Anda di halaman 1dari 42

KARIES GIGI PADA PASIEN ANAK

KARYA TULIS ILMIAH


Diajukan untuk memenuhi tugas dan
melengkapi Syarat Kenaikan pangkat Pegawai
Negeri Sipil

drg. SHINTA PRAMUDYA ROSANTI


NIP : 19750704 200701 2016

PUSKESMAS KEJAYAN
DINAS KESEHATAN KABUPATEN PASURUAN
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga peneliti
mampu menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “KARIES GIGI PADA ANAK”
sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu
syarat dalam menyelesaikan kenaikan pangkat bagi Pegawai Negeri Sipil.

Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis telah banyak mendapat
bimbingan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu penulis mengucapkan terima kasih kepada
yang terhormat Kepala Puskesmas Kejayan dr. Halifah Wijaksari Akbar Yanti yang telah
memberikan waktu dan kesempatan dilakukannya pembuatan Karya Tulis Ilmiah, Teman-
teman sejawat Dokter di Puskesmas Kejayan yang telah memberi saran dan motivasi. Tak
lupa teman- teman staf Puskesmas Kejayan yang penulis cintai peneliti serta telah
meluangkan waktu, pikiran dan tenaga hingga terselesaikannya Karya Tulis Ilmiah ini.
Tak lupa Trimakasih sebesar – besarnya penulis ucapkan untuk kedua orang tua, suami
dan anak – anak yang selalu memberikan semangat dan dukungan selama menjadi
Pegawai Negeri Sipil.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari
sempurna, untuk itu kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat diharapkan
demi kesempurnaan penulis di masa yang akan datang.

Pasuruan, 20 Juni 2020

Penulis

LEMBAR PENGESAHAN
KARYA TULIS
KARIES GIGI PADA PASIEN ANAK
Oleh:
drg. SHINTA PRAMUDYA ROSANTI
NIP : 19750704 200701 2016

Kepala Puskesmas Penulis

drg. Endang Zulmaliana drg. SHINTA PRAMUDYA ROSANTI


NIP. 196703261993032008 NIP : 19750704 200701 2016

TIM PENILAI
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG

Gigi merupakan satu kesatuan dengan anggota tubuh kita yang lain. Kerusakan pada

gigi dapat mempengaruhi kesehatan anggota tubuh lainnya, sehingga akan mengganggu

aktivitas sehari-hari. Salah satu faktor yang dapat merusak gigi adalah makanan dan

minuman, yang mana ada yang menyehatkan gigi dan ada pula yang merusak gigi. Selain

dari makanan, hal yang menjadi faktor yang dapat merusak gigi adalah kebiasaan buruk

yang dapat saja terjadi. Upaya kesehatan gigi perlu ditinjau dari aspek lingkungan,

pengetahuan, pendidikan, kesadaran masyarakat dan penanganan kesehatan gigi termasuk

pencegahan dan perawatan. Namun sebagian besar orang mengabaikan kondisi kesehatan

gigi secara keseluruhan. Perawatan gigi dianggap tidak terlalu penting, padahal manfaatnya

sangat vital dalam menunjang kesehatan dan penampilan 1.

Karies gigi dan gangguan gigi berlubang merupakan gangguan kesehatan gigi yang

paling umum dan banyak dijumpai pada penduduk dunia, terutama pada anak. Menurut

hasil penelitian kesehatan nasional dan nilai gizi, berdasarkan data terbaru pada tahun

1999-2004, masalah karies gigi pada anak ini mulai memburuk, karena terus terjadi

peningkatan secara signifikan. Sebanyak 42% dari anak-anak yang berusia 2-11 tahun

memiliki karies gigi pada gigi susu mereka. Di Indonesia karies gigi menduduki peringkat

ke-6 dari 10 peringkat penyakit terbanyak yang diderita masyarakat. Di Jawa Tengah sendiri

prevalensi karies gigi mencapai kisaran 60-80% dari populasi 2.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2003 menyatakan angka kejadian

karies pada anak masih sebesar 60-90%. Survey yang dilakukan oleh Departemen

Kesehatan Republik Indonesia pada pelita III dan IV menunjukkan prevalensi penduduk

Indonesia yang menderita karies gigi sebesar 80%, dimana 90% diantaranya adalah golongan

anak. Menurut Antara News sebagaimana dikutip oleh Maulani dan Jubilee, (2005) jumlah

anak di Indonesia mencapai 30 % dari 250 juta penduduk Indonesia, sehingga diperkirakan

anak yang mengalami kerusakan gigi mencapai 75 juta lebih. Jumlah itu sangat mungkin
bertambah terus, karena pada Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Nasional pada tahun

1990 hanya 70 % tetapi pada tahun 2003 mencapai 90%. di Jawa Timur tahun 2009 yang

menunjukkan bahwa 4 dari 5 gigi pada anak usia sekolah akan mengalami karies yang terjadi

di permukaan oklusal dan 71% dari 380 gigi dengan cela dan lekuk gigi yang dalamakan

menjadi karies dalam waktu 40 bulan 3.

Proses karies gigi dimulai dengan adanya plak atau bercak di permukaan gigi, sukrosa

atau gula dari sisa makanan dan bakteri yang menempel pada berproses waktu tertentu,

berubah menjadi asam laktat yang akan menurunkan pH mulut menjadi kritis di angka 5,5 yang

menyebabkan demineralisasi email, berlanjut menjadi karies gigi. Pada awalnya, lesi karies

akan berwarna putih akibat dekalsifikasi, dan berkembang menjadi lubang berwarna coklat

atau hitam yang mengikis gigi 4.

Pemilihan pola makan yang salah dan pengaruh gaya hidup modern juga dapat

menyebabkan timbulnya karies gigi pada anak. Karbohidrat seperti sukrosa yang dapat

menyebabkan terjadinya karies gigi dikenal dengan sebutan makanan kariogenik. Pada

umumnya anak usia tersebut mempunyai kebiasaan mengkonsumsi makanan yang manis

atau yang mengandung gula murni seperti permen, cokelat, dan roti donat. Konsumsi

karbohidrat yang mudah terfermentasi, terutama sukrosa yang berlebihan mempunyai efek

pada kekuatan gigi seseorang 5.

Solusi dari peneliti agar anak terhindar dari karies gigi adalah, anak harus melakukan

tindakan pembersihan gigi sedini mungkin dengan cara sikat gigi paling sedikit 2 kali

sehari setelah makan, malam sebelum tidur. Cara sikat gigi yang benar adalah,

menggunakan pasta gigi secukupnya , gunakan tekhnik memutar dari gigi yang paling

depan dan posisikan sikat 45 derajat, gunakan waktu kurang lebih 15 detik untuk setiap gigi

,ganti sikat gigi dalam jangka waktu tertentu dan gunakan bulu sikat gigi yang lembut.
1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang

“ Prilaku Tentang Edukasi pada Orang Tua Tentang Karies Gigi Pada Pasien Anak yang

datang di Puskesmas Kejayan Melalui Poster ”

1.3 Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan antara pengetahuan orang tua terhadap kasus karies

gigi pada anak

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui kebiasaan makan pada anak dengan kejadian karies gigi

pada pasien anak.

b. Menganalisis hubungan kebiasaan mengkonsumsi makanan pada anak

dengan kejadian karies gigi.

c. Mengetahui kebiasaan menggosok gigi pada anak dengan kejadian

karies gigi.

d. Menganalisis hubungan kebiasaan menggosok gigi pada anak dengan

kejadian karies gigi.

e. Mengukur pengetahuan ibu dengan kejadian karies gigi pada anak.

f. Menganalisis hubungan pengetahuan ibu dengan kejadian karies gigi

pada anak.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Instansi Kesehatan

Penelitian ini diharapkan mampu menjadi acuan untuk meningkatkan program

pelayanan kesehatan gigi yang lebih baik dan memaksimalkan fungsi usaha

kesehatan gigi sekolah.


1.4.2 Bagi masyarakat

Diharapkan penelitian ini dapat menjadi perhatian penting bagi masyarakat,

terutama bagi para orang tua khususnya bagi para ibu dalam memberikan

jenis makanan yang dikonsumsi oleh anaknya dan mengajarkan cara

menggosok gigi yang baik dan benar pada anak.

1.4.3 Bagi Peneliti Lain

Penelitian ini dapat dijadikan sumber data yang bermanfaat bagi peneliti

selanjutnya, sehingga semakin memperkaya ilmu pengetahuan tentang

kesehatan gigi dan perawatan gigi pada anak.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Karies Gigi

2.1.1 Definisi Karies Gigi

Karies merupakan penyakit yang terjadi pada email dentil dan sementum gigi,

yang disebabkan oleh aktifitas kimiawi yaitu karbohidrat yang menjadi ragi. Ditandai

dengan demineralisasi jaringan keras dan diikuti kerusakan zat organiknya 6.

Karies adalah kerusakan pada jaringan gigi yang dimulai dari email gigi hingga

menjalar ke dentin (tulang gigi) 7.

Karies gigi disebabkan oleh plak yang menyumbat sehingga menyebabkan gigi

berlubang diantaranya karena sisa makanan manis dan lengket, kuman yang berasal dari

plak tersebut menyebabkan suasana asam pada mulut sehingga email larut dalam asam

yang mengakibatkan gigi berlubang. Makanan yang menyebabkan antara lain, makanan

manis seperti coklat, permen dan ice cream; makanan yang lengket seperti dodol dan selai;

makanan yang tidak merusak gigi antara lain: buah-buahan, sayur-sayuran dan kacang-

kacangan 8.

