Anda di halaman 1dari 44

PENGARUH TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN GIGI DAN

MULUT ANAK TERHADAP KONDISI KEBERSIHAN RONGGA


MULUT ANAK DI DESA SERANG, PURBALINGGA

Disusun oleh:
Kelompok 17
Aletha Kayla 27521
Faiz Muyassar Riziq 27259
Fazli Alzian Archan 27274
Jasmine Ardhanareswari Susilo 27298
Lorraine Jessica Carteen 27324
Naura Rumaisha 27403
Sekolah Menengah Atas Negeri 8 Jakarta
Jl. Taman Bukit Duri, RT.2/RW.12, Bukit Duri, Tebet,
Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12840
Tahun 2023
DAFTAR ISI

ABSTRAKSI........................................................................................................ 4

uat halaman blm


ABSTRAKSI

blablabla adalah. Tujuan penelitian ini adalah… . Metode penelitian ini adalah .

Teknik pengambilan sampel…Jumlah sampel;...Instrumen menelitian….Hasil

penelitian menunjukkan. Simpulan penelitian adalah (H0 atau H1)


KATA PENGANTAR

Segala Puji bagi Tuhan semesta alam yang dengan rahmat dan

pertolongan Nya kami dapat menyusun dan melakukan penelitian yang berjudul

"Pengaruh Pengetahuan Kesehatan Gigi Anak Terhadap Kebersihan Mulut Anak

Di Desa Serang, Purbalingga”. Karya tulis ilmiah ini kami susun dalam rangka

penyelesaian kegiatan Temu Sosial Ilmiah Smandel (TeSIS).

Menjadikan Desa Serang, Purbalingga sebagai fokus penelitian tidak

terlepas dari kesadaran akan tantangan nyata yang dihadapi anak-anak di

masyarakat pedesaan terkait masalah kesehatan gigi dan kebersihan mulut.

Dalam kata pengantar ini, kami mengajak pembaca untuk menyusuri perjalanan

penelitian ini, dari latar belakang hingga hasil temuan, dengan harapan mampu

memberikan edukasi akan pentingnya menjaga kesehatan gigi.

Kami sebagai peneliti juga ingin menyampaikan terima kasih khususnya

kepada:

1. Bapak Drs. Mukhlis, M.I.Kom., Kepala Sekolah Menengah Atas

Negeri 8 Jakarta.

2. Orang Tua Asuh serta tim panitia TeSIS 2024 yang telah

berkontribusi besar dalam kegiatan ini.

3. Ibu Diah Zen, S.Pd. sebagai pembimbing kelompok 17 yang telah

banyak membimbing kami.

4. Ibu Nursiti Kamsiati, S.Pd. sebagai pembimbing teknis yang telah

turut serta menuntun kami merangkai laporan ini.


5. Para guru SMA Negeri 8 Jakarta yang memberikan kami

semangat selalu.

6. Orang tua para peneliti yang selalu memberi dukungan.

7. Teman-teman kelompok 17 yang senantiasa bekerja sama

menyelesaikan penelitian ini.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas seluruh kebaikan pihak-pihak

terkait. Penulis juga menyadari bahwa masih banyak kelemahan dalam

penyusunan penelitian ini, untuk itulah kritik dan saran yang sifatnya

membangun sangat kami butuhkan. Perjalanan ilmu pengetahuan yang tak

pernah berhenti berkembang, penelitian ini muncul sebagai sebuah langkah maju

dalam upaya memahami, menganalisis, dan memberikan edukasi pentingnya

menjaga kesehatan gigi dan mulut. Semoga penelitian ini bermanfaat dan

memiliki kontribusi untuk kemajuan Desa Serang, Purbalingga.


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan gigi dan mulut anak merupakan aspek penting dalam

proses pertumbuhan dan perkembangan anak serta pemeliharaan kesehatan

secara keseluruhan. Pengetahuan anak tentang kebiasaan sehari-hari yang

mendukung kesehatan gigi, seperti menjaga kebersihan gigi, pola makan

sehat, dan kunjungan rutin ke dokter gigi, dapat berpengaruh signifikan

terhadap kondisi gigi anak.

