuh kasih saying
serta kesabaran terima kasih ka karena selalu ada untuk saya.
15. Kepada teman setongkrongan Mcd Meidia Revilita Maharani dan Intan
Puspita sari yang telah menemani dan membantu saya degan penuh kesabaran
,terima kasih
16. Kepada orang terspecial Gugun yang selalu memberikan semangat dan
dukungan kepada saya
17. Kepada sahabat saya Mayang Puspitasari yang selalu membantu dan
mendukung dan selalu ada buat saya .
18. Kepda ka Khilda dan Bang Destra yang selalu siap membantu saya dalam
mengerjakan skripsi.
19. Teman-teman kelas Angkatan 2017 prodi S1 Keperawatan yang tidak bisa
disebutkan satu persatu. Terimakasih atas kebesamaanya walaupun tugas kita
sangat berat tapi kita harus tetap semangat untuk menjalaninya.
20. Semua pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu namanya yang turut
berpartisipasi dalam pembuatan skripsi ini.

ix
Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini masih banyak
kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Untuk itu kritik dan saran yang
sifatnya membangun dari semua pihak sangat penulis harapkan. Akhir kata
penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya
dan bagi pembaca pada umumnya.

Tangerang Selatan, 13 Maret 2021

Aisyah Eka Firdianti

x
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN..............................................................................................iii
LEMBAR PERSETUJUAN..............................................................................................iv
KATA PENGANTAR....................................................................................................viii
DAFTAR ISI.....................................................................................................................xi
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................5
C. Tujuan Penelitian...................................................................................................5
1. Tujuan Umum.............................................................................................5

2. Tujuan Khusus............................................................................................5

D. Manfaat Penelitian.................................................................................................6
1. Manfaat Bagi Institusi Pendidikan..............................................................6

2. Manfaat Bagi Institusi Tempat Penelitian...................................................6

3. Manfaat Bagi Peneliti.................................................................................6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................................7


A. Definisi Remaja......................................................................................................7
1. Pengertian Remaja......................................................................................7

2. Ciri Masa Remaja.......................................................................................8

3. Tanda – tanda Perubahan Yang Terjadi Pada Remaja Wanita....................9

B. Masa Pubertas......................................................................................................10
C. Teori Menstruasi..................................................................................................11
1. Pengertian Menstruasi..............................................................................11

2. Perubahan Fisik Masa Menstruasi............................................................11

3. Perubahan Psikologi Pada Menstruasi......................................................12

4. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Menstruasi....................................12

5. Siklus Menstruasi.....................................................................................13

6. Tanda dan Gejala Menstruasi...................................................................15

7. Cara Mengatasi Keluhan Selama Atau Sebelum Datang Bulan................16

xi
8. Hygiene Menstruasi..................................................................................16

9. Gangguan Menstruasi...............................................................................17

D. Konsep Menarche.................................................................................................18
1. Definisi Menarche....................................................................................18

2. Usia Menarche..........................................................................................18

3. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Usia Menarche..............................19

4. Perasaan Saat Menstruasi Pertama............................................................20

5. Masalah Saat Menarche............................................................................21

6. Gejala Menarche.......................................................................................21

7. Faktor – faktor Yang Mempengaruhi Kesiapan Anak Dalam Menarche. .22

E. Pengetahuan.........................................................................................................23
1. Pengertian.................................................................................................23

2. Tingkat Pengetahuan................................................................................24

3. Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan................................................25

4. Mengukur Pengetahuan............................................................................26

F. Kesiapan Diri.......................................................................................................27
1. Kesiapan...................................................................................................27

2. Macam – Macam Kesiapan......................................................................27

3. Prinsip – Prinsip Kesiapan........................................................................28

G. Penelitian Terkait.................................................................................................29
H. Kerangka Teori.....................................................................................................31
BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL, DAN HIPOTESIS
PENELITIAN..................................................................................................................32
A. Kerangka Konsep.................................................................................................32
B. Definisi Operasional.............................................................................................33
C. Hipotesis..............................................................................................................35
BAB IV METODE PENELITIAN..................................................................................36
A. Desain Penelitian..................................................................................................36
B. Lokasi dan Waktu Penelitian................................................................................36
C. Populasi dan Sampel Penelitian............................................................................36
D. Pengumpulan Data...............................................................................................39

xii
E. Instrumen Penelitian.............................................................................................40
F. Etika Penelitian....................................................................................................45
G. Analisa Data.........................................................................................................46
1. Analisis Univariat.....................................................................................46

2. Analisis Bivariat.......................................................................................47

H. Pengolahan Data...................................................................................................47
I. Penyajian Data.....................................................................................................48
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................70
LAMPIRAN.......................................................................................................................1

xiii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kerangka Teori


Tabel 3.1 Kerangka Konsep
Tabel 3.2 Definisi Operasional
Tabel 4.1 Uji Validitas Kuesioner Pengetahuan
Tabel 4.2 Uji Validitas Kuesioner Kesiapan
Tabel 4.3 Uji Reabilitas Kuesioner Pengetahuan
Tabel 4.4 Uji Reabilitas Kuesioner Kesiapan
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Usia di Sekolah Dasar Negeri
Ciputat 01 Kota Tangerang Selatan
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Responden Kelas di Sekolah Dasar Negeri
Ciputat 01 Kota Tangerang Selatan
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan
Menarche di Sekolah Dasar Negri 01 Kota Tangerang Selatan
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kesiapan
Menghadapi Menarche di Sekolah Dasar Negeri Ciputat 01 Kota
Tangerang Selatan
Tabel 5.5 Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Kesipan Dalam
Menghadapi Menarche di Sekolah Dasar Negeri Ciputat 01 Kota
Tangerang Selatan.

xiv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ilmu pengetahuan dapat memberikan rasa aman kepada manusia.
Pengetahuan mengenai reproduksi memberitahukan apa yang dialami oleh
seseorang perempuan yang sedang dalam masa puber adalah normal.
Adanya perasaan bingung, merasa cemas, khawatir pada saat menstruasi
disebabkan oleh remaja putri kurang pengetahuan tentang menstruasi akan
mempengaruhi persepsi remaja tentang menstruasi. Jika persepsi yang
dibentuk remaja tentang menstruasi positif maka, hal ini akan berpengaruh
pada kesiapan remaja dalam menghadapi menstruasi (Fajri & Khairani,
2011).
Pertumbuhan remaja adalah perubahan yang menyangkut segi
kuantitatif yang ditandai dengan peningkatan dalam ukuran fisik yang dapat
diukur. Perkembangan remaja adalah perubahan yang menyangkut aspek
kualitatif dan kuantitatif, perubahan dapat bersifat progresif, teratur,
berkesinambungan, serta akumulatif (Rosyida, 2019).
Usia remaja dimulai sejak 10-19 tahun. Pada usia ini, seseorang akan
mengalami fase tertentu. Terjadi berbagai perubahan fisik maupun psikologi
pada remaja sehingga mereka sendiri menjadi bingung dengan perubahan
yang terjadi pada dirinya. Salah satu perubahan yang terjadi yaitu
mengalami menarche. Bagi remaja putri, menstruasi pertama selalu diikuti
dengan rasa malu dan takut. Remaja hendaknya dibekali dengan
pemahaman bahwa menstruasi harus dilalui dengan ketenangan.
(Rahayu,2016).
Remaja yang mengalami menstruasi membutuhkan kesiapan mental
yang baik. Kesiapan menghadapi menstruasi adalah keadaan yang

1
menunjukan bahwa seseorang siap untuk mencapai salah satu kematangan
fisik yaitu datangnya menstruasi.

2
2

Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2015 didalam


Kusumaryani, (2017) remaja adalah pendudukan dalam rentang usia 10-19
tahun, sedangkan menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 25 tahun
2014, remaja adalah penduduk dalam rentan usia 10-18 tahun dan menurut
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN). Remaja adalah
seseorang yang berusia 10-24 tahun yang belum menikah. Masa ini
merupakan persiapan menuju dewasa yang akan melewati beberapa
perkembangan. Hasil survey pendudukan antara sensus 2015 menunjukan
bahwa penduduk usia 15-24 tahun mencapai 42.061,2 juta atau sebesar 16,5
persen total penduduk Indonesia. Hasil proyeksi penduduk menunjukan
bahwa jumlah penduduk usia remaja ini akan mengalami peningkatan
hingga tahun 2030 dan kemudian akan menurun sesudahnya.
Remaja yang belum siap menghadapi menstruasi akan timbul
keinginan untuk menolak proses fisiologis tersebut. Mereka akan merasa
haid sebagai sesuatu yang kejam dan mengancam. Reaksi yang negatif
berupa kecemasan, merasa takut, terkejut, merasa malu, khawatir bingung,
gelisah, keadaan ini dapat berlanjut kearah yang lebih negatif. Tetapi
berbeda dengan mereka yang siap dalam menghadapi menstruasi, mereka
akan merasa senang dan bangga, dikarena mereka mengaggap dirinya suda
dewasa secara biologis (Fajri & Khairani, 2011).
Masa remaja akan dihadapkan dengan kematangan seksusal yang
disebut dengan fase pubertas. Remaja akan menghadapi perubahan baru
dalam hidupnya. Perubahan bentuk tubuh dan kematangan seksual akan
sangat berpengaruh pada kehidupan kejiwaan remaja (Sulistyoningsih,
2014).
Pubertas adalah masa ketika seorang anak mengalami perubahan fisik,
psikis, dan pematangan fungsi seksual. Masa pubertas dalam kehidupan kita
biasanya di mulai saat berumur 8-10 tahun dan berakhir lebih kurang di usia
15-16 tahun. Pada masa ini memang pertumbuhan dan perkembangan
berlangsung dengan cepat, pada perempuan pubertas ditandai dengan
menstruasi pertama (menarche), sedangkan pada laki-laki ditandai dengan
mimpi basah (Setyaningrum, 2017).
3

Hasil survey demografi dan Kesehatan Indonesia remaja tahun 2012


menyebutkan bahwa 13,3% remaja putri tidak tahu sama sekali mengenai
perubahan fisiknya saat puber. Bahkan 47,9% remaja putri tidak mengetahui
waktu puber (BKKBN, 2012).
Menstruasi adalah perdarahan yang dialami oleh wanita yang terjadi
pada vagina dalam selang waktu yang tetap karena terlepasnya lapisan
endometrium uterus. Menstruasi yang terjadi untuk pertama kali diawal
masa remaja pada setiap wanita disebut dengan menarche. Menarche normal
jika terjadi pada usia 12-13 tahun, apabila terjadi dibawah usia 12 tahun
maka dikatakan sebagai menarche dini. Meskipun begitu usia menarche
pada setiap perempuan bervariasi yaitu antara usia 10-16 tahun. (Sukami Ik
& Wahyu P, 2013).
Menarche merupakan menstruasi pertama yang dialami wanita
sebagai tanda kematangan seksual, biasanya terjadi dalam rentan usia 10-16
tahun. Hal ini pertanda seorang remaja putri beranjak dewasa dan sudah siap
menjadi wanita seutuhnya, dimana semua organ intim wanita tersebut telah
siap untum system reproduksi. Tanda awal adanya perubahan lain seperti
pertumbuhan payudara, pertumbuhan rambut di daerah pubis serta distribusi
lemak di daerah pinggang (Proverawati Atikah, 2016).
Hasil SDKI 2012 menyatakan bahwa 23% perempuan usia 12 tahun
dan 7% usia 10-11 tahun sudah mengalami menarche remaja indonesia
termasuk dalam rentang usia 12-15 tahun. Prenstasi ini mengalami kenaikan
dari hasil SKKRI tahun 2017.
Kedatangan menarche seringkali dianggap dengan suatu penyakit,
sehingga memicu timbulnya kecemasan. Penelitian soleha (2016) yang
menyebutkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kesiapan
siswi menghadapi menarche dengan tingkat kecemasan siswi. Dampak dari
kecemasan dapat berpengaruh penurunan prestasi belajar siswa (Liana,
2017)
Kesiapan menghadapi menstruasi pertama (menarche) adalah keadaan
yang menunjukan seseorang siap untuk mencapai salah satu kematangan
fisik. Hal ini di tandai dengan adanya pemahaman yang mendalam tentang
4

proses menstruasi sehingga siap menerima dan mengalami mananrche


sebagai proses yang normal (Fajri & Khairani, 2011).
Sebagian anak masih merasa tabu serta malu untuk membicarakan
tentang masalah menstruasi dengan keluarga, sehingga remaja awal kurang
memiliki pengetahuan yang cukup untuk hal tersebut baik tentang
perubahan-perubahan fisik & psikologis pada saat menarche. Menurut
(Maryana & Ruwihapsari Zati 2018 ) perasaan bingung, gelisah, tidak
nyaman, selalu menyelimuti perasaan seorang wanita yang mengalami
menstruasi pertama (menarche ). Siswi usia sekolah dengan menarche lebih
awal memerlukan banyak dukungan, terutama bila mereka merasa ada yang
salah dengan diri mereka. Anak dengan menarche lebih awal seringkali
terlalu sadar akan perbedaan status perkembangan mereka dibandingkan
dengan teman sebayanya. Sehingga menyebabkan perasaan malu, cemas,
takut, bingung, serta cenderung merasa berbeda dari teman yang lain.
Sebagian banyak dari mereka kurang mendapatkan sumber informasi yang
jelas baik dari guru maupun orang tua, apalagi masih adanya orangtua yang
mengaggap hal ini merupakan hal biasa dan tidak perlu di bicarakan karena
anak akan mengerti dengan sendrinya sehingga pengetahuan anak masih
kurang mengenai menstruasi pertama.
Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Khalimatus Saadyah
(2012) menyatakan bahwa dari 40 siswi kelas 5 dan 6 menunjukan bahwa
tingkat pengetahuan responden tentang menarche sebagian kecil (20%)
mempunyai tingkat pengetahuan baik, sebagian kecil (22,5%) cukup, dan
sebagian besar (52,5%) kurang. Dari hasil penelitian tersebut menunjukan
bahwa sebagian besar mempunyai tingkat pengetahuan kurang tentang
menarche, oleh sebab itu pendidikan kesehatan tentang menarche sangat
penting diberikan pada siswi sehingga dapat mempersiapkan diri dan
menyikapi perubahan-perubahan yang terjadi pada dirinya.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada 2
Oktober 2020 di Sekolah Dasar Negri Ciputat 01 Kota Tangerang Selatan.
Berdasarkan dari hasil wawancara di dapatkan 10 Responden, 7 Responden
di dapatkan Kurangnya pengetahuan tentang menstruasi jadi responden
5

merasa gelisah dan takut dan 3 responden sudah Mengetahui tentang


menstruasi karena sudah mendapatkan informasi dari Orang Tua jadi
responden merasa tidak cemas dan takut dan Siap menghadapi menstruasi.
Berdasarkan uraian diatas dan belum adanya penelitian di Sekolah
Dasar Negri Ciputat 01 Kota Tangerang Selatan tentang Hubungan Tingkat
Pengetahuan dengan Kesiapan Dalam Menghadapi Menstruasi (Menarche).
Maka peneliti tertarik untuk mengetahui adakah hubungan pengetahuan
dengan kesiapan siswi dalam menghadapi menstruasi (menarche) di Sekolah
Dasar Negri Ciputat 01 Kota Tangerang Selatan.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, dapat dirumuskan rumusan
masalah sebagai berikut, “untuk Mengetahui Hubungan Tingkat
Pengetahuan dengan Kesiapan Siswi Sekolah Dasar dalam menarche di
Sekolah Dasar Negri Ciputat 01 Kota Tangerang Selatan”.