Tanda awal karies gigi adalah daerah permukaan gigi yang nampak berkapur

berwarna coklat dan membentuk lubang. Jika keadaan sebelum daerah permukaan gigi

menjadi coklat dan membentuk lubang keadaan bias kembali ke asal (Reversibel),

namun ketika daerah permukaan gigi sudah menjadi coklat dan membentuk lubang

maka struktur gigi sudah rusak dan tidak dapat di regenerasi 8.

2.1.2 Klasifikasi Karies Gigi 8

Terjadinya karies berdasarkan pola klinis terbagi menjadi 3 golongan, yaitu;

1. Morfologi

a. Karies pist dan flussure terbentuk dipermukaan oklusal molar dan premolar,

permukaan bukal lingual molar dan permukaan lingual insisivus maksila. Pist flussure

yang berdiding tinggi dan terjal serta berdasar sempit paling rentan terhadap karies.
Pist dan fissure kadang dianggap kelainan perkembangan, terutama karena email tempat

yang dalam sangat tipis, bahkan terkadang tidak ada sehingga dentin terpapar. Pist dan

fissure pada proses awal karies tampak coklat dan hiam, terasa agak lembut. Email

yang berbatasang dengan pist dan fissure seperti opak putih kebiruan karena proses yang

terjadi di bawahnya. Proses ini terjadi melalui penyebaran lateral karies pada batasan

dentin dan email, sehingga terbentuk lubang besar dibawah email.

b. Karies permukaan halus timbul pada permukaan proksimal gigi dan sepertiga

permukaan bukal dan lingual. Karies ini timbul tepat dibawah titik kontak dan awal dari

perbentukan plak kemudian tampak opaksitas putih samar pada email tanpa diskuntinitas

permukaan email. Tempat putih kapur ini kemudian menjadi agak besar karena

dekalsifikasi superfisial. Dengan penetrasi karies ke email, email di sekitar lesi menjadi

putih kebiruan. Karies yang cepat menyebar pada umumnya mempunyai tempat penetrasi

kecil, sedangkan yang lambat biasanya membentuk lubang terbuka yang dangkal.

c. Karies servikal terdapat pada permukaan bukal, lingual atau labial. Lesi karies servikal

berbentuk bulan sabit, bermula sebagai daerah putih agak

kasar yang kemudian berlubang. Karies ini hamper berupa lubang terbuka dan tidak

menunukkan titik penetrasi sempit seperti pada karies pist dan fissure. Karies ini tidak

memiliki predileksi pada gigi tertentu, penting pada proses perkembangan karies di

email adalah perembesan asam ke dalam substansinya. Secara klinis tahapan

tersebut terbagi menjadi beberapa fase, yaitu lesi dini, remineralisasi dan kavitasi.

Lesi karies email lincar terbentuk kerucut dengan puncak dipermukaan luar pada

daerah pist dan fissure. Perubahan awal disebabkan karena difusi asam ke dalam

jaringan. Sekaligus email telah dipenetrasi oleh bakteri, maka dentin akan terbuka

bagi serangan secara langsung.

1. Berdasarkan Dinamika

a. Karies email insipient adalah timbulnya area dekalsifikasi dibawah plak gigi yang

mirip dengan permukaan kapur yang licin.


b. Karies rampan adalah kerusakan beberapa gigi secara cepat dan sering melibatkan

permukaan gigi yang biasanya bebas karies. Dijumpai pada gigi susu bayi yang selalu

menghisap dot bergula, juga dijumpai pada remaja yang sering makan udapan

karsiogenik dan minuman manis serta pada penyakit xerostamia.

c. Karies terhenti adalah suatu lesi yang tidak berkembang. Dapat dijumpai jika suatu

lingkungan oral berubah dari yang memungkinkan timbul karies menjadi keadaan

yang cenderung menghentikan karies.

2. Berdasarkan Keparahan

a. Karies ringan apabila terkena pada daerah yang sangat rentan misalnya permukaan

oklusal gigi molar permanen.

b. Karies sedang apabila yang terkena pada permukaan oklusal dan proksimal

gigi posterior.

c. Karies berat apabila yang terkena gigi anterior, termasuk daerah yang biasanya

bebas karies gigi.

2.1.2 Penyebab Karies Gigi8

Munculnya karies gigi disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya :

1. Bakteri

a. Lactobacillus

Dipengaruhi oleh kebiasaan makan sehari-hari. Tempat yang paling disukai adalah lesi

dentin yang dalam. Jumlahnya banyak ditemukan pada plak dan dentin berkaries, hanya

saja lactobacillus sebagai faktor pembantu proses karies.

b. Streptococcus

Bakteri kokum gram positif adalah penyebab utama karies dengan jumlah terbanyak

didalam mulut. Salah satu spesiesnya adalah streptococcus mutans, jenis ini lebih

asidurik dibandingkan yang lain dan menurut pH medium sehingga 4,3. Streptococcus

mutans terdapat pada popolasi yang banyak mengkonsumsi sukrosa.


c. Aktinomises

Semua spesies aktinomises menfermentasisa glokosa, terutama membentuk asam

laktat, asetat, suksinat, dan asam format. Actinomyce viscosus dan A.Naeslundi mampu

membentuk karies akar, fissure, dan merusak periodontonium.

2. Kerentangan permukaan gigi (host)

a. Morfologi gigi

Gigi yang sudah terjadi plak sangat mukin terjadi karies. Daerah itu antara lain: 1) Pist dan

fissure permukaan oklusal molar dan premolar, pist bukan moral dan pist palatal

invisivus. 2) Permukaan halus daerah aproksimal sedikit dibawah titik kontak. 3) Tepi

leher gigi sedikit diatas tepi gingival. 4) Permukaan akar yang terbuka pada pasien resesi

gingival karena penyakit periodontium. 5) Tepi tumpahan/ tambalan, terutama yang

kurang. 6) permukaan gigi dekat gigi tiruan atau jembatan. Gambaran morfologi yang

sering dianggap penyebab karies adalah fissure oklusal yang sempit dan dalam, lekukan

pipi atau lidah. Fissure tersebut cenderung menjadi perangkap untuk makanan dan

bakteri, terutama pada dasar fissure.

b. Lingkungan gigi

Secara normal gigi selalu dibasahi oleh saliva. Isi dan umlah saliva, derajat keasaman,

kekentalan dan kemampuan buffer berpengaruh pada karies. Saliva mempengaruhi Ph dan

komposisi mikroorganisme dalam plak. Jika terjadi perubahan jumlah dan susunan saliva

(pada pasien radiasi, aplasia kelenjar saliva dan xerostomia) maka kemungkinan terjadinya

karies meningkat. Kekentalan pada saliva diduga berpengaruh pada terjadinya karies,

karena bila saliva banyak dan encer karies lebih relative arang terjadi.

c. Posisi gigi

Gigi malilingnet, posisi keluar, rotasi atau situasi tidak normal lainnya menyebabkan

kesulitan untuk pembersihan dan cenderung membuat makan dan debris

terakumulasi.

2.1.3 Pencegahan Karies Gigi9


Pencegahan karies gigi bertujuan untuk memperbaiki kualitas hidup yang

lebih baik dengan memperpanjang masa dan juga fungsi gigi didalam mulut untuk bisa

lebih maksimal. Menurut Sariningsih (2012) usaha pencegahan karies gigi umumnya dapat

digolongkan dalam 3 tingkatan, yaitu:

1. Pencegahan primer, yaitu tindakan-tindakan yang dilakukan agar kecelakaan tidak

terjadi. Suatu bentuk prosedur pencegahan yang dilakukan sebelum gejala klinik dari

suatu penyakit timbul dengan kata lain pencegahan sebelum terjadinya penyakit.

Tindakan pencegahan primer ini meluputi :

a. Modifikasi kebiasaan anak

Bertujuan untuk merubah kabiasaan anak yang salah mengenai kesehatan gigi

dan mulutnya sehingga dapat mendukung prosedur pemeliharaan dan

pencegahan karies.

Pendidikan kesehatan gigi mengenai kebersihan mulut, diet dan konsumsi gula

dan kunjungan berkala ke dokter gigi lebih ditekankan pada anak yang beresiko

karies tinggi.

Kebersihan Mulut dengan penyikatan gigi, flossing dan professional

propilaksis disadari sebagai komponen dasar dalam menjaga kebersihan mulut.

Keterampilan penyikatan gigi harus diajarkan dan ditekankan pada anak di segala

umur.

Diet dan konsumsi gula merupakan tindakan pencegahan pada karies tinggi

lebih menekankan pada pengurangan konsumsi dan pengendalian frekuensi

asupan gula yang tinggi. Hal ini dapat dilaksanakan dengan cara nasehat diet dan

bahan pengganti gula. Cara untuk mengatasi diet sehat pada anak yaitu 10:

1) Tidak membiasakan memberikan makanan atau minuman yang

mengandung gula sebagai hadiah kepada anak.

2) Cemilan manis dapat diganti dengan memberikan cemilan berupa buah-

buahan atau sayuran.

3) Sehabis makan makanan manis anak dibiasakan berkumur dengan air


putih.

4) Tidak memberikan makanan atau minuman manis diluar jam makan,

biasakan untuk memberi air putih matang terutama saat anak hendak tidur.

