Anda di halaman 1dari 45

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PERILAKU TENTANG

KEBERSIHAN GIGI DENGAN KEJADIAN KARIES GIGI


PADA ANAK DI TK WIDYATAMA CABAK KABUPATEN
PATI 2020
SKRIPSI

Disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana


Keperawatan pada Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Karya Husada Semarang

Oleh:
WANGSIT AGUNG PURWOKO
1603096

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARYA HUSADA
SEMARANG
2019/2020
HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI

Skripsi ini disusun oleh :

Nama : Wangsit Agung Purwoko

Nim : 1603096

Prodi : S1 Keperawatan

Judul : Hubungan Pengetahuan dan Perilaku Tentang Kebersihan Gigi

dengan Kejadian Karies Gigi Pada Anak TK Widyatama Cabak

Kabupaten Pati 2020

Telah disetujui oleh pembimbing pada :

Hari :

Tanggal :

Untuk dipertahankan di hadapan tim penguji proposal prodi Studi S1

Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Karya Husada Seamarang.

Pembimbing 1 Pembimbing II

TERLAMPIR TERLAMPIR

(Ns. Witri Hastuti, M.Kep) (Ns. Amrih Widiati, M.Kep)


HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini disusun oleh :

Nama : Wangsit Agung Purwoko

Nim : 1603096

Prodi : S1 Keperawatan

Judul : Hubungan Pengetahuan dan Perilaku Tentang Kebersihan Gigi

dengan Kejadian Karies Gigi Pada Anak TK Widyatama Cabak

Kabupaten Pati 2020

Telah dipertahankan oleh tim penguji Skripsi Program Studi S1 Keperawatan

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Karya Husada Semarang pada :

Hari :

Tanggal :

Tim Penguji :

1. Ns. Dwi Kustriyanti, M.Kep :

2. Ns. Witri Hastuti, M.Kep : TERLAMPIR

3. Ns. Amrih Widiati, M.Kep : TERLAMPIR


PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU
KESEHATAN KARYA HUSADA SEMARANG

Skripsi, Agustus 2020


Wangsit Agung Purwoko*, Witri Hastuti**, Amrih Widiati***

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PERILAKU TENTANG KEBERSIHAN


GIGI DENGAN KEJADIAN KARIES GIGI PADA ANAK DI TK WIDYATAMA
CABAK KABUPATEN PATI TAHUN 2020

ABSTRAK

Latar Belakang : Karies gigi merupakan salah satu kerusakan gigi yang disebabkan
kurangnya tingkat kebersihan gigi. Kebersihan gigi menjadi hal penting, khususnya pada
perkembangan anak. Perilaku atau sikap mengabaikan kebersihan gigi dan mulut menjadi
penyebab timbulnya masalah pada gigi. Tujuan penelitian : Untuk mengetahui
hubungan pengetahuan dan perilaku tentang kebersihan gigi dengan kejadian karies gigi
pada anak di TK Widyatama Cabak Kabupaten Pati Tahun 2020. Metode : Kuantitatif
dengan deskriptif korelasional dengan menggunakan desain retrospektif. Hasil penelitian
: Dari 48 anak didapatkan bahwa yang memiliki pengetahuan baik berjumlah 14 anak
(29,2%) dan pengetahuan buruk berjumlah 33 anak (70,8%). Sedangkan yang memiliki
perilaku baik berjumlah 25 anak (52,1%) dan yang berperilaku buruk berjumlah 23 anak
(47,9%). Kesimpulan : Ada hubungan perilaku kebersihan gigi dengan kejadian karies
gigi pada anak di TK Widyatama dan tidak ada hubungan pengetahuan tentang
kebersihan gigi dengan kejadian karies anak di TK Widyatama.

Kata kunci : Kebersihan gigi, karies, pengetahuan, perilaku


NURSING UNDERGRADUATE PROGRAM KARYA HUSADA HEALTH SCIENCE
COLLEGE OF SEMARANG

Final Project, Agustus 2020


Wangsit Agung Purwoko*, Witri Hastuti**, Amrih Widiati***

THE RELATIONSHIP BETWEEN KNOWLEDGE AND BEHAVIOR ABOUT


DENTAL HYGIENE WITH INCIENCE OF DENTAL CARIES IN CHILDREN AT
KINDERGARTEN WIDYATAMA CABAK PATI REGENCY IN 2020

ABSTRACT

Background : Dental caries is a form of tooth decay caused by a lack of dental hygiene.
Dental hygiene is important, especially in child development. The behavior or attitude of
neglecting dental and oral hygiene is the cause of dental problems. Objective : To
determine the relationship between knowledge and behavior about dental hygiene with
the incidence of dental caries in children at Kindergarten Widyatama Cabak, Pati
Regency in 2020. Method : Quantitative research with correlational descriptive using a
retrospective design. Results : The study from 48 children found that 14 children had
good knowledge (29.2%) and 33 children had bad knowledge (70.8%). Meanwhile, 25
children (52.1%) had good behavior and 23 (47.9%) had bad behavior. Conclusion :
there is a relationship between dental hygiene behavior and the incidence of dental
caries in children in Kindergarten Widyatama and there is no relationship between
knowledge of dental hygiene and the incidence of caries in children in Kindergarten
Widyatama.

Keyword : Dental Hygiene, Caries, Knowledge, Behavior


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan Hidayah-Nya,

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Hubungan

Pengetahuan dan Perilaku Tentang Kebersihan Gigi dengan Kejadia Karies Gigi

Pada Anak TK Widyatama”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat

memperoleh gelar Sarjana Keperawatan pada Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

Karya Husada Semarang. Skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik atas bantuan

dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan

ucapan terimakasih kepada :

1. Dr. Ns. Fery Agusman MM, M.Kep, Sp.Kom selaku ketua Sekolah Tinggi

Ilmu Kesehatan Karya Husada Semarang yang telah memberikan ijin penulis

untuk melakukan penelitian.

2. Dr. Tri Ismu Pujiyanto, SKM, M.Kes, M.Kep selaku Wakil Ketua Bidang

Umum dan Keuangan.

3. Ns. Dwi Indah Iswanti, M.Kep selaku Kaprodi Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Karya Husada Semarang telah memberikan ijin penulis untuk

melakukan penelitian.

4. Ns. Widiyaningsing, MAN selaku dosen wali kelas senantiasa memberikan

semangat, dukungan, dan motivasi untuk menyelesaikan proposal.

5. Ns. Witri Hastuti, M.Kep selaku pembimbing I yang telah memberikan

arahan dan bimbingan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

6. Ns. Amrih Widiati, M.Kep selaku pembimbing II yang telah

memberikanarahan dan bimbingan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan

dengan baik.
7. Ns. Dwi Kustriyanti, M.Kep selaku penguji yang telah membantu

menyelesaikan skripsi ini.

8. Seluruh staf dan pengajar STIKES Karya Husada Semarang yang telah

memberikan ilmu yang tidah terhingga nilainya.

9. Kedua orang tua penulis Sugiyanto dan Ibu Purwaningsih yang tidak ada

henti-hentinya memberikan doa, dukungan, kasih sayang, dan bimbingan dari

kecil sampai sekarang yang begitu besar dalam bentuk materi maupun non

materi.

10. Rahayu Purnasari yang memberikan semangat dan doa serta membantu dalam

menyelesaikan skripsi ini.

11. Teman-teman tercinta Iskhaq Nurul M, Dony Ari Wibowo, Galuh Seto, Fritzi

Azaria, Tira Fitria, dan lainnya yang telah memberikan semangat dan doa.

