Anda di halaman 1dari 51

HUBUNGAN KONSUMSI MAKANAN KARIOGENIK DENGAN

KEJADIAN KARIES GIGI PADA


PADA ANAK SEKOLAH DI SDN
TURANGGA 115 DI WILAYAH KOTA BANDUNG 2018

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai


Gelar Sarjana Keperawatan

RINA MUNIGAR

NPM.AK.1.14.034

PROGRAM STUDI SARJANA


ARJANA KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BHAKTI KENCANA

BANDUNG

2018
i
ii
iii
ABSTRAK

Karies merupakan penyakit gigi dan mulut yang paling banyak dialami
oleh masyarakat. Penyakit karies tidak hanya terjadi pada orang tua, anak-anak
pun dapat terjadi. Pada usia 6 - 12 tahun semua gigi telah tanggal dan mayoritas
gigi permanen telah tumbuh. Perawatan gigi yang tidak teratur dan tidak adekuat
merupakan kebutuhan persisten anak, karena anak masa ini cenderung lebih
menyukai makanan manis-manis yang bisa menyebabkan terjadinya karies gigi,
sehingga bila kebersihan gigi anak tidak dipantau akan menyebabkan karies gigi.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat konsumsi makanan
kariogenik dengan kejadian karies gigi pada anak sekolah kelas 1 dan kelas 2.
Desain penelitian ini menggunakan deskriptif korelatif dengan pendekatan
cross sectional dengan menggunakan teknik purposive sampling dengan besar
sampel 46 responden. Instrumen yang digunakan menggunakan kuesioner
konsumsi makanan kariogenik sebanyak 14 pertanyaan menggunakan skala
guttman dengan teknik wawancara dan status karies dilihat dari data
puskesmas.Penelitian ini menggunakan uji Chi-squarep value≤0,05.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa lebih dari setengahnya (67,4%)
anak sekolah mengkonsumsi makanan kariogenik tinggi dan yang mengalami
karies (63,0%). Hasil uji statistik Chi Square menunjukan nilap p value 0,010 < α
0,05 artinya ada hubungan antara konsumsi makanan kariogenik dengan kejadian
karies gigi dengan nilai Odds Rasio 6,857 artinya anak sekolah dengan konsumsi
makanan kariogenik tinggi mengalami 6,857 kali beresiko terkena karies
dibandingkan dengan anak sekolah dengan konsumsi makanan kariogenik rendah
tidak beresiko terkena karies gigi di SDN Turangga 115 Di Wilayah Kota
Bandung 2018.Oleh karena itu di harapkan pihak sekolah mampu meningkatkan
derajat kesehatan yang optimal bagi kesehatan gigi anak untuk bekerja sama lebih
erat lagi dengan puskesmas setempat terkait pencegahan karies gigi.
Kata kunci : Karies Gigi, Konsumsi Makanan Kariogenik
Daftarpustaka : 19 Buku (2002-2017)
3 Jurnal (2015-2016)
4 Wibsite

iv
ABSTRACT

Caries is a dental and oral disease that is most experienced by the


community. Caries does not only occur in the elderly, children can occur. At ages
6-12 all teeth have been dated and the majority of permanent teeth have grown.
Irregular and inadequate dental care is a persistent need for children,because
these children tend to prefer sweets that can cause dental caries, so that if the
teeth are not monitored the teeth will cause dental caries.
The purpose of this study was to determine the level of consumption of
cariogenic food with the incidence of dental caries in grade 1 and grade 2
schoolchildren.
This research design uses descriptive correlative with cross sectional
approach using purposive sampling technique with a sample size of 46
respondents. The instrument used was a questionnaire consumption of 14
cariogenic foods using the guttman scale with interview techniques and caries
status seen from the Puskesmas data. This study uses the Chi-squarep test value ≤
0.05.
The results of this study indicate that more than half (67.4%) of school
children consumed high cariogenic foods and those with caries (63.0%). The
results of Chi Square statistical test showed that the value of p value 0.010 <α
0.05 means that there is a relationship between the consumption of cariogenic
food and the incidence of dental caries with an Odds Ratio value of 6.857it means
schoolchildren with high cariogenic food consumption experience 6,857 times the
risk of caries compared to schoolchildren with low cariogenic food consumption
not at risk of dental caries in SDN Turangga 115 in Bandung City 2018.
Therefore, the school is expected to be able to improve the optimal for children's
dental health to work more closely with the local health center related to the
prevention of dental caries.

Keywords : Dental caries, Kariogenic food consumption


References : 19 books (2002-2017)
3 Journals (2015-2016)
4 Websites

v
KATA PENGANTAR

Assalamua’laikum, Wr,Wb

Syukur Alhamdulillah peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan

penelitian ini dengan judul “Hubungan Konsumsi Makanan Kariogenik Dengan

Kejadian Karies Gigi Pada Anak Di SDN Tunggara 115 Di Wilayah Kota

Bandung 2018”. Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu persyaratan dalam

rangka menyelesaikan Program Studi Ners di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

Bhakti Kencana Bandung.

Dalam penyelesaian skripsi ini peneliti mendapatkan banyak masukan,

arahan dan bimbingan, serta dorongan dari berbagai pihak. Untuk itu kiranya

peneliti mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga kepada :

1. H. Mulyana, SH. M.Pd., M.Hkes. selaku ketua Yayasan Adhi Guna Kencana.

2. R. Siti Jundiah, SKp.,M.Kep. selaku Kepala Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

Bhakti Kencana Bandung.

3. Yuyun Sarinengsih, S.Kep.,Ners.,M.Kep selaku Ketua Program Studi Ners

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Kencana Bandung dan selaku

pembimbing 1 yang telah menyediakan waktu dan memberikan bimbingan,

arahan dan dorongan dalam menyelesaikan skripsi ini.

vi
4. Anggi Jamiyanti S.Kep.,Ners selaku pembimbing II yang telah menyediakan

waktu dan memberi bimbingan, arahan dan dorongan dalam menyelesaikan

skripsi ini.

5. Kepada semua dosen dan staf Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti

Kencana Bandung yang telah banyak memberikan ilmu dan pengetahuan

selama ini.

6. Kepada keluarga tercinta, Bapak, Mamah, Adik dan Keponakan yang telah

memberikan dukungan moril maupun materil kepada peneliti selama

mengikuti pendidikan.

7. Kepada seluruh Mahasiswa/I angkatan 2014 yang telah memberikan

dukungan moril kepada peneliti selama mengikuti pendidikan.

8. Kepada sahabat dan temandekat yang telah memberikan dukungan moril

setiap waktu kepada peneliti selama ini.

Terakhir peneliti ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat

peneliti sebutkan satu persatu. Semoga Allah SWT melimpahkan rahmat dan

hidayah-Nya kepada kita semua. Amin. Dalam penyelesaian skripsi ini peneliti

mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan di

masa mendatang.