Pemeriksaan rutin 3-6 bulan sekali sangat berguna terutama dalam memonitor

pertumbuhan dan perkembangan gigi anak serta mendeteksi dengan

didi kelainan gigi pada anak.

b. Perlindungan terhadap Gigi

Perlindungan terhadap gigi dapat dilakukan dengan cara penggunaan flour dan

khlorheksidin. Fluor telah digunakan secara luas untuk mencegah karies.

Penggunaan flour dapat dilakukan dengan fluoridasi air minu, pasta gigi dan obat

kumur mengandung fluor, pemberian tablet fluor, topical varnish.

Klorheksidin merupakan anti mikroba yang digunakan sebagai obat kumur, pasta

gigi, permen karet, varnish dan dalam bentuk gel. Silen harus ditempatkan secara

selektif pada pasien yang beresiko karies tinggi. Prioritas tertinggi diberikan

pada molar pertama permanen diantara usia 6-8 tahun, molar kedua permanen di

antara usia 11-12 tahun, prioritas juga dapat diberikan pada gigi premolar

permanen dan molar susu.

2. Pencegahan sekunder, yaitu tindakan-tindakan yang dilakukan untuk mencegah atau

mengurangi terjadinya kesakitan bila kecelakaan tersebut sudah tak dapat

dihindarkan lagi. Melakukan pencegahan dengan :

a. Penambalan gigi, kerusakan gigi biasanya dihentikan dengan membuang bagian

gigi yang rusak dan diganti dengan tambalan gigi. Jenis tambalan gigi yang

biasa digunakan tergantung pada lokasi dan fungsi gigi. Geraham dengan

tugas mengunyah memerlukan bahan yang lebih kuat dibandingkan dengan gigi

depan. Perak amalgam digunakan pada gigi belakang. Tambalan pada gigi

depan dibuat tidak terlihat, silikat sejenis semen porselen yang mirip dengan

email. Resin komposit adalah bahan yang sering digunakan pada gigi depan

dan belakang bila lubangnya kecil dan merupakan bahan yang warnanya
sama dengan warna gigi. Jika saraf gigi telah rusak dan tidak dapat diperbaiki

maka gigi perlu dicabut.

b. Dental sealant, perawatan untuk mencegah gigi berlubang dengan menutupi

permukaan gigi dengan suatu bahan. Dental sealant dilakukan pada

permukaan kunyah gigi premolar dan molar. Gigi dicuci dan dikeringkan

kemudian memberi pelapis pada gigi.

3. Pencegahan tersier, yaitu tindakan-tindakan yang dilakukan untuk

mengurangi efek jangka panjang yang merugikan dari kecelakaan yang sudah

terjadi. Pencegahan tersier dilakukan dengan cara perawatan pulpa (akar gigi)

atau melakukan pencabutan gigi 11.

2.1.4 Perawatan Karies Gigi

Penurunan kesehatan anak akan mengakibatkan penurunan system imunitas yang

dapat meningkatkan system perusakan oleh bakteri dan dapat meningkatkan resiko

terjadinya karies anak. Tanda awal berkembangnya resiko karies meliputi

bertambahnya plak pada gigi dengan jumlah yang sangat tinggi 12.

Tindakan awal untuk perawatan karies gigi sebaiknya melakukan penambalan

lubang kecil pada gigi. Gigi yang tidak segera ditambal proses bertambah besarnya

lubang pada gigi akan terus berlangsung. Lubang-lubang tidak dapat menutup sendiri

secara alamiah, tetapi perlu dilakukan penambalan oleh dokter gigi 12.

Selain tindakan awal harus diterapkan juga cara pemeliharaan kesehatan gigi dan

mulut serta rasa tanggung jawab akan kebersihan dirinya sendiri. Beberapa teknik yang

harus diperhatikan dalam pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut pada anak usia sekolah

adalah (Farida, 2010) :

a. Penyikatan gigi dan pemakaian pasta gigi sudah sepenuhnya dilakukan oleh anak.

Waktu menyikat gigi sebaiknya dilakukan teratur minimal 2 kali sehari yaitu pagi

hari setelah sarapan dan sebelum tidur malam. Pemberian disclosing solution dapat

dilakukan agar anak dapat melihat bagian-bagian yang kotor pada gigi. Adapun

teknik penyikatan gigi yang dapat diterapkan pada anak usia sekolah ini adalah
teknik roll. Bantuan orang tua dibutuhkan apabila anak mendapatkan kesulitan saat

melakukan penyikatan pada posisi gigi yang sulit, missal bagian bukal rahang atas dan

rahang bawah. Pada keadaan ini hendaknya orang tua tetap memandu anak.

Setelah selesai menyikat gigi hendaknya orang tua melakukan pemeriksaan kembali

apakah sudah bersih.

b. Pemakaian flossing pada gigi-gigi dengan kontak yang sangat rapat. Orang tua perlu

mengajarkan cara penggunaan flossing, agar tidak terjadi luka/ trauma pada gusi.

c. Pemberian sediaan flour melalui aplikasi flour dan obat kumur sudah dapat

dilakukan bagi anak-anak yang telah memiliki kemampuan menelan yang baik.

Sediaan flour sangat dianjurkan bagi anak-anak dengan maloklusi, dimana

kelompok tersebut memiliki resiko karies tinggi.

d. Memperkenalkan pemberian kemoterapeutik. Sediaan yang dapat diberikan

adalah chlorhexidine. Diberikan bagi anak-anak dengan resiko karies dan penyakit

periodontal tinggi. Anak-anak yang termasuk di dalam kelompok ini adalah

penderita penyakit sistemik dan dengan maloklusi (mikroorganisme penyebab karies

gigi) yang berat.

e. Prosedur atau langkah-langkah menggosok gigi yang salah pada dasarnya

mempengaruhi kebersihan gigi seseorang, terutama pada anak usia sekolah.

Harus diterapkan secara benar prosedur menggosok gigi, langkah-langkahnya

sebagai berikut :

1) Sikat gigi dan gusi dengan posisi kepala sikat membentuk sudut 45 derajat di

daerah perbatasan antara gigi dengan gusi

2) Gerakan sikat dengan lembut dan memutar. Sikat bagian luar permukaan

setiap gigi atas dan bawah dengan posisi bulu sikat 45 derajat berlawanan

dengan garis gusi agar sisa makanan yang mungkin masih menyelip dapat

dibersihkan.

3) Gunakan gerakan yang sama untuk menyikat bagian dalam permukaan gigi.

4) Gosok semua bagian permukaan gigi yang digunakan untuk mengunyah.


Gunakan hanya ujung bulu sikat gigi untuk membersihkan gigi dengan
tekanan ringan sehingga bulu sikat tidak membengkok. Biarkan bulu sikat

membersihkan celah-celah gigi. Rubah posisi sikat gigi sesering mungkin.

5) Untuk membersihkan gigi depan bagian dalam, gosok gigi dengan posisi

tegak dan gerakkan perlahan ke atas dan bawah melewati garis gusi.

6) Sikat lidah untuk menyingkirkan bakteri dan agar napas lebih segar.

7) Pilihlah sikat gigi dengan bulu sikat yang lembut karena yang keras dapat

membuat gusi terluka dan menimbulkan abrasi pada gigi, yaitu penipisan

struktur gigi terutama di sekitar garis gusi. Abrasi dapat membuat bakteri

dan asam menghabiskan gigi karena lapisan keras pelindung enamel gigi telah

terkikis.

8) Ganti sikat gigi jika bulu sikat sudah rusak dan simpan di tempat yang kering

sehingga dapat mongering setelah dipakai.

9) Jangan pernah meminjamkan sikat gigi kepada orang lain karena sikat gigi

mengandung bakteri yang dapat berpindah dari orang yang satu ke yang lain

meski sikat sudah dibersihkan.

10) Gunakan sikat gigi elektrik untuk anak-anak agar lebih mudah digunakan.

Sikat gigi jenis ini sebenarnya dapat membersihkan lebih baik daripada sikat

gigi manual, namun sebaliknya konsultasikan terlebih dulu soal

penggunaannya dengan dokter gigi.

2.1.5 Kejadian Karies Gigi pada Anak Sekolah Dasar

Hampir 90% anak-anak usia sekolah di seluruh dunia menderita karies gigi

(Menurut Bagramian dkk, 2009 dalam Gayatri, 2016). Karies merupakan penyakit yang

banyak menyerang anak-anak, sehingga periode pada anak-anak perlu mendapat

perhatian khusus, terutama umur 6 sampai 9 tahun dimana umur 6 tahun gigi molar

permanen sudah mulai tumbuh sehingga lebih rentan terlebih dahulu terkena karies.

Umur 9 tahun merupakan periode gigi bercampur dimana jumlah gigi permanen dan gigi
sulung dalam rongga mulut hampir sama yaitu 14 gigi permanen dan 10 gigi sulung.

Gigi molar satu mandibular merupakan gigi tetap yang pertama erupsi pada

umur sekitar 6-7 tahun, sehingga menjadi gigi yang paling beresiko terkena karies, dapat

berakibat pencabutan, yang menimbulkan resiko baru seperti perubahan posisi gigi,

memengaruhi oklusi, sendi rahang, dan proses mastikasi yang berdampak pada

penyerapan nutrisi makanan. Ada baiknya kita meningkatkan pengetahuan masyarakat

khususnya anak-anak untuk lebih sadar memelihara kesehatan gigi dan mulutnya sejak dini
13
.