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk Mengetahui Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Kesiapan
dalam Menghadapi Menstruasi (menarche) di Sekolah Dasar Negeri 01
Kota Tangerang Selatan Tahun 2020.

2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui gambaran karakteristik responden meliputi : kelas dan
usia di Sekolah Dasar Negri Ciputat 01 kota Tangerang Selatan.
b. Mengetahui gambaran tingkat pengetahuan siswi sekolah dasar
terhadap (menarche) di Sekolah Dasar Negeri 01 Kota Tangerang
Selatan Tahun 2020.
c. Mengetahui gambaran kesiapan siswi sekolah dasar dalam
menghadapi menarche di Sekolah Dasar Negeri 01 Kota Tangerang
Selatan Tahun 2020.
d. Mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dengan kesiapan dalam
menghadapi menstruasi (menarche) di Sekolah Dasar Negeri 01 kota
Tangerang Selatan Tahun 2020.
6

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Bagi Institusi Pendidikan
Di harapkan hasil penelitian ini dapat menjadi tahapan informasi
mengenai pemberian Pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan siswi
sekolah dasarr dalam menghadapi menarche.

2. Manfaat Bagi Institusi Tempat Penelitian


Di harapkan hasil penelitian ini dapat menjadikan masukan dan
dapat digunakan sebagai informasi bagi guru untuk meningkatkan
kualitas dan kuantitas kesehatan reproduksi bagi siswa dan siswinya.

3. Manfaat Bagi Peneliti


Manfaat penelitian bagi peneliti yaitu untuk menambah
pengetahuan, pemahaman, pengalaman, berlatih menganilisis masalah di
bidang keperawatan khususnya tentang hubungan pengetahuan siswi
sekolah dasar dalam mengahadapi menstruasi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Remaja
1. Pengertian Remaja
Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2015 didalam
Kusumaryani, (2017) remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-19
tahun, sedangkan menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 25
tahun 2014, remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-18 tahun dan
menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN)
remaja adalah seseorang yang berusia 10-24 tahun yang belum menikah.
Masa ini merupakan persiapan menuju dewasa yang akan melewati
beberapa perkembangan.

Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa.


Remaja adalah pertumbuhan kearah pematangan digambarkan sebagai
periode yang penuh dengan tekanan dan ketegangan, karena
pertumbuhan kematangannya baru hanya aspek fisik sedangkan
psikologinya masih belum matang saat mereka menghadapi perubahan
masa anak-anak ke dewasa yang sangat cepat. (Setiyaningrum, 2017)
Remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak ke massa
dewasa. Usia remaja berawal dari 10 hingga 19 tahun. Walau
bagaimanapun juga pencapaian masa remaja ini tidak sama antara
manusia. Ada yang masa remaja lebih awal misalnya pada usia 8-9 tahun
atau hingga 21 tahun. Ketika remaja secara berangsur-angsur
perkembangan anak, baik dari segi fisik maupun psikis, datang secara
bersamaan. Itulah sebabnya kebanyakan anak merasa bingung dengan
kondisi tubuh yang tiba-tiba membesar, pergantian suara, tumbuh bulu di
beberapa bagian tubuh, serta perasaan tertarik dengan lawan jenis
(Aqwam, 2012).

7
8

2. Ciri Masa Remaja


Beberapa perubahan yang terjadi pada masa remaja, diantaranya
perubahan biologis, kognitif, social, dan emosional (Zulmiyetri, dkk,
2019).
a. Perubahan Biologis
Perubahan fisik pada remaja merupakan hal yang penting
dalam kesehatan reproduksi karena pada masa ini terjadi
pertumbuhan fisik yang sangat cepat untuk mencapai kematangan,
termasuk organ-organ reproduksi sehingga mampu melaksanakan
fungsi reproduksi, perubahan yang terjadi yaitu :
1) Munculnya tanda seks primer : terjadinya haid pertama
(menarche) atau menstruasi pada perempuan dan mimpi
basah pada remaja laki-laki
2) Munculnya tanda seks sekunder : pada remaja laki-laki
ditandai dengan pembesaran suara, tumbuh rambut pubis,
tumbuh rambut pada bagian tertentu. Sedangkan pada remaja
perempuan di tandai dengan tumbuhnya rambut pubis,
pembesaran dada, pinggul melebar (Setiani, dkk, 2013).
b. Perubahan Emosional
Peningkatan emosional terjadi secara cepat pada masa remaja
awal yang dikenal sebagai masa strom & stress. Segi kondisi
social, peningkatan emosi ini merupakan tanda bahwa remaja
dalam kondisi baru yang berbeda dari masa sebelumnya (Jahja,
2011).
c. Perubahan Kognitif
Kemampuan kognitif remaja yaitu berada pada tahapan formal
operational, remaja harus mampu mempertimbangkan semua
kemungkinan untuk menyelesaikan masalah dan mempertanggung
jawabkan (Rosyida, 2019).
9

d. Perubahan Sosial
Perubahan social membuat remaja meningkatkan kebebasan,
tetapi disisi lain mereka takut akan tanggung jawab yang menyertai
kebebasan ini, serta meragukan kemampuan mereka sendiri untuk
memikul tanggung jawab terkait dengan kemandirian (Jahja, 2011).

3. Tanda – tanda Perubahan Yang Terjadi Pada Remaja Wanita


a. Tanda-Tanda Perubahan Yang Terjadi Pada Remaja Wanita
Adanya perubahan kematangan organ-organ reproduksinya yang
ditandai dengan datangnya haid. Ovarium mulai berfungsi dengan
matang dibawah pengaruh hormone gonadotropin dan hipofisis,
folikel mulai tumbuh meski belum matang tetapi sudah dapat
mengeluarkan ekstrogen. Korteks kelenjar suprarenal membentuk
androgen yang berperan pada pertumbuhan badan. Selain pengaruh
hormone somatropin diduga kecepatan pertumbuhan wanita
dipengaruhi juga oleh estrogen.
b. Tanda-Tanda Perubahan Skunder Wanita
1) Rambut : Tumbuhnya rambut pada kemaluan ini terjadinya setelah
pinggul dan payudara mulai berkembang. Bulu ketiak dan bulu
pada wajah mulai datang setelah datang haid. Rambut yang mula-
mula berwarna terang berubah menjadi lebih subur, gelap, kasar,
dan keriting.
2) Pinggul : berubah menjadi lebih membesar dan membulat. Hal ini
disebabkan karena membesarnya tulang pinggul dan lemak
dibawah kulit.
3) Payudara : bersamaan dengan membesarnya pinggul maka
payudara juga membesar putting susu ikut menonjol, semakin
membesarnya kelenjar susu maka payudara semakin membesar dan
bulat.
4) Kulit : menjadi semakin besar, lebih tebal, dan pori-pori lebih
membesar, akan tetapi kulit warna lebih lembut dari pada pria.
5) Kelenjar lemak dan kelenjar keringat : menjadi lebih aktif. Pada
masa ini sering timbul masalah jerawat karena adanya sumbatan
10

kelenjar keringat dan baunya menusuk pada saat sebelum dan


sesudah haid.
6) Otot : menjelang akhir masa puber, otot menjadi semakin
membesar dan kuat dan akan terbentuk bahu, lengan, dan tungkai
kaki.
7) Suara : berubah menjadi merdu.
c. Perubahan Psikologis pada Remaja
Perubahan yang berkaitan dengan kejiwaan pada remaja adalah :
1) Perubahan emosi sensitive atau peka, misalnya mudah menangis,
cemas, frustasi, dan sebaliknya bisa tertawa tanpa alasan yang
jelas. Utamanya sering terjadi pada remaja putri. Mudah bereaksi
bahkan agresif terhadap gangguan atau rangsangan luar yang
mempengaruhinya, suka mencari perhatian dan bertindak tanpa
berfikir terlebih dahulu.
2) Perkembangan inteligensia.
3) Cenderung mengembangkan cara berfikir abstrak, suka
memberikan kritik.
4) Cenderung ingin mengetahui hal-hal baru sehingga muncul prilaku
ingin mencoba-coba.

B. Masa Pubertas
Pubertas adalah masa ketika seorang anak mengalami perubahan
fisik psikis dan pematangan fungsi seksual. Masa pubertas dalam
kehidupan kita bisanya di mulai saat berumur 8-10 tahun dan berakhir
lebih kurang di usia 15-16 tahun. Pada masa ini memang pertumbuhan dan
perkembangan berlangsung dengan cepat, pada perempuan puertas
ditandai dengan cepat. Pada perempuan pubertas ditandai dengan
menstruasi pertama (menarche), sedangkan pada laki-laki ditandai dengan
mimpi basah (setyaningrum,2017).

C. Teori Menstruasi
11

1. Pengertian Menstruasi
Menstruasi atau haid adalah perdarahan secara periodic dan

siklus dari uterus, disertai pelepadan endometrium yang terjadi setiap


bulan secara teratur pada wanita dewasa atau sehat (Lestari Titik,
2015).
Menstruasi merupakan salah satu faktor yang mencerminkan
potensi fungsional seorang perempuan yang dapat dipengaruhi oleh
sejumlah variable yang meliputi usia, riwayat keluarga, status social-
ekonomi, Pendidikan, aktivitas fisik, kepribadian, olahraga, berat
badan, tinggi badan, stress, infeksi, presentase distribusi lemak
maupun hormonal. (Osayande, S, 2014).
Menurut Rosyida (2019) menstruasi adalah proses alamiyah
yang terjadi pada pada setiap perempuan, merupakan pedarahan yang
teratur dari uterus sebagai tanda bahwa organ kandungannya telah
berfungsi dengan matang, masa ini akan mengubah prilaku dari
beberapa aspek, psikologi, dan lain-lain.

2. Perubahan Fisik Masa Menstruasi


Gejala-gejala fisik yang umum terjadi selama wanita mengalami
menstruasi yaitu (Zan Harry dan Namora, 2011):
a. Adanya perubahan berat badan.
b. Perkembangan pada perut, jari, tungkai atau pergelangan kaki.
c. Ketidaknyamanan pada buah dada seperti pembesaran nyeri tekan
dan kaku.
d. Sakit kepala dan terkadang mengalami migrain.
12

e. Rasa nyeri dan pegal-pegal, perubahan nafsu makan, berkurangnya


kencing.
f. Perubahan kulit seperti bisul dan jerawat, perubahan tidur.

3. Perubahan Psikologi Pada Menstruasi


Adapaun perubahan-perubahan psikologi yang umum terjadi pada saat
wanita menstruasi yaitu (Zan Harry dan Namora, 2011):
a. Anoreksia berarti hilangnya nafsu makan (berkurangnya nafsu
makan ) yang bersifat patologis
b. Bulimia adalah salah satu kelainan emosional yang ditandai pola
makan yang berlebihan dan berbahaya
c. Cemas merupakan hal normal dan wajar ketika mengalami suatu
tekanan masalah
d. Depresi merupakan salah satu bagian gangguan emosi yang sering
terjadi pada wanita.
e. Stress merupakan keadaan yang membuat tubuh untuk
memproduksi hormone adrenalin. Stress merupakan keadaan yang
tertekan

4. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Menstruasi


Berikut beberapa faktor yang mempengaruhi menstruasi (Zan Harry
dan Namora, 2011):
a. Faktor Perkembangan Hormonal
Perkembangan hormone yang dimaksud adalah ekstrogen dan
hormone progesterone. Hormone estrogen adalah hormone yang
berfungsi merangsang pertumbuhan Rahim, payudara, dan lapisan
pada vagina.
b. Faktor Perkembangan Kelenjar
Dalam hal ini adalah efek perkembangan kelenjar pituitary
dan gonad. Dampak kelenjar ini yaitu pengeluaran hormone
pertumbuhan yang membuat bertambah besar individu dan
hormone gonad yang memicu ciri-ciri seks.
c. Faktor Enzim
13

Adapun faktor yang di maksud ialah enzim hidropolitik yang


terdapat pada endometrium yang berfungsi merusak sel-sel dan
mensistensi protein dalam proses metabolisme. Kondisi inilah yang
menyebabkan terjadinya regresi endometrium dan perdarahan.
d. Faktor Vascular
Mulai dari proliferasi pembentukan system vaskularisasi
dalam lapisan funsional endometrium yang menyebabkan
timbulnya stagnasi pada vena dan saluran yang menghubungkan
dengan arteri. Akhri proses ini ialah nekrosis dan perdarahan .
e. Faktor Prostaglandin
Pelepasan prostaglandin lebih dikenal dengan myom. Myom
menyebabkan terjadinya perdarahan pada waktu haid. Pada awal
menstruasi rasa nyeri haid sering dirasakan wanita. Hal ini akibat
prostaglandin.