Bandung, Juni 2018

Peneliti

vii
DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PERSETUJUAN .................................................................................. i

LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. ii

PERNYATAAN .................................................................................................... iii

ABSTRAK ............................................................................................................ iv

ABSTRACK.............................................................................................................v

KATA PENGANTAR .......................................................................................... vi

DAFTAR ISI ........................................................................................................ vii

DAFTAR TABEL .............................................................................................. viii

DAFTAR BAGAN................................................................................................ ix

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xi

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1

1.1 Latar Belakang ..................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah .............................................................................................6

1.3 Tujuan Penelitian ..............................................................................................6

1.3.1 Tujuan Umum .........................................................................................6

1.3.2 Tujuan Khusus ........................................................................................6

1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................................7

viii
1.4.1 Manfaat Teoritis ......................................................................................7

1.4.2 Manfaat Praktis .......................................................................................7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................9

2.1 Konsep Karies Gigi ...........................................................................................9

2.1.1Pengertian Karies ......................................................................................9

2.1.2 Faktor Penyebab Karies Gigi ................................................................11

2.1.3 Jenis-jenis Karies Gigi ..........................................................................18

2.1.4 Proses Terjadinya Karies Gigi ..............................................................19

2.1.5 Manifestasi Klinis .................................................................................20

2.1.6 Pencegahan …… ..................................................................................20

2.1.7 Penatalaksanaan ....................................................................................23

2.2 Karakteristik Usia Sekolah .............................................................................23

2.2.1Pengertian Anak Usia Sekolah ................................................................23

2.2.2 Tugas-tugas Perkembangan Anak .........................................................26

2.3Konsep Makanan Kariogenik ............................................................................27

2.3.1 Pengertian Makanan Kariogenik ...........................................................27

2.3.2 Jenis Makanan Kariogenik ....................................................................31

2.4 Hubungan Karies Gigi dengan Makanan Kariogenik .....................................33

2.5 Kerangka Konsep.............................................................................................34

BAB IIIMETODOLOGI PENELITIAN ...........................................................36

ix
3.1 Rancangan Penelitian ......................................................................................36

3.2 Paradigma Penelitian.......................................................................................37

3.3 Hipotesa Penelitian..........................................................................................38

3.4 Variabel Penelitian ..........................................................................................38

3.4.1Variabel Independen ...............................................................................38

3.4.2 Variabel Dependen................................................................................39

3.5 Definisi Konseptual dan Definisi Operasional ................................................39

3.5.1 Definisi Konseptual ..............................................................................39

3.5.2 Definisi Operasional .............................................................................40

3.6 Populasi dan Sampel .......................................................................................40

3.6.1 Populasi .................................................................................................40

3.6.2 Sampel...................................................................................................41

3.7 Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian .................................................43

3.7.1 Pengumpulan Data ................................................................................43

3.7.2 Instrumen Penelitian .............................................................................44

3.7.3 Uji Validitas dan Reabilitas Instrumen ..................................................45

1) Uji Validitas ..............................................................................................45

2) Uji Reliabilitas ...........................................................................................46

3.8 Langkah-langkah Penelitian ............................................................................47

x
3.8.1 Tahap Persiapan .....................................................................................47

3.8.2 Tahap Pelaksanaan ................................................................................48

3.8.3 Tahap Akhir ...........................................................................................48

3.9 Pengolahan Analisa Data ................................................................................48

3.9.1 Pengolahan Data ....................................................................................48

3.9.2 Analisa Data ..........................................................................................44

3.10 Etika Penelitian .............................................................................................53

3.10.1 Informed Concent .................................................................................54

3.10.2 Anonymity ...........................................................................................54

3.10.3 Confidentiality......................................................................................54

3.10.3 Resfect For Person ..............................................................................54

3.10.3 Beneficence .........................................................................................55

3.10.3 Justice .................................................................................................55

3.11 Lokasi dan Waktu Penelitian .........................................................................55

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN....................................56

4.1 Hasil Penelitian ....................................................................................................... 56

4.1.1 Analisa Univariat..............................................................................................56

4.1.2 Analisa Bivariat.................................................................................................57

.4.2 Pembahasan.................................................................................................................58

4.2.1 Gambaran Konsumsi Makanan Kariogenik.......................................................58

xi
4.2.2 Gambaran Kejadian Karies Gigi.......................................................................59

4.2.3 Hubungan Konsumsi Makanan Kariogenik Dengan Kejadian Karies.............61

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...........................................................................65

5.1 Kesimpulan.................................................................................................................65

5.2 Saran...........................................................................................................................66

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN - LAMPIRAN

xii
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Tingkat Kemanisan Gula ......................................................................33

Tabel 3.1 Definisi Operasional .............................................................................40

Tabel 3.2 Perhitungan jumlah sampel ...................................................................42

Tabel 4.1 Frekuensi makanan kariogenik .............................................................56

Tabel 4.2 Kejadian karies gigi ..............................................................................57

Tabel 4.3 Hubungan konsumsi makanan kariogenik dengan karies ....................57

xiii
DAFTAR BAGAN

Halaman

Bagan 2.2 Kerangka Konseptual ...........................................................................35

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Surat Permohonan Ijin Studi Pendahuluan SDN Turangga 115


Kota Bandung
Lampiran 2 : Surat Ijin penelitian SDN Tunggara 115 Kota Bandung
Lampiran 3 : Surat Ijin Penelitian Kesbang Pol Kota Bandung
Lampiran 4 : Surat ijin penelitian Dinas Pendidikan Kota Bandung
Lampiran 5 : Surat ijin penelitian Dinas Kesehatan Kota Bandung
Lampiran 6 : Surat Permohonan Ijin dan Data Puskesmas Cijagra Lama
Lampiran 7 : Lembar Inform Concent
Lampiran 8 : Kisi-kisi kuisioner makanan kariogenik
Lampiran 9 : Lembar Kuesioner makanan kariogenik
Lampiran 10 : Catatan bimbingan skripsi
Lampiran 11 : Hasil Uji Content
Lampiran 12 : Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas
Lampiran 13 : Hasil SPSS
Lampiran 14 : Riwayat Hidup

xv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Karies merupakan penyakit gigi dan mulut yang paling banyak

dialami oleh masyarakat. Penyakit karies tidak hanya terjadi pada orang

tua, anak-anak pun dapat terjadi. Pada usia 6 - 12 tahun semua gigi telah

tanggal dan mayoritas gigi permanen telah tumbuh. Sebab kesehatan gigi

dan mulut akan mempengaruhi kesehatan tubuh keseluruhan. Penyakit

karies gigi pada anak banyak dan sering terjadi namun kurang dapat

perhatian dari orang tua karena anggapan bahwa gigi anak akan digantikan

gigi tetap. Kesehatan gigi sangat penting karena pencernaan makanan

dimulai dengan bantuan gigi. Selain fungsinya untuk makan dan berbicara,

gigi juga penting untuk pertumbuhan dan perkembangan normal anak

(Litin, 2008).

Karies gigi adalah penyakit jaringan gigi yang di tandai dengan

kerusakan jaringan, dimulai dari permukaan gigi (ceruk, fisura ,dan daerah

interproksimal) meluas kearah pulpa. Karies gigi dapat dialami oleh setiap

orang dan dapat timbul pada satu permukaan gigi atau lebih, serta dapat

meluas kebagian yang lebih dalam dari gigi, misalnya dari email ke dentin

atau ke pulpa (Tarigan,2013).

Karies gigi tidak hanya terjadi pada orang tua, anak-anak pun dapat

terjadi. Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2012, sekitar

60 sampai 90% anak usia sekolah di seluruh dunia mengalami karies gigi.

1
2

Hasil perbandingan Riskesdas tahun 2007 dan 2013 tentang kesehatan gigi

terjadi peningkatan prevalensi karies gigi pada penduduk Indonesia

dibandingkan tahun 2007 yaitu dari 43,4% (2007) menjadi 53,2% (2013)

yaitu kurang lebih di Indonesia terdapat 93.998.727 jiwa yang menderita

karies gigi. Sedangkan berdasarkan karakteristik usia yaitu pada anak

berusia 5 sampai 9 tahun terjadi kenaikan 21,6% menjadi 28,9% dan anak

berusia 10 sampai 14 tahun dari 20,6% menjadi 25,9% (Riskesdas, 2013).

Data yang diperoleh di Dinas Kota (DKK) Bandung pada tahun

2015 dan 2016 tentang karies gigi masih tinggi. Angka kejadian karies gigi

terutama anak sekolah dasar (SD) dari data DKK Bandung pada tahun

2015 siswa SD kelas 1 angka kejadiannya 62,81% dan pada tahun 2016

angka kejadiannya 53,9%. Angka ini terbanyak dibanding dengan penyakit

lain seperti serumen dan penyakit THT yang hanya di 42% dan 32% saja.