12. Teman-teman S1 Keperawatan B STIKES Karya Husada Semarang yang

tidak bisa saya sebutkan satu persatu yang telah memberikan dukungan satu

sama lain.

13. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan terimakasih atas semua

dukungan dan bantuan yang diberikan.

Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan maupun kesalahan

dalam penyusunan proposal ini. Untuk itu penulis berbesar hati menerima kritik

dan saran yang membangun demi kebaikan dalam penyusunan skripsi diwaktu

yang akan datang. Tidak lupa penulis meminta maaf atas segala kekurangan

dalam penulisan proposal ini.

Semarang, Agustus 2020

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN..............................................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN...............................................................................iii
ABSTRAK.............................................................................................................iv
ABSTRACT...........................................................................................................v
KATA PENGANTAR..........................................................................................vi
DAFTAR ISI.......................................................................................................viii
DAFTAR TABEL...................................................................................................x
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................xi
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................xii
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................7
C. Tujuan Penelitian.........................................................................................7
1. Tujuan Umum.......................................................................................7
2. Tujuan Khusus......................................................................................7

D. Manfaat Penelitian.......................................................................................7
E. Originalitas Penelitian..................................................................................8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori..............................................................................................9
1. Konsep Pengetahuan.............................................................................9
2. Konsep Perilaku..................................................................................14
3. Kebersihan Gigi dan Mulut................................................................16
4. Karies Gigi..........................................................................................23
B. Kerangka Teori..........................................................................................32
C. Kerangka Konsep......................................................................................33
D. Variabel.....................................................................................................33
E. Hipotesis....................................................................................................33

BAB III METODE PENELITIAN


A. Jenis dan Desain Penelitian.......................................................................35
B. Tempat dan Waktu Penelitian....................................................................35
C. Definisi Operasional..................................................................................35
D. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling....................................................37
1. Populasi..............................................................................................37
2. Sampel................................................................................................37
3. Teknik Sampling.................................................................................37
E. Intrumen Penelitian...................................................................................38
1. Instrumen............................................................................................38
2. Uji Validitas........................................................................................39
3. Uji Reliabilitas....................................................................................40
F. Teknik Pengumpulan Data........................................................................41
1. Jenis Data............................................................................................41
2. Cara Pengumpulan Data.....................................................................41
G. Cara Pengolahan Data...............................................................................43
H. Analisa Data..............................................................................................45
I. Etika Penelitian..........................................................................................46

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Penelitian..........................................................................................49
B. Pembahasan...............................................................................................51

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan................................................................................................57
B. Saran..........................................................................................................57

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Originalitas Penelitian..............................................................................8

YTabel 2.1 Kriteria Penilaian Debris.....................................................................19

YTabel 2.2 Kriteria Penilaian Kalkulus.................................................................19

YTabel 2.3 Tingkat Kebersihan Mulut secara Klinis dalam kaitannya dengan

OHI-S.....................................................................................................19

YTabel 2.4 Vitamin dan Pengaruhnya terhadap Kerusakan pada Gigi dan Gusi. .28

YTabel 2.5 Pengaruh Unsur-Unsur Kimia terhadap terjadinya Karies Gigi..........28

YTabel 3.1 Variabel Penelitian, Definisi Operasional, dan Skala Pengukuran

.........................................................................................................36YY

YTabel 4.1............Distribusi Frekuensi Pengetahuan Kebersihan Gigi Anak di TK

Widyatama Kabupaten Pati...................................................................49

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Perilaku Kebersihan Gigi Anak di TK Widyatama

Kabupaten Pati.......................................................................................49

Tabel 4.3 Hubungan Pengetahuan Kebersihan Gigi dengan Kejadian Karies Gigi

Pada Anak di TK Widyatama Kabupaten Pati......................................50

Tabel 4.4 Hubungan Perilaku Kebersihan Gigi dengan Kejadian Karies Gigi Pada

Anak di TK Widyatama Kabupaten Pati...............................................50

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Karies Gigi Anak di TK Widyatama Kabupaten

Pati.........................................................................................................51
DAFTAR GAMBAR

YGambar 2.1 Sikat Gigi Khusus untuk Anak........................................................21

YGambar 2.2 Banyaknya Pasta Gigi yang dioleskan sebesar kacang polong.......21

YGambar 2.3 Klasifikasi Karies menurut G.V Black............................................30

YGambar 2.4 Kerangka Teori................................................................................31


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Permohonan Survey Awal di STIKes Karya Husada Semarang

...............................................................................................................65

Lampiran 2 Surat Jawaban Survey Awal dari STIKes Karya Husada Semarang .66

Lampiran 3 ACC Dosen Pembimbing 1................................................................67

Lampiran 4 ACC Dosen Pembimbing 2................................................................68

Lampiran 5 Kehadiran Oponen..............................................................................69

Lampiran 6 Lembar Bimbingan Dosen Pembimbing 1.........................................70

Lampiran 7 Lembar Bimbingan Dosen Pembimbing 2.........................................71

Lampiran 8 Data Responden..................................................................................72

Lampiran 9 Kuesioner Pengetahuan tentang Kebersihan Gigi..............................73

Lampiran 10 Kuesioner Perilaku tentang Kebersihan Gigi...................................74

Lampiran 11 Lembar Observasi Karies Gigi.........................................................76

Lampiran 12 Tabulasi Data Kuesioner Pengetahuan Anak TK Widyatama..........78

Lampiran 13 Tabulasi Data Kuesioner Perilaku Anak TK Widyatama.................80

Lampiran 14 Analisa Data Chi-Square..................................................................82

Lampiran 15 Lembar Permohonan Menjadi Responden........................................88

Lampiran 16 Dokumentasi.....................................................................................89

Lampiran 17 Bukti Persetujuan dan Pengesahan Pembimbing 1...........................90

Lampiran 18 Bukti Persetujuan dan Pengesahan Pembimbing 2...........................91


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan gigi dan mulut salah satu hal yang sering diabaikan banyak