5. Siklus Menstruasi

Menurut Haryono, (2016), Panjang siklus haid yang dianggap


normal biasanya adalah 28 hari, tetapi variasinya cukup luas, bukan
saja antara beberapa wanita tetapi juga pada wanita yang sama. Juga
pada kakak-beradik bahkan saudara kembar, siklusnya selalu tidak
sama. Lebih dari 90% wanita mempunyai siklus mentruasi antra 24
sampai 35 hari. Lama haid biasanya antara 3 sampai 6 hari, ada yang 1
sampai 2 hari dan diikuti darah sedikit-sedikit kemudian, ada yang
14

sampai 7 sampai 8 hari. Kurang lebih 50% darah menstruasi


dikeluarkan dalam 24 jam pertama, cairan menstruasi terdiri dari
autolisis fungsional, exudat inflamasi, sel darah merah, dan enzyme
proteolitik.
Siklus menstruasi pada manusia dapat dibagi menjadi dua
segmen yaitu siklus ovarium dan siklus uterus. Siklus ovarium lebih
lanjut dibagi menjadi fase follikuar dan fase luteal.
Fase siklus menstruasi terbagi menjadi 4 fase sebagai berikut:

a. Fase folikuler
Pada fase ini terjadi umpan balik hormonal yang menyebabkan
maturisasi follikel padapertengan siklus yang dipersiapkan untuk
ovulasi. Lama fase folikuler ini kurang lebih 10-14 hari. Terjadi
proses penyembuhan akibat pecahnya pembuluh darah. Fase ini
dipengaruhi oleh hormon estrogen yang dihasilkan oleh folikel.
Hormone ini merangsang pertumbuhan endometrium yaitu dengan
mempertebal lapisan endometrium dan membentuk pembuluh
darah serta kelenjar.
b. Fase luteal atau sekresi
Fase waktu dari awal ovulasi sampai awal menstruasi dengan
waktu kurang lebih 14 hari. Pada saat ovulasi, folikel Graaf pecah
berubah korpus rubrum yang mengandung banyaknya darah.
Adanya LH menyebabkan korpus rubrum berubah menjadi korpus
luteum (badan kuning) untuk menghasilkan hormon progesteron
yang berfungsi mempersiapkan endometrium menerima embrio.
Pada saat ini endometrium menjadi tebal dan lembut, serta
dilengkapi banyak pembuluh darah jika tidak ada kehamilan,
korpus luleum berdegenerarsi menjadi korpus albikan sehingga
progesteron dan estrogen menurun bahkan hilang.
c. Fase fertil
Meningkatnya hormon estrogen dapat memacu menghasilkan
LH. Apabila LH meningkat, maka folikel memproduksi
progesteron. Hormon-hormon ini berperan memalangkan folikel
15

dan merangsang terjadinya ovulasi yaitu lepasnya ovum dari


novarium. Ovum ini bergerak sepanjang tuba fallopi pada saat
seperti ini, wanita tersebut dalam masa fortill atau subur sehingga
ovum siap dibuahi.
d. Fase menstruasi
Menurunnya progesteron dan estrogen menyebabkan pembuluh
darah pada endometrium menegang, sehingga menyebabkan suplai
oksigen menurun. Karena tidak terjadi kehamilan maka
endometrium mengalami degenerasi yang ditandai dengan luruhnya
sel-sel pada dinding uterus, pecahnya pembuluh darah dalam
endometrium, menyababkan darah dan sel-sel tersebut keluar
melalui vagina dan peristiwa ini disebut menstruasi yag
berlangsung antara 5-7 hari.

6. Tanda dan Gejala Menstruasi


Ada beberapa tanda dan gejala yang terjadi pada saat menstruasi yaitu
a. Terasa mulas, mual dan juga panas.
b. Terasa nyeri saat buang air kecil.
c. Tubuh tidak fit.
d. Demam.
e. Sakit kepala dan pusing.
f. Keputihan.
g. Radang pada vagina.
h. Gatal-gatal pada kulit.
i. Emosi meningkat, lebih sensitive dan mudah tersinggung.
j. Nyeri dan bengkak pada payudara.
k. Bau badan tak sedap.
l. Nafsu makan menurun.
m. Sulit tidur

7. Cara Mengatasi Keluhan Selama Atau Sebelum Datang Bulan


Cara penanggulangan atau mengatasi gangguan keluhan sebelum dan
selama menstruasi setiap wanita berbeda-beda, tergantung cara mana
16

yang dapat membuat perasaan menjadi lebih nyaman dan merasa lebih
baik , berikut cara yang dapat menolong (Lestari Titik,2015)
a. Kurangi garam-garam yang menyebabkan tubuh berusaha
menyimpan air dalam tubuh sehingga rasa penuh di perut bagian
bawah
b. Coba hindari kafein dan beberapa minuman ringan seperti soda
c. Coba makan makanan yang berprotein tinggi seperti kacang-
kacangan, ikan daging, susu
d. Coba minuman ramuan yang biasanya dapat mengatasi masalah ini
e. Minum air putih, jus dan banyak makan buah- buahan
f. Tambahkan makanan yang mengandung vitamin C
g. Jika menstruasi terlalu banya mengeluarkan darah maka banyak
makanan yang mengandung zat besi agar tidak anemia.

8. Hygiene Menstruasi
Hygine menstruasi adalah suatu usaha yang dilakukan untuk
mempertahankan kesehatan dan memelihara kebersihanselama
menstruasi. Menurut Lestrai Titik (2015) perawatan diri selama
menstruasi penting dilakukan untuk menjaga kebersihan dan mencegah
infeksi yang dapat terjadi yaitu:
a. Pergunakan pembalut untuk menampung dara menstruasi yang
keluar selama menstruasi
b. Pilih pembalut yang lembut, menyerap cairan yang baik
c. Pembalut diganti paling sedikit 2 kali sehari atau tergantung
keadaan
d. Cucilah alat kelamin bagian luar setiap hari atau setiap ke kamar
mandi serta gunakan sabun yang tidak terlalu keras
e. Jagalah daerah kewanitaan agar tetap terjaga kebersihannya dengan
air yaitu mengusap dari depan kebelakang dan pastikan tidak
menyentuh dubur.
f. Untuk mencegah infeksi sebaiknya sebelum dan sesudah
menggunakan pembalut cuci tangan terlebih dahulu.
17

9. Gangguan Menstruasi
Gangguan menstruasi dan siklusnya khusunya dalam masa
reproduksi remaja dapat digolongkan dalam kelainan sebagai menjadi 2
bagian yaitu :
a. Kelaina dalam banyak darah dan lamanya perdarahan pada
menstruasi
1) Hipermenore adalah perdarahan pada menstruasi banyak dari
normal atau lebih lama dari normal (>8 hari).
2) Hipomenore adalah perdarahan menstruasi yang lebih pendek
dan lebih kurang dari biasanya.
3) Kelaian siklus yaitu siklus yang datangnya menstruasi tidak
teratur. Cukup banyak dialami wanita yang pertama kali
menstruasi, setelah melahirkan.
4) Palimenorea adalah siklus menstruasi yang lebih pendek dari
biasanya (kurang dari 21 hari). Perdarahan kurang lebih sama
atau lebih banyak menstruasi biasanya.
5) Oligomenorea siklus menstruasi lebih Panjang lebih dari 35
hari, perdarahan oligomenorea biasanya berkurang
6) Amenorea siklus menstruasi dengan Panjang siklus lebih dari 3
bulan berturut-turut.
b. Gangguan lain dalam hubungan menstruasi
1) Dismenorea, merupakan suatu gejala nyeri menstruasi yang
paling sering.
2) Premenstrual, merupakan keluhan tegang menstruasi yang
biasanya mulai satu minggu sampai beberapa hari sebelum
datang menstruasi dan menghilang sesudah datang menstruasi.
3) Mittelschmerz,merupakan nyeri antara menstruasi sekitar
pertengahan siklus haid pada saat ovulasi. Rasa nyeri dapat
disertai atau tidak dengan perdarahan. Lamanya mungkin
hanya beberapa jam tetapi pada beberapa kasus 2-3 hari.
4) Mastalgia adalah rasa nyeri dan pembesaran payudara sebelum
haid.
18

D. Konsep Menarche
1. Definisi Menarche
Menarche merupakan menstruasi yang dialami wanita sebagai tanda
kematangan seksual, yang biasanya terjadi dalam rentan usia 10-18 tahun
(Lestrai Titik, 2015). Menarche merupakan menstruasi pertama pada
wanita, hal ini adalah pertanda seorang remaja putri beranjak dewasa dan
sudah siap menjadi seorang wanita seutuhnya, dimana semua organ intim
wanita tersebut telah siap untuk system reproduksi. Menarche merupakan
suatu tanda awal adanya perubahan lain seperti pertumbuhan payudara,
pertumbuhan rambut di daerah pubis serta distribusi lemak daerah
pinggang (Proverawati Atikah, 2016).
Menurut Yusuf, Rina, dan Septi (2014), menarche adalah haid
pertama kali terjadi pada wanita, dan merupakan ciri khas kedewasaan
seseorang wanita yang sehat dan tidak hamil.
Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa menstruasi
pertama atau menarche adalah menstruasi awal yang biasa terjadi pada
masa pubertas dalam rentang usia 10-16 tahun yang menjadi pertanda
biologis dari kematangan seksual wanita.
Saat menghadapi menarche, dibutuhkan kesiapan mental yang baik.
Kesiapan menghadapi menstruasi pertama (menarche) adalah keadaan
menunjukan bahwa seseorang siap untuk mencapai salah satu
kematangan fisik yaitu datangnya menstruasi pertama (menarche), yang
keluar dari tempat khusus wanita pada saat menginjak usia 10-16 tahun,
yang terjadi secara periodic pada waktu tertentu dan siklik berulang
ulang (Fajri & Khairani, 2011).

2. Usia Menarche
Secara khusus, perempuan mengalami mestruasi pada masa remaja,
menurut WHO disebut remaja apabila anak telah mencapai 10-18 tahun.
Akan tetapi, selalu ada perempuan yang mengalaminya pada usia lebih
awal. Kira-kira sepuluh tahun dan beberapa diantaranya lebih dini. Di
lain pihak perempuan mungkin belum mengalami menstruasi sampai usia
15 tahun atau 16 tahun. Hal ini bergantung pada produksi dan pelepasan
19

hormon. Apabila perdarahan terjadi sebelum seorang gadis berusia


sepuluh tahun, ibunya harus membawanya ke dokter. Seorang perempuan
yang pada usia 15 tahun belum juga mengalami menstruasi mungkin
lebih baik kaluar memeriksakan diri ke dokter (Robert P, 2010).
Usia menarche mengalami penurunan 3 dekade terkahir (Rizvya
Filda, 2014). Bila usia 16 tahun baru mendapat menstruasi pun dapat
terjadi secara global. Ada juga perempuan mengalami menstruasi dini
(premature), hal ini disebabkan internal dan faktor eksternal. Faktor
internal karena ketidakseimbangan hormone bawaan lahir. Hal ini
berkolerasi dengan faktor eksternal seperti asupan gizi pada makanan
yang di konsumsi. Menstruasi dapat tertunda karena beberapa sebab,
antara lain aktivitas fisik yang berat, berat badan kurang, gangguan
medis, atau karena faktor keturunan.
Menarche biasanya terjadi antara usia 12-13 tahun yaitu dalam
rentan usia 10-16 tahun. Dalam keadaan normal menarche diawali
dengan periode pematangan yang dapat memakan waktu 2 tahun selama
selang waktu itu, terjadi perkembangan payudara, pertumbahanrambut
pubis dan axilla, dan pertumbuhan badan yang cepat, pada umumnya
jarak siklus berkisar dari 15-45 hari dengan rata-rata 28 hari, lamanya
berbeda-beda antara 2-8 hari dengan rata-rata 4-6 hari (Kusmiran, 2011
dalam Lestari Titik, 2015).

3. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Usia Menarche


Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi menarche, yaitu
sebagai berikut:
a. Asupan zat gizi juga mempengaruhi kematangan seksual pada remaja
putri. Remaja putri yang mendapat menarche dini cenderung memiliki
berat badan dan tinggi badan yang lebih dibandingkan dengan yang
belum menarche pada usia yang sama. Pada umumnya, mereka yang
menjadi matang lebih dini akan memiliki Indek Massa Tubuh (IMT)
yang lebih tinggi dan mereka yang matang terlambat memiliki IMT
lebih kecil pada usia yang sama (Dieny F, 2014).
20

b. Aktivitas olahraga yang ringan, status pekerjaan, pendidikan tinggi


ayah dan keterpaparan media dewasa menjadi salah satu faktor yang
mempengaruhi status menarche remaja. Dan yang paling dominan
pengaruhnya yaitu keterpaparan media dewasa, maka responden
dengan keterpaparan media dewasa akan 2 kali berpengaruh terhadap
status menarche (Eko Sarmana, 2015).
c. Usia menarche ibu, pola makan, kebiasaan menonton memiliki
pengaruh dalam kejadian menarche (Rizvya Fildza, 2014).
d. Pendidikan orang tua yang meliputi Pendidikan ayah dan ibu
merupakan salah satu indikator social ekonomi yang dapat
mempengaruhi menarche. Tingkat Pendidikan orang tua dapat
menggambarkan status social ekonomi suatu keluarga selain dapat
dilihat dari besarnya pendapatan. Semakin tinggi tingkat Pendidikan
orang tua maka indentik dengan pekerjaan yang semakin baik dan
penghasilan keluarga yang semakin tinggi. Anak gadis dengan status
keluarga yang dimiliki social ekonomi tinggi cemderumg akan lebih
mungkin untuk mendapatkan nutrisi yang cukup dan bahkan lebih
sehingga umur menarche akan lebih cepat.

4. Perasaan Saat Menstruasi Pertama


Gejala yang sering menyertai menarche adalah rasa tidak nyaman.
Pada periode ini akan terjadi perubahan emosional yaitu seorang remaja
malu, perasaan suntuk, marah, sedih, cemas, dan takut ketika
mendapatkan menstruasi pertama yang disebut menarche (Proverawati
Atikah, 2016). Ada juga remaja yang mempersepsikan bahwa menstruasi
menjijikan, kotor, membatasi gerak-geraknya hingga tidak bebas, hal ini
merupakan efek psikologis dari menstruasi informasi atau pengetahuan
sangat dibutuhkan karena dapat membantu dalam mengatasi perasaan
negatif tentang menstruasi ini (Lestari Titik, 2015). Hal yang harus
dilakukan ketika menghadapi menarche yaitu :
a. Jangan merasa takut atau cemas dalam menghadapi menarche
b. Segera pakai pembalut.
c. Memberitahu pada orang terdekat misalnya ibu, kakak, dll.
21

d. Konsultasi dengan orang terdekat apabila ada keluan selama


menstruasi.
e. Jaga kebersihan daerah kewanitaan dengan baik karena pada saat
haid pembuluh darah masuk ke Rahim akan mudah terinfeksi dan
kuman dapat dengan mudah masuk.