Karies yang terjadi pada gigi anak ini dapat menimbulkan rasa

sakit atau nyeri, maka anak akan kehilangan selera makan dan kadang

dapat terjadi demam serta proses mengunyah makanan akan terganggu,

sehingga anak menjadi malas makan dan akhirnya menjadi kurus. Secara

tidak langsung karies pada anak akan mempengaruhi proses tumbuh

kembang dan pertumbuhan gigi permanen anak (Syarifi, 2008).

Memasuki usia sekolah, resiko anak mengalami karies makin

tinggi. Banyaknya jajanan disekolah dengan jenis makanan dan minuman

yang manis, mengancam kesehatan gigi anak. Ibu perlu mengawasi pola

jajan anak di sekolah. Jika memungkinkan anak tidak diabiasakan untuk

jajan di sekolah sama sekali. Bekal makanan dari rumah jauh lebih baik,
3

karena tak bisa disangkal bahwa sebagian besar jajanan anak di sekolah

rentan terhadap masalah kebersihan dan kandungan gizinya juga perlu

dipertanyakan. Kalaupun anak ingin jajan di sekolah, lebih baik diarahkan

untuk tidak memilih makanan manis dengan konsistensi lengket jauh lebih

berbahaya, karena lebih sulit dibersihkan dari permukaan gigi dan sangat

mudah menyebabkan karies gigi (Mozarta, 2012).

Karies gigi menjadi salah satu masalah kesehatan serius pada anak

usia sekolah karena karies gigi dapat merusak struktur gigi dan

menyebabkan gigi berlubang dan dapat menyebabkan komplikasi antara

lain peradangan dan abses. Kariesmerupakan penyakit multifaktor terdiri

dari faktor presipitasi dan predisposisi, faktor presipitasi yaitu host,

mikroorganisme,substrat, dan waktu. Sedangkan faktor predisposisi lain

yang mempengaruhi terjadinya karies gigi yaitu pengetahuan, kebiasaan

menggosok gigi dan kebiasaan makan kariogenik (Tarigan, 2013).

Makanan kariogenik adalah makanan manis yang dapat

menyebabkan terjadinya karies gigi. Sifat makanan kariogenik adalah

banyak mengandung karbohidrat, lengket dan mudah hancur di dalam

mulut. Jenis makanan yang dapat menyebabkan karies gigi meliputi :

makanan yang manis (kariogenik) dan mudah terselip disela gigi seperti

permen, cokelat, es krim, susu, biskuit dan sejenisnya (Tarigan, 2013).

Mengkonsumsi makanan kariogenik dengan frekuensi yang lebih

sering akan meningkatkan kemungkinan terjadinya karies dibandingkan

dengan mengkonsumsi dalam jumlah banyak tetapi dengan frekuensi yang

lebih jarang (Arisman, 2002). Hal ini sejalan dengan Rizki (2016), tentang
4

hubungan antara frekuensi konsumsi makanan kariogenik dan kebiasaan

menggososk gigi dengan kejadian karies gigi menunjukkan 40 responden,

yang kebiasaan menggosok gigi buruk dan mengalami karies gigi

berjumlah 29 siswa (72,5%) sementara kebiasaan menggosok gigi buruk

dan tidak mengalami karies gigi berjumlah 4 siswa (10%), sedangkan yang

kebiasaan menggososk gigi baik tidak mengalami karies gigi berjumlah 7

siswa (17,5%) sementara tidak ada siswa yang kebiasaan menggosok gigi

baik dan mengalami karies.

Kelebihan konsumsi gula cenderung dapat mengakibatkan

terjadinya karies gigi, diabetes, obesitas dan jantung koroner. AHA

(American Herat Association) menemukan konsumsi gula yang tinggi

terjadi pada anak, yaitu anak usia 1-3 tahun mengonsumsi gula 12 sendok

teh per hari dan anak usia 4-8 tahun mengonsumsi gula 21 sendok teh per

hari (Devi, 2012). Data RISKESDAS (Riset Kesehatan Dasar) 2013 53,1%

penduduk indonesia mengkonsumsi makanan manis.

Gula yang berasal dari makanan nantinya akan diubah oleh bakteri

dalam plak menjadi asam cukup kuat untuk merusak gigi, plak memiliki

konsistensi yang lunak sehingga mudah dibersihkan dengan menggosok

gigi yang baik dan benar (Ramadhan, 2010).

Berdasarkan hasil studi pendahuluan di Puskesmas Cijagra Lama

dimana Puskesmas Cijagra memiliki jumlah Sekolah Dasar (SD)

terbanyak di Kecamatan Lengkong yaitu 13 SD dibanding 3 Puskesmas

lain yaitu UPT Puskesmas Talaga Bodas yang hanya memiliki 7 SD serta

Puskesmas Cijagra Baru dan Surabaya yang hanya memiliki 2 SD.


5

Kecamatan Lengkong memiliki jumlah siswa kelas 1 di Kecamatan

Lengkong 1355 termasuk Kecamatan yang dengan jumlah siswa terbanyak

di Kota Bandung.

Angka kejadian karies gigi pada anak sekolah masih tinggi dimana

berdasarkan hasil penjaringan yang dilakukan pada kelas 1 di tahun 2017

adalah 905 atau 66,8%. Di Puskesmas Cijagra Lama angka kejadian karies

gigi paling tinggi di SDN Turangga 115 dimana terdapat angka 89%

dibandingkan dengan SD Turangga 135 yang hanya 88%, serta SD lain

yang dibawah angka diatas (Laporan Hasil Penjaringan Siswa, 2017).

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada tanggal 11 Mei

2018 wawancara dengan salah satu Guru di Sekolah SDN Turangga 115

menjelaskan bahwa kajadian karies gigi terdapat di kelas 1 dan 2 sebanyak

63 dari 84 siswa. Banyak faktor yang menyebabkan karies gigi salah

satunya faktor predisposisi yaitu pengetahuan, kebiasaan menyikat gigi

dan kebiasaan makan kariogenik. Ketiga faktor tersebut saling

berhubungan satu sama lain. Namun faktor penyebab dari karies tersebut

sudah pernah ada penyuluhan dari petugas kesehatan tentang kesehatan

mulut dan gigi, hanya dalam hal konsumsi makanan manis anak masih

belum bisa membatasinya dan memilih-milih makanan yang baik untuk

kesehatan giginya. Lingkungan tempat jajanan anak- anak yang terdapat

didalam kantin sekolah maupun diluar sekolah kebanyakan menjual

makanan atau minuman yang manis. Dan berdasarkan hasil wawancara

dengan 7 anak dimana anak sangat gemar makanan yang manis atau

minuman yang manis di lingkungan sekolah maupun di lingkungan luar


6

rumah saat anak bermain.Dan hasil observasi di sekolah anak banyak jajan

seperti permen, cokelat, biskuit, karena anak suka dengan rasa manis,

warnanya yang mencolok, dikemas menarik,teksturnya lunak, lengket dan

mudah hancur di dalam mulut sehingga anak tertarik untuk membelinya.

Berdasarkan studi pendahuluan diatas, maka peneliti tertarik untuk

meneliti “Hubungan Konsumsi Makanan Kariogenik Dengan Kejadian

Karies Gigi Pada Anak Sekolah di SDN Turangga 115 Kota Bandung.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah “Hubungan Konsumsi Makanan Kariogenik

Dengan Kejadian Karies Gigi Pada Anak Sekolah di SDN Turangga 115 Di

Wilayah Kota Bandung”

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk Mengetahui Hubungan Konsumsi Makanan Kariogenik

Dengan Kejadian Karies Gigi Pada Anak Sekolah di SDN Turangga

115 Di Wilayah Kota Bandung.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui Kejadian Karies Gigi Pada Anak Sekolah di SDN

Turangga 115 di Wilayah Kota Bandung

2. Mengetahui Konsumsi Makanan Kariogenik Pada Anak Sekolah

Di SDN Turangga 115 di Wilayah Kota Bandung


7

3. Mengetahui Adakah Hubungan Konsumsi Makanan Kariogenik

Dengan Kejadian Karies Gigi Pada Anak Sekolah Di SDN

Turangga 15 di Wilayah Kota Bandung.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Dari hasil penelitian dapat menjelaskan dan memberikan informasi

tentang hubungan konsumsi makanan kariogenik dengan kejadian

karies gigi.