orang, padahal gigi dan mulut merupakan “pintu masuk” bagi bakteri dan

kuman yang dapat mengganggu organ tubuh lainnya. Kesehatan gigi dan

mulut merupakan bagian integral yang tidak dapat dipisahkan oleh

kesehatan secara umum. Organisasi Kesehatan Dunia / World Health

Organuzation (WHO) pada tahun 2012 mendefinisikan bahwa kesehatan

gigi dan mulut adalah keadaan bebas dari penyakit mulut dan kanker

tenggorokan, infeksi dan luka pada mulut, penyakit gusi, dan gangguan

yang membatasi kapasitas seorang individu dalam mengunyah, menggigit,

tersenyum, berbicara dan kesejahteraan psiko-sosial.1 Hal ini menunjukkan

bahwa pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut tidak hanya untuk

menjaga dari penyakit mulut, melainkan sebagai pendorong kepercayaan

diri seorang individu. Kesehatan gigi dan mulut semata-mata tidak hanya

mengenai gigi, tetapi dapat juga berhubungan dengan gusi dan tulang

pendukung dan jaringan lunak pada mulut, lidah dan bibir. Beberapa contoh

penyakit gigi dan mulut adalah karies, penyakit gusi (yang dikenal sebagai

penyakit periodontal) dan kanker mulut.2

Karies gigi adalah gangguan pada kesehatan gigi.3 Karies gigi

merupakan penyakit jaringan keras pada gigi yang bersifat kronik progresif

disebabkan oleh salah satu aktivitas jasad renik dalam karbohidrat yang

dapat diragikan, ditandai dengan demineralisasi jaringan keras dan diikuti


kerusakan zat organiknya yang dapat menyebabkan hancurnya email dan

dentin sehingga muncul lubang pada gigi.4 Karies diawali dengan lesi karies

berwarna putih akibat dekalsifikasi dan akan berkembang menjadi lubang

berwarna coklat atau hitam yang mengikis gigi. Apabila dibiarkan tanpa

disertai dengan perawatan dalam kurun waktu tertentu dapat memungkinkan

bertambah parah.5

Bahan makanan dan minuman tidak lepas dari konsumsi gula,

terutama pada anak-anak cenderung yang lebih menyukai jenis makanan

dan minuman yang identik dengan manis seperti permen, es krim, coklat,

gula-gula dan sebagainya. Gula merupakan salah satu pemberi rasa lezat

pada banyak makanan dan minuman yang dikonsumsi tiap hari. Asupan

bahan makanan dan minuman yang mengandung gula akan diubah oleh

mikroorganisme di mulut yang menyebabkan kondisi pH mulut berubah

menjadi asam dan terjadi pembentukan karies. Sehingga, kesehatan gigi dan

mulut dikhawatirkan apabila perawatan gigi yang dilakukan kurang.

Kebersihan gigi dan mulut yang benar menunjukkan kontribusi besar dalam

pencegahan penyakit mulut. Menurut WHO 2016, prevalensi karies gigi di

seluruh dunia sebesar 60-90% pada anak-anak dan hampir mendekati 100%

pada orang dewasa.1 Kebersihan gigi dan mulut yang buruk merupakan salah

satu penyebab munculnya karies gigi dan dapat menyebabkan kehilangan

gigi khususnya pada gigi permanen. Berdasarkan penelitian, hanya 41%

penduduk Eropa yang memiliki semua gigi permanen yang alami bahkan

13% responden mengaku hanya memiliki 9 gigi alami yang tersisa.6 Masalah
kesehatan gigi dan mulut masih menjadi masalah besar yang dihadapi oleh

dunia.

Permasalahan utama yang terjadi sampai saat ini yaitu dalam rongga

mulut anak. Prevalensi karies gigi di negara-negara maju terus menurun,

sedangkan di negara-negara berkembang termasuk di Indonesia terdapat

kecenderungan dalam kenaikan prevalensi penyakit tersebut. Hasil Riskedas

2016, menunjukkan bahwa prevalensi Nasional masalah gigi dan mulut

sebesar 25,9%.8 Riset Kesehatan Dasar tahun 2016 dari Departemen

Kesehatan Republik Indonesia menunjukkan sebanyak 89% anak-anak di

bawah usia 12 tahun mengalami karies gigi. Data terbaru yang dirilis oleh

Oral Health Media pada April 2016, memperlihatkan sebanyak 60-90%

anak usia sekolah dan centre hampir semua orang dewasa di seluruh dunia

memiliki permasalah pada gigi. Anak usia sekolah adalah salah satu

kelompok usia yang rentan terhadap penyakit gigi dan mulut karena

umumnya pada usia tersebut anak-anak masih memiliki perilaku atau

kebiasaan diri yang kurang menunjang terhadap kesehatan gigi.8

Menurut Riskesdas 2017 di Indonesia mengalami peningkatan

prevalensi terjadinya karies aktif pada penduduk Indonesia dibandingkan

tahun 2010 yang lalu, yaitu dari 43,4% (2007) menjadi 53,2% atau 93 juta

jiwa (2013). Prevalensi karies aktif di provinsi Jawa Tengah tahun 2018

sebesar 43,45% dan prevalensi karies aktif tertinggi di Pekalongan (53,21%)

dan terendah di Wonogiri (34,06%). Menurut data dari Dinas Kesehatan

Kabupaten Pati, penyakit karies gigi masih menduduki peringkat pertama di

bidang kesehatan gigi dan mulut yakni 25% dari masalah gigi dan mulut.
Laporan tahun 2014 menunjukkan karies dengan kasus terbanyak yaitu

1.390 terdapat di wilayah kerja puskesmas Margorejo. Riskesdas tahun 2018

prevalensi masalah gigi di Kabupaten Pati sebesar 41,17%. Karies gigi

umumnya hampir 89% dialami pada anak-anak di bawah usia 12 tahun di

Indonesia.10

Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kesehatan gigi dan mulut

adalah tingkat pengetahuan, sikap, dan tindakan. Pengetahuan yang

mengenai kesehatan gigi dan mulut dapat diperoleh melalui proses kognitif

yang kompleks. Pengetahuan kognitif adalah faktor penting dalam

terbentuknya tindakan dari seseorang. Pengetahuan yang didasari dari

pemahaman yang tepat akan menimbulkan perilaku baru yang diharapkan.

Pengetahuan dan kesehatan adalah dua hal yang saling berkaitan satu dan

lainnya. Penelitian menunjukkan bahwa adanya hubungan antara

peningkatan pengetahuan mengenai kesehatan mulut dan status kesehatan

mulut yang baik. Sikap merupakan suatu pengetahuan yang disertai adanya

kecenderungan untuk bertindak yang sesuai dengan pengetahuan itu sendiri.

Perilaku atau sikap mengabaikan kesehatan gigi dan mulut juga menjadi

penyebab timbulnya masalah kesehatan gigi dan mulut pada masyarakat.

Perilaku pemeliharaan gigi dan mulut baiknya dilakukan sejak usia dini,

dimana masa yang tepat untuk menanamkan nilai-nilai guna membentuk

perilaku positif. Sedangkan tindakan adalah suatu tingkat pengetahuan yang

berbaur dengan sikap dan dimiliki oleh control pribadi seseorang. 11

Penelitian Ghahroudi et al (2016)12 menyatakan bahwa meningkatnya

pengetahuan dan sikap terhadap kesehatan gigi dan mulut tidak seiring
dengan tindakan pasien yang menderita penyakit jantung mengenai

kebersihan gigi dan mulut sehingga dibutuhkan program yang efisien dan

dapat mendorong perilaku kesehatan gigi dan mulut di dalam populasi. 12

Kurangnya pengetahuan akan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut yang

akan meningkakan insidensi penyakit gigi dan mulut diusia dini. Faktor

yang menyebabkan terjadinya karies gigi antara lain adalah faktor

keturunan, ras, jenis kelamin, umur, jenis makanan, frekuensi menyikat gigi

yang benar, kebiasaan jelek dan pentingnya kontrol kedokter. Faktor host

yaitu kekuatan dari permukaan gigi, adanya plak yang berisi bakteri,

biasanya bakteri patogen yang kariogenik seperti Streptococcus mutans.13

Dampak karies gigi jika terlambat menemukan karies, pada akhirnya

gigi tidak bisa ditambal dan harus dicabut. Apabila setelah pencabutan, gigi

tidak diganti, maka gigi yang ada dikanan kirinya akan bergeser kea rah gigi

yang baru dicabut, akibatnya gigi renggang dan sisa-sisa makanan akan

membusuk, banyak kuman yang yang mengakibatkan terjadinya kerusakan

gigi. Perkembangan karies gigi yang terjadi pada anak begitu cepat karena

gigi susu (gigi pertama yang tumbuh pada anak) cenderung memiliki lapisan

email dan dentin yang tipis. Jika tidak ditangani, karies dapat menyebabkan

nyeri, gigi tanggal, infeksi berbahaya, dan bahkan kematian. Rasa nyeri dan

bengkak yang ditimbulkan dapat mengakibatkan penurunan nafsu makan

pada anak.14 Masalah karies gigi yang terjadi pada anak dapat

mengakibatkan masalah dalam status gizi anak. Berdasarkan dari hasil

penelitian Kartikasari tahun 2013 pada anak SD kelas 3 dan 4 menjelaskan

bahwa semakin rendah indeks karies gigi pada responden, maka status
gizinya akan semakin baik.15 Sedangkan berdasarkan penelitian Damanik