5. Masalah Saat Menarche


Terdapat gangguan pada saat menarche, baik dari segi fisik maupun
dari segi psikologi. Gangguan-gangguan ini diantaranya :
a. Kecemasan atau ketakutan pada saat menarche
Kecemasaan merupakan keadaan perasaan afektif yang tidak
menyenangkan yang disertai dengan sensasi fisik yang
memperingatkan orang terhadap bahaya yang akan datang (Lestari
titik, 2015). Kecemasan yang sering dialami oleh remaja putri yaitu
kecemasan ketika mereka menghadapi menarche. Menurut hasil
penelitian Aryaputri Trya et al (2015). Sebagian besar reaksi
responden terhadap menstruasi pertama pada remaja putri
mengalami kecemasan ringan.
b. Merasa kebebasan dirinya dibatasi oleh datangnya menarche,
misalnya terbatas dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari seperti
ketidak hadiran di sekolah.
c. Ketidaktahuan dalam Hygine menstruasi
Kurangnya informasi mengenain menarche menyebabkan
ketidaktahuan dalam menjaga kebersihan saat menstruasi. Sebuah
penelitan di ethopia menyatakan bahwa gadis remaja di ethopia
memiliki tingkat pengetahuan yang rendah dalam penggunaan
pembalut akibat kurangnya informasi (Teketo kassaw Tegegne dan
Mitike Molla Sisay,2014).

6. Gejala Menarche
Gejala menjelang menstruasi terjadi hampir diseluruh bagian tubuh,
dan berbagai system yang ada dalam tubuh, antara lain adanya rasa nyeri
di payudara, sakit pinggang, pegal linu perasaan seperti kembung,
muncul jerawat, lebih sensitive, dan biasanya terdapat perubahan
22

emosional seperti perasaan suntuk, marah dan sedih yang disebabkan


oleh pelepasan hormone.
Gangguan – gangguan menstruasi dapat menyebabkan terganggunya
aktivitas-aktivitas dari wanita yang mengalami gangguan menstruasi
(Lubis, Namora Lumongga, 2013). Ganggua psikologis pada saat
menstruasi :
a. Kecemasan atau ketakutan terhadap menstruasi, sehingga
menimbulkan pobia terhadap menstruasi jika kerenggangan dan
kecemasan ini terus menerus tidak segera diatasi. .(Lubis, Namora
Lumongga, 2013).
b. Merasa terhalangi atau merasa dibatasi kebebasan dirinya oleh
datangnya menstruasi, contohnya : seseorang tidak dapat
melaksanakan ibadah, aktivitas olahraga dan aktivitas lainnya.
(Lubis, Namora Lumongga, 2013).
c. Mudah tersingguang atau mudah marah. Perasaan ini timbul di
karenakan akibat dari perubahan cara kerja hormone serta pengaruh
rasa nyeri yang timbul pada saat menstruasi. .(Lubis, Namora
Lumongga, 2013).
d. Perubahan pola makan, pola makan cenderung ,meningkat terutama
makanan yang manis. .(Lubis, Namora Lumongga, 2013).
e. Merasa gelisah dan gangguan tidur. Pada saat menstruasi seseorang
wanita akan mengalami ganguan atau masalah susah tidur atau
insomnia. .(Lubis, Namora Lumongga, 2013).

7. Faktor – faktor Yang Mempengaruhi Kesiapan Anak Dalam


Menarche
a. Usia
Usia adalah waktu yang ,mengukur waktu keberadaan suatu
benda atau makhluk, diukur mulai saat dia lahir, hubungan usia
siswa terhadap kesiapan mengahadapi menarche, semakin ia belum
siap untuk menerima peristiwa haid, sehingga menarche dianggap
sebagai gangguan yang mengejutkan, selain itu menarche yang
terjadi sangat awal, dalam artian siswa tersebut masih sangat muda
23

usianya, dan kedisiplinan diri dalam hal kebersihan badan masih


kurang, seperti mandi masih harus di paksakan oleh orang lain,
padahal sangat penting menjaga kebersihan haid . Sehingga pada
akhirnya, menarche dianggap oleh anak sebagai satu beban baru
yang tidak menyenangkan. (Jyanti dan Purwanti, 2011).
b. Sumber Informasi
Yang dimaksud sumber informasi disini adalah sumber-sumber
yang dapat memberikan informasi tentang menarche kepada siswi.
Sumber informasi yang diterima siswa dapat diperoleh dari :
1) Keluarga
Dalam artian luas, keluarga meliputi semua pihak yang
dapat dibandingkan dengan marga. Dalam arti sempit, keluarga
meliputi orang tua dan anak. Orang tua secara lebih dini harus
memberikan penjelasan tentang menarche kepada anak
perempuanya, agar anak lebih mengerti dan siap dalam
menghadapi menarche (Yusuf, 2010).
2) Kelompok Teman Sebaya
Hubungan kelompok teman sebaya dengan kesiapan
menghadapi menarche yaitu, informasi tentang menarche dapat
diperoleh dari kelompok teman sebaya, apabila informasi-
infomasi tentang menarche tidak benar, maka persepsi siswa
tentang menarche akan negatif, sehingga siswa tersebut merasa
malu saat mengalami menarche dan dapat timbul beberapa
gangguan-gangguan antara lain berupa pusing,mual,haid tidak
teratur (Jayanti dan purwanti ,2011).

E. Pengetahuan
1. Pengertian
Pengetahuan merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang
melakukan pengindraan terhadap objek tertentu (Notoatmodjo, 2010).
24

2. Tingkat Pengetahuan
Tingkat pengetahuan dalam domain kognitif mempunyai enam
tingkatan yaitu :
a. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat sesuatu meteri yang telah
dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini
adalah mengingat kembali sesuatu yang spesifik dan seluruh bahan
yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu
tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.
(Natoatmodjo, 2014).
b. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
menjelasakn secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat
mengintepretasikan materi tersebut secara benar. Orang telah
paham terhadap objek diatas materi dapat menjelaskan,
menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya
terhadap objek yang dipelajari. (Natoatmodjo, 2014).
c. Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya.
Apalikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi penggunaan
hokum-hukum, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks
atau yang lain. (Natoatmodjo, 2014).
d. Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi
atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di
dalam suatu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama
lain. (Natoatmodjo, 2014).
e. Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjukan kepada suatu kemampuan untuk
meletakan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu
bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah
25

suatu bentuk kemampuan menyusun formulasi baru dari formulasi-


formulasi yang baru. (Natoatmodjo, 2014).
f. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justfikasi
atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian ini
didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau
menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. (Natoatmodjo, 2014).

3. Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan


a. Faktor internal meliputi :
1) Umur
Semakin cukup umur tingkat kematangan dan kekuatan
seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja dari
segi kepercayaan masyarakat yang lebih dewasa akan lebih
percaya dari pada orang yang belum cukup tinggi
kedewasaanya. Hal ini sebagai akibat dari pengalaman jiwa.
(Nursallam, 2011).
2) Pengalaman
Pengalaman merupakan sumber pengetahua, atau
pengalaman itu merupakan cara untuk memperoleh suara
kebenaran pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara
mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam
memecahkan persoalan yang dihadapi masa lalu. (Nursallam,
2011).
3) Pendidikan
Semakin tinggi tingkat Pendidikan seseorang semakin
banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya semakin
Pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan
sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang baru diperkenalkan.
(Nursallam, 2011).
4) Jenis kelamin
Jenis kelamin merupakan suatu sifat yang dikonstruksikan
secara social maupun kultural. (Nursallam, 2011).
26

5) Faktor eksternal meliputi :


a) Informasi
Informasi merupakan fungsi penting untuk
membantu mengurangi rasa cemas. Seseorang yang
mendaptkan informasi akan mempertinggi tingkat
pengetahuan terhadap suatu hal (Nursallam, 2011).
b) Lingkungan
Lingkungan diawali dengan pengalaman-
pengalaman seseorang serta adanya faktor eksternal
(lingkungan fisik dan non fisik) (Nursallam, 2011).
c) Social budaya
Semakin tinggi tingkat Pendidikan dan status social
seseorang maka tingkat pengetahuannya akan semakin
tinggi pula (Nursallam, 2011).

4. Mengukur Pengetahuan
Menurut (Arikunto, 2010), pengukuran pengetahuan dapat dilakukan
dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi
yang ingin di ukur dari subjek atau responden kedalam pengetahuan
yang ingin di ukur dan disesuaikan dengan tingkatnya, adapun jenis
pertanyaan yang dapat digunakan untuk pengukuran pengetahuan
secara umum dibagi menjadi 2 jenis yaitu:
a. Pertanyaan subjek
Penggunaan pertanyaan subjektif dengan jenis pernyataan
essay digunakan dengan penilaian yang melibatkan faktor subjektif
dari penilai, sehingga hasil nilai akan berbeda dari setiap penilai
dari waktu ke waktu.
b. Pertanyaan objektif
Jenis pertanyaan objektif seperti pilihan ganda (multiple
choise), betul salah dan pertanyaan menjodohkan dapat di nilai
secara pas oleh penilai.
27

Menurut (Arikunto, 2010), pengukuran tingkat pengetahuan dapat


dikategorikan menjadi 3 yaitu sebagai berikut :
1) Pengetahuan baik bila responden dapat menjawab 76-100% dengan
benar dari total jawaban pertanyaan.
2) Pengetahuan cukup bila responden dapat menjawab 56% - 75%
dari total jawaban pertanyaan.
3) Pengetahuan kurang bila responden dapat menjawab <56% dari
total jawaban pertanyaan.

F. Kesiapan Diri
1. Kesiapan
Kesiapan adalah suatu keadaan bersiap-siap untuk mempersiapkan
sesuatu. Menurut kamus psikologi, kesiapan (readiness) adalah suatu
trik kematangan untuk menerima dan memperatekkan tingkah laku
tertentu. Readiness adalah preparedness to respond or react. Menurut
fajri & khairani (2010), kesiapan adalah suatu keadaan yang
menunjukan bahwa seseorang siap untuk mencapai salah satu
kematangan fisik yaitu datangnya menarche. Anak yang akan
mengalami menstruasi pertama (menarche) membutuhkan kesiapan
mental yang baik karena perubahan yang terjadi pada saat menarche
dapat menyebabkan menjadi canggung (Nagar & Aimol, 2010).
Perasaan remaja saatn mengalami menarche adalah takut, kaget,
bingung, bahkan juga senang. Pengetauan yang diperoleh remaja
tentang menstruasi akan mempengaruhi persepsi remaja tentang
menarche, jika persepsi yang dibentuk remaja tentang menarche positif,
maka hal ini berpengaruh pada kesiapan remaja dalam mengahdapi
menarche (Fajri & Khairani, 2010).

2. Macam – Macam Kesiapan


Kesiapan diri menghadapi menarche diantaranya yaitu :
a. Kesiapan Fisik
Gejala yang sering terjadi dan sangat mencolok pada peristiwa
haid pertama ialah: kecemasan dan ketakutan diperkuat oleh
28

keinginan untuk menolak proses fisiologis. Apabila tidak


mempunyai pengetahuan dan kesiapan tentang menarche pada
remaja cenderung menolak perubahan fisik tersebut, sehingga dapat
berpengaruh pada psikologi remaja itu sendiri. Maka kesiapan
psikologi sangat diperlukan dalam menghadapi menarche.
b. Kesiapan Psikologi
Kesiapan psikologi remaja berupa sikap remaja tersebut dalam
menghadapi menarche. Sikap ini dapat bersifat positif dan bersifat
negatif. Dalam sikap positif, kecenderungan tindakan adalah
memahami, menghargai, dan menerima adanya menstruasi pertama
sebagai tanda kedewasaan seorang kewanita. Sedangkan dalam sikap
negatif dimana anak tersebut memiliki gambaran fantasi yang sangat
aneh bersamaan dengan kecemasan dan ketakutan yang tidak masuk
akal. Hal tersebut mereka kaitkan dengan masalah pendarahan pada
organ kelamin
c. Kesiapan Belajar
Kesiapan belajar merupakan perubahan prilaku atau
penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan
membaca, mengamati, mendengarkan, meniru.
d. Kesiapan Kecerdasan
Kesiapan kecerdasan adalah kesigapan bertindak dan kecakpan
memahami bisa tumbuh dari berbagai kualitas. Ketajaman
intelegensi, otak, dan pikiran dapat membuat siswa jadi lebih
menyesuaikan diri dengan sekitarnya, makin cepat menyesuaikan
diri dengan lingkungannya semakin cepat mengendalikan situasi.
(Suryani dan Widyasih, 2010).

3. Prinsip – Prinsip Kesiapan


Prinsip Kesiapan menurut Slameto (2010):
a. Semua aspek perkembangan berinteraksi (saling pengaruh
mempengaruhi).
b. Kematngan jasmani dan rohani adalah perlu untuk memperoleh
manfaat dari pengalaman,
29

c. Pengalam-pengalaman mempunyai pengaruh yang positif terhadap


kesiapan.
d. Kesiapan dasar untuk kegiatan tentu terbentuk dalam periode
tertentu selama masa pembentukan dalam perkembangan.

G. Penelitian Terkait
Menurut penelitian Alfizah Fadhillah (2019) dengan judul “Hubungan
Tingkat Pengetahuan Tentang Menstruasi Dengan Kesiapan Menghadapi
Menarche Pada Siswi SD Muhammadiyah Suryowijayana Yogyakarta”
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan
tentang menstruasi dengan kesiapan menghadapi menarche pada siswi kelas
IV, V, VI SD Muhammadiyah Suryowijayana Yogyakarta. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif, dengan desain
penelitian deskriptif korelasi, dan pendekatan cross sectional pada siswi
rentan umur 9-12 tahun di SD Muhammadiyah Suryowijayana Yogyakarta
dengan jumlah responden 45 orang. Hubungan Tingkat Pengetahuan
Tentang Menstruasi Dengan Kesiapan Menghadapi Menarche Pada Siswi
SD Muhammadiyah Suryowijayana Yogyakarta sebesar 0,023 < 0,05
dengan keeratan 0,338 p value. Maka dapat di simpulkan bahwa ada
hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan tentang menstruasi
dengan kesiapan mengahdapi menarche pada siswi SD Muhammadiyah
Suryowijayana Yogyakarta.
Menurut penelitian Silvia Novitasari (2018) dengan judul “ Hubungan
Pengetahuan Tentang Menstruasi dengan Kesiapan dalam Menghadapi
Menarche Pada Siswi SDN Asrikaton I” Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui hubungan pengetahuan tentang menstruasi dengan kesiapan
mengahdapi menarche pada siswi SDN Arikaston I. penelitian ini
menggunakan desain penelitian korelasional dengan pendekatan cross
sectional, menggunakan kuesioner dengan analisis data yaitu univariat dan
bivariat menggunakan chi square. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan
p-value 0,000. Hasil ini menunjukan adanya hubungan yang signifikan
antara pengetahuan mengenai menstruasi dengan kesiapan dalam
menghadapi menarche pada siswi SDN Asrikanto I.
30