1.4.2 Manfaat Praktis

a) Bagi SDN Turangga 115

Hasil penelitian ini diharapkan sebagai acuan bagi instansi

terkait dalam menetapkan kebijakan untuk mewujudkan

peningkatan derajat kesehatan yang optimal bagi kesehatan gigi

anak terhadap makanan yang berhubungan dengan kejadian karies

gigi.

b) Bagi peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengalaman dan

pengetahuan yang diperoleh salah satunya untuk mengetahui

hubungan konsumsi makanan kariogenik dengan kejadian karies

gigi pada anak usia sekolah di SDN Turangga 115 di Wilayah Kota

Bandung.
8

c) Bagi peneliti selanjutnya

Hasil penelitian ini di harapkan bagi peneliti yang ingin

meneliti tentang karies gigi untuk menggali lebih dalam tentang

faktor faktor yang dapat menyebabkan karies gigi selain faktor

makanan misalnya menggosok gigi.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Karies Gigi

2.1.1 Pengertian Karies

Karies gigi juga dikenal sebagai kerusakan gigi atau rongga

adalah infeksi, biasanya berasal dari bakteri, yang menyebabkan

demineralisasi jaringan keras (enamel, dentin dan sementum) dan

perusakan materi organik gigi dengan produksi asam oleh hidrolisis

dari akumulasi sisa-sisa makanan pada permukaan gigi. Jika

demineralisasi melebihi air liur dan faktor remineralisasi lain

seperti kalsium dan pasta gigi flouride, jaringan ini semakin rusak,

memproduksi gigi karies (gigi berlubang) (Hongini, Yundali,

2017).

Karies gigi adalah daerah yang membusuk di dalam gigi

yang terjadi akibat suatu proses yang secara bertahap melarutkan

email (permukaan gigi sebelah luar yang keras) dan terus

berkembang ke bagian dalam gigi (Hamsafir, 2010).

Karies gigi adalah penyakit jaringan gigi yang ditandai

dengan kerusakan jaringan, dimulai dari permukaan gigi (ceruk,

fisura, dan daerah interproksimal) meluas kearah pulpa. Karies gigi

dapat dialami oleh setiap orang dan dapat timbul pada satu

permukaan gigi atau lebih, serta dapat meluas ke bagian yang lebih

dalam dari gigi, misalnya dari email ke dentin atau ke pulpa.

(Tarigan, Rasinta, 2013).

9
10

Masalah gigi berlubang atau karies dialami oleh sekitar

85% anak usia di bawah 5 tahun di Indonesia. Salah satu

penyebabnya adalah kebiasaan minum susu botol pada usia akhir

balita. Sejauh ini, karies gigi masih menjadi masalah kesehatan

anak. Organisasi kesehatan dunia (WHO) tahun 2003 menyatakan,

angka kejadian karies pada anak 60-90%.

Karies gigi anak usia sekolah dasar dapat dilihat dari

pertumbuhan gigi selama usia sekolah menonjol. Pada usia 12

tahun semua gigi telah tanggal dan mayoritas gigi permanen telah

tumbuh. Perawatan gigi yang tidak teratur dan tidak adekuat

merupakan kebutuhan persisten anak, karena anak masa ini

cenderung lebih menyukai makanan manis-manis yang bisa

menyebabkan terjadinya karies gigi, sehingga bila kebersihan gigi

anak tidak dipantau dan diperhatikan orang tua, anak malas

membersihkan gigi, gigi akan rusak dan berlubang karena kuman.

Masalah kesehatan yang muncul adalah karies gigi. (Litin, 2008).

Karies gigi pada anak umumnya terjadi pada saat mereka

masih memiliki gigi susu, hal tersebut terjadi karena adanya plak

yang menumpuk dari sisa makanan pada gigi, umumnya gigi tetap

mulai tumbuh pada usia 6 tahun, gigi seri depan bawah akan

muncul terlebih dahulu diikuti dengan gigi seri depan atas dan

geraham pertama, proses lepasnya gigi susu dan berganti dengan

gigi tetap biasanya terjadi selama anak usia sekolah dasar (Lithin,

2008). Anak usia 6-8 tahun mengalami kerusakan pada gigi tetap
11

atau gigi primer, frekuensi makan lebih dari 3 kali perhari, seperti

20 menit 1 kali makan makanan manis sehingga kerusakan gigi

akan lebih cepat.

2.1.2 Faktor Penyebab Karies Gigi

Adapun penyebab karies yaitu bakteri Streptococcus

mutans dan Lactobacilli. Bakteri spesifik inilah yang mengubah

glukosa dan karbohidrat pada makanan menjadi asam melalui

proses fermentasi. Asam terus diproduksi oleh bakteri dan akhirnya

merusak struktur gigi sedikit demi sedikit. Kemudian plak dan

bakteri mulai bekerja 20 menit setelah makan (Pratiwi, 2007).

A. Faktor Presipitasi

1) Faktor Host (Gigi dan Saliva)

a) Gigi

Komposisi gigi terlihat dari email dan dentin.

Dentin adalah lapisan dibawah email. Dentin bereaksi

terhadap perkembangan karies gigi. Setelah

pembentukan gigi, yang ameloblasts, menghasilkan

enamel. Dihancurkan sekali pembentukan enamel selesai

dan dengan demikian tidak dapat kemudian

menumbuhkan enamel setelah kehancurannya. Struktur

email sangat menentukan dalam proses terjadinya karies.

Kuat atau lemahnya struktur gigi terhadap proses

kerusakan karies dapat dilihat dari warna, keburaman


12

dan kelicinan permukaan gigi serta ketebalan email

(Hongini, Yundali, 2017).

b) Saliva

Saliva adalah suatu cairan oral yang kompleks yang

terdiri atas campuran sekresi dari kelenjar ludah besar

dan kecil yang ada pada mukosa mulut. Saliva mampu

meremineralisasikan karies yang masih dini karena

masih banyak sekali mengandung ion kalsium dan fosfat.

Kemampuan saliva dalam melakukan remineralisasi

meningkat jika ion flour. Selain mempengaruhi pHnya

karena itu, jika aliran saliva berkurang atau menghilang

maka karies mungkin tidak akan terkendali (Kidd, dkk,

2005).

2) Faktor Mikroorganisme

Adanya flora bakterial mulut dalam bentuk plak

merupakan penyebab utama bagi terbentuknya karies. Pada

gigi-gigi yang belum erupsi dan belum berhubungan dengan

flora mulut tidak terbentuk karies. Tetapi bagitu gigi-gigi

tersebut erupsi dapat terserang karies. Selanjutnya dapat

dibuktikan bahwa jenis bakteri mulut tertentu secara invitro

dapat menghasilkan lesi karies pada email dan dentin.

Akhirnya bakteri jenis ini dalam jumlah besar dapat

ditunjukkan dan diisolasi dari lesi in vitro, dan ditunjukkan

pula bahwa adanya jenis bakteri te dan ditunjukkan pula


13

bahwa adanya jenis bakteri tertentu dalam jumlah relatif

besar mendahului terjadinya kerusakan gigi. Jenis bakteri

yang dapat menimbulkan karies yaitu Streptococcus

mutans, beberapa jenis streptococcus mitis, streptococcus

sanguis, streptococcus miller, dan banyak Lactobacillus

serta beberapa spesies Actinomyces (Schuurs, 2007).