Kejadian karies gigi pada anak sekolah dasar yang juga dijelaskan dalam

penelitian Gayatri (2016) bahwa prevalensi karies gigi anak sekolah dasar Kauman 2 dan

Percobaan 2 Malang adalah tinggi, hal ini dibuktikan dengan hasil nilai indeks DMF-T

menunjukkan nilai 5,75 yang mana menurut WHO (2003) dikatakan tinggi sebab ada

dalam rentang nilai 4,5 – 6,5. Penyakit ini merupakan penyakit kronis dengan prevalensi

yang cukup tinggi pada anak usia sekolah dasar (6-11 tahun)14.

Salah satu faktor resiko karies adalah tingkat kebersihan mulut yang buruk.

Buruknya kebersihan mulut salah satunya disebabkan karena perilaku menjaga

kebersihan mulutnya kurang. Anak usia antara 6-12 tahun atau anak usia sekolah masih

kurang mengetahui dan memelihara kebersihan gigi dan mulut. Selain itu, anak-anak

umumnya senang makan makanan manis dan jarang membersihkannya, sehingga gigi

geliginya banyak yang mengalami karies. Sama halnya dengan anak sekolah dasar di Kota

Malang yang juga diperkirakan bahwa salah satu resiko tingginya angka DMF-T karena

kebersihan mulut yang kurang akibat perilaku menjaga kebersihan mulut yang tidak

sesuai14.

2.1.6 Indikator Penilaian Karies Gigi

Untuk mengukur derajat keparahan penyakit gigi dan mulut masyarakat

diperlukan indikator dan standart penilaian. Indeks DMF-T adalah indeks untuk

menilai status kesehatan gigi dan mulut dalam hal karies gigi permanen. Sedangkan untuk

gigi sulung menggunakan indeks def-t.


Indeks def-t adalah jumlah gigi sulung yang mengalami karies dengan

menghitung :

a. d (decay) yaitu jumlah gigi karies yang masih dapat ditambal

b. e (exfoliated) yaitu jumlah gigi susu yang telah/ harus (indikasi) dicabut karena karies

c. f (filling) yaitu jumlah gigi yang telah ditambal

Indeks def − t = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑑𝑒𝑓

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑖𝑘𝑠𝑎

Perhitungan indeks DMF-T dilakukan dengan cara memberikan kode pada

masing-masing elemen gigi sesuai dengan hasil pemeriksaan. Beberapa hal yang perlu

diperhatikan kode DMF-T yaitu :

a. Kode D (Decay) untuk gigi berlubang

b. Kode M (Missing) untuk gigi yang telah dicabut atau gigi tinggal sisa akar

c. Kode F (Filling) untuk gigi yang sudah diumpat atau ditambal

Indeks DMF − T = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝐷𝑀𝐹

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑖𝑘𝑠𝑎

Pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan kaca mulut dan sonde. Kaca mulut

digunakan untuk menarik sudut mulut agar pandangan ke dalam rongga mulut lebih jelas,

sedangkan sonde berfungsi untuk memastikan gigi yang terkena karies, gigi dengan indikasi

ekstraksi, dan gigi yang ditumpat. Pemeriksaan gigi dilakukan dari region I (kanan atas), dan

diteruskan ke region II (kiri atas) kemudia region III (kiri bawah) dan region IV (kanan

bawah). Setiap gigi yang memiliki kavitas, restorasi dan hilang karena karies dicatat.

Penjumlahan dari komponen DMF merupakan nilai DMF-T (Alhamda, 2011) 15. Tujuan

dari indeks DMF-T adalah untuk menentukan jumlah total pengalaman karies gigi pada masa

lalu dan sekarang. Pantauli dan Hamada dalam Marwani (2017) 16


mengemukakan beberapa
hal yang perlu diperhatikan dalam indeks DMF-T, yaitu :

a. Semua gigi yang karies dimasukkan ke dalam kategori D

b. Karies sekunder pada gigi dengan tumpatan permanen dimasukkan ke dalam

kategori D

c. Gigi dengan tumpatan sementara dimasukkan ke dalam kategori D

d. Semua gigi yang hilang atau dicabut karena karies dimasukkan kedalam kategoriM

e. Gigi yang hilang akibat penyakit periodontal, dicabut untuk kebutuhan perawatan

ortodonti tidak dimasukkan ke dalam kategori M

f. Pencabutan normal selama masa pergantian gigi geligi tidak dimasukkan dalam

kategori M

g. Semua gigi dengan tumpatan permanen dimasukkan dalam kategori F

h. Gigi yang sedang dalam perawatan saluran akar dimasukkan dalam kategori F Dasar

untuk penjumlahan DMF-T adalah 32 gigi yaitu seluruh gigi permanen

termasuk gigi molar ketiga (wisdom teeth). Fissure sealent, gigi tiruan cekat, jembatan,

mahkota atau veneer/implant tidak dimasukkan ke dalam penjumlahan indeks DMF- T

(World Health Organization, 2013). Kemudian World Health Organization (WHO)

membagi menjadi 5 kategori dalam perhitungan DMF-T dan def-t berupa derajat

interval yang digunakan untuk menunjukkan seberapa parah karies gigi, antara lain :

Tabel 2.1. Kategori DMF-T dan def-t Menurut WHO


Tingkat Keparahan Nilai DMF-T
Sangat Rendah 0,0 – 1,0
Rendah 1,2 – 2,6
Sedang 2,7 – 4,4
Tinggi 4,5 – 6,5
Sangat Tinggi >6,6
Sumber: Pontonuwu, dkk. (2013)

2.2 Anak Usia Sekolah 16

2.2.1 Defini Anak Usia Sekolah

Usia sekolah adalah rentang usia 6 sampai dengan mendekati usia 12 tahun,
dimana bersamaan dengan dimulainya anak masuk ke lingkungan sekolah (Wilson, 2008

dalam Fitriani 2014). Menurut Christiana Hari Soetjiningsih (2014) anak usia sekolah

digolongkan dalam masa kanak-kanak akhir yang dimulai dari usia 6 tahun sampai kira-

kira usia 12 tahun atau sampai tiba saatnya individu menjadi matang secara seksual.

Selama setahun atau dua tahun terakhir dari masa kanak-kanak terjadi perubahan fisik

yang menonjol dan hal ini dapat mengakibatkan perubahan dalam sikap, nilai-nilai dan

perilaku. Menjelang berakhirnya periode ini anak mempersiapkan diri secara fisik dan

psikologis untuk memasuki masa remaja. Digolongkannya usia ini sebagai anak usia

sekolah karena anak sudah memasuki dunia sekolah yang lebih serius, walaupun

pembelajaran di sekolah tetap disesuaikan dengan dunia anak-anak yang khas. Masa ini

juga ditandai dengan perubahan dalam kemampuan dan perilaku, yang membuat anak

lebih mampu dan siap untuk belajar dibandingkan dengan sebelumnya.

2.2.2 Perkembangan Anak Usia Sekolah 16

Perkembangan adalah perubahan bentuk yang dimulai saat konsepsi dan terus

berlanjut sepanjang satu masa kehidupan. Perubahan biologis, kognitif, dan

sosioemosional merupakan bentuk dari perkembangan yang terjadi selama masa

kehidupan individu. Perkembangan berkaitan dengan perubahan kualitas yaitu terjadinya

peningkatan kapasitas seseorang untuk berfungsi yang dicapai melalui proses

pertumbuhan, pematangan dan pembelajaran.

Kecepatan perkembangan dan pertumbuhan secara fisik pada anak usia

sekolah awal bersifat perlahan dan konsisten sebelum terjadinya lonjakan pertumbuhan

pada usia remaja. Anak usia sekolah tampak lebih langsing dibandingkan anak usia pra

sekolah karena perubahan distribusi dan ketebalan lemak. Banyak anak yang

mengalami peningkatan berat badan dua kali lipat dan sebagian besar anak perempuan

mendahului anak laki-laki dalam pertambahan tinggi dan berat badan pada akhir usia

sekolah 17.

Perkembangan secara kognitif berupa perubahan kognitif yang memberikan

kemampuan untuk berpikir secara logis tentang waktu dan lokasi dan untuk memahami
hubungan antara benda dan pikiran. Anak telah dapat membayangkan suatu peristiwa

tanpa harus mengalaminya terlebih dahulu. Pikiran anak tidak lagi didominasi oleh

persepsi sehingga kemampuan mereka untuk memahami dunia sangat meningkat 17.

Anak usia sekolah mulai mengarahkan energy untuk meningkatkan pengetahuan dari

kemampusn yang ada. Anak mulai ingin bekerja untuk menghasilkan sesuatu dengan

mengembangkan kreativitas, keterampilan dan keterlibatan dalam pekerjaan yang berguna

secara social 18.

Perkembangan anak yang berkembang bersamaan dengan bertumbuhnya usia

tentunya memiliki resiko terhadap terjadinya masalah kesehatan pada anak. Sama

halnya dengan yang dialami anak usia sekolah, masalah kesehatan yang sering muncul

pada periode ini adalah masalah gigi. Masalah lain yang muncul adalah kecelakaan dan

cedera berkaitan dengan aktivitas anak, masalah nutrisi, seksualitas, hingga penggunaan

rokok, alkohol dan obat 18.

2.2.3 Pertumbuhan Gigi Anak Usia Sekolah18

Pertumbuhan mencakup perubahan fisik yang terjadi sejak periode prenatal

sampai masa dewasa lanjut yang dapat berupa kemajuan dan kemunduran (Potter &

Perry, 2010). Sedangkan menurut Wong (2008) dalam Fitriani (2014) dijelaskan bahwa

pertumbuhan merupakan peningkatan jumlah, ukuran sel dan menghasilkan

peningkatan ukuran dan berat seluruh atau sebagian sel. Anak yang berusia muda

mengalami pertumbuhan yang lebih cepat dibanding anak yang lebih tua.