Menurut penelitian Sellia Juwita (2018) dengan judul “ Hubungan


Pengetahuan Dengan Remaja Putri dalam Menghadapi Menarche”
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi
kesiapan remaja putri dalam menghadapi menarche. Desain penelitian
kuantitatif analitik, denga populasi remaja putri SMP di kecamatan
Senapelan dengan Teknik pengambilan sampel total sampling, jumlah
sampel 258 orang. Data di ambil melalui pengisian kuesioner dan diolah
dengan komputerisasi selanjutnya dianalisa secara univariat dan bivariat
menggunakan uji chi square. Hasil univariat di ketahui remaja putri yang
memiliki pengetahuan baik 75,2% dan yang berpengetahuan cukup
sebanyak 24,8% , remaja yang siap mengadapi menarche sebanyak 57,4%
dan yang tidak siap sebanyak 42,6%. Hasil Analisa bivariat diketahui
terdapat hubungan pengetahuan dengan kesiapan menghadapi menarche
dimana nilai p-value < 0,05. Jadi pengethuan memberikan pengaruh
terhadap kesiapan remaja dalam mengahdapi menarche.
31

H. Kerangka Teori

Skema 2. 1 Kerangka Teori

Siswi Sekolah
Dasar Menstruasi (Menarche)

Kesiapan Menghadapi
Menstruasi (Menarche)
Tingkat Pengetahuan

1. Pengetahuan baik
2. Pengetahuan tidak Kesiapan
baik Menghadapi
Menstruasi
(Menarche)

Sumber : (Lestari Titik, 2015), (Natoatmodjo, 2010), (Fajri & Khairani, 2010).
BAB III
KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL, DAN
HIPOTESIS PENELITIAN

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah suatu uraian dan visualisasi hubungan atau


kaitan antara konsep satu terhadap konsep lainnya, atau antara variable satu
dengan variable yang lain dari masalah yang ingin di teliti (Natoatmodjo,
2018).
Berdasarkan tinjauan kepustakaan, tujuan penelitian dan kerangka teori
mengenai hubungan tingkat pengetahuan dengan kesiapan dalam
menghadapi menarche pada siswi sekolah dasar, maka dikemukakan
beberapa variable yaitu sebagai berikut :

Skema 3.1 Kerangka Konsep

Variable Independent Variable Dependen

Tingkat pengetahuan Kesiapan menghadapi


Menarche Menarche

Keterangan :
: Di hubungkan
: Yang Di Teliti

32
33

B. Definisi Operasional
Defini operasional adalah variable yang dapat di ukur dengan
menggunakan instrument atau alat ukur, maka variable harus di beri Batasan
atau definisi yang operasional atau “definisi operasional variable”. Definisi
operasional ini penting dan diperlukan agar pengukuran variable atau
pengumpulan data (variable) itu konsisten antara sumber data (responden)
yang satu dengan responden yang lain. (Notoatmodjo, 2018).
33

Tabel 3,2 Definisi Operasional

No Variable Penelitian Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala

1 Variable Independen

Tingkat pengetahuan Siswi Kemampuan siswi dalam Cara pengukuran Kuesioner 1. Skor < 12 = Ordinal
dalam Menghadapi mengingat dan mengenal dengan dengan pilihan pengetahuan
Menstruasi (Menarche) tentang menstruasi menggunakan jawaban Setuju kurang baik
kuesioner dan dan Tidak 2. Skor > 12 =
responden di minta Setuju pengetahuan
menjawab baik
pertanyaan tentang
pengetahuan yang
terdiri dari 19
pertanyaan
34

2 Variable Dependen

Kesiapan Siswi Sekolah Kesiapan atau respon Cara pengukuran Kuesioner 1. Skor < 7 = Ordinal
Dasar dalam Menghadapi yang dirasakan pada dengan dengan pilihan kesiapan
Menstruasi (Menarche) siswi dalam menghadapi menggunakan jawaban Setuju kurang baik
menarche kuesioner. dan Tidak 2. Skor > =
Pengukuran Setuju kesipan baik
dilakukan dengan
menjawab
pertanyaan sebanyak
10 soal

3 Karakteristik Responden

Kelas Kelas responden pada Melihat dari jawaban kuesioner 5 dan 6 Ordinal
saat mengisi kuesioner identitas responden

Usia Usia responden pada saat Melihat dari jawaban kuesioner 11 dan 12 Rasio
mengisi kuesioner identitas responden
35

C. Hipotesis

Hipotesis merupakan suatu jawaban atas pernyataan penelitian yang


telah dirumuskan dalam perencanaan penelitian untuk mengarahkan kepada
hasil penelitian ini maka dalam perencanaan penelitian perlu dirumuskan
jawaban sementara dari penelitian ini. Jadi, hipotesis di dalam suatu
penelitian berarti jawaban sementara penelitian, patokan duga, atau adil
sementara, yang kebenarannya akan dibuktikan dalam penelitian tersebut
(Natoatmodjo, 2018), hipotesa dalam penelitian ini yaitu :

Ha : Ada hubungan tingkat pengetahuan dengan kesiapan siswi sekolah


dasar terhadap menstruasi.
Ho : Tidak ada hubungan tingkat pengetahuan dengan kesiapan siswi
sekolah dasar terhadap menstruasi.
BAB IV
METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan
desain penelitian Cross Sectional ialah suatu penelitian untuk mempelajari
dinamika kolerasi antara faktor – faktor risiko dengan efek, dengan cara
pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat
(point time approach).

B. Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian ini ditunjukan untuk siswi sekolah dasar kelas 5 dan 6 di
SDN Ciputat 01 Kota Tangerang Selatan. Studi pendahuluan telah
dilakukan pada 2 Oktober 2020 dan Penelitian ini akan dilakukan pada
bulan Oktober 2020.

C. Populasi dan Sampel Penelitian


1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang di
teliti tersebut (Natoatmodjo,2012). Populasi dalam penelitian ini adalah
Siswi Kelas 5 dan 6 Sekolah Dasar di SDN Ciputat 01 Kota Tangerang
selatan yaitu berjumlah 170 siswi.

2. Sampel
Sampel adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti
(Natoatmodjo, 2018). Sampel dalam penelitian ini adalah Siswi Sekolah
Dasar di SDN Ciputat 01 Tangerang Selatan.

36
37

Untuk menentukan jumlah sampel menggunakan aplikasi statistic


dan sampel yaitu sebagai berikut :

Keterangan :

n = Besar sampel
P1 = Proporsi kejadian pada salah satu partisipasi pada
kelompok tertentu
P2 = Proporsi kejadian pada salah satu partisipasi pada
kelompk tertentu
P = Rata rata P1 dan P2 (P1+P2)
Z1-α/2 = Nilai Z pada derajat kemaknaan
Z1-β = Nilai Z pada kekuatan uji power 1

Setelah dihitung menggunakan aplikasi statistics and sampel


size (compare to propotions) berdasarkan penghitungan sampel
dengan rumus lameshow didapatkan sampel sebanyak 18. Untuk
meminimalisir terjadinya data dropout maka ditambahkan 20%
18 x 20% = 18 x 20/100% = 3,6 dibulatkan menjadi 4
18 + 4 = 22
Maka = kelompok eksposure positif 22
Kelompok eksposure negative 22
Jadi hasil yang didapatkan adalah 44 sampel.

Sampel dalam penelitian ini adalah Siswi kelas 5 & 6 yang sudah
menstruasi dan bersekolah di SDN Ciputat 01 Kota Tangerang
Selatan Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah quota
sampling dimana quota sampling adalah pengambilan sampel secara
38

quota dilakukan dengan cara menetapkan sejumlah anggota sampel


secara quotum atau jatah (Natoatmodjo, 2018). Sehingga sampel
dalam penelitian ini yaitu sebanyak 44 sampel.
Agar karakteristik sampel tidak menyimpang dari populasinya,
maka sebelum dilakukan pengambilan sampel perlu ditentukan
kriteria inklusi maupun kriteria eksklusi. Kriteria inklusi adalah
kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh setiap anggota populasi
yang dapat diambil sebagai sampel. Sedangkan kriteria eksklusi
adalah ciri-ciri anggota populas yang tidak dapat diambil sebagai
sampel (Notoatmodjo, 2018).

Adapun kriteria yang ditentukan untuk pengambilan sampel


sebagai berikut :
a. Kriteria Penerimaan (Inklusi)
1) Siswi Sekolah Dasar SDN Ciputat 01
2) Siswi Kelas V & VI SDN Ciputat 01
3) Siswi Yang Berusia 11-12 Tahun
4) Sehat Jasmani dan Rohani
5) Bersedia Menjadi Responden
b. Kriteria Penolakan (Ekslusi)
1) Siswi kelas 1.2.3.dan 4 SDN Ciputat 01
2) Siswi yang izin sakit (tidak hadir)
3) Tidak bersedia menjadi Responden

3. Teknik Sampling
Pada garis besarnya hanya ada dua jenis sampel yaitu sampel
probabilitas (probability samples) atau sering disebut random sampel
(sampel acak) dan sampel non probabilitas (non probability sampel)
(Natoatnodjo, 2018).
Jenis sampel penelitian ini adalah dengan Teknik pengambilan sampel
quota sampling yaitu pengambilan sampel secara quota dilakukan dengan
39

cara menetapkan sejumlah anggota sampel secara quotum atau jatah


(Natoatmodjo, 2018).
Teknik sampling ini dilakukan dengan cara: pertama-tama
menetapkan beberapa besar jumlah sampel yang diperlukan dengan
menggunakan rumus lemeshow dan aplikasi statistic and sampel size
untuk menetapkan sejumlah quota sampel atau jatah di dapatkan
sebanyak 18 sampel. Untuk meminimalisrkan terjadinya data dropout
maka ditambahkan 20% maka didaptkan hasil 44 sampel. Kemudian
jumlah atau quatum itulah yang dijadikan dasar untuk mengambil unit
sampel yang diperlukan dengan cara: memberikan lembar inform concent
atau lembar persetujan serta di berikan informasi dengan bagaimana cara
pengisian kuesioner lalu diberikan 2 kuesioner yang terdiri dari kuesioner
pengetahuan menghadapi menstruasi dan kuesioner kesiapan menghadapi
menstruasi.

D. Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data adalah Teknik atau cara yang dilakukan
untuk mengumpulkan data. Metode menunjukan suatu cara sehingga dapat
diperlihatkan pengunaanya melalui angket, wawancara, pengamatan, tes,
dokumentasi, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2018).
Pengumpulan data dalam penelitian ini dengan cara :
1. Meminta izin kepada ketua Program Studi S1 Keperawatan STIKes
IMC Bintaro untuk melakukan penelitian
2. Mengajukan Surat Izin Penelitian di SDN Ciputat 01 Kota Tangerang
Selatan
3. Setelah mendapatkan persetujuan penelitian, peneliti melakukan
penelitian terhadap responden dengan terlebuh dahulu memberikan
penjelasan tentang maksud dan tujuan penelitian
4. Memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden kemudian
responden diminta untuk menandatangani persetujuan menjadi
responden
40

5. Setelah menandatangani lembar persetujuan untuk menjadi responden,


peneliti melakukan pengumpulan data dengan cara mewawancara dan
kuesioner
6. Responden diberikan penjelasan tentang tata cara mengisi angket dan
dipersilahkan untuk bertanya bila ada pertanyaan yang tidak di
mengerti atau belum jelas
7. Selama pengisian angket, peneliti berada didekat responden untuk
mengantisipasi pertanyaan akan ketidak jelasan responden
8. Setelah mengisi angket maka peneliti mengambil angket yang ada
pada responden kemudian dikumpulkan oleh peneliti.
9. Setelah data terkumpul semua, peneliti akan melanjutkan mengelola
data dan di analisis

E. Instrumen Penelitian
Instrument penelitian adalah alat-alat yang akan digunakan untuk
pengumpulan data (Natoatmodjo, 2018).
1. Alat Ukur dan Cara Ukur
Untuk melengkapi penelitian ini, maka digunakan beberapa
Teknik pengumpulan data. Hal ini dimaksud untuk mendaptakan data
yang lengkap dan valid yang nantinya dapat menunjang keberhasilan
penelitian ini. Kuesioner adalah instrument penelitian yang digunakan
oleh peneliti. Kuesioner merupakan alat ukur berupa daftar pertanyaan
yang telah disusun mengacu pada variable penelitian yang dijawab oleh
responden. Jenis kuesioner yang digunakan adalah kuesioner tertutup,
dimana responden tinggal memilih dengan memberikan tanda ceklist
pada pilihan jawaban yang dikehendaki (Hidayat, A. 2009).
Penelitian ini dibagi menjadi 2 macam kuesioner, yaitu kuesioner
pengetahuan tentang menarche) dan kuesioner Kesiapan menghadapi
menarche.
a. Kuesioner A (Data demografi)
Kuesioner ini Terdiri atas hal-hal yang berkaitan dengan
identitas responden berupa data demografi. Data tersebut meliputi
Nama, Umur, Kelas .
41

b. Kuesioner B (Variabel Independen mengenai Pengetahuan tentang


Menarche)
Kuesioner ini terdiri atas hal-hal yang berkaitan dengan
pengetahuan tentang Menstruasi awal (Menarche) meliputi definisi
menstruasi, Usia Menstruasi, Siklus Menstruasi, Hygine
Menstruasi. Dengan penilaian menggunakan Skala Gutman Dengan
setiap jawaban “Benar” bernilai 1 dan “Salah” Bernilai 0
c. Kuesioner C (Variabel dependen mengenai Kesiapan Menghadapi
Menarche) Kuesioner ini terdiri dari beberapa pertanyaan, dibuat
menggunakan skala Gutman. Dengan setiap jawaban “Benar”
bernilai 1 dan “Salah” Bernilai 0

2. Uji Validitas
Uji validitas adalah instrument penelitian yang digunakan untuk
mengukur ketetapan dan kecermatan data yang akan diteliti, dikatakan
valid jika instrument tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa
yang seharusnya diukur dan mengarah pada tujuan yang akan dicapai
(Sugiyono, 2011).
Menurut Susilo, dkk (2014) Jumlah responden yang disayaratkan
untuk Uji Validitas adalah 15-30. Jumlah responden pada uji validitas
penelitian ini adalah 20 responden.
Instrumen yang dilakukan Uji Validitas pada penelitian ini yaitu
Variable independent pengetahuan tentang menstruasi (menarche),
sedangkan variable dependen yaitu kesiapan menghadapi menstruasi
(menarche).
Hasil penelitian uji coba tersebut diolah dengan menggunakan
SPSS (statistic product and service solution), Adapun rumus yang
dipakai dalam uji validitas adalah korelasi product moment sebagai
berikut :

Rumus 4.2 Rumus Uji Validitas


42

Keterangan :
Rxy : Koefisien Korelasi
N : Jumlah Responden Uji Coba
X : Skor Tiap Item
Y : Skor Seluruh Item Responden Uji Coba