3) Faktor Substrat (sisa makanan)

Pembentukan plak yang sangat cepat terjadi pada

pemberian makanan lewat mulut. Sebagian dari makanan

yang diberikan menggabungkan diri dan cocok sebagai

substrat bakteri plak. Substrak dari makanan, kebalikannya

dari air ludah hanya dijumpai beberapa saat setiap hari,

tetapi pada konsentrasi tinggi polisakarida disintesis di

dalam plak dan asam dalam jumlah besar dibentuk dari

gula. Selama periode penyediaan makanan terjadi seleksi

yang menyimpang, penggunaan gula berkali-kali

menambah pertumbuhan plak dan menambah jumlah

streptococcus mutans didalamnya (Schuurs, 2007).

Substrat adalah campuran makanan halus dan

minuman yang dimakan sehari-hari yang menempel

dipermukaan gigi. Makanan pokok manusia adalah

karbohidrat, lemak, dan protein. Pada dasarnya nutrisi

sangat diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan

gigi saat pembentukan matriks email dan kalsifikasi, nutrisi


14

berperan dalam membentuk kembali jaringan mulut dan

membentuk daya tahan terhadap infeksi juga karies. Nutrisi

berhubungan dengan pertumbuhan dan perkembangan gigi

dslam struktur, ukuran, komposisi, erupsi dan ketahanan

gigi terhadap karies. (Wong, 2008).

4) Faktor Waktu

Adanya kemampuan saliva untuk mendepositkan

kembali mineral selama berlangsung proses karies,

menandakan bahwa proses karies tersebut terjadi atas

periode perusakan dan perbaikan yang silih berganti. Oleh

karena itu, bila saliva ada di dalam lengkungan gigi maka

karies tidak menghancurkan dalam hitungan hari atau

minggu, melainkan dalam bulan atau tahunan (Kidd, 2005).

B. Faktor Predisposisi

1) Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini

terjadi setelah orang melakukan penginderaan suatu objek

tertentu, pengetahuan bersifat dapat ditelaah oleh umum dan

selalu berkembang. Banyak faktor yang menyebabkan

sulitnya meningkatkan kesehatan gigi dan mulut pada anak,

salah satu faktor yang penting adalah peranan ibu sebagai

pemegang fitur pertama yang dikenal anak sejak lahir,

perilaku dan kebiasaan ibu akan sangat menentukan status

kesehatan gigi anaknya. Pengetahuan ibu mengenai


15

kesehatan gigi anak ini meliputi pengetahuan ibu tentang

pengertian karies gigi, penyebab karies gigi, waktu

menyikat gigi yang baik, jenis makanan yang menyebabkan

karies serta pentingnya kunjungan ke dokter gigi sacara

berkala (Srigupta, 2004).

2) Waktu menyikat gigi yang baik

Waktu yang tepat untuk menyikat gigi adalah di

pagi hari setelah makan dan malam hari sebelum tidur.

Dalam hal ini peran ibu sangat penting dalam membantu

dan mengajarkan anak bagaimana cara menyikat gigi yang

baik saat anak sedang menyikat gigi, sebab anak akan lebih

termotivasi jika kegiatan membersihkan gigi dilakukan

bersama ibu dibandingkan jika dilakukan oleh anak seorang

diri. Jika kebiasaan anak tidak menyikat gigi yang baik

maka akan terjadi kerusakan gigi dan gigi dapat berlubang

karena tidak kerkontrolnya sisa makanan yang menempel di

permukaan gigi. Menyikat gigi sebaiknya >2 kali sehari

yaitu selesai makan dan menjelang tidur. Menyikat gigi

setidaknya 2-3 menit. Pada kesempatan dimana kita tidak

mungkin melakukannnya segera setelah makan, dianjurkan

untuk berkumur dengan air putih (Srigupta, 2004).

3) Makanan kariogenik

Menurut Suwelo (2002) adapun jenis makanan yang

dapat mempengaruhi terjadinya karies yaitu:


16

a. Jenis Makanan yang Bersifat Kariogenik

Makanan kariogenik adalah makanan yang

mempunyai ciri-ciri PH rendah, mengandung gula

tinggi dan lengket. Adapun jenis makanan yang

mempunyai PH rendah adalah sebagai berikut :

a) Sukrosa/gula

Sukrosa adalah gabungan dua macam gula

yaitu glukosa dan fruktosa, dan mudah dipecah

menjadi kedua unsur tersebut di dalam unsur

sebelum di serap oleh tubuh. Terdapat berbagai

bentuk putih atau coklat. Sukrosa lebih berbahaya

bagi gigi karena memproduksi lebih banyak

pelekat glukosa dan membuat plak dalam mulut

semakin tebal dan lengket. Sukrosa adalah gula

yang terbanyak dan paling di sukai sebagai bahan

tambahan pada pabrik makanan di seluruh dunia

b) Glukosa

Gula ini banyak terdapat di alam, juga

bertambah pada sejumlah makanan dan minuman.

Glukosa tidak semanis sukrosa (lebih kurang 70%),

tetapi digunakan untuk memperkuat rasa buah-

buahan pada minuman ringan dan selai.


17

c) Fruktosa

Gula ini ditemukan pada buah-buahan dan

sayur0sayuran tertentu, dan dalam madu. Rasanya

1,7 kali lebih manis dari sukrosa dan juga sebagai

penambahan rasa pada selai, minuman, buah-

buahan dan lain-lain.

b. Jenis Makanan yang bersifat Non-Kariogenik

Makanan non kariogenik adalah maknan

yang banyak mengandung protein dan lebih sedikit

karbohidrat dan tidak lengket. Secara alami

terdapat dalam beberapa buah-buahan masak

(cherry, pir, apel). Proses penyerapan di dalam

usus berlangsung tidak sempurna dan sangat

lambat. Saat ini sorbitol dianggap kurang bersifat

merusak gigi (kariogenik karena bebas gula,

kecuali bila di konsumsi berulang kali).

(1) Manitol (Gula Manna)

Jenis manitol terdapat di dalam labu,

bawang, seledri, dan zaitun. Manitol

mempunyai rasa manis separuh dari sukrosa.

Kandungan utamanya adalah manna, seperti

manitol juga diserap perlahan-lahan dan tidak

sempurna di dalam usus dan relatif aman bagi

gigi dan kesehatan umum.


18

(2) Xilytol

Xilytol banyak terdapat di alam, misalnya

dalam roseberry, plum kuning dan sejenis kol.

Hasil dari penelitian terus-menerus

menunjukkan bahwa xilytoltidak menghasilkan

asam sama sekali pada plak, sehingga sangat

aman sekali pada gigi (Besford, 2006).

2.1.3 Jenis-jenis Karies Gigi

Menurut Suwelo (2002) berdasarkan tempat terjadinya karies gigi,

dapat dibedakan sebagai berikut:

a. Karies Inspiens

Yaitu karies yang terjadi pada permukaan enamel gigi

(lapisan terluar dan terkeras gigi), dan belum terasa sakit, hanya

ada pewarnaan hitam atau coklat pada enamel.

b. Karies Superfisialis

Yaitu karies yang sudah mencapai bagian dalam enamel

dan kadang-kadang terasa sakit.

c. Karies Media

Yaitu karies yang sudah mencapai bagian dentin (tulang

gigi) atau bagian pertengahan antara permukaan gigi dan pulpa,

tetapi belum melebihi setengah dentin, gigi biasanya terasa sakit

apabila terkena rangsangan dingin, makanan asam dan manis.


19

d. Karies Profunda

Karies yang telah mengenai lebih dari setengah dentin atau

telah mencapai pulpa. Biasanya terasa sakit waktu makan dan

sakit secara tiba-tiba tanpa rangsangan.