Pertumbuhan fisik pada anak yang juga terjadi salah satunya adalah gigi.

Gigi merupakan jaringan tubuh yang mudah sekali mengalami kerusakan, hal

tersebut terjadi ketika gigi tidak memperoleh perawatan semestinya. Kehilangan gigi

desidua (bayi) merupakan tanda maturasi yang lebih dramatis, mulai sekitar usia 6 tahun

setelah tumbuhnya gigi-gigi molar pertama. Penggantian dengan gigi dewasa terjadi pada

kecepatan sekitar 4/tahun. Jaringan limfoid hipertrofi, sering timbul tonsil dan adenoid

yang mengesankan, yang kadang-kadang membutuhkan penanganan pembedahan 19.

Gigi susu (primer) terdiri dari 20 gigi dan gigi permanen terdiri dari 32 gigi.
Normalnya setiap gigi susu akan berganti dengan gigi tetap. Gigi seri berganti gigi seri,

gigi taring berganti gigi taring dan geraham susu berganti dengan geraham dewasa.

Geraham dewasa pertama biasanya akan muncul dibagian belakang geraham susu.

Pertumbuhan gigi pada anak usia sekolah ditandai dengan tanggalnya gigi susu dan mulai

tumbuhnya (erupsi) gigi tetap. Usia erupsi gigi tetap biasanya lebih bervariasi

dibandingkan dengan gigi susu. Faktor seks dan rasial biasanya lebih berpengaruh

misalnya pada anak wanita gigi erupsi lebih awal dibandingkan anak laki-laki; anak

caucasoid erupsinya lebih lambat disbanding rasial bangsa lain18.

2.3 Perilaku Orangtua dan Faktor yang Mempengaruhinya dalam

Perawatan Karies Gigi Anak

Perilaku adalah keseluruhan (totalitas) pemahaman dan aktivitas seseorang yang

merupakan hasil bersama antara faktor internal dan eksternal. Menurut Skinner (1938)

perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari

luar). Perilaku manusia terjadi melalui proses yang dalam teori Skinner disebut dengan teori S-

O-R (Stimulus-Organisme-Respons). Perilaku seseorang sangat kompleks dan mempunyai

bentangan yang sangat luas. Untuk kepentingan pendidikan praktis ahli pendidikan oleh

Bloom mengembangkan menjadi 3 tingkat ranah perilaku, yaitu pengetahuan, sikap dan

tindakan 18.

2.3.1 Pengetahuan (Knowledge) 8

Pengetahuan adalah hasil dari suatu proses pembelajaran seseorang terhadap

sesuatu baik itu yang didengar maupun yang dilihat. Menurut Notoatmodjo 2010,

pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap

objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga dan sebagainya). Dengan

sendirinya, pada waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut

sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian

besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera pendengaran (telinga), dan indera

penglihatan (mata). Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau

tingkat yang berbeda-beda. Secara garis besarnya dibagi dalam 6 tingkat pengetahuan,
yaitu :

a. Tahu (know)

Tahu hanya diartikan sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada

sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Misalnya: tahu bahwa buah tomat banyak

mengandung vitamin C, jamban adalah tempat membuang air besar, penyakit demam

berdarah ditularkan oleh gigitan nyamuk Aedes Agepti, dan sebagainya. Untuk

mengetahui atau mengukur bahwa orang tahu sesuatu dapat menggunakan pertanyaan-

pertanyaan, misalnya: apa tanda-tanda anak yang kurang gizi, apa penyebab sakit TBC,

bagaimana cara melakukan PSN (pemberantasan sarang nyamuk), dan sebagainya.

Sedangkan menurut Fitriani 2011 tahu berarti seseorang tersebut dapat mengingat

kembali materi yang pernah dipelajari sebelumnya dengan cara menyebutkan,

menguraikan dan sebagainya.

b. Memahami (comprehension)

Memahami yaitu mampu untuk dapat menjelaskan sesuatu yang telah dipelajari

sebelumnya dengan jelas serta dapat membuat suatu kesimpulan dari suatu materi.

Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut, tidak sekedar

dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat menginterpretasikan secara

benar tentang objek yang diketahui tersebut. Misalnya, orang yang memahami cara

pemberantasan penyakit demam berdarah, bukan hanya sekedar menyebutkan 3 M

(mengubur, menutup, dan menguras), tetapi harus dapat menjelaskan mengapa harus

menutup, menguras, dan sebagainya tempat-tempat penampungan air tersebut.

c. Aplikasi (application)

Aplikasi berarti seseorang mampu untuk dapat menerapkan materi yang telah dipelajari

ke dalam sebuah tindakan yang nyata. Aplikasi diartikan apabila orang yang telah

memahami objek yang dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip

yang diketahui tersebut pada situasi yang lain. Misalnya, seseorang yang telah paham

tentang proses perencanaan, ia harus dapat membuat perencanaan program kesehatan


di tempat ia bekerja atau dimana saja. Orang yang telah paham metodologi penelitian, ia

akan mudah membuat proposal penelitian dimana saja, dan seterusnya.

d. Analisis (analysis)

Analisis merupakan tahap dimana seseorang telah dapat menjabarkan masing-

masing materi, tetapi masih memiliki kaitan satu sama lain. Dalam menganalisis,

seseorang bias membedakan atau mengelompokkan materi berdasarkan kriteria yang sudah

ditentukan. Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan atau

memisahkan, kemudia mencari hubungan antara komponen-komponen yang terdapat

dalam suatu masalah atau objek yang diketahui. Indikasi bahwa pengetahuan seseorang itu

sudah sampai pada tingkat analisis adalah apabila orang tersebut telah dapat

membedakan, atau memisahkan, mengelompokkan, membuat diagram (flow chart) siklus

hidup cacing kremi dan sebagainya.

e. Sintesis (synthesis)

Sintesis adalah kemampuan seseorang dalam membuat temuan ilmu yang baru

berdasarkan ilmu lama yang sudah dipelajari sebelumnya. Sintesis menunjukkan suatu

kemampuan seseorang untuk merangkum atau meletakkan dalam satu hubungan yang logis

dari komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki. Dengan kata lain, sintesis adalah

suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang telah

ada. Misalnya, dapat membuat atau meringkas dengan kata-kata atau kalimat sendiri

tentang hal-hal yang telah dibaca atau didengar, dapat membuat kesimpulan tentang

artikel yang telah dibaca.

f. Evaluasi (evaluation)

Tingkatan pengetahuan yang paling tinggi adalah evaluasi. Dari hasil

pembelajaran yang sudah dilakukan, seseorang dapat mengevaluasi seberapa efektifnya

pembelajaran yang sudah ia lakukan. Dari hasil evaluasi inni dapat dinilai dan dijadikan

acuan untuk meningkatkan strategi pembelajaran baru yang lebih efektif lagi. Evaluasi

berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi atau penilaian

terhadap suatu objek tertentu. Penilaian ini dengan sendirinya atau norma-norma yang
berlaku di masyarakat. Misalnya, seseorang ibu dapat menilai atau menentukan seorang

anak menderita malnutrisi atau tidak, seseorang dapat menilai manfaat ikut keluarga

berencana, dan sebagainya.

Faktor-faktor pengetahuan yang mempengaruhi pengetahuan menurut Wawan &

Dewi (2011) dibedakan menjadi faktor internal dan faktor eksternal, antara lain 18 :

a. Faktor Internal

1. Pendidikan

Pendidikan dapat mempengaruhi perilaku seseorang terhadap pola hidup

mereka terutama dalam motivasi sikap. Semakin tinggi pendidikan seseorang, maka

semakin mudah untuk penerimaan informasi. Menurut Afiat (2017) tingkat pendidikan

sangat berpengaruh terhadap pengetahuan, sikap dan perilaku hidup sehat. Seseorang

dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan memiliki pengetahuan dan perilaku yang

baik tentang kesehatan yang akan mempengaruhi perilakunya untuk hidup sehat. Dalam

penelitiannya juga dijelaskan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan orang tua maka

semakin rendah indeks karies gigi anak.

2. Pekerjaan

Pekerjaan merupakan suatu cara mencari nafkah yang membosankan,

berulang dan tantangan yang begitu banyak. Pekerjaan dilakukan untuk menunjang

kehidupan pribadi maupun keluarga. Bekerja dianggap kegiatan yang banyak menyita

waktu. Dalam penelitian Kusumaningrum (2014) orang tua terlalu sibuk dengan

pekerjaannya yang memungkinkan tidak begitu memperhatikan kesehatan anak, tidak

merawat anak secara maksimal dan juga tidak rutin mengontrolkan kesehatan gigi anak ke

klinik atau dokter gigi.

3. Umur

Usia adalah umur individu yang terhitung mulai dari dilahirkan sampai

berulang tahun. Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang

akan lebih matang dalam berfikir. Menurut Noreba (2015) rentang usia orang tua 20- 35
tahun termasuk usia yang matang dalam menjalankan perannya sebagai orang tua dan

sudah banyak menerima informasi yang diperoleh dari manapun. Semakin bertambah

usia seseorang maka semakin bertambah pula informasi (pengetahuan) yang didapat.