Setelah menghitung r hitung hal yang harus dilakukan adalah


membandingkan r hitung r table dengan signifikan 5% karena
keabsahan penelitian kesehatan bersifat social dengan angka 95% jika r
hitung > r table berarti valid (Arikunto, 2010)
Dengan pengambilan keputusan uji validitas tersebut adalah
sebagai berikut : nilai r tabel dari 30 responden adalah = 0,361
1) Jika r hasil positif, serta r hasil > r tabel, maka butir atau variable
tersebut valid
2) Jika r hasil tidak positif, serta r hasil < r tabel, maka butir atau
variable tersebut tidak valid
Dalam penelitian ini alat istrumen berupa kuesioner penelitian telah
dilakukan uji validitas dengan memperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 4.1 Uji Validitas kuesioner Pengetahuan

No Butir r hitung r tabel Keputusan


Pertanyaan

1 0,540 0,361 Valid

2 0,443 0,361 Valid

3 0,528 0,361 Valid

4 0,478 0,361 Valid


43

5 0,530 0,361 Valid

6 0,665 0,361 Valid

7 0,405 0,361 Valid

8 0,543 0,361 Valid

9 0,519 0,361 Valid

10 0,506 0,361 Valid

11 0,437 0,361 Valid

12 0,475 0,361 Valid

13 0,702 0,361 Valid

14 0,448 0,361 Valid

15 0,465 0,361 Valid

16 0,521 0,361 Valid

17 0,626 0,361 Valid

18 0,460 0,361 Valid

19 0,448 0,361 Valid

20 0,460 0,361 Valid

Tabel 4.2 Uji Validitas Kuesioner kesiapan

No butir r hitung r atbel Keputusan


pertanyaan

1 0,704 0,361 Valid

2 0,494 0,361 Valid


44

3 0,668 0,361 Valid

4 0,577 0,361 Valid

5 0,567 0,361 Valid

6 0,691 0,361 Valid

7 0,482 0,361 Valid

8 0,582 0,361 Valid

9 0,720 0,361 Valid

10 0,635 0,361 Valid

3. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas merupakan upaya untuk menstabilkan dan melihat
adakah konsistensi reponden dalam menjawab pertanyaan, yang
berkaitan dengan konstruksi dimensi variable (Donsu, 2017). Uji
reliabilitas menurut Natoatmodjo (2018) adalah indeks yang
menunjukan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau
dapat diandalkan, berarti hal ini menunjukan sejauh mana hasil
pengukuran itu tetep konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali atau
lebih dengan gejala yang sama dengan menggunakan alat ukur yang
sama. Teknik yang di gunakan untuk perhitungan reabilitas dengan
menggunakan teknik alpa-cronbach standar yang digunakan dalam
menentukan reliabel atau tidaknya suatu instrument penelitian
umumnya adalah perbandingan nilai tabel pada paraf kepercayaan 95 %
atau tingkat signifikan 5%. Dalam uji reabilitas hasil alpa cornbach
diukur berdasarkan skala alpha 0,00 sampai 1,00.
Setelah dilakukan uji kuesioner dengan menyebarkan kuesioner
pada orang yang mempunyai hampir sama dengan karakteristik
responden. Uji coba dilakukan untuk mengetahui sejauh mana
45

pemahaman responden terhadap pertanyaan-pertanyaan dari kuesioner


yang telah dibuat.
Adapun hasil dari uji reabilitas yang melibatkan 30 responden
dengan hasil
Tabel 4.3 kuesioner Pengetahuan

Cronbach’s Alpha N of Items

,852 20

Berdasarkan hasil yang telah di dapatkan pada tabel 4.3 reability


statistic diperoleh nilai alpha sebesar 0,852 pada item pertanyaan yang
telah diuji validitas yang mana hasil tersebut dapat dikatakan sangat
reabel.

Tabel 4.4 Kuesioner Kesiapan

Cronbach’s Alpha N of Items

,814 10

Berdasarkan hasil yang telah di dapatkan pada tabel 4.4 reability


statistic diperoleh nilai alpha sebesar 0,814 pada item pertanyaan yang
telah diuji validitas yang mana hasil tersebut dapat dikatakan sangat
reabel.

F. Etika Penelitian
Kode etik penelitian adalah suatu pedoman etika yang berlaku untuk
setiap kegiatan penelitian yang melibatkan antara pihak penelitian, pihak
yang teliti (subjek penelitian) dan masyarakat yang akan memperoleh
dampak hasil penelitian tersebut (Natoatmadjo, 2018).
Menurut Natoatmodjo (2018) ada 4 Prinsip etika penelitian:
1. Menghormati harkat dan martabat manusia (repect to human dignity)
46

Sebagai ungkapan peneliti menghormati harkat & martabat subjek


penelitian yaitu dengan mempersiapkan formulir persetujuan subjek
(inform consent).
2. Menghormati privasi dan kerahasiaan subjek peneliti (respect for privacy
and confidentiality)
Setiap orang mempunyai hak-hak dasar individu termasuk privasi dan
kebebasan individu dalam memberikan informasi. Oleh sebab itu,
peneliti tidak boleh menampilkan informasi mengenai identitas dan
kerahasiaan identitas subjek.
3. Keadilan dan inklusivitas/keterbukaan (repect for justice an
inclusiveness)
Prinsip keterbukaan dan adil perlu dijaga oleh peniliti dan kejujuran,
keterbukaan, dan kehati-hatian. Untuk itu, lingkungan penelitian perlu
dikondisikan sehingga memenuhi prinsip terebukaan yakni, dengan
menjelaskan prosedur penelitian prinsip keadilan ini menjamin bahwa
semua subjek penelitian memperoleh perlakuan dan keuntungan yang
sama, tanpa membedakan jender, agama, etnis, dan sebagainnya.
4. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan (balancing
harms and benefits)
Sebuah penelitian hendaknya memperoleh manfaat semaksimal pada
khususnya. Peneliti hendaknya berusaha meminimalisasi dampak yang
merugikan bagi subjek. Oleh sebab itu, pelaksaan penelitian harus dapat
mencegah atau paling tidak mengurangi rasa sakit, cidera, stress, maupun
kematian subjek penelitian.

G. Analisa Data
Analisa data yang digunakan pada penelitian ini yaitu :
1. Analisis Univariat
Analisa univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan
karakteristik setiap variable penelitian (Natoatmodjo, 2018). Data yang
dianalisis pada penelitian ini adalah Hubungan Tingkat Pengetahuan
dengan Kesiapan Menghadapi Menarche pada Siswi Sekolah dasar di
SDN Ciputat 01 Kota Tangerang Selatan di sajikan dalam bentuk table
47

distribusi frekuensi yang betujuan untuk mengetahui gambaran


Pengetahuan dan Kesiapan Siswi SDN Ciputat 01.
2. Analisis Bivariat
Analisa bivariat yang dilakukan terhadap dua variable yang diduga
berhubungan atau berkorelasi. Misalnya variable umur dengan variable
jantung, variable jenis kelamin dengan jenis penyakit yang diderita, dan
sebagainya (Natoatmodjo, 2018). Analisa brivariat yaitu table silang 2
variable (variable independent dan variable dependen ). Analisis bivariat
digunakan dengan uji statistic chi-square rumus yang digunakan untuk
mengetahui ada tidaknya perbedaan atau hubungan antara variable yang
berskala ordinal maupun nominal dengan jumlah sampel lebih besar dari
30 orang (n>30) yaitu menggunakan uji statistic chi-square. Hubungan
yang ingin diketahui peneliti adalah hubungan tingkat pengetahuan
dengan kesiapan dalam mengahadapi menarche pada siswi SDN Ciputat
01 Kota Tangerang Selatan.
Chi-square merupakan uji non parametrik yang mempunyai syarat
agar dapat digunakan untuk menguji keterkaitan variable penelitian.
Syarat uji chi-square adalah sel yang mempunyai frenkuensi harapan
kurang dari 5, maksimal 20 % dan jumlah sel. Kesimpulan apakah ada
hubungan antara kedua variable dapat diketahui melihat nilai probabilitas
(p value), apabila nilai <0.05 maka HO ditolak dan Ha diterima, yang
berarti hubungan antara kedua variable.

H. Pengolahan Data
Menurut Notoatmodjo (2018), pemgolahan data dengan computer
melalui bebrapa tahap sebagai berikut :
1. Editing
Editing merupakan kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan
formulir atau kesioner. Apabila ada jawaban yang belum lengkap, jika
memungkinkan perlu dilakukan pengambilam data ulang untuk
melengkapi jawban tersebut. Tetapi apabila tidak memungkinkan, maka
pertanyaan yang belum ada jawabannya tidak diolah atau dimasukan
dalam pengolahan “data missing”
48

2. Coding
Coding atau pengkodean adalah mengubah data berbentuk kalimat
atau huruf menjadi data angka atau bilangan. Coding sangat berguna
dalam memasukan data (data entry).
3. Memasukan Data (data entry)
Memsuka data (data entry) adalah data dari masing- masing
responden yang dalam bentuk “kode” (angka atau huruf) dimasukan
kedalam program atau “software” computer.
4. Pembersihan Data (cleaning)
Pembersihan data (cleaning) adalah pengecekan kembali untuk
melihat kemungkinan adanya kesalahan kode, ketidak lengkapan, dan
sebagainya, kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi.

I. Penyajian Data
Cara penyajian data penelitian kelompokkan menjadi 3 yaitu:
1. Penyajian data textular
Penyajian data hasil penelitian dalam bentuk uraian kalimat.
2. Penyajian dalam bentuk table
Suatu penyajian sistematik dari pada data numerik, yang tersusun dalam
kolom atau jajaran.
3. Penyajian dalam bentuk grafik
Suatu penyajian data secara visual.
BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Lokasi Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Lokasi Sekolah Dasar Negri 01 Kota Tangerang Selatan Terletak
di Jl. Ki Hajar Dewantoro No.6 Ciputat Kota Tangerang Selatan.
2. Visi Sekolah Dasar Negri 01 Kota Tangerang Selatan
“SD Negri Ciputat 01 menjadi sekolah dambaan masyarakat yang
santun dalam budaya, terampil dalam ilmu pengetahuan alam,
matematika, olah raga dan seni di Kota Tangerang Selatan.”
3. Misi Sekolah Dasar Negri 01 Kota Tangerang Selatan
“Menyiapkan sumber daya manusia (SDM) yang berbudaya,
cerdas, terampil, dan berbudi pekerti yang berwawasan IPTEK
berlandaskan IMTAQ”.
4. Tujuan
a. Meningkatkan wawasan dan kreatifitas budaya lewat bi,bingan dan
latihan
b. Meningkatkan kualitas dan efektifitas proses belajar dan mengajar
melalui pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswi (student
centered learning) dengan multi metode dan media, antara lain lewat
PAKEM dan contectual teaching leraning (CTL) yang berorientasi
pada pengembangan keterampilan kecakapan hidup (life skill) serta
layanan bimbingan dan konseling.
c. Menciptakan lingkungan sekolah yang kondusif, aman , dan
nyaman demi efektifitas seluruh kegiatan Pendidikan sekolah dan
peningkatan mutu.

49
58

d. Menumbuh kembangkan semangat berprestasi dan mewujudkan


budaya kempetitif yang jujur, sportif bagi seluruh warga sekolah
dalam berlomba meraih prestasi
e. Menumbuhkembangkan penghayatan dan pengalaman ajaran agama
yang dianut sehingga terbangun insan yang beriman, bertaqwa, serta
berakhlak mulia.

B. Hasil Penelitian
1. Analisa Univariat
a. Gambaran Umum Responden Berdasarkan Usia Siswi Sekolah
Dasar Negeri Ciputat 01 Kota Tangerang Selatan

Tabel 5.1
Distribusi frekuensi responden usia di Sekolah Dasar Negri
Ciputat 01 Kota Tangerang Selatan.

Usia Minimal-Maksimal Mean Std Deviasi 95% CI

11-12 tahun 11,48 0,050 11,32-11,63

Berdasarkan tabel 5.1 dapat diketahui bahwa rata-rata usia


responden pada penelitian ini yaitu 11 tahun.
b. Gambaran Umum Karakteristik Responden Berdasarkan
Kelas Siswi Sekolah Dasar Negri Ciputat 01 Kota Tangerang
Selatan
59

Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Responden Kelas di Sekolah Dasar Negri Ciputat 01
Kota Tangerang Selatan

Kelas Frekuensi Presentase (%)

5 22 50,0

6 22 50,0

Total 44 100,0

Berdasarkan Tabel 5.2 dapat diketahui bahwa dari 44


responden di Sekolah Dasar Negri Ciputat 01 Kota Tangerang
Selatan kelas 5 terdapat 22 siswi dan kelas 6 terdapat 22 siswi
yang berjumlah 44 responden (100,0%).

c. Gambaran Umum Responden Berdasarkan Tingkat


Pengetahuan Menarche di Sekolah Dasar Negri Ciputat 01
Kota Tangerang Selatan

Tabel 5.5
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat
Pengetahuan Menarche di Sekolah Dasar Negri Ciputat 01
Kota Tangerang Selatan

Tingkat Pengetahuan Frekuensi Presentase (%)

< 12 Kurang baik 24 54.5

> 12 Baik 20 45.5

Total 44 100.0

Berdasarkan tabel 5.5 dapat diketahui bahwa dari 44


responden di Sekolah Negri Ciputat 01 Kota Tangerang Selatan
60

sebagaian besar responden yang memiliki tingkat pengetahuan


kurang baik sebanyak 24 responden (54,5%), sedangkan yang
memiliki tingkat pengetahuan baik sebanyak 20 responden
(45.5%).

d. Gambaran Umur Responden Berdasarkan Kesiapan


Menghadapi Menarche di Sekolah Dasar Negri Ciputat 01
Kota Tangerang Selatan

Tabel 5.6
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kesiapan
Menghadapi Menarche di Sekolah Dasar Negri Ciputat 01 Kota
Tangerang Selatan

Kesiapan Frekuensi Presentase

< 7 Kurang baik 25 56,8

> 7 Baik 19 43.2

Total 44 100.0

Berdasarkan tabel 5.6 dapat diketahui bahwa dari 44


responden di Sekolah Dasar Negri Ciputat 01 Kota Tangerang
Selatan sebagian besar responden yang memiliki kesiapan kurang
baik yaitu sebanyak 25 responden (56,8%), sedangkan responden
yang memiliki kesiapan baik yaitu sebanyak 19 responden
(43.2%).