pada anak SDN 091285 Medan tahun 2009 mengenai status gizi pada anak

karies, akibat dari karies gigi adalah terganggunya fungsi pengunyahan

(mastikasi) karena responden cenderung mengkonsumsi makanan yang

bersifat lembek dan manis dari pada mengkonsumsi makanan sifatnya keras

dan butuh pengunyahan yang lama seperti mengkonsumsi nasi.16 Peran

makanan dalam menyebabkan karies bersifat lokal, derajat kariogenik

makanan tergantung dari komponennya. Seringnya dalam konsumsi gula

sangat berpengaruh pada meningkatnya karies.17 Orang tua lebih menuruti

apa yang diinginkan anak yaitu dengan memberikan makanan yang

diinginkan anak terutama makanan yang dapat menyebabkan karies gigi.

Terjadinya karies gigi dapat dicegah lebih awal dengan memberikan

pemahaman dan peran serta orang tua dalam menjaga kesehatan gigi pada

anak.18

Dari studi pendahuluan yang telah dilakukan pada siswa TK

Widyatama RW 05 Desa Cabak Kecamatan Tlogowungu Kab. Pati

diperoleh data pada tahun 2019 yaitu kasus karies gigi menjadi salah satu

permasalahan penyakit gigi dan mulut yang perlu diperhatikan. Dari total 48

siswa yang diperiksa 34 anak (71%) mengalami karies gigi. Berdasarkan

uraian di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai

“Hubungan Pengetahuan dan Perilaku Tentang Kebersihan Gigi dengan

Kejadian Karies Gigi pada Anak di TK Widyatama”.


B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari penelitian ini adalah bagaimana hubungan

pengetahuan dan perilaku tentang kebersihan gigi dengan kejadian karies

gigi pada anak di TK Widyatama ?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan perilaku tentang

kebersihan gigi dengan kejadian karies gigi pada anak di TK

Widyatama.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui distribusi frekuensi pengetahuan anak tentang

kebersihan gigi dengan kejadian karies gigi pada anak di TK

Widyatama Cabak Kabupaten Pati.

b. Mengetahui distribusi frekuensi perilaku anak tentang kebersihan

gigi dengan kejadian karies gigi pada anak di TK Widyatama

Cabak Kabupaten Pati.

c. Mengetahui hubungan pengetahuan anak tentang kebersihan gigi

dengan kejadian karies gigi pada anak di TK Widyatama Cabak

Kabupaten Pati.

d. Mengetahui hubungan perilaku anak tentang kebersihan gigi

dengan kejadian karies gigi pada anak di TK Widyatama Cabak

Kabupaten Pati.

e. Mengetahui distribusi frekuensi karies gigi pada anak di TK

Widyatama Cabak Kabupaten Pati.


D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini sebagai berikut :

1. Bisa memberikan informasi tentang kebersihan gigi dan mulut, dan

membantu pemerintah dalam meningkatkan mutu pelayanan

kesehatan gigi dan mulut pada anak, dan untuk menekan angka

kejadian karies gigi pada anak.

2. Memberikan peluang bagi penulis untuk mengetahui tentang

kesehatan gigi dan mulut pada anak usia dini atau prasekolah

E. Originalitas Penelitian

Tabel .1 Originalitas Penelitian


Peneliti, tahun, judul Metode Hasil Perbedaan
Mirna (2018) “Hubungan Cross Penelitian ini menunjukan Pada penelitian
Perawatan Kebersihan sectional ada hubungan yang sebelumnya meneliti
Gigi dan Mulut dengan signifikan antara hubungan pada anak SD, dan pada
Kejadian Karies Gigi perawatan kebersihan gigi penelitian ini dilakukan
pada Anak di SD Gmist dan mulut dengan kejadian pada anak usia pra
Smirna Kawio karies gigi anak di SD sekolah
Kecamatan Kepulauan Gmist Smirna Kawio
Marore Kabupaten Kecamatan Kepulauan
Sangihe” Marore Kabupaten
Kepulauan Sangihe
Rara W. (2017) Deskripti Penelitian ini Pada penelitian
“Hubungan Tingkat fkorelatif menunjukkan tidak ada sebelumnya meneliti
Pengetahuan dengan hubungan yang signifikan tentang tingkat
Perilaku Pemeliharaan antara tingkat pengetahuan pengetahuan dengan
Kesehatan Gigi Anak SD kesehatan gigi anak SDN perilaku pemeliharaan
N Kauman 2 Malang” Kauman 2 Malang dengan kesehatan gigi, dan pada
perilaku pemeliharaan penelitian ini meneliti
kesehatan gigi tentang pengetahuan dan
perilaku tentang
kebersihan gigi dengan
karies gigi
Sumini (2014). Cross Menunjukkan bahwa dari Pada penelitian
“Hubungan Konsumsi sectional 33 responden yang diteliti sebelumnya tentang
Makanan Manis dengan didapatkan sebagian kecil makanan manis dengan
Kejadian Karies Gigi 3 responden (9,01 %) tidak karies gigi pada anak
pada Anak Prasekolah di mengalami karies atau gigi sedangkan pada
TK B RA Muslimat PSM sehat dan hampir penelitian ini tentang
Tegalrejo desa Semen seluruhnya 30 responden pengetahuan dan
Kecamatan Nguntorona (90,9 %) mengalami gigi perilaku tentang
di Kabupaten Magetan” karies. kebersihan gigi dengan
karies gigi
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Konsep Pengetahuan

a. Definisi

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu yang didapat setelah

melakukan pengindraan baik di dapatkan melalui proses pendidikan

maupun secara alamiah.24 Menurut Budiharto, pengetahuan

merupakan ranah kognitif yang mempunyai beberapa tingkatan,

yaitu:25

1) Know / tahu : Dimana saat anak dapat mengingat suatu

pembelajaran atau materi yang dipelajari,misalnya anak mampu

untuk menjelaskan manfaat dari gosok gigi, hal itu bias

dikatakan anak sudah tahu.

2) Comprehension / memahami : Seorang anak dikatakan

memahami jika anak tersebut bias menjelaskan tentang objek

yang diketahui dan dapat menyimpulkan materi secara benar,

misalnya anak mampu menjelaskan tentang pentingnya

menggosok gigi setiap hari.

3) Application / aplikasi : Kemampuan menggunakan materi yang

sudah dipelajari ataupun pada kehidupan sehari-hari, misalnya

anak gosok gigi setiap hari ketika anak sudah memahami apa itu

menjaga kesehatan. Analysis / analisis : Ketika anak bias

menjabarkan tentang ilmu pengetahuan kedalam komponen ilmu


yang lebih spesifik dan masih berkaitan, misalnya anak dapat

mengelompokkan makanan apa saja yang dapat merusak gigi

dan sebagainya.

4) Synthesis/ sintesis : Sintesis merupakan kemampuan anak untuk

menghubungkan bagian-bagian kedalam suatu bentuk

keseluruhan yang baru. Misalnya, anak dapat menyusun,

merencanakan, menyesuaikan suatu teori dan rumusan yang

telah ada.