2.1.4 Proses Terjadinya Karies Gigi

Di dalam mulut kita terdapat berbagai macam bakteri, salah

satu bakteri tersebut adalah Streptococcus. Bakteri ini terkumpul

membentuk suatu lapisan lunak dan lengket yang disebut dengan

plak yang menempel pada gigi. Sebagian plak dalam gigi ini

mengubah gula dan karbohidrat yang berasal dari makanan dan

minuman yang masih menempel di gigi menjadi asam yang bisa

merusak gigi dengan cara melarutkan mineral-mineral yang ada

dalam gigi. Proses menghilangnya mineral dari struktur gigi ini

disebut dengan demineralisasi, sedangkan bertambahnya mineral

dalam struktur gigi disebut dengan mineralisasi. Karies gigi terjadi

karena proses demineralisasi lebih besar dari pada remineralisasi.

Pada tahap awal terbentuknya karies gigi adalah terbentuknya

bintik hitam yang tidak bisa dibersihkan dengan sikat gigi. Apabila

bintik ini dibiarkan maka akan bertambah besar dan dalam. Apabila

karies ini belum mencapai email gigi maka belum terasa apa-apa.

Akan tetapi apabila sudah menembus email gigi baru akan terasa

sakit (Ramadhan, 2010).


20

2.1.5 Manifestasi Klinis

Menurut tanda dan gejala karies gigi Tarigan (2004) antara lain :

a. Terdapat lesi

b. Tampak lubang pada gigi

c. Bintik hitam pada tahap karies awal

d. Kerusakan leher gigi (pada karies botol susu)

e. Sering terasa ngilu jika lubang sampai ke dentil

f. Sakit berdenyut-denyut di gigi sampai kepala

g. Timbul rasa sakit jika terkena air dingin, dan kemasukan

makanan terutama pada waktu malam

h. Jika sudah parah akan terjadi peradangan dan timbul nanah

2.1.6 Pencegahan

Pencegahan karies gigi secara primer, sekunder da tersier, adalah

sebagai berikut :

a. Pencegahan primer

Menurut Alpers (2006) mencegah pembusukan dengan

tindakan pencegahan sebagai berikut :

1) Memilih makanan dengan cermat

Makanan yang mengandung karbohidrat juga

berfermentasi termasuk gula dan tepung kemudian di olah

menjadi roti dan keripik kentang. Karena karbohidrat

merupakan sumber makanan penting sehingga jangan

mengurangi karbohidrat yang akan di konsumsi. Mengatur

kebiasaan makan anak dengan sebagai berikut :


21

a) Menghindari makanan yang lengket dan kenyal seperti

snack. Makanan seperti gula, kacang bersalut gula, sereal

kering, roti dan kismis juga buah yang dikeringkan akan

menempel pada gigi. Usahakan untuk membersihkan gigi

dalam wkatu 20 menit setelah makan, apabila tidak

menyikat gigi maka berkumurlah dengan air putih.

b) Memilih makanan dengan cermat seperti buah buahan

dan sayuran yang dapat meningkatkan anak. efek

makanan seperti snack dapat menyebabkan gigi

berlubang. Makan snack setiap hari memungkinkan

bakteri terus membentuk asam yang merusak gigi.

Jangan makan makanan manis terus, mengunyah permen

karet atau permen penyegar nafas. Jika ingin mengunyah

permen dengan memilih produk yang tidak mengandung

gula karena mengandung xyitol atau aspartam sehingga

mengurangi bakteri pembuat lubang pada gigi.

2) Pemeliharaan gigi

Mulut tidak bisa dihindarkan dari bakteri, tetapi mencegah

bakteri dengan membersihkan mulut dengan teratur. Ajarkan

anak untuk menyikat gigi > 2 kali sehari. Menganjurkan

untuk melakukan pemeriksaan gigi tiap 6 bulan sekali.

3) Pemberian flour

Membubuhkan flour dalam air minum yang kekurangan

flour untuk mencegah karies gigi. Tambahan tersebut dapat


22

berupa tetes atau tablet. Obat ini biasanya dikumurkan dalam

mulut sekitar 30 detik kemudian dibuang. Anak rentan

terhadap gigi berlubang sehingga pemberian flour secara

topikal termasuk pasta gigi yang mengandung flour sangat

bermanfaat.

b. Pencegahan sekunder

1) Penambalan gigi, kerusakan gigi biasanya dihentikan dengan

membuang bagian gigi yang rusak dan diganti dengan

tambalan gigi. Jenis bahan tambalan yang digunakan

tergantung dari lokasi dan fungsi gigi. Geraham dengan tugas

mengunyah memerlukan bahan yang lebih kuat dibandingkan

gigi depan. Perak amalgam digunakan pada gigi belakang.

Tambalan pada gigi depan dibuat tidak terlihat, silikat sejenis

semen porselen yang mirip dengan email. resin komposit

adalah bahan yang sering digunakan pada gigi depan dan

belakang bila lubangnya kecil dan nmerupakan bahan yang

warnanya sama dengan warna gigi. Jika saraf gigi telah rusak

dan tidak dapat diperbaiki maka gigi perlu dicabut.

2) Dental sealant, perawatan untuk mencegah gii berlubang

dengan menutupi permukaan gigi dengan suatu bahan. Dental

sealant dilakukan pada permukaan kunyah gigi premolar dan

molar. Gigi dicuci dan dikeringkan kemudian memberi

pelapis pada gigi (Lithin, 2008).


23

c. Pencegahan tersier, gigi dengan karies yang sudah dilakukan

pencabutan terhadap rehabilitasi dengan pembuatan gigi palsu.

2.1.7 Penatalaksanaan

Ada beberapa cara untuk mencegah terjadinya karies gigi

(Ramadhan, 2010) antara lain adalah, menyikat gigi dengan pasta

gigi yang mengandung flour, menjaga kebersihan gigi dengan

menyikat gigi dengan benar, fissure sealant atau menutup celah

gigi.

Penatalaksanaan karies gigi antara lain adalah sebagai berikut :

a. Menutup lubang gigi (tambal gigi)

b. Pencabutan gigi

c. Pulp copping atau pemberian kalsium hidrogsida untuk

mempertebal lapisan dentil

d. Endodontic atau perawatan untuk mengatasi dan mengobati

lubang gigi yang mengalami infeksi

2.2 Karakteristik Anak Usia Sekolah

2.2.1 Pengertian Anak Usia Sekolah

Anak pada periode sekolah dasar adalah usia 6-12 tahun,

pertumbuhan anak laki-laki lebih meningkat dari perempuan,

perkembangan motorik lebih sempurna, anak mempunyai

lingkungan lain selain keluarga, membutuhkan aktivitas yang

reguler 4-5 jam/hari, anak banyak mengembangkan kemampuan

interaksi sosial, belajar tentang moral dan budaya dari lingkungan.


24

Peran guru sangat dominan untuk dijadikan model, anak lebih

mandiri, fase ini penting dalam pencapaian perkembangan konsep

diri, keterampilan membaca, menulis dan berhitung (Wong, 2000).

Anak usia sekolah sangat rentan terkena karies gigi karena

mereka memiliki kegemaran untuk makan makanan yang manis,

sedangkan orang tua kurang memperdulikan kebiasaan untuk

menyikat gigi, jika seorang anak tidak mau menggosok gigi maka

sebagai orang tua sebaiknya dapat mengajarkan anaknya untuk

menggosok gigi yang benar terutama saat menjelang tidur malam.

Bila seorang anak tidak terbiasa menggosok gigi maka dari

kebiasaan tersebut dapat menyebabkan anak mengalami karies.

selain itu kebiasaan minum susu menjelang tidur serta kebiasaan

mengulum permen dan makan makanan manis juga dapat menjadi

penyebab terjadinya karies gigi (Supartini, 2004).