3. Analisa Bivariat
Sesuai dengan tujuan penelitian yaitu mengidentifikasi hubungan
variable bebas (independent) yakni faktor pengetahuan dengan variable
terkait (dependen) berupa kesiapan siswi Sekola Dasar Negri Ciputat 01
dalam menghadapi menarche, maka dilakukan Analisa bivariat.
61

a. Hubungan antara faktor tingkat pengetahuan dengan kesiapan


siswi dalam menghadapi menarche di Sekolah Dasar Negri
Ciputat 01

Tabel 5.7
Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Kesiapan Siswi dalam
Menghadapi Menarche di Sekolah Dasar Negri Ciputat 01 Kota
Tangerang Selatan Tahun 2020

Tingkat Kesiapan Total P OR


Pengetahuan (CI95%)

Kesiapan Keisapan Value


Kurang Baik <7
Baik >7

N % N % N %

< 12 Kurang 19 79,2 5 20,8 24 100 0.003 8,867(2,246-


baik 34,998)

> 12 Baik 6 30,0 14 70,0 20 100

Total 25 56,8 19 43,2 44 100

Dari hasil Analisa bivariat tabel 5.7 ditemukan bahwa dari 44 responden
didapatkan sebanyak 19 siswi (79,2%) memiliki tingkat pengetahuan kurang
baik dengan kesiapan kurang baik dan sebanyak 5 siswi (20,8%) memiliki
tingkat pengetahuan kurang baik dengan kesiapan baik. Sedangkan responden
dengan tingkat pengetahuan baik dengan kesiapan kurang baik yaitu 6 siswi
(30,0%) dan yang tingkat pengetahuan baik dengan kesiapan baik yaitu 14
siswi (70,0%).

Berdasarkan tabel 5.7 setelah dilakukan uji chi-square test mendapatkan


nilai P value sebesar 0,003 sehingga nilai P < 0,05 yang berarti Ha diterima.
Berdasarkan uji statistik dapat ditemukan bahwa ada hubungan yang sangat
62

signifikan antara tingkat pengetahuan dengan kesiapan dalam mengahdapi


menarche pada siswi Sekolah Dasar Negri 01 Kota Tangerang Selatan.

C. Pembahasan Hasil Penelitian


1. Analisa Univariat
a. Usia Siswi yang memiliki tingkat pengetahuan dengan
kesiapan dalam menghadapi menarche
Berdasarkan tabel 5.1 hasil penelitian ini dapat diketahui
bahwa 44 responden siswi yang memiliki pengetahuan dengan
kesiapan dalam menghadapi menarche di Sekolah Dasar Negri 01
Kota Tangerang Selatan dalam penelitian ini adalah yang berusia
11-12 tahun. Dari 44 responden diketahui bahwa rata-rata usia
responden yaitu berusia 11 tahun.
Menurut (Robert P,2010) Secara khusus, perempuan
mengalami mestruasi pada masa remaja, menurut WHO disebut
remaja apabila anak telah mencapai 10-18 tahun. Akan tetapi,
selalu ada perempuan yang mengalaminya pada usia lebih awal.
Kira-kira sepuluh tahun dan beberapa diantaranya lebih dini. Di
lain pihak perempuan mungkin belum mengalami menstruasi
sampai usia 15 tahun atau 16 tahun. Hal ini bergantung pada
produksi dan pelepasan hormon.
Adapun menurut (Lestari Titik,2015), Menarche biasanya
terjadi antara usia 12-13 tahun yaitu dalam rentan usia 10-16 tahun.
Dalam keadaan normal menarche diawali dengan periode
pematangan yang dapat memakan waktu 2 tahun selama selang
waktu itu, terjadi perkembangan payudara, pertumbahanrambut
pubis dan axilla, dan pertumbuhan badan yang cepat . umumnya
jarak siklus berkisar dari 15-45 hari dengan rata-rata 28 hari ,
lamanya berbeda-beda antara 2-8 hari dengan rata-rata 4-6 hari.
63

b. Kelas siswi yang memiliki tingkat pengetahuan dengan


kesiapan dalam menghadapi menarche
Berdasarkan tabel 5.2 dapat diketahui bahwa dari 44
responden di Sekolah Dasar Negri 01 Kota Tangerang Selatan
sebagian responden yang kelas 5 yaitu 22 (50,0%) responden,
sedangkan yang kelas 6 yaitu 22 (50,0%) responden.

c. Tingkat Pengetahuan siswi dengan kesiapan dalam


menghadapi menarche
Berdasarkan tabel 5.3 dapat diketahui bahwa dari 44
responden di Sekolah Dasar Negri 01 Kota Tangerang Selatan
sebagian responden yang memiliki tingkat pengetahuan kurang
baik sebanyak 24 (54,5%) responden, sedangkan yang memiliki
tingkat pengetahuan baik sebanyak 20 (45,5%) responden.
Menurut (Silvia,dkk 2018) pengetahuan tentang menstruasi
yang kurang mengakibatkan remaja akan menganggap datangnya
menarche merupakan gejala dari datangnya suatu penyakit,
sehingga menimbulkan kepanikan, dan beberapa remaja juga
menganggap bahwa merasa sangat kotor saat menstruasi pertama,
sehingga mereka merasa malu, hal tersebut membuat remaja putri
sangat tidak siap menghadapi menarche.
Banyak faktor lain mempengaruhi peningkatan peningkatan
pengetahuan siswi tentang menstruasi yaitu peran guru disekolah,
peran teman sebaya serta keterpaparan infromasi juga mempunyai
hubungan yang signifikan dalam meningkatkan pengetahuan siswi
sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Purnawati dan
Fikawati (2014). Pengalam juga dapat mempengaruhi peningkatan
pengetahuan siswi tentang menstruasi. Pengalam bisa didapat dari
kejadian yang dialami oleh diri sendiri maupun orang lain seperti
teman sebaya, orang tua, keluarga. Dari pengalaman tersebut siswi
bisa memperoleh pengetahuan atau pembelajaran tentang
menstruasi (Afifah dan Hastuti, 2016).
64

d. Kesiapan siswi dalam mengadapi menarche


Berdasrkan tabel 5.4 dapat diketahui bahwa dari 44
responden di Sekolah Dasar Negri 01 Kota Tangerang Selatan
sebagian responden yang memiliki kesiapan kurang baik sebanyak
25 (56,8%), sedangkan responden yang memiliki kesiapan baik
sebanyak 19 (43,2%).
Kesiapan dalam mengahdapi menstruasi pertama
(menarche) adalah keaadan yang menunjukan seseorang siap
untuk mencapai salah satu kematangan fisik yaitu datangnya
menstruasi pertama (menarche). Hal ini ditandai dengan adanya
pemaham yang mendalam tentang proses menstruasi sehingga
siap menerima dan mengalami menstruasi pertama (menarche
sebagai proses yang normal (Fajri & Khairani, 2011).
Komunikasi antara ibu dan anak dapat mempengaruhi
kesiapan siswi dalam menghadapi menarche. Menurut Ramadhani
(2016) peran ibu sangat penting dalam mengedukasi atau
memberikan informasi kepada anakanya tentang menstruasi,
sehingga dnegan komunikasi yang bai kantar ibu dan anak dapat
mempengaruhi kesiapan anak dalam menghadapi menstruasi
pertama. Pemeberian informasi dan dukungan yang positif dapat
mengurangi rasa kekhawatiran, rasa terbebani, ataupun rasa
kesedihan akibat datangnya menarche, sehingga bisa membuat
anak lebih siap dalam menghadapi menarche (Kurniawati ,2011).

2. Analisa Bivariat
a. Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Kesiapan dalam
Menghadapi Menarche di Sekolah Dasar Negri 01 Kota
Tangerang selatan
Berdasarkan tabel 5.7 didapaatkan bahwa sebagian besar
responden didapatkan sebanyak 19 siswi (79,2%) memiliki
tingkat pengetahuan kurang baik dengan kesiapan kurang baik
dan sebanyak 5 siswi (20,8%) memiliki tingkat pengetahuan
65

baik dengan kesiapan baik. Sedangkan responden dengan


tingkat pengetahuan baik dengan kesiapan kurang baik yaitu 6
siswi (30,0%) dan yang tingkat pengetahuan baik dengan
kesiapan baik yaitu 14 siswi (70,0%).
Berdasarkan tabel 5.7 setelah dilakukan uji chi-square test
mendapatkan nilai P value sebesar 0,003 sehingga nilai P < 0,05
yang berarti Ho ditolak Ha diterima. Berdasarkan uji statistic
dapat ditemukan bahwa ada hubungan yang sangat signifikan
antara tingkat pengetahuan dengan kesiapan dalam menghadapi
menarche pada siswi Sekolah Dasar Negri 01 Kota Tangerang
Selatan.
Pengetahuan siswi tentang menstruasi juga dapat
mempengaruhi kesiapan siswi dalam menghadapi menarche.
Penelitian yang dilakukan oleh hermawati (2016) menyebutkan
bahwa terdapat hubungan pengetahuan siswi tentang menstruasi
akan beresiko membuat responden lebih siap dalam menghadapi
menarche. Pemberian informasi yang positif dari berbagai
sumber, kemudian diberikan dengan penuh kehangatan dan
disertai dengan sikap dukungan serta pengertian akan
mengurangi rasa kekhawatiran, rasa terbebani ataupun
kesedihan akibat datangnya menarche, sehingga bisa membuat
anak lebih siap dalam menghadapi menarche (Kurniawati,
2011).
Komunikasi antara ibu anak juga dapat mempengaruhi
kesiapan siswi dalam menghadapi menarche. Menurut
Ramadhani (2016) terdapat hubungan peran ibu dalam
komunikasi ibu anak dengan kesiapan menghadapi menarche
pada anak usia sekolah. Peran ibu sangat penting dalam
mengedukasi atau memberikan informasi kepada anaknya
tentang menstruasi, sehingga dengan komunikasi yang baik
antara ibu dan anak dapat mempengaruhi kesiapan anak dalam
menhadapi menstruasi pertama.
66

Faktor selanjutnya yang mempengaruhi adalah media


masa/elektronik. Media masa sangat efektif untuk
menyampaikan informasi terutama juga untuk mempromosikan
hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi
(Soetjiningsih,2010). Ketidaktahuan siswi mengenai menarche
dikarenakan kurangnya akses informasi mengenai kesehatan
reproduksi, sehingga siswi kurang tau kapan waktunya terjadi
menarche, kebanyakan siswi jarang yang mencari informasi di
internet. Oleh karena itu pengetahuan tentang menstruasi
kurang. Pada penelitian yang penulis lakukan siswi yang
memiliki tingkat pengetahuan dengan kesiapan baik dalam
menghadapi menarche, mereka dapet pengetauan seputar dari
orang tua (ibu), kerabat keluarga dan teman sebayanya.
Hubungan tingkat pengetahuan tentang menstruasi dengan
kesiapan dalam menghadapi menarche pada siswi SDN
Muhammadiyah Suryowijayan Yogyakarta sebesar 0,023 < 0,05
dengan keeratan 0,338 p value. Maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa ada hubungan yang signifikan antara tingkat antara
tingkat pengetahuan tentang menstruasi dengan kesia[an siswi
dalam menghadapi menarche pada siswi SDN Muhammadiyah
Suryowijayan Yogyakarta.
Hasil uji statistic didapatkan ada hubungan tingkat
pengetahuan siswi SD tentang menstruasi dengan kesiapan siswi
dalam menghadapi menarche (p value = 0,026). Berdasarkan
nilai r = 0,367 diketahui bahwa semakin tinggi tingkst
pengetahuan maka semakin siap siswi dalam menghadapi
menarche.
67

b. Keterbatasan Penelitian
Kesempurnaan hanya milik Allah SWT, hal ini sama
dengan penelitian yang masih memiliki ketrbatasan. Sebagai bahan
koreksi dan sabar penelitian selanjutnya agar hasil yang di
dapatkan lebih maksimal. Pelasanaan penelitian masih memiliki
beberapa keterbatasan di antaranya yaitu :
1) Keterbatasan dalam melakukan penelitian sangat terbatas
dikarenakan adanya pandemic covid-19.
BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang suda terlampirkan,


maka dapat disimpulkan beberapa hal dari penelitian ini sebagai berikut :

1. Hasil Analisa data univariate menunjukan bahwa dari 170 responden di


Sekolah Dasar Negeri, berdasarkan kelas sebagian besar responden yang
kelas 5 sebanyak 22 (50,0%) dan yang kelas 6 sebanyak 22 (50,0%).
Berdasarkan usia sebagaian besar responden yang berusia 11 tahun
sebanyak 23 responden (52,3 %) dan responden yang berusia 12 tahun
sebanyak 21 responden (47,7 %) responden .
2. Hasil Analisa data univariat menunjukan bahwa dari 44 responden di
Sekolah Negri Ciputat 01 Kota Tangerang Selatan sebagaian besar
responden yang memiliki tingkat pengetahuan kurang baik sebanyak 24
responden (54,5%), sedangkan yang memiliki tingkat pengetahuan baik
sebanyak 20 responden (45.5%).
3. Hasil Analisa data univariat menunjukan bahwa dari 44 responden di
Sekolah Dasar Negri Ciputat 01 Kota Tangerang Selatan sebagian besar
responden yang memiliki kesiapan kurang baik yaitu sebanyak 25
responden (56,8%), sedangkan responden yang memiliki kesiapan baik
yaitu sebanyak 19 responden (43.2%).
4. setelah dilakukan uji chi-square test mendapatkan nilai P value sebesar
0,003 sehingga nilai P < 0,05 yang berarti Ha diterima. Berdasarkan uji
statistik dapat ditemukan bahwa ada hubungan yang sangat signifikan
antara tingkat pengetahuan dengan kesiapan dalam mengahdapi menarche
pada siswi Sekolah Dasar Negri 01 Kota Tangerang Selatan.

B. Saran
Berkaitan dengan hasil penelitian ini maka beberapa hal yang dapat
diberikan sebagai saran adalah sebagai berikut :

68
69

1. Bagi Isntitusi Pendidikan


Masih minimnya tingkat pengetahuan dengan kesiapan dalam
mengahdapi menarche pada siswi sekolah dasar, oleh karena itu instasi
pendidik perlu melakukan kerja sama kepada Sekolah Dasar Negri 01
dalam hal promosi kesehatan kepada siswi terkait kesehatan reproduksi
untuk meningkatkan pengetahuan siswi terkait kesehatan reproduksi

2. Bagi Institusi Tempat Penelitian


Pemberian Pendidikan dalam hal lain Guru dapat memberikan
wawasan dan pemahaman serta mensosialisasikan informasi kesehatan
tersebut guna membatu mengatasi masalah khususnya kepada siswi
dalam menghadapi menarche
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Peneliti selanjutnya diharapkan dapat meneliti dengan hal yang
lebih luas, terkait Teknik yang lebih efektif dan jumlah responden
yang lebih banyak agar meningkatkan pengetahuan dengan
kesiapan siswi dalam mengadapi menarche.
70

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, C., & Febrianty, R. (2017). Hubungan Pengetahuan, Sikap dan Peran Ibu
dengan Kesiapan Remaja Putri Menghadapi Menarche pada Siswi Kelas 4-6
di SD 3 Peuniti Kota Banda Aceh. Journal of Healthcare Technology and
Medicine, 3(2), 154. https://doi.org/10.33143/jhtm.v3i2.267

Aqwam, 2012 dalam buku “Pendidikan Seks Untuk Anak : Dari Balita Hingga
Dewasa/Nurul Chomaria : Editor, father Muis,-Solo : Aqwam, 2012

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik. (Edisi


Revisi). Jakarta : Rineka Cipta.