4. Sosial Ekonomi

Menurut Afiati (2017) status ekonomi atau status social mempengaruhi

perilaku hidup sehat pada seseorang. Hal tersebut terjadi disebabkan karena kurangnya

pendapatan orang tua untuk menghidupi kehidupan sehari-hari, sehingga untuk hal

pemeliharaan kesehatan menjadi hal yang kurang diperhatikan. Pendapatan menpunyai

pengaruh langsung pada perawatan medis, jika pendapatan meningkat biaya untuk

perawatan kesehatan pun ikut meningkat. Orang dengan status ekonomi yang rendah

cenderung mengabaikan perilaku hidup sehat. Pendapatan yang menunjang maka akan

baik dalam pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut anak.

b. Faktor Eksternal

 Faktor Lingkungan
Lingkungan sekitar dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku seorang individu

maupun kelompok. Jika lingkungan mendukung kea rah positif, maka individu maupun

kelompok akan berperilaku kurang baik. Social budaya System social budaya yang ada

dalam masyarakat dapat mempengaruhi sikap dalam penerimaan infromasi.

2.3.2 Sikap (Attitude)

Sikap adalah reaksi atau respon tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau

objek tertentu yang melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan (senang-

tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik dan sebagainya). Sikap belum

merupakan suatu tindakan yang nyata,tetapi masih berupa persepsi dan kesiapan

seseorang untuk bereaksi terhadap stimulus disekitarnya. Sikap dapat diukur secara

langsung dan tidak langsung, pengukuran tersebut merupakan pendapat yang

diungkapkan oleh responden terhadap objek (Notoatmodjo, 2010).

Komponen pokok sikap menurut Notoatmodjo (2010) dibagi menjadi tiga

komponen pokok sikap, diantaranya :


1. Kepercayaan atau keyakinan, ide, dan konsep terhadap objek. Artinya,

bagaimana keyakinan dan pendapat/ pemikiran seseorang terhadap objek. Sikap

orang terhadap penyakit kusta misalnya, yang berarti bagaimana pendapat atau

keyakinan orang tersebut terhadap penyakit kusta.

2. Kehidupan emosional atau evaluasi seseorang terhadap objek, artinya bagaimana

penilaian (terkandung dalam faktor emosi) orang tersebut terhadap objek

tertentu. Seperti contoh pada point satu, berarti bagaimana orang menilai

penyakit kusta tersebut, apakah penyakit yang biasa atau membahayakan.

3. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave), artinya sikap adalah komponen

yang mendahului tindakan atau perilaku terbuka. Sikap merupakan ancang-

ancang untuk bertindak atau berperilaku terbuka (tindakan). Misalnya contoh

sikap terhadap penyakit kusta pada point sebelumnya, adalah apa yang dilakukan

seseorang bila ia menderita penyakit kusta.

Ketiga komponen tersebut secara bersamaan membentuk sikap yang utuh

(total attitude). Dalam menentukan sikap yang utuh, pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan

emosi memegang peran yang sangat penting. Seperti halnya pengetahuan, sikap juga

mempunyai tingkatan berdasarkan intensitasnya, menurut Fitriani (2011) &

Notoatmodjo (2010) sebagai berikut :

a. Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa seseorang atau subjek mau menerima dan

memperhatikan rangsangan atau stimulus yang diberikan. Misalnya sikap seseorang

terhadap pemeriksaan kehamilan (ante natal care) dapat diketahui atau diukur dari setiap

kehadiran si ibu untuk mendengarkan penyuluhan tentang ante natal care

dilingkungannya.

b. Menanggapi (responding)

Menanggapi diartikan memberikan jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan

atau objek yang dihadapi, menyelesaikan tugas yang diberikan sebagai tanda bahwa

seseorang tersebut menerima ide. Misalnya seorang ibu yang mengikuti penyuluhan ante
natal care di berikan pertanyaan atau diminta untuk memberikan tanggapan oleh penyuluh

kemudian ibu tersebut memberikan jawaban atau menanggapinya.

c. Menghargai (valuing)

Menghargai berarti seseorang dapat menerima suatu ide dari orang lain yang

kemungkinan berbeda dengan idenya sendiri, kemudian dari dua ide tersebut

didiskusikan bersama antara kedua orang yang saling mengajukan ide. Dalam arti

membahas suatu ide atau masalah dengan orang lain dan bahkan mengajak atau

mempengaruhi atau menganjurkan orang lain untuk merespon.

d. Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab adalah sikap yang paling tinggi tingkatannya, dalam arti

mampu bersikap konsisten terhadap sesuatu yang telah dipilih atau diyakininya.

Seseorang yang telah mengambil sikap berdasarkan keyakinannya, dia harus berani

mengambil resiko apabila ada orang lain mencemooh atau resiko lain yang juga akan

timbul. Sebagai contoh, ibu yang sudah mengikuti penyuluhan ante natal care harus berani

untuk mengorbankan waktunya atau mungkin kehilangan pekerjaannya, atau bahkan

dicemooh oleh keluarganya karena meninggalkan rumah.

Sikap memiliki beberapa fungsi, menurut Wawan & Dewi (2011) fungsi sikap

tersebut meliputi :

a. Fungsi Instrumental

Fungsi instrumental disebut juga fungsi manfaat atau fungsi penyesuaian. Hal ini

dikarenakan sikap dapat membantu seseorang mengetahui sejauh mana manfaat sikap

dalam pencapaian tujuan. Dengan sikap yang diambil oleh seseorang, orang dapat

menyesuaikan diri terhadap lingkungan sekitar dengan baik. Sehingga sikap dapat

memiliki fungsi sebagai penyesuaian.

b. Fungsi Pertahanan Ego

Dalam bersikap, seseorang akan mengambil sikap tertentu ketika berada dengan

keadaan diri atau ego merasa terancam. Karena seseorang akan mengambil sikap

tertentu untuk mempertahankan egonya.


c. Fungsi Ekspresi Nilai

Pengambilan sikap tertentu terhadap penilaian tertentu pula akan menunjukkan

system nilai yang ada pada seorang individu tersebut yang bersangkutan.

d. Fungsi Pengetahuan

Apabila seseorang mempeunyai sikap tertentu terhadap suatu objek, hal tersebut

berarti menunjukkan bahwa orang tersebut mempunyai pengetahuan tersendiri

terhadap objek sikap yang bersangkutan.

Selain fungsi sikap, adapula faktor-faktor bersangkutan yang mempengaruhi sikap

seseorang. Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap menurut Wawan dan Dewi (2011)

adalah sebagai berikut :

a. Pengalaman pribadi

Pengalaman pribadi seseorang harus meninggalkan kesan tersendiri yang kuat agar

dapat dijadikan sebagai dasar pembentukan sikap seseorang yang baik. Sikap akan lebih

mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi yang terjadi pada seseorang melibatkan

faktor emosional.

b. Pengaruh orang lain yang dianggap penting

Seorang individu cenderung mempunyai sikap yang searah dengan orang lain yang

dianggapnya penting karena domotivasi oleh keinginan untuk menghindari konflik

dengan seseorang tersebut yang dianggapnya penting.

c. Pengaruh kebudayaan

Kebudayaan memberikan corak pengalaman tersendiri bagi individu masyarakat,

sehingga kebudayaan yang dianut menjadi salah satu faktor yang menentukan

pembentukan sikap pada seseorang.

d. Media massa

Media massa yang seharusnya disampaikan secara objektif cenderung akan

dipengaruhi oleh sikap penulis sehingga media massa tersebut akan berpengaruh juga

terhadap sikap konsumennya.


e. Lembaga pendidikan dan lembaga agama

Konsep moral dan ajaran yang diperoleh dari lembaga pendidikan dan lembaga

agama sangat menentukan system kepercayaan seseorang, sehingga konsep tersebut juga

akan ikut memperngaruhi proses pembentukan sikap.

f. Faktor emosional

Sikap merupakan suatu pernyataan yang didasari oleh emosi sebagai bentuk

pertahanan ego seseorang tersebut.

2.3.3 Tindakan (Practice)

Tindakan atau praktik nyata dari adanya suatu respon. Sikap dapat terwujud

dalam suatu tindakan yang nyata apabila telah tersedia fasilitas atau sarana dan

prasarana. Tanpa adanya fasilitas, suatu sikap seseorang tidak dapat terwujud dalam

tindakan yang nyata. Seorang ibu hamil sudah mengetahui bahwa memeriksakan

kehamilan itu penting untuk kesehatan diri dan janinnya, dan sudah ada niat (sikap)

untuk memeriksakan kehamilannya. Agar sikap tersebut meningkat menjadi suatu

tindakan, maka diperlukan adanya bidan, posyandu, atau puskesmas yang dekat dengan

rumahnya, atau fasilitas lainnya tersebut mudah dicapai. Apabila tidak, maka

kemungkinan besar ibu tersebut tidak akan memeriksakan kehamilannya. Praktik atau

tindakan seseorang dapat dibedakan menjadi tiga tingkatan menurut kualitasnya,

diantaranya adalah (Notoatmodjo, 2010) :

a. Praktik terpimpin (guided responses)

Praktik terpimpin merupakan suatu tindakan yang dilakukan sesuai dengan urutan secara

benar. Sesorang mampu melakukan suatu hal tindakan dengan sistematis mulai dari awal

hingga akhir. Apabila seseorang telah melakukan sesuatu tetapi masih tergantung pada

tuntutan atau mengharuskan untuk menggunakan panduan, maka hal tersebut disebut juga

dengan praktik terpimpin. Misalnya, seorang anak kecil yang menggosok gigi namun

masih saja selalu diingatkan oleh ibunya, hal tersebut masih disebut praktik atau tindakan

terpimpin.
b. Praktik secara mekanisme (mechanism)

Praktik secara mekanisme adalah apabila seseorang telah melakukan atau

mempraktikan suatu hal secara otomatis, atau seseorang yang telah melakukan tindakan

secara benar urutannya maka akan menjadi suatu kebiasaan bagi seseorang untuk

melakukan tindakan atau praktik yang sama. Misalnya, seorang anak secara otomatis

menggosok gigi setelah makan tanpa disuruh oleh ibunya. Hal tersebut dilakukan oleh

anak karena sudah menjadi suatu kebiasaan bagi dirinya.

c. Adopsi (adoption)

Suatu tindakan atau praktik yang sudah berkembang atau termodifikasi dengan baik.