Pada usia 6-12 tahun diperlukan perawatan lebih intensive

karena pada usia tersebut terjadi pergantian gigi dan tumbuhnya

gigi baru. Anak memasuki usia sekolah mempunyai resiko

mengalami karies makin tinggi. Banyaknya jajanan di sekolah

dengan jenis makanan dan minuman yang manis, sehingga

mengancam kesehatan gigi anak. Ibu perlu mengawasi pola jajan

anak di sekolah. Jika memungkinkan, anak tidak dibiasakan untuk

jajan di sekolah sama sekali. Misalnya dengan membawa bekal

makanan sendiri dari rumah yang ibu persiapan. Itu akan lebih baik

dari pada anak terlalu sering mengkonsumsi jajanan anak di


25

sekolah yang lebih rentan terhadap masalah kebersihan dan

kandungan gizinya. Kalaupun anak masih ingin jajan di sekolah,

lebih baik diarahkan untuk tidak memilih makanan yang manis.

Makanan manis dengan konsistensi lengket jauh lebih berbahaya,

karena lebih sulit dibersihkan dari permukaan gigi. Makanan yang

lengket akan melekat pada permukaan gigi dan terselip di dalam

celah-celah gigi sehingga merupakan makanan yang paling

merugikan kesehatan gigi. Kerugian ini terjadi akibat proses

metabolisme oleh bakteri yang berlangsung lama sehingga

menurunkan Ph mulut untuk waktu lama (Ramadhan, 2010).

Kurangnya pengetahuan anak mengenai kesehatan gigi

dibanding orang dewasa mempengaruhi mereka dalam menjaga

kabersihan gigi, sedangkan pola makan yang dapat menyebabkan

terjdinya karies gigi yaitu makanan yang mengandung gula

(kariogenik) yang melekat di permukaan gigi. Pola makan makanan

yang mengandung konsentrasi gula melebihi batas mininum, akan

menghasilkan banyak asam. Patogenitas plak atau Streptococcus

mutans merupakan mikroorganisme yang merubah gula menjadi

asam, terjadi pembuatan polisakarida ekstraselullar yang

menyebabkan asam melekat pada permukaan gigi, dan

Streptococcus mutans mengurangi permiabilitas plak sehingga plak

mudah dinetralisir kembali (Irhama, 2012).


26

2.2.2 Tugas-tugas perkembangan anak

Tugas perkembangan adalah tugas keberhasilan yang

muncul pada periode tertentu dalam kehidupan seseorang,

keberhasilan pencapaian tugas perkembangan dimana lalu

membuat seseorang bahagia dan sukses melalui tahap

perkembangan berikutnya. Sedangkan kegagalan akan

menyebabkan kesedihan pada individu, dicela masyarakat dan

kesulitan melalui tugas perkembangan selanjutnya (Wong, 2000).

a) Pembelajaran keterampilan fisik motorik yang diperlukan

untuk permainan sehari-hari.

b) Membangun keutuhan sikap terhadap diri sendiri sebagai

organisme yang sedang tumbuh.

c) Belajar bergaul dan bekerja dalam kelompok sebaya

d) Mempelajari peran sosial sebagai pria dan wanita.

e) Pengembangan keterampilan dasar membaca, menulis, dan

berhitung.

f) Pengembangan konsep-konsep yang perlu dalam kehidupan

sehari-hari.

g) Pengembangan kata hati, moral dan nilai-nilai.

h) Mencapai kemandirian pribadi.

i) Kegemaran dalam makanan manis anak usia sekolah

cenderung memilih makanan yang disukai. Sering kali anak

memilih makanan yang salah terlebih lagi jika tidak dibimbing

oleh orang tuanya. Selain itu anak lebih menghabiskan waktu


27

di luar rumah sehingga anak lebih sering menemukan aneka

jajanan baik yang dijual di sekitar sekolah, lingkungan bermain

ataupun pemberian teman. Sifat makanan yang digemari anak

banyak mengandung karbohidrat, lengket, dan mudah hancur

di dalam mulut seperti permen, cokelat, biskuit, es krim, kue-

kue manis, dan sejenisnya.

2.3 Konsep Makanan Kariogenik

2.3.1 Pengertian makanan kariogenik

Makanan kariogenik adalah makanan manis yang dapat

menyebabkan terjadinya karies gigi. Sifat makanan kariogenik

adalah banyak mengandung karbohidrat, lengket dan mudah hancur

di dalam mulut. Jenis makanan dan minuman yang dapat

menyebabkan karies gigi seperti permen, cokelat, es krim, biskuit,

sirop, es teh manis, jus, susu kemasan. (Tarigan, 2013).

Frekuensi makan dan minum tidak hanya menimbulkan

erosi, tetapi juga kerusakan gigi atau karies gigi. Konsumsi makanan

manis pada waktu senggang jam makan akan lebih berbahaya dari

pada waktu makan utama. Terdapat dua alasan, yaitu kontak gula

dengan plak menjadi diperpanjang dengan makanan manis yang

menghasilkan Ph lebih rendah dan karenanya asam dapat dengan

cepat menyerang gigi. Kedua yaitu adanya gula konsentrasi tinggi

yang normal terkandung dalam makanan manis akan membuat plak

semakin terbentuk serta kebiasaan berlama lama membiarkan


28

makananya di mulut atau mengemut makanan dalam waktu lama

seperti nasi, permen dan makan makanan manis juga dapat menjadi

penyebab terjadinya karies gigi (Ramadhan, 2010).

Indikator makanan kariogenik :

a) Bentuk fisik

Bentuk fisik makanan yang lunak, lengket dan manis yang

mudah menempel pada permukaan gigi dan sela-sela gigi seperti

permen dan cokelat jika dibiarkan akan menghasilkan asam yang

lebih banyak pula sehingga mempertinggi resiko terkena karies

gigi.

b) Jenis

Pada umunya para ahli sependapat bahwa karbohidrat yang

paling erat berhubungan dengan proses karies adalah sukrosa,

karena mempunyai keammpuan yang lebih efisien terhadap

pertumbuhan mikroorganisme asidogenik dibanding karbohidrat

lain. Sukrosa dimetabolisme dengan cepat untuk menghasilkan

zat-zat asam. Sukrosa banyak tergantung pada makanan dan

minuman manis yang dapat menyebabkan karies gigi seperti

permen, cokelat, es, minuman kemasan,roti, biskuit dll.

1) Permen

Kadar gula pada permen tentunya sangatlah tinggi. Selain

itu permen kenyal akan lebih lama menempel pada gigi,

membaur dengan bakteri dan mulut, dan menghasilkan asam

berbahaya. Tidak hanya permen kenyal permen keraspun juga


29

dapat merusak gigi karena lama larut dalam mulut, sehingga

memberi bakteri cukup waktu untuk menyatu dengan gula dan

mengikis gigi.

2) Cokelat

Kadar gula pada cokelat mampu menempel dan lengket

pada permukaan gigi dan didalam makanan coklat terdapat

99.8% sukrosa dengan kadar air 0,01-0,02%, mineral 0,006-

0,3% dan gula invert 0,03-0,2% jika tidak segera

membersihkan gigi maka sisa makanan dari cokelat akan

menyebabkan gigi rusak.

3) Roti dan biskuit

Roti dan biskuit adalah makanan yang menjadi lengket di

gig setelah dikonsumsi. Karena itu, jika tidak lekas dibersihkan

bisa menimbulkan karang gigi. Selain itu dapat memecah diri

menjadi gula dengan cepat. Kemudian bakteri memakan gula

tersebut sehingga menghasilkan asam yang menyebabkan erosi

enamel dan kerusakan gigi.

4) Es

Minuman yang terlalu dingin atau es dapat membuat gigi

menjadi sensitif karena akan membuat gigi menajdi rentan

goyah dan juga dapat merusak lapisan enamel gigi.