Badan Pusat Statistik Pemuda Indonesia Tahun (2019). Diakses pada tanggal 15
agustus2020https://www.bps.go.id/publication/2019/12/20/8250138f59cce
bff3fed326a/statistik-pemuda-indonesia-2019.html

BBKBN. 2012 . Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2012: Kesehatan


Reproduksi Remaja. http://www.bbkbn.go.id/litbang/pusdu/Hasil
%20Penelitian/SDKI%202012/Laporan%20Pendahuluan%REMAJA
%20SDKI%202012.pdf.

Fretes, F. De, Tingginehe, V. A., Setiawan, H., Kristen, U., Wacana, S., Salatiga,
K., Tengah, J., & Tengah, J. (2020). Pengetahuan Tentang Menstruasi
Berhubungan Dengan Kesiapan Mental Pra-Remaja Dalam Menjalani
Menstruasi Relationships of Knowledge About Menstruation With Mental
Readiness of Pre-Adolescents in Running the Menstruation. 10(1).

Happinasari, O., & Suryandari, A. E. (2017). Jurnal Ilmu Kebidanan dan


Kesehatan (Journal of Midwifery Science and Health) Akbid Bakti Utama
Pati. Ilmu Kebidanan Dan Kesehatan, 8(1), 1–15.

Haryono, Rudi. (2013). Siap Menghadapi Menstruasi dan Manapouse.


Yogyakarta: Gosyen Publishing
71

Jahja, Y (2011). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Kencana.

Jayanti dan Purwanti (2011). Deskrpsi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi


Kesiapan Anak dalam Menghadapi Menarche di SD Negeri 1 Kretek
Kecamatan Paguyungan Kabupaten Brebes.

Juwita, S., Yulita, N., Studi, P., & Universitas, D. K. (2018). Hubungan
pengetahuan dengan kesiapan remaja putri dalam mengahadapi menarche.
JOMIS (Journal Of Midwifery Science), 2(2), 50–54.

Kusmiran, E. (2011). Psikologi Perkembangan. Jakarta : Kencana

Kusumaryani, Merry (2017), Lembaga demografi Universitas Indonesia.


https://Idefebui.org/wp-content/uploads/2017/08/BN-06-2017.pdf Diakses
pada tanggal 15 Agustus 2020

Lestari Titik, 2016 , Kumpulan Teori Untuk Kajian Pustaka penelitian Kesehatan.
Yogyakaeta : Nuha Medika.S

Lutfiya, I. (2017). Analisis Kesiapan Siswi Sekolah Dasar dalam Menghadapi


Menarche. Jurnal Biometrika Dan Kependudukan, 5(2), 135.
https://doi.org/10.20473/jbk.v5i2.2016.135-145

Marliani, 2016 dalam buku “Psikologi Perkembangan Anak Dan Remaja”

Notoatmodjo, S (2018). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta,


2018.

Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Novitasari, S., & Ariwinanti, D. (2017). Dengan Kesiapan Dalam Menghadapi


Menarche Pada Siswi Sdn Asrikaton 1.

Pertama, M., Di, M., & Gegerkalong, S. D. N. (2015). merupakan peristiwa


paling penting pada remaja putri sebagai pertanda siklus masa subur sudah
di mulai . Datangnya menstruasi pertama justru membuat sebagian remaja ,
72

takut dan gelisah karena beranggapan bahwa darah haid adalah suatu
penyakit . Namun bebe. 1(2), 125–130.

Rizvya Fildza, dkk. 2014. Analisis Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian
Menarche pada Siswi Di SMP Swasta Harapan 1 Dan 2 Medan. Universitas
Sumastra Utara.

Rosiya, D, A, C. (2019). Kesehatan Reproduksi Remaja Dan Wanita. Pt. Pustaka


Baru: Yogyakarta : Salemba Medika.

Sari, R., Udiyono, A., Saraswati, L., & Ginandjar, P. (2016). Gambaran Usia
Menarche Dini Di Pada Anak Sekolah Dasar Di Daerah Urban. Jurnal
Kesehatan Masyarakat (e-Journal), 4(4), 443–447.

Setiani, Nisaul, dan Murti, Dhevita. (2013). Kesehatan Reproduksi Untuk Smk
Kesehatan. Jakarta : EGC.

Setiyaningrum, Erna, (2017). Perkembangan Kesehatan Remaja Problem dan


Solusinya. Yogyakarta: Indonesia Pustaka.

Siswi, K., Dalam, S. D., & Menarche, M. (2015). 1 *, 1 , 2 , 1. 3(4), 136–142.

Siswojo, Purwanto, E., & Hendriani, D. (2015). Hubungan Pengetahuan Siswi


kelas VI SD Tentang Menstruasi Dengan Kesiapan Menghadapi Menarche.
Jurnal Husada Mahakam, IV(1), 24–31.

Sucipto. (2020). Metodologi Penelitian Kesehatan, Yogyakarta

Sulistiyoningsih, E, hubungan kesiapan menghadapi menarche dengan perilaku


vulva hygiene remaja putri di sekolah Dasar Negeri Kebonsari 04
Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember. Jember, 2014.

Trisetiyaningsih, Y., Hutasoit, M., Utami, K. D., Kesehatan, F., Jenderal, U.,
Yani, A., Kesehatan, F., Jenderal, U., Yani, A., Kesehatan, F., Jenderal, U.,
& Yani, A. (2020). Pendidikan kesehatan tentang pubertas sebagai upaya
meningkatkan pengetahuan dan kesiapan siswa sekolah dasar. 2(1), 18–22.
73

Wasserwesen, F., Bauingenieurwesen, S., Krebs, P., Blumensaat, F., Staufer, P.,
Heusch, S., Reußner, F., Schütze, M., Seiffert, S., Gruber, G., Zawilski, M.,
Rieckermann, J., DWA, Gewässer, N. S. Der, Universit, T., Betreuer, G.,
Kainz, H., Krebs, P., Tränckner, J., … Fallis, A. . (2017). 済無 No Title No
Title. Water Science and Technology, 53(January), 304–313.
https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004

Yuliana, V., Masdarwati, & Munadhir. (2018). Kesiapan Menghadapi Menacrhe.


Journal Health Community Empowerment, I(2), 154–164.

Zan Herry dan Namora, 2011. Pengantar Psikologi Untuk Kebidanan. Edisi I .
Cetakan Kedua. Jakarta: Prenada Media.

Zulmiyetri, Nurhastuti, dan Saffarudin. (2019). Penulisan Karya Ilmiyah. Jakarta :


Kencana.
LAMPIRAN
LAMPIRAN I
LAMPIRAN II
LAMPIRAN III
LAMPIRAN IV

SURAT IZIN STUDI PENDAHULUAN


LAMPIRAN V

SURAT BALASAN PENELITIAN


LAMIPRAN VI

INFORMED CONSENT RESPONDEN


Saya yang bertanda tangan dibawah ini, bahwa saya bersedia menjadi
responden dalam penelitian yang dilakukan oleh Aisyah Eka Firdianti. Penelitian
ini berjudul “Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Kesiapan dalam
Menghadapi Menarche di SDN Ciputat 01 Kota Tangerang selatan”

Setelah saya mendapatkan penjelasan dari peneliti, maka saya memahami


prosedur penelitian yang akan dilakukan, tujuan, manfaat dari penelitian ini. Saya
mengerti bahwa penelitian ini tidak akan berpengaruh negatif terhadap diri saya.
Saya juga menyadari bahwa keikutsertaan saya dalam penelitian dapat
memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu keperawatan.

Berdasarkan pertimbangan di atas, dengan ini saya memutuskan tanpa


paksaan dari pihak manapun maupun juga bahwa saya bersedia berpartisipasi
menjadi responden dalam penelitian ini.

Demikian surat persetujuan yang telah saya tanda tangani untuk dapat
dipergunakan seperlunya.

Tangerang Selatan, 2 Oktober 2020

(Responden)

LAMPIRAN VII
KUESIONER PENELITIAN

A & B TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG MENARCHE

Petunjuk pengisian : berilah tanda centang (√) pada huruf (B) bila pertanyaan
tersebut benar, dan huruf (S) bila pertanyaan tersebut salah.

A. Identitas Responden

Nama :

Kelas :

Usia :

No. Pertanyaan B S

1. Menarche adalah menstruasi awal


bagi wanita

2. Menstruasi adalah keluarnya


darah dari alat kelamin

3. Menarche bisa di sebut sebagai


awal mula masa pubertas bagi
wanita

4. Rata-rata wanita mengalami


menarche dalam rentan usia 10-16
tahun atau awal remaja tengah
pubertas

5 Wanita dapat mengalami


menarche kapanpun

6. Banyaknya darah pada waktu


menstruasi kira-kira dua kali atau
lebih mengganti pembalut (softex)
dalam sehari.

7. Agar mencegah infeksi sebaiknya


sebelum dan sesudah
menggunakan pembalut cuci
tangan dahulu.

8. Umumnya menstruasi pada


wanita lamanya sekitar 7 hari atau
1 minggu

9. Pada saat menstruasi terkadang


perut terasa sakit atau nyeri

10. Nyeri perut bagian bawah yang


terjadi sebelum pada saat dan
sesudah menstruasi disebut
desminore.

11. Selama menstruasi 1 hari tidak


perlu ganti pembalut

12. Tidak menjaga kebersihan alat


kelamin pada saat menstruasi
dapat menyebabkan seseorang
mudah terkena penyakit kelamin

13. Pada saat menstruasi kalau makan


amis darah yang keluar akan
berbau amis

14 Pada saat menstruasi dilarang


berenang karena bisa
menyebabkan infeksi

15. Karena wanita yang menstruasi


mengeluarkan banyak darah maka
saat menstruasi di anjurkan makan
-makanan yang mengandung zat
besi agar tidak terjadi anemia

16. Cepat lambatnya menarche tidak


dipengaruhi oleh genetic atau
bawaan orang tua.

17 Wanita tidak mengalami keluhan


apapun saat mengalami menarche

18. Menstruasi yang pertama kali


dapat menyebabkan kecemasan
pada wanita.

19. Gejala menjelang menstruasi


antara lain nyeri di payudara,
sekita pinggul pegal, pegal linu,
muncul jerawat, lebih mudah
marah

20. Hindari minuman bersoda pada


saat menstruasi

KUESIONER PENELITIAN

C. KESIAPAN DALAM MENGHADAPI MENARCHE

Petunjuk pengisian : berilah tanda centang (√) pada salah satu kolom di bawah ini.

No Pertanyaan Benar Salah


1. Tanda dari kedewasaan wanita adalah
menstruasi

2. Saya akan menanyakan tentang menstruasi


kepada ibu saya

3. Menstruasi akan menyebabkan seseorang


menjadi malas dan gelisah

4. Menstruasi akan menyebabkan


ketidaknyaman saat beraktivitas

5. Saya akan menerima bahwa saya sudah


menstruasi

6. Menstruasi menyebabkan perubahan


emosional bagi saya

7. Menstruasi pada wanita akan terjadi selama


6-7 hari (seminggu)

8. Jika saya mendapatkan menstruasi saya akan


merasa menjadi canggung

9. Saya akan merasa cemas dan takut jika saya


mendapatkan menstruasi

10. Jika saya mendapatkan menstruasi saya akan


menerima adanya menstruasi pada diri saya

HASIL SPSS
1. Hasil Uji Univariat

kelas responden

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent
5 22 50.0 50.0 50.0

Valid 6 22 50.0 50.0 100.0

Total 44 100.0 100.0

usia kategorik
Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

USIA ANAK 44 100.0% 0 0.0% 44 100.0%

Descrip
tives

SS
tt
ad
t.
i
sE
tr
i r
co
r

U 1
.
S 1
Me 0
I .
an 7
A 4
6
8
A L1
N o1
A w.
K e3
r 2
9
5
B
o
u
n
d
% Confidence Interval for
Upper Bound 11.63
Mean

5% Trimmed Mean 11.47

Median 11.00

Variance .255

Std. Deviation .505

Minimum 11

Maximum 12

Range 1

Interquartile Range 1

Skewness .094 .357

Kurtosis -2.088 .702

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

USIA ANAK .350 44 .000 .636 44 .000

a. Lilliefors Significance Correction

kesiapan kategorik

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

> 7 baik 19 43.2 43.2 43.2

Valid < 7 kurang baik 25 56.8 56.8 100.0

Total 44 100.0 100.0

pengetahuan kategorik

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

>12 baik 20 45.5 45.5 45.5

Valid < 12 kurang baik 24 54.5 54.5 100.0

Total 44 100.0 100.0

2. Hasil Uji Bivariat


pengetahuan kategorik * kesiapan kategorik Crosstabulation

kesiapan kategorik Total

> 7 baik < 7 kurang baik

Count 14 6 20
>12 baik % within pengetahuan
70.0% 30.0% 100.0%
kategorik
pengetahuan kategorik
Count 5 19 24
< 12 kurang baik % within pengetahuan
20.8% 79.2% 100.0%
kategorik
Count 19 25 44
Total % within pengetahuan
43.2% 56.8% 100.0%
kategorik

Chi-Square Tests

Value Df Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig.


sided) sided) (1-sided)

Pearson Chi-Square 10.748a 1 .001


Continuity Correction b
8.838 1 .003
Likelihood Ratio 11.178 1 .001
Fisher's Exact Test .002 .001
Linear-by-Linear Association 10.504 1 .001
N of Valid Cases 44

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8.64.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate

Value 95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for pengetahuan


kategorik (>12 baik / < 12 8.867 2.246 34.998
kurang baik)
For cohort kesiapan
3.360 1.464 7.713
kategorik = > 7 baik
For cohort kesiapan
.379 .188 .763
kategorik = < 7 kurang baik
N of Valid Cases 44

Anda mungkin juga menyukai