5) Evaluation / evaluasi : Evaluasi merupakan kemampuan untuk

melakukan penilaian terhadap suatu materi. Misalnya, melihat

perbedaan antara anak yang rajin menggosok gigi dengan yang

tidak.

b. Faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Tingkatan pengetahuan dari masing-masing individu tentu

berbeda-beda, tergantung pada cara seseorang dalam memahami,

mencermati, menyimpan dan memunculkan kembali informasi yang

pernah didapatkan. Menurut Budiharjo, pengetahuan juga

dipengaruhi banyak faktor, sebagai berikut :

1) Faktor pembawaan, merupakan faktor yang dibawa sejak lahir

oleh seseorang, dimana kesanggupan atau kecakapan seseorang

dalam penyelesaian masalah ditentukan oleh bawaan lahir.

2) Faktor minat dan pembawaan yang khas, dimana faktor minat

atau kemampuan pada diri sesorang bias menjadi dorongan

untuk berbuat lebih giat dan lebih baik.


3) Faktor pembentukan, faktor yang merupakan pembentukan dari

luar diri seseorang yang berpengaruh pada perkembangan

integensinya, disini dapat dibedakan antara pembentukan yang

didapat di dalam sekolah dan di luar sekolah.

4) Faktor kematangan, setiap organ pada manusia pasti akan

mengalami pertumbuhan dan perkembangan baik dalam hal

psikis maupun fisik, dan itu semua bias dikatakan matang jika

sudah memenuhi kesanggupan tumbuh dan berkembang hingga

dapat menjalankan fungsinya masing-masing.

5) Faktor kebebasan, manusia bias memilih karate tentu untuk

menyelesaikan masalah yang dihadapi.

Menurut Putra Fadlil (2011), faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi pengetahuan antara lain :40

1) Faktor Internal

a) Usia

Dimana semakin tua usia seseorang maka proses dari

perkembangan mentalnya bertambah dengan baik. Namun,

pada usia tertentu bertambahnya proses perkembangan

mental ini tidak seperti pada saat masih berumur belasan

tahun.40

b) Pengalaman

Pengalaman yaitu sumber pengetahuan, atau

pengalamanya itu suatu cara untuk dapat memperoleh

kebenaran pengetahuan. Oleh karena itu, dari pengalaman


pribadi dapat digunakan sebagai salah satu upaya untuk

mendapatkan pengetahuan yaitu dengan cara mengulang

kembali pengalaman yang di dapatkan dalam memecahkan

suatu permasalahan yang telah dihadapi di masa lalu.40

c) Intelegensia

Suatu kemampuan yang digunakan untuk belajar dan

berfikir abstrak guna menyesuaikan diri secara mental di

dalam situasi baru. Intelegensia salah satu faktor yang dapat

mempengaruhi hasil dari proses belajar.40

d) Jenis kelamin

Sejak zaman penjajahan beberapa orang beranggapan

bahwa pengetahuan dipengaruhi oleh jenis kelamin

seseorang. Namun, hal tersebut terbantahkan pada saat ini

dikarenakan apapun jenis kelamin seseorang, apabila dia

masih produktif, berpendidikan, ataupun berpengalaman

maka ia dapat dikatakan memiliki tingkat pengetahuan yang

baik.40

2) Faktor Eksternal

a) Pendidikan

Pendidikan adalah salah satu kegiatan atau proses

pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan tertentu.

Tingkat pendidikan menentukan pula mudah tidaknya

seseorang dalam menyerap dan memahami pengetahuan


yang diperoleh, semakin tinggi pendidikan seseorang maka

semakin baik pengetahuannya.40

b) Pekerjaan

Pekerjaan seseorang salah satu yang dapat

mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang yang

dikarenakan pekerjaan juga berhubungan erat dengan faktor

yang interaksi sosial dan kebudayaan, sedangkan interaksi

sosial dan budaya berhubungan dengan pertukaran

informasi yang tentunya hal ini dapat mempengaruhi

pengetahuan seseorang.40

c) Lingkungan

Salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan

seseorang. Lingkungan dapat memberikan pengaruh utama

bagi seseorang dimana orang tersebut dapat mempelajari

hal-hal yang baik dan hal-hal yang buruk tergantung dengan

sifat setiap kelompoknya.40

d) Informasi

Informasi dapat memberikan pengaruh pada

pengetahuan seseorang meskipun orang tersebut memiliki

pendidikan yang rendah, tetapi jika ia mendapatkan sebuah

informasi yang baik dari berbagai media maka hal itu dapat

meningkatkan pengetahuan seseorang.40


2. Konsep Perilaku

a. Definisi

Perilaku adalah semua aktifitas dan kegiatan manusia yang

diamati secara langsung ataupun tidak dapat diamati langsung oleh

pihak luar.46 Perilaku adalah reaksi dan respon dari seseorang kepada

rangsangan atau stimulus yang di terima.47

Dari pengertian yang telah disebutkan diatas bias diambil

kesimpulan bahwa perilaku merupakan tanggan atau respon

seseorang setelah mendapatkan pemicu baik dari dalam diri ataupun

dari lingkungan sekitar.

b. Jenis-jenis Perilaku

Skinner dalam Notoatmodjo (2014) menjelaskan bahwa

terjadinya perilaku timbul dari adanya rangsang terhadap organisme

dari organisme tersebut merespon rangsang yang diperoleh. Dua

jenis perilaku berdasarkan respon terhadap rangsangan-rangsangan

yang bias muncul antara lain.46

1) Perilaku tertutup (Covert Behaviour)

Perilaku tertutup adalah seseorang yang memberikan

respon terhadap rangsangan dalam bentuk perilaku tidak tampak

atau tertutup dan terbatas pada pengetahuan atau kesadaran,

persepsi, perhatian, dan sikap yang terjadi pada orang yang

menerima rangsang.
2) Perilaku Terbuka (Overt Behaviour)