5) Minuman kemasan, sirop

Minuman kemasan tidak mengandung gula, namun

menggunakan pemanis buatan untuk menghasilkan rasa manis


30

pada minuman sehingga dapat membahayakan kesehatan gigi

anak.

c) Frekuensi Konsumsi

Mengonsumsi makanan kariogenik dengan frekuensi yang

lebih sering akan meningkatkan kemungkinan terjadinya karies

dibandingkan dengan mengonsumsi dalam jumlah banyak tetapi

dengan frekuensi yang lebih jarang. Padahal anak-anak usia

sekolah dasar mengkonsumsi makanan yang mengandung sukrosa

ini lebih dari 3 kali sehari dari mulai waktu pagi, siang dan malam

hari. Frekuensi makan dan minum tidak hanya menentukan

timbulnya erosi tetapi juga kerusakan karies. Banyaknya intake

gula harian lebih besar korelasinya dibanding dengan frekuensi

makan gula. Hubungan gula dalam makanan dengan karies lebih

besar dari total diet karena makanan ringan lebih sering dimakan

dalam frekuensi tinggi. (Arisman, 2008).

d) Membawa bekal makan yang salah

Kebiasaan anak jajan sering membuat orangtua khawatir

akan kebersihan makanan dan minuman yang dikonsumsi.

Pasalnya tak jarang makanan dan minuman menggunakan bahan-

bahan berbahaya seperti pengawet, pewarna buatan dan

sebagainya. Maka dari itu orangtua suka membekali makanan dari

rumah yang mengandung gizi yang cukup tetapi tak semua

memperhatikan akan kandungan gizi dari makanan sehingga anak


31

suka membawa bekal dari rumah makanan yang mengandung

gula dan asam yang dapat merusak gigi.(Lithin, 2008).

Hal- hal yang dapat meningkatkan karies gigi adalah sebagai

berikut :

1) Komposisi gula yang meningkat akan meningkatkan aktivitas

karies.

2) Kemampuan gula dalam menimbulkan karies akan bertambah

jika dikonsumsi dalam bentuk yang lengket.

3) Aktivitas karies juga meningkat jika jumlah konsumsi makan

makanan yang manis dan lengket ditingkatkan.

4) Aktivitas karies akan menurun jika ada variasi makanan.

5) Karies akan menurun jika menghilangkan kebiasaan makan-

makanan manis yang lengket dari bahan makanan.

2.3.2 Jenis makanan kariogenik

Ada banyak macam makanan yang dijual bebas sebagai

makanan cemilan, akan tetapi ada jenis makanan tertentu yang

dapat menyebabkan karies gigi makanan manis yang banyak

mengandung gula atau sukrosa. Makanan-makanan yang lunak dan

melekat pada gigi amat merusak gigi seperti permen, cokelat, es

krim, biskuit, jus, sirop, susu kemasan(Tarigan, 2013)

Menurut Sumawinata (2011) setelah 10-15 jam makan sisa

makanan di mulut terasa menjadi asam (PH asam) lebih asam dari

cuka. Asam tersebut merusak lapisan email paling luar. Berbagai

kelompok masyarakat dan ilmuwan, khususnya para ahli kesehatan


32

dan gizi berpendapat bahwa manusia akan lebih sehat bila mereka

mengkonsumsi gula lebih sedikit. Diantara kerugian yang paling

banyak disorot dari pemakaian gula pasir dalam makanan bergula

seperti : permen, snack, dan minuman adalah kerusakan atau

pengeroposan gigi, terutama pada anak-anak. Karena dapat

menyebabkan kerusakan atau karies gigi, maka gula digolongkan

sebagai senyawa kariogenik. Disamping itu frekuensi konsumsi

makanan kariogenik juga mempunyai kontribusi terhadap tingkat

kariogenitas makanan. Peningkatan frekuensi konsumsi makanan

kariogenik menyebabkan keberadaan pH yang rendah di dalam

mulut dipertahankan sehingga terjadi peningkatan demineralisasi

dan penurunan remineralisasi. Padahal anak-anak usia sekolah

dasar mengkonsumsi makanan yang mengandung sukrosa ini lebih

dari 3 kali sehari.

Gula adalah istilah umum untuk karbohidrat yang punya

sifat khas misalnya larut dalam air dan manis. Dalam arti sempit

disebut sukrosa akan tetapi dalam arti luas merupakan

monosakarida dan disakarida yakni: glukosa atau gula tebu atau

gula pasir, maltose atau gula gandum, fruktosa atau gula buah bisa

juga terdapat dalam madu, laktosa atau gula susu dan gula inverse

atau campuran 50:50 glukosa dan fruktosa yang diperoleh dari

hidrolisis sukrosa, tingkat kemanisan gula inverse ini 130% lebih

tinggi dibandingkan dengan sukrosa. Didalam makanan coklat

terdapat 99.8% sukrosa dengan kadar air 0,01-0,02%, mineral


33

0,006-0,3% dan gula invert 0,03-0,2%, sedangkan didalam susu

terkandung 62,5% sukrosa dan 4,8% laktosa. Makanan lain yang

sering dimakan adalah es krim dan permen, didalam es krim

terkandung 12-16% sukrosa dan 55-64% susu sedangkan permen

mengandung 65,25% sukrosa (Mahdiyah, 2009).

Menurut Sutrisna dan Rizal (2007) jika tingkat kemanisan

sukrosa diberi angka 100 makan kandungan masing-masing tingkat

kemanisan gula adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1
Tingkat Kemanisan Gula

No Jenis gula Tingkat kemanisan


1. Fruktosa 173
2. Gula inverse 130
3. Sukrosa 100
4. Glukosa 74
5. Maltose 33
6. Laktosa 16

Sumber : (Sutrisna dan Rizal, 2007)

2.4 Hubungan Karies Gigi dengan Makanan Kariogenik

Makanan manis akan dinetralisir setelah 20 menit, maka apabila

setiap 20 menit sekali memakan makanan manis akan mengakibatkan gigi

lebih cepat rusak. Makanan manis lebih baik di makan pada saat jam

makan seperti sarapan, makan siang, makan malam, karena pada waktu

jam makan utama biasanya air ludah yang dihasilkan cukup banyak
34

sehingga dapat membantu membersihkan gula dan bakteri yang menempel

di gigi (Ramadhan, 2010).

Mengkonsumsi makanan kariogenik dengan frekuensi yang lebih

sering akan meningkatkan terjadinya karies dibandingkan dengan

mengkonsumsi dalam jumlah banyak tapi dengan frekuensi yang lebih

jarang. Yang menunjukkan bahwa ada hubungan frekuensi makanan manis

dengan tingkat keparahan karies gigi. Sesuai dengan penelitian Rizki, dkk

(2016) yang menjelaskan bahwa adanya hubungan frekuensi konsumsi

makanan kariogenik, makanan kariogenik juga memiliki peran makanan

terhadap kejadian karies gigi seperti yang diteliti oleh Khusnul, dkk (2013)

dengan hasil adanya faktor yang berhubungan dengan karies gigi anak.

2.5 Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian pada dasarnya dalah kerangka

hubungan antara konsep-konsep yang ingin diamati atau diukur melalui

penelitian-penelitian yang akan dilakukan (Notoatmodjo, 2005).

Kerangka konsep pemikiran pada penelitian ini digambarkan sebagai

berikut :
35

Bagan 2.2

Kerangka Konsep Penelitian

Faktor Presipitasi :
1. Host (Gigi & saliva )
2. Mikroorganisme
3. Substrat
4. Waktu

Faktor Predisposisi : Karies Gigi


1. Pengetahuan
2. Menyikat gigi
3. Makanan kariogenik

Keterangan :
= Variabel yang diteliti

= Variabel yang tidak diteliti

(Sumber:Modifikasi Rasinta Tarigan, 2013 & Srigupta, 2004)

Anda mungkin juga menyukai