Dalam arti hal apapun yang dilakukan oleh seseorang tidak hanya sekedar rutinitas atau

mekanisme saja, tetapi sudah dilakukan modifikasi atau tindakan atau perilaku yang

berkualitas. Misalnya, seorang anak yang menggosok gigi bukan hanya sekedar

menggosok gigi saja, melainkan melakukannya dengan teknik-teknik yang benar.

Menurut Notoatmodjo (2010) faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku atau

praktik menurut beberapa ahli antara lain :

a. Menurut Teori Green, L. (1990) ada 3 faktor pembentuk perilaku atau praktik,

antara lain :

1) Faktor-faktor Predisposisi (Predisposing Factors)

Terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan

sebagainya.

2) Faktor-faktor Pendukung (Enabling Factors)

Lingkungan fisik, tersedia atau tidaknya fasilitas-fasilitas kesehatan

merupakan wujud dari beberapa faktor pendukung perilaku.

3) Faktor Pendorong (Renfrocing Factors)

Dalam hal ini sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lainnya.

b. Menurut Teori Snehandu, B.Kar (1983) ada lima faktor yang mempengaruhi
perilaku, yaitu niat orang terhadap obyek kesehatan, ada atau tidaknya dukungan

dari masyarakat sekitarnya, ada atau tidaknya informasi tentang kesehatan,

kebebasan dari individu mengambil keputusan untuk bertindak, dan situasi yang

memungkinkan untuk bertindak.

c. Menurut World Health Organization, ada empat faktor atau alasan pokok yang

mempengaruhi perilaku, antara lain pemikiran dan perasaan seseorang, orang lain

yang dijadikan referensi, sumber-sumber daya (resources) atau fasilitas-fasilitas yang

dapat mendukung perilaku, dan kebudayaan masyarakat.

2.3.4 Perilaku Orangtua Terhadap Anak Dengan Karies Gigi

Perilaku orang tua terhadap anak dalam hal mengasuh, mendidik, mendorong dan

mengawasi anak untuk merawat kebersihan gigi menjadi hal penting yang bertujuan

untuk mencegah terjadinya karies gigi. Perilaku orang tua terutama Ibu ketika melakukan

penerapan pemeliharaan kesehatan gigi anak memberi pengaruh yang signifikan

terhadap perilaku anak. Hal ini disebabkan karena Ibu merupakan contoh utama anak

dalam kehidupan sehari-harinya. Sehingga peranan Ibu dalam merawat kesehatan gigi

dan mulut anak dapat mempengaruhi status karies anak (Eddy & Mutiara, 2015).

Pengetahuan orang tua terutama seorang ibu terhadap bagaimana menjaga kesehatan

gigi dan mulut sangat penting dalam mendasari terbentuknya perilaku yang mendukung

kebersihan gigi dan mulut anak sehingga kesehatan gigi dan mulut anak menjadi baik.

Pengetahuan ibu tentang kesehatan gigi akan sangat menentukan status kesehatan gigi pada

anak kelak. Seorang ibu memegang peranan penting dalam suatu keluarga, baik sebagai

seorang isteri maupun sebagai seorang ibu dari semua anak- anaknya. Figur pertama

yang dikenal anak begitu lahir adalah ibunya. Oleh karena itu perilaku dan kebiasaan itu

dapat dicontoh oleh si anak. Namun, pengetahuan saja tidak cukup, perlu diikuti dengan

sikap dan juga tindakan orang tua yang tepat (Gultom, 2009).
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 GAMBARAN UMUM LOKASI PUSKESMAS

Puskesmas KEJAYAN terletak di ujung timur Kecamatan Bangil, Kabupaten

Pasuruan memiliki letak yang sangat strategis, berlokasi di tepi jalan utama propinsi dan

memiliki bangunan yang berdekatan sehingga memungkinkan kemudahan masyarakat

untuk dating mendapatkan pelayanan Kesehatan. Puskesmas KEJAYAN beralamat di

Jalan Raya KEJAYAN No 4 Kecamatan Bangil Kabupaten Pasuruan.

3.2 GEOGRAFI

1. Luas wilayah kerja Puskesmas KEJAYAN : 35,44 Km2 (83,49% wilayah Kec.

Bangil)

2. Batas wilayah kerja Puskesmas KEJAYAN :

- Sebelah Utara : Selat Madura

- Sebelah Timur : Kecamatan Kraton

- Sebelah Selatan : Kecamatan Rembang

- Sebelah Barat : Wilayah kerja Puskesmas Bangil

3.Jarak antara Puskesmas ke Dinkes :  2 Km

4.Jarak Puskesmas ke Kecamatan :  5 Km

3.3 DEMOGRAFI

a. Jumlah penduduk seluruh : 35.177 orang

b. - Laki – Laki : 16.736 orang

- Perempuan : 18.441 orang

Jumlah Kepala Keluarga : 8932 KK

c. Jumlah Peserta Miskin : 2308 orang

d. Jumlah Bayi ( < 1 Tahun) : 506 bayi

e. Jumlah anak balita ( 1 – 4 Tahun) : 2026 anak


f. Jumlah anak prasekolah ( 5 – 6 Tahun ) : 624 anak

g. Jumlah Wanita Usia Subur : 9638 orang

h. Jumlah Pasangan Usia Subur : 8351 pasang

i. Jumlah Ibu Hamil : 697 orang

j. Jumlah Ibu Nifas : 527 orang

k. Jumlah Ibu Meneteki : 527 orang

l. Jumlah Bumil Dengan HB < 11 gr % : 25 orang

m. Jumlah Bumil Dengan Lila < 23,5 cm : 90 orang

3.4 GEOLOGI

3.4.1 Kondisi wilayah kerja Puskesmas KEJAYAN terdiri dari :

- Dataran rendah : 35,44 Km2

- Dataran tinggi : -

Dengan lokasi yang strategis ini menjadikan puskesmas KEJAYAN mudah untuk

dijangkau oleh masyarakat yang ingin mendapatkan layanan Kesehatan. Hal ini

dibuktikan dengan adanya peningkatan jumlah kunjungan masyarakat dalam hal

pemanfaatan puskesmas untuk layanan Kesehatan dari tahun ke tahun sesuai dengan tabel

berikut.Tabel peningkatan jumlah kunjungankasus tahun 2016 s/d 2018 dapat dilihat pada

tabel berikut :

Tahu jumlah
n Penduduk kunjungan %
2016 42090 59278 140 %
2017 34865 63382 182 %
2018 35177 50691 144 %

3.4.2 Ketenagaan Puskesmas Kejayan

Dari aspek ketenagaan, Puskesmas KEJAYAN saat ini memiliki jumlah karyawan

yang relative kurang apabila dibandingkan dengan standar ketenagaan yang ada dalam

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 tahun 2015 tentang Puskesmas. Jumlah seluruh

karyawan yang dimiliki oleh Puskesmas KEJAYAN saat ini hanya berjumlah orang yang
terbagi dalam berbagai kompetensi dan jenjang pendidikan. Data karyawan Puskesmas

KEJAYAN selengkapnya terlihat pada tabel di bawah ini.

DATA KETENAGAAN

Ponkes
PNS Kontrak THL JUMLAH
No Jenis Ketenagaan des

L P L P L P L P L P ∑

1 Struktural 0 2 0 0 0 0 0 0 1 1 2
2 dr. Umum 0 2 0 0 0 0 0 0 0 2 2
3 dr. Gigi 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1
4 Bidan 0 8 0 0 0 0 0 6 0 14 14
5 Perawat
- Perawat Gigi 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1
- Perawat Umum 2 4 0 2 2 1 2 1 6 8 14
6 Analis 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1
7 Kesehatan Lingkungan 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1
8 Asisten Apoteker 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1
9 Petugas Gizi 0 1 0 0 0 0 1 0 1 1 2
10 Petugas Promkes 0 0 0 0 0 0 0 2 0 1 1
11 Rekam Medis 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
12 Umum 3 2 1 1 0 0 0 2 4 5 9
JUMLAH 5 24 1 3 2 1 3 11 11 39 50
Sumber Data : Laporan Kepegawaian

3.5 SUBYEK YANG DITELITI

Kasus yang ditangani di Puskesmas Kejayan pun beraneka ragam. Hal ini bisa

dilihat dari tabel 10 penyakit terbanyak yg sudah ditangani oleh Puskesmas KEJAYAN

selama tahun 2016 berikut ini:


10 BESAR PENYAKIT TERBANYAK di PUSKESMAS KEJAYAN

KODE
No NAMA PENYAKIT JUMLAH
PENYAKIT

Infeksi Saluran Pernapasan Atas Akut


1 J 06 1035
Yang Lain
2 Gastritis dan duodenitis K 29 314
3 Artritis rematik M 06 434
4 Sakit Kepala G 44 300
5 Dermatitis kontak alergika L 23 237
6 Diare non spesifik A 09 174
7 Infeksi Kulit L 08 146