Perilaku ini adalah respon terhadap rangsang dengan

tindakan yang berwujud atau tidak terlihat, perilaku ini bias

dengan mudah dilihat oleh orang lain.46

c. Tahapan Membentuk Perilaku

Perilaku adalah proses yang dilakukan secara berulang dan

terus menerus dan tidak bisa muncul secara mendadak Rogers dalam

Notoatmodjo (2014) menjelaskan bahwa seseorang memiliki tahapan

perilaku sebelum memiliki perilaku baru antara lain.46

1) Kesadaran / Awareness

Kesadaran ini akan memicu sesorang untuk berfikir

kedepan tentang apa yang diterimanya.46

2) Ketertarikan / Interest

Ketertarikan menjadi tahap kedua setelah kesadaran

terhadap suatu rangsang, pada tahap ini seseorang mulai

melakukan tindakan dari rangsang yang diterimanya.46

3) Menimbang / Evaluation

Sikap seseorang yang memikirkan antara baik atau buruk

rangsang yang diterimanya setelah adanya ketertarikan, apabila

rangsang yang diterima dianggapnya buruk maka seseorang

akan acuh atau diam, begitu juga sebaliknya jika rangsang yang

diterima dianggapnya baik maka seseorang akan membuat

seseorang melakukan sebuat tindakan.46


4) Mencoba / Trial

Menimbulkan keinginan untuk mencoba setelah seseorang

bias memikirkan rangsang yang didapat baik ataupun buruk.46

5) Mengadopsi / Adoption

Adoption ini menjadi tahap yang terakhir setelah tahapan-

tahapan sebelumnya sesuai kesadaran, pengetahuan, dan sikap

yang dimiliki akan ,muncul suatu perilaku dari seseorang

sehingga dapat melakukan tindakan yang dianggap baik atau

keliru sesuai rangsang yang didapatkannya.46

3. Kebersihan Gigi dan Mulut

a. Definisi

Kebersihan dari mulut dan gigi merupakan suatu pemeliharaan

kebersihan struktur gigi dan mulut, bisa dengan hidroterapi,

pemijatan gusi, stimulasi jaringan, dan sikat gigi yang berguna untuk

menjaga kesehatan gigi dan mulut.22 Karena rusaknya gigi bias

menimbulkan rasa sakit dan ketidaknyamanan dalam mengunyah,

oleh karena itu menjaga kesehatan gigi dan mulut menjadi hal yang

sangat penting.23

Mulut merupakan organ penting bagi tubuh manusia,

diantaranya manusia dapat berbicara, bernapas, serta makan dan

minum.26 Menjaga kesehatan gigi dan mulut sangatlah penting,

beberapa masalah gigi dan mulut dapat terjadi dikarenakan

kurangnya kita dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut, oleh sebab

itu kesadaran dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut sangat perlu
dan merupakan salah satu obat dalam pencegahan terjadinya masalah

gigi dan mulut yang paling manjur.27

Pada umumnya keadaan sehat terutama di bidang kesehatan

gigi dan mulut kondisinya masih sangat memprihatinkan. Hasil

survey Riskesdas tahun 2013 oleh Badan Litbangkes menunjukkan

indeks DMF-T sebesar 4,5. Hal ini lebih besar jika dibandingkan

dengan target WHO dimana DMF-T ≤ 3. Sedangkan profil kesehatan

Indonesia tahun 2013 menunjukkan prevalensi penduduk Indonesia

yang menderita karies gigi sebesar 70% dimana diantaranya adalah

golongan anak balita.28

Kesehatan gigi dan mulut sangat erat hubungannya dengan

pengetahuan, sikap, dan perilaku. Lingkungan juga sangat berperan

dalam pembentukan sikap dan perilaku untuk anak usia prasekolah

(anakusia TK). Lingkungan terdekat dimana anak usia prsekolah

berada adalah keluarga dan lingkungan sekolah. Peran orang tua dan

guru menentukan dalam melakukan perubahan sikap dan perilaku

dalam pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut pada anak. 29 30

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebersihan gigi dan mulut

Faktor-faktor yang mempengaruhi kebersihan gigi dan mulut

yaitu adanya penumpukan sisa-sisa makanan, plak, kalkulus,

material alba dan stain pada permukaan gigi.44


c. Mengukur Kebersihan Gigi dan Mulut

Untuk mengukur kebersihan gigi dan mulut, Green dan

Vermilion menggunakan indeks yang dikenal dengan Oral Hygiene

Index (OHI) dan Simplified Oral Hygiene Index (OHI-S).31

1) Oral Hygiene Index (OHI)

OHI terdiri dari gabungan indeks debris dan indeks

kalkulus. Pemeriksaan OHI yang diperiksa semua permukaan

gigi.31

2) OHI-S (Oral Hygiene Index Simplified)

Kriteria yang digunakan untuk menerapkan nilai

kepermukaan gigi sama dengan yang digunakan untuk OHI.

OHI-S memiliki dua komponen yaitu indeks debris dan indeks

kalkulus. Masing-masing dari indeks tersebut pada gilirannya

didasarkan pada penemuan numeric yang menunjukkan jumlah

debris atau kalkulus yang ditemukan hanya pada enam gigi yang

telah diseleksi dan sudah dianggap mewakili baik segmen

anterior maupun posterior dari seluruh gigi di dalam rongga

mulut.31

a) Debris

Oral debris adalah bahan lunak dipermukaan gigi

yang dapat merupakan plak, material alba, dan foof debris.

Pada penilaian ini semua gigi diperiksa baik gigi-gigi geligi

pada rahang atas maupun bawah.31


Tabel 2.1 Kriteria Penilaian Debris

Skor Kriteria
0 Tidak ada debris atau noda
1 Debris-debris lembut meliputi tidak lebih dari sepertiga dari
permukaan gigi atau adanya ekstrinsik noda tanpa debris
lainnya yang menutupi luas permukaan gigi
2 Debris-debris lembut mencakup lebih dari sepertiga tetapi
tidak lebih dari dua pertiga dari permukaan gigi yang terbuka
3 Debris-debris lembut yang mencakup lebih dari dua pertiga
dari permukaan gigi yang terbuka

b) Kalkulus

Kalkulus merupakan deposit keras yang terjadi akibat

pengendapan garam-garam anorganik yang komposisi

utamanya adalah kalsium karbonat dan kalsium fosfat yang

bercampur dengan debris mikroorganisme dan sel-sel epitel

deskuamasi.31

Tabel 2.2 Kriteria Penilaian Kalkulus

Skor Kroteria
0 Tidak terdapat kalkulus
1 Kalkulus supra gingiva meliputi tidak lebih dari sepertiga
permukaan gigi terekspos
2 Kalkulus supra gingiva mencakup lebih dari sepertiga tetapi
tidak lebih dari dua pertigadari permukaan gigi terekspos
3 Kalkulus supra gingiva mencakup lebih dari dua pertiga dari
permukaan gigi yang terbuka

Tabel 2.3 Tingkat kebersihan mulut secara klinis dalam


kaitannya dengan OHI-S
Nilai KriteriaKlinis
0,0-1,2 Baik
1,3-3,0 Sedang
3,1-6,0 Buruk

d. Peran Orang Tua dalamKebersihan Gigi dan Mulut

Peran yaitu kemampuan dari individu untuk mengontrol atau

memengaruhi perilaku orang lain.32 Orang tua adalah guru utama dan
yang pertama dalam memberikan suatu pendidikan kepada anaknya

dan bertanggungjawab penuh terhadap proses pertumbuhannya.33

Perkembangan seorang anak dipengaruhi oleh peranan lingkungan

dan peran orang tua. Proses tumbuh kembang anak dapat optimal,

maka perlu diterapkannya pola asuh, asih, asah dalam setiap aktivitas

merawat dan mengasuhnya.34

Sikap dan perilaku orang tua yang merupakan orang terdekat

dengan anak dalam pemeliharaan kesehatan memberikan pengaruh

yang signifikan. Seseorang yang memiliki tingkat pendidikan yang

baik pastinya memiliki pengetahuan dan sikap yang baik tentang

kesehatan sehingga dapat memengaruhi perilaku anak untuk hidup

sehat.20 Peran aktif orang tua diantaranya, membimbing, memberikan

pengertian, mengingatkan, dan menyediakan fasilitas kepada anak.21

Ada beberapa teknik pemeliharaan gigi dan mulut yang dapat

dilaksanakan dan merupakan peran dari orang tua, yaitu :

1) Membersihkan Gigi

Teknik ini paling penting dalam pencegahan gigi berlubang yaitu

dengan cara menghilangkan penyebab utamanya, salah satunya plak.