8 Caries Gigi K 05 145


9 Ispa J 00 132
10 Diabetes Melitus (DM) E 11 128

Jumlah 2754

3.6 PENATALAKSANAAN

Kasus yang di tanggani oleh poli gigi Puskesmas Kejayan menjadi salah
satu dalam 10 besar penyakit terbanyak yaitu Caries gigi diagnosis karies gigi biasanya
kita dapat dari pemeriksaan di poli gigi, UKS. Setelah dilakukan Penggamatan tanggal 20
Januari 2020 sampai 20 Juni 2020 maka didapatkan data-data sebagai berikut. Jumlah
kunjungan pasien anak pada poli gigi puskesmas Kejayan sebanyak 55. Sebanyak 25%
caries gigi terjadi pada anak- anak usia Sekolah Dasar. Kurangnya pengetahuan orang tua
tentang pentingnya menyikat gigi secara benar dan teratur, menjaga kesehatan gigi dan
menggurangi makanan yang dapat menyebabkan caries gigi.
BAB 4

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

 Karies adalah kerusakan pada jaringan gigi yang dimulai dari email gigi hingga menjalar

ke dentin (tulang gigi)

 Karies gigi disebabkan oleh plak yang menyumbat sehingga menyebabkan gigi

berlubang diantaranya karena sisa makanan manis dan lengket, kuman yang berasal

dari plak tersebut menyebabkan suasana asam pada mulut sehingga email larut dalam

asam yang mengakibatkan gigi berlubang.

 Tanda awal karies gigi adalah daerah permukaan gigi yang nampak berkapur berwarna

coklat dan membentuk lubang. Jika keadaan sebelum daerah permukaan gigi menjadi

coklat dan membentuk lubang keadaan bias kembali ke asal (Reversibel), namun

ketika daerah permukaan gigi sudah menjadi coklat dan membentuk lubang maka

struktur gigi sudah rusak dan tidak dapat di regenerasi.

 Klasifikasi caries gigi menurut morfologi Karies pist dan flussure terbentuk

dipermukaan oklusal molar dan premolar, permukaan bukal lingual molar dan

permukaan lingual insisivus maksila.Karies permukaan halus timbul pada

permukaan proksimal gigi dan sepertiga permukaan bukal dan lingual. Karies ini

timbul tepat dibawah titik kontak dan awal dari perbentukan plak kemudian tampak

opaksitas putih samar pada email tanpa diskuntinitas permukaan email. Karies

servikal terdapat pada permukaan bukal, lingual atau labial. Lesi karies servikal

berbentuk bulan sabit, bermula sebagai daerah putih agak kasar yang kemudian

berlubang.

 Penyebab Caries Gigi dipengaruhi oleh kebiasaan makan sehari-hari. Tempat

yang paling disukai adalah lesi dentin yang dalam. Selain itu Bakteri kokum gram

positif adalah penyebab utama karies dengan jumlah terbanyak didalam mulut. Salah

satu spesiesnya adalah streptococcus mutans, jenis ini lebih asidurik dibandingkan
yang lain dan menurut pH medium sehingga 4,3. Streptococcus mutans terdapat pada

popolasi yang banyak mengkonsumsi sukrosa. Selain itu Semua spesies

aktinomises menfermentasisa glokosa, terutama membentuk asam laktat, asetat,

suksinat, dan asam format.

 Perilaku orang tua terhadap anak dalam hal mengasuh, mendidik, mendorong dan

mengawasi anak untuk merawat kebersihan gigi menjadi hal penting yang

bertujuan untuk mencegah terjadinya karies gigi. Perilaku orang tua terutama Ibu

ketika melakukan penerapan pemeliharaan kesehatan gigi anak memberi

pengaruh yang signifikan terhadap perilaku anak.

 Pengetahuan ibu tentang kesehatan gigi akan sangat menentukan status kesehatan

gigi pada anak kelak. Seorang ibu memegang peranan penting dalam suatu keluarga,

baik sebagai seorang isteri maupun sebagai seorang ibu dari semua anak-

anaknya.

 Kasus yang di tanggani oleh poli gigi Puskesmas Kejayan menjadi salah satu

dalam 10 besar penyakit terbanyak yaitu Caries gigi diagnosis karies gigi

biasanya kita dapat dari pemeriksaan di poli gigi, UKS.

 Jumlah kunjungan pasien anak pada poli gigi puskesmas Kejayan sebanyak 55

orang terkendala pandemi covid 19.

 Selain peran orang tua peran dokter gigi juga penting dalam memelihara

kesehatan gigi. Sebaiknya setiap 6 bulan sekali anak – anak usia sekolah

mendapatkan pemeriksaan gigi baik di Puskesmas terdekat atau pun

pemeriksaan di sekolah untuk memelihara kesehatan gigi.

4.2 Saran

 Meningkatkan kerjasama antara orang tua, tenaga pendidik dan dokter dalam

menjaga kesehatan gigi anak baik itu di lingkungan sekolah dan di lingkungan

keluarga.

 Mengadakan pemeriksaan gigi rutin serta kegiatan sikat gigi massal dan
penyuluhan kepada orang tua tentang betapa pentingnya menjaga kesehatan gigi

massal.

DAFTAR PUSTAKA

1. Pratiwi, R. 2009. Perbedaan Daya Hambat Terhadap Streptococcus mutans dari

Beberapa Pasta Gigi yang Mengandung Herbal. Vol. 38 No. 2 April – Juni : Maj.

Ked. Gigi: 64 - 67.

2. Srigupta. 2004. Prevalensi Karies Gigi di Indonesia. Jakarta

3. Zaviera, F. 2008. Mengenal dan Memahami Tumbuh Kembang Anak.

Yogyakarta: Ar-Ruzz Media Group.

4. Abraham, Amit. 2007. Personality Development Trough Positive Thinking:

Mengembangkan Kepribadian dengan Berpikir Positif. Terjemahan oleh ahmad

asnawi. 2007. Jogjakarta: Diglossia Media

5. Widya, Y. 2008. Pedoman Perawatan Kesehatan Anak. Bandung : Yrama Widya

6. Edwina A.M, Sally Joyston-Bechal, 2012. Dasar-dasar Karies Penyakit dan

Penanggulangannya, Jakarta, EGC, h. 145-52.

7. Ghassemi, A., Vorwerk, L., Hooper, W., Patel, V., Sharma, N., Qaqish, J., 2013.

Comparative Plaque Removal Efficacy of a New Children’s Powered Toothbrush and a

Manual Toothbrush. J Clin Dent. 24: h. 1-4.

8. Grender, J., Williams, K., Patwalters, Klukowska, M., Reick, H., 2013. Plaque Removal

Efficacy of Oscillating-rotating Power Toothbrushes: Review of six comparative clinical

trials. Am J Dent. 26(2): h. 68-74.

9. Haffajee, A.D., Smith, C., Torresyap, G., Thompson, M., Guerrero, D., Socransky, S.S.,

2001. Efficacy of Manual and Powered Toothbrushes (II). Effect on microbiological

parameters. J Clin Perio. 28: h. 947–54. Kidd, Edwina A.M, Sally Joyston-Bechal, 2012.

Dasar-dasar Karies Penyakit dan Penanggulangannya, Jakarta, EGC, h. 145-52.

10. Kidd, Edwina A.M, Sally Joyston-Bechal, 2012. Dasar-dasar Karies Penyakit dan

Penanggulangannya, Jakarta, EGC, h. 145-52.

11. Putri, MH, Herijulianti Eliza, Nurjannah Neneng, 2010, Ilmu Pencegahan Penyakit
Jaringan Keras & Jaringan Pendukung Gigi, Jakarta, EGC, h. 54- 5,93-5.

12. Saryono. 2011. Metodologi Penelitian Kesehatan, Edisi ke4. Yogyakarta: Mitra Cendika.

H. 73-74.

13. Sriyono, Niken Widiyanti., 2009, Ilmu Kedokteran Pencegahan, Medika FK UGM ,

Yogyakarta.

14. Williams, M.I., 2011. The Antibacterial and Antiplaque Effectiveness of Mouthwashes

Containing Cetylpyridinium Chloride With and Without Alcohol in Improving Gingival

Health. J Clin Dent. 22(6): h. 179–82.

15. Wyne, A.H., Chohan, A.N., Abdulsalam, Z.A., Qedrah, A.A., Qahtani, S.A., 2005. Oral

Health Knowledge and Sources of Information Among Male Secondary School Children

in Riyadh. Saudi Dent J. 17(3): h. 140-45.

16. Tangade, P.S., Shah, A.F., Ravishankar, T.L., Tirth, A., Pal, S., 2013. Is Plaque Removal

Efficacy of Toothbrush Related to Bristle Flaring. Ethiop J Health Sci. 23(3): h. 255-64.

17. Yousaf, A., Aman, N., Manzoor, M.A., Yasmin, R., 2012. Comparison of Powered and

Manual Toothbrushes in Removal of plaque. Pakistan Oral & Dent J. 32(1): h. 120-23.

18. Attin, T., 2005. Tooth Brushing and Oral Health: How Frequently and when should

Tooth Brushing be Performed. Or Health Prev Dent. 3: h. 135–40.

19. Biesbrock, A.R., Bartizek, R.D., Gerlach, R.W., 2007. Oral Hygiene Regimens, Plaque

Control, and Gingival Health: A Two-Month Clinical Trial with Antimicrobial Agents. J

Clin Dent. 18: h. 103–07.

Anda mungkin juga menyukai