Setelah dibersihkan, plak akan kembali muncul karena bakteri yang

ada di dalam mulut kita tidak bisa hilang 100%. Sehabis makan

makanan yang manis, anak-anak dibiasakan untuk berkumur dengan

menggunakan air putih. Selain itu, rutinitas menyikat gigi juga

sangat diperlukan untuk mengendalikan pembentukan plak yang ada

di dalam mulut.35
Pemilihan sikat gigi pada anak balita sebaiknya dipilih sikat

gigi yang berukuran kecil dengan tangkai yang dapat digenggam

dengan mudah, yang berbulu lunak agar tidak terjadi iritasi, baik

pada gigi maupun gusi. Bagian kepala sikat menyempit agar mudah

menjangkau bagian dalam rongga mulut anak.36

Gambar 2.1 Sikat Gigi khusus untuk Anak36

Biasakan anak-anak menggosok giginya secara teratur sejak

dini, terutama sehabis makan dan sebelum tidur malam. Karena pada

waktu tidur di malam hari itulah proses karies yang paling mudah

terjadi. Untuk anak-anak usia 3 sampai 6 tahun menggunakan pasta

gigi seukuran dengan kacang polong.36

Gambar 2.2 Banyaknya Pasta Gigi yang dioleskan sebesar kacang


polong36
2) Diet Anak
Anak-anak membutuhkan gizi yang sehat untuk

mengunyah makanan yang mereka makan, berbicara dan

memiliki senyum yang indah. Keluarga merupakan faktor utama

yang berpengaruh terhadap kebiasaan makan anak. Orang tua

dan saudara yang lebih tua merupakan model bagi anak yang

lebih muda terhadap kebiasaan makannya. 37 Kebiasaan makan,

makanan favorit dan makanan yang tidak disukai anak sejak usia

dini akan terbawa sampai dewasa dan sulit dihilangkan. 37 Diet

yang baik sangat begitu penting bagi pertumbuhan dan

perkembangan anak. Hampir semua makanan, salah satunya

susu memiliki beberapa jenis gula yang dapat menyebabkan

kerusakan pada gigi.36

Beberapa hal yang dapat dilakukan pada diet anak,

diantaranya :37

a) Buah-buahan dan sayur-sayuran, gabungan ini harus

setengah dari apa yang anak makan setiap hari

b) Hindari mengisi botol dengan cairan seperti air gula, jus

atau minuman ringan

c) Jaga makanan manis dalam jumlah yang sedikit, misalnya

permen yang lengket atau permen kunyah dan buah kering

(kismis)

d) Hindari makan kudapan yang manis dengan sering

3) Pemeriksaan Gigi
Persatuan Dokter Gigi Indonesia (2016) mengatakan

bahwa kesadaran dari masyarakat Indonesia untuk melakukan

pemeriksaan gigi masih sangat rendah padahal jika pemeriksaan

gigi pada anak dilakukan secara rutin angka kejadian karies gigi

akan bisa ditekan, pemeriksaan gigi rutin telah dicanangkan oleh

pemerintah sebanyak 6 bulan sekali, hal ini sangat dianjurkan

untuk anak usia sekolah, karena pada usia tersebut mengalai

proses pergantian gigi susu kegigi permanen, hal lain yang

dilakukan pemerintah untuk mengatasi karies gigi adalah dengan

membentuk Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKSG), yang

merupakan bagian dari UKS untuk melakukan pelayanan

Kesehatan gigi dan mulut.48

4. Karies Gigi

a. Definisi

Karies gigi adalah kerusakan gigi atau rongga dimana proses

bakteri mengubah karbohidrat menjadi asam yang menyebabkan

demineralisasi struktur keras gigi seperti enamel, dentin, dan

sementum.38 Karies gigi merupakan proses kerusakan gigi yang

dimulai dari enamel teruske dentin.39

Karies gigi disebabkan oleh aktifitas jasad renik dalam suatu

karbohidrat yang dapatdiragikan. Penyakit ini ditandai dengan

terjadinya demineralisasi pada jaringan keras gigi yang kemudian

diikuti oleh kerusakan bahan organiknya. Akibatnya, terjadi invasi

bakteri dan kematian pulpa serta penyebaran infeksinya kejaringan


periapeks yang dapat menyebabkan nyeri. Penyakit karies bersifat

progresif dan kumulatif, bila dibiarkan tanpa disertai perawatan

dalam kurun waktu tertentu kemungkin anakan bertambah parah.4142

b. Etiologi Karies

Proses tersebut terjadi karena sejumlah faktor (multiple

factors) yang ada di dalam rongga mulut berinteraksi satu dengan

yang lain. Terdapat tiga faktor utama yang meliputi faktor host (gigi

dan lingkungan), mikroorganisme, substrat karbohidrat, dan waktu

sebagai faktor tambahan.39

1) Gigi dan Lingkungan

Variasi morfologi gigi juga mempengaruhi resistensi gigi

terhadap karies. Diketahui adanya pit dan fisur pada gigi yang

merupakan daerah gigi yang rentan terhadap karies karena sisa-

sisa makanan maupun bakteri akan mudah tertumpuk disini.

Selain itu, permukaan gigi yang kasar juga dapat menyebabkan

plak mudah melekat dan membantu perkembangan karies gigi.

Enamel merupakan jaringan tubuh dengan susunan kimia

kompleks yang mengandung 97% mineral (fosfat, kalsium,

karbonat, fluor), air 1% dan bahan organik 2%. Bagian luar

enamel mengalami mineralisasi yang lebih sempurna dan

mengandung banyak fluor, fosfta, dan sedikit karbonat dan air.

Kepadatan enamel sangat menentukan kelarutan enamel. Jika

semakin banyak enamel mengandung mineral, maka Kristal

enamel semakin padat, dan enamel akan semakin resisten. Gigi


pada anak-anak lebih mudah terserang karies dibandingkan pada

gigi orang dewasa.43

Hal ini disebabkan karena enamel gigi mengandung lebih

banyak bahan organik dan air, sedangkan jumlah mineralnya

lebih sedikit.43 Dalam keadaan normal, gigi geligi selalu dibasahi

oleh saliva. Keadaan saliva antara lain berhubungan dengan

jenis kelamin dan usia. Volume dan aliran saliva anak-anak

sampai remaja lebih banyak dari pada dewasa dan pH saliva

anak-anak lebih tinggi dibandingkan orang dewasa. Karena

kerentanan gigi terhadap karies banyak bergantung pada

lingkungannya, maka peran saliva sangat besar.43

Saliva merupakan sistem pertahanan utama terhadap

karies. Saliva disekresi oleh tiga kelenjar utama saliva yaitu

glandula parotid, glandula submandibularis, dan glandula

sublingualis, serta beberapa kelenjar saliva kecil.43 Saliva

membentuk lapisan protein pelumas pada email gigi yang dapat

mencegah kontak langsung larutan asam dengan email gigi,

sehingga melindungi gigi dari erosi. Protein yang terdapat pada

air liur meliputi histatin, lactoferin, peroksidase, dan lysozyme.

Selain itu, saliva mempunyai efek buffer dengan pH 6,5

(menjaga agar suasana dalam mulut tetap netral/konstan), yaitu

saliva cenderung mengurangi keasaman plak yang disebabkan

oleh gula.43

2) Mikroorganisme
Plak gigi memiliki peranan penting penyebab terjadinya

karies. Plak merupakan suatu lengketan yang berisi bakteri

beserta produknya yang terbentuk pada semua permukaan gigi. 42

Bakteri dalam mulut melakukan proses fermentasi terhadap

karbohidrat sebagai sisa-sisa makanan dalam mulut.

Beberapa bakteri mulut yang ditemukan

bertanggungjawab untuk karies gigi merupakan spesies tertentu

bakteri seperti Streptococcus mutans, Lactobacillus acidophilus,

Actinomyces viscosus, dan Nocardia sp.38 Streptococcus mutans

dan Lactobacillus merupakan kuman yang paling banyak

ditemukan pada mulut pasien yang karies aktif daripada orang

yang terbebas dari karies.42

3) Substrat Karbohidrat

Faktor substrat/diet dapat mempengaruhi pembentukan

plak karena membantu perkembangbiakan dan kolonisasi

mikroorganisme yang ada pada permukaan enamel. Selain itu,

dapat juga mempengaruhi metabolisme bakteri dalam plak

dengan menyediakan bahan-bahan yang diperlukan untuk

memproduksi asam serta bahan lain yang aktif dan

menyebabkan timbulnya karies.42

4) Waktu
Waktu yaitu kecepatan terbentuknya karies serta lama dan

frekuensi substrat menempel dipermukaan gigi. Jika pH dalam

mulut cukup tinggi dalam waktu tertentu maka remineralisasi

enamel mungkin terjadi. Namun, jika asam terlalu besar

maka akan mendominasi demineralisasi dan enamel menjadi

lebih berpori sampai akhirnya terbentuk lesikaries. Secara

keseluruhan, karies dapat terjadi saat demineralisasi melebihi

remineralisasi. Waktu yang dibutuhkan karies untuk

berkembang menjadi suatu kavitas cukup bervariasi yaitu sekitar

6-48 bulan.42

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi Karies Gigi

1) Oral Hygiene

Oral hygiene diketahui sebagai salah satu komponen

dalam pembentukan karies yaitu plak. Insiden karies dapat

dikurangi dengan melakukan penyingkiran plak secara mekanis

dari permukaan gigi.44 Perilaku menyikat gigi meliputi rutin

menggosok gigi, frekuensi menggosok gigi, dan waktu

menggosok gigi, teknik dan jenis pasta gigi.45

2) Makanan

Komposisi diet dan kebiasaan makan makanan yang

mengandung sukrosa, sisa makanan dalam mulut dan frekuensi

makan merupakan faktor terjadinya karies gigi.44

Beberapa pengaruh makanan yang mempengaruhi gigi dan

mulut, sebagai berikut :


a) Makanan yang menghasilkan energi, misalnya :

karbohidrat, protein, lemak, vitamin serta mineral-mineral.44

Fungsi mekanis dari makanan yang dimakan Makanan yang

lunak dan melekat pada gigi dapat merusak gigi, seperti

cokelat, biskuit, dan sebagainya. Perilaku mengkonsumsi

makanan kariogenik dapat menyebabkan karies.44

3) Vitamin

Vitamin dapat mempengaruhi proses terjadinya karies

gigi, terutama pada periode pembentukan gigi.44


Tabel 2.4 Vitamin dan pengaruhnya terhadap kerusakan pada

gigi dan gusi44

Kekurangan Kebutuhan Pengaruhnya terhadap gigi/gusi


Vitamin per hari
A 1-2 mg Merusak pembentukan email dan dentin
B1 1-2 mg Karies meninggi
B2 2 mg Karies meninggi
C 75-100 mg Degenerasi odontoblas, kerusakan
periodontium, stomatitis
D 0,001 Hypoplasia email dan dentin
400-600 IU
E 10 mg Tidak diketahui
K 1 mg Tidak diketahui
4) Unsur Kimia

Unsur kimia yang berpengaruh pada pressentasi karies

gigi adalah flour.44

Tabel 2.5 Pengaruh Unsur-unsur Kimia terhadap terjadinya


Karies Gigi44
Cadmium Menunjangterjadinyakaries
Platina Menunjangterjadinyakaries
Selenium Menunjangterjadinyakaries

d. Klasifikasi Karies

1) Berdasarkan Kedalamannya44

a) Karies superfisialis

Baru mengenai email saja

b) Karies media

Mengenai dentin, tetapi belum mengenai setengah dentin

c) Karies Pofunda

Karies yang sudah mengenai lebih dari setengah dentin,

kadang sampai pulpa, karies pofunda dibagi menjadi

 Karies pofunda stadium I


Melewati lebih dari setengah dentin, tetapi belum

dijumpai radang pulpa

 Karies pofunda stadium II

Dijumpai lapisan tipis yang membatasi karies dengan

pulpa, dan telah terjadi radang pulpa

 Karies Pofunda stadium III

Pulpa telah terbuka dan banyak terdapat radang pulpa

2) Berdasarkan lokasi karies44

Menurut G.V Black kavitas dibagi menjadi 5 bagian

berdasarkan gigi yang terkena karies, pembagiannya adalah :

Gambar 2.3 Klasifikasi karies menurut G.V Black


Keterangan gambar :

a) Klas I

Karies di bagian oklusal dari gigi premolar dan molar, dan

juga terdapat pada gigi anterior di foramen caecum

b) Klas II

Karies dibagian aproksimal gigi molar dan pre molar yang

menyebar sampai oklusal

c) Klas III
Karies dibagian aproksimal gigi posterior dan belum

mencapai 1/3 incisal gigi

d) Klas IV

Karies dibagian aproksimal gigi posterior dan sudah

mencapai 1/3 incisal gigi

e) Klas V

Karies dibagian 1/3 leher dari gigi anterior dan posterior

permukaan labial, lingual, palatal, dan bukal gigi

f) Klas VI

 Karies yang berada ditepi insisal dan tonjol oklusi gigi

belakang yang diakibatkan abrasi, atrisi, ,atau erosi

 Atrisi merupakan fisiologis pada pengunyahan

 Abrasi merupakan gigi yang aus karena selain dari

pengunyahan normal, seperti mengigit kuku, mengisap

pipa

 Erosi merupakan kerusakan gigi akibat proses kimia

3) Berdasarkan permukaan gigi yang terkena karies44

a) Karies simple

Karies yang terdapat pada permukaan saja, misalnya

oklusal, distal, mesial, lingual, bukal, labial

b) Karies kompleks
Karies yang menyebar lebih dari satu bidang permukaan

gigi

4) Klasifikasi berdasarkan keparahan44

a) Karies insipen : karies yang mengenai kurang dari setengah

ketebalan email

b) Karies moderat : Karies lebih dari ketebalan email

c) Karies lanjutan : Karies yang mengenai pertemuan dentil-

email dan masih kurang dari setengah jarak pulpa

d) Karies parah : Karies yang mengenai lebih dari setengah

jarak pulpa

5) Klasifikasi berdasarkan WHO44

a) D1: di deteksi lesi email secara klinis

b) D2: kavitas pada email

c) S3: kavitas mengenai dentin

c) D4: lesi meluas ke pulpa

B. KerangkaTeori

Faktor-faktor yang
mempengaruhi perawatan
gigi pada anak :
Faktor Internal
Usia
Jenis kelamin
Motivasi
Faktor Eksternal
Orang tua
Tingkat pengetahuan
Fasilitas
Sosial budaya

Perilaku merupakan semua


Tingkat pengetahuan macam-macam perawatan
tentang kesehatan gigi : gigi :
Ciri-ciri gigi yang sehat Kesehatan Menggosok gigi
Manfaat gigi yang sehat Gigi Pemeriksaan ke dokter gigi
Masalah kesehatan gigi Mengatur makanan
Penyebab kerusakan gigi Penggunaan Flouride
Akibat kerusakan gigi Flossing
Karakteristik anak pra
sekolah :
Perkembangan biologis,
kognitif, moral, psikososial
Karakteristik gigi

Gambar 2.4 Kerangka Teori (20, 21, 31, 32, 33,)

Anda mungkin juga menyukai