Gigi yang berada dalam keadaan baik akan menunjukkan permukaan

yang halus tanpa adanya lubang atau lekukan yang terasa kasar. Warna gigi

yang ideal adalah putih tulang, tanpa keberadaan plak atau noda yang dapat

mengubah warna aslinya. Selain itu, gigi yang rapi dan teratur akan

mencerminkan kesehatan gigi yang optimal.

Demikian juga, kondisi gigi yang mengalami kerusakan struktural

akibat lubang serta penumpukan plak dan warna gigi yang tidak

mencerminkan keputihan tulang, mencirikan sifat gigi yang tidak dalam

keadaan sehat. Gigi-gigi tersebut menunjukkan tanda-tanda kesehatan gigi

yang kurang optimal dan memerlukan perhatian khusus.

Berdasarkan data yang diperoleh dari Riskesdas tahun 2013,

sebanyak 72,3% penduduk Indonesia mengalami karies gigi. Dengan

tingginya angka tersebut, penyakit gigi dan mulut menjadi permasalahan


kesehatan utama, mempengaruhi sekitar 61% dari keseluruhan penduduk

Indonesia. Hal ini menunjukkan adanya tantangan serius dalam bidang

kesehatan gigi dan perlunya upaya pencegahan serta perbaikan kebiasaan

perawatan gigi di masyarakat. Kondisi gigi dan mulut yang kurang baik

pada masyarakat, khususnya pada anak dapat menyebabkan terjadinya

karies gigi.

Karies merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh

multifaktorial (banyak faktor) yaitu adanya substrat dan mikroorganisme

yang didiamkan dalam waktu yang lama akan membentuk plak, serta

adanya kondisi asam dalam rongga mulut yang mencapai pH kritis yaitu

5,5. Proses terjadinya karies pada anak lebih rentan karena struktur gigi

sulung yang kurang termineralisasi sempurna membuat gigi tersebut mudah

larut dalam asam, sehingga terbentuk karies.

Anak-anak yang memiliki karies akan merasakan nyeri, kesulitan

dalam makan dan mengunyah, sulit bicara, gangguan tidur serta kurang

percaya diri. Jika proses karies tidak ditangani maka karies akan bertambah

parah dan dapat menyebabkan terjadinya infeksi sistemik. Keadaan seperti

ini dapat mempengaruhi kesehatan dan kualitas hidup anak.

Pengetahuan dan pemahaman mengenai kesehatan gigi anak sangat

diperlukan untuk mencegah terjadinya karies gigi anak. Peranan orang tua

sangat dibutuhkan. Pengetahuan orang tua terkait cara merawat kesehatan

gigi memainkan peran krusial dalam pertumbuhan anak. Hal ini tidak hanya

bermanfaat sebagai tindakan preventif terhadap permasalahan gigi pada


anak, namun juga memberikan dampak positif pada keseluruhan

perkembangan tubuh mereka. Peran orang tua yang turut menanamkan

pengetahuan kepada anak bagaimana kebiasaan cara merawat kesehatan

gigi, maka anak-anak tersebut cenderung lebih memperhatikan dan

merawat kesehatan serta kebersihan gigi dan mulutnya, begitupun

sebaliknya.

Dalam penelitian ini, siswa kelas 4-5 SD memegang peran yang

penting penyebabnya, pada saat anak-anak menginjak usia 9-11 tahun,

mereka sedang menempuh tahap Mixed dentition pada gigi mereka. Mixed

dentition merupakan tahap saat gigi permanen sedang tumbuh untuk

menggantikan gigi susu. Pada tahap ini, beberapa anak mungkin mengalami

gigi berjejal. Kurangnya kebersihan gigi pada fase ini dapat menyebabkan

karies pada beberapa gigi permanen, yang tidak dapat digantikan seperti gigi

susu. (Astari et. al., 2021)

Selain itu, anak-anak umur 9-11 tahun juga sudah mampu melakukan

pemeliharaan kesehatan gigi dan mulutnya sendiri, misalnya dengan rutin

menyikat gigi minimal dua kali sehari.

Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk melakukan

penelitian mengenai pengaruh pengetahuan anak terhadap kesehatan gigi

dan mulut anak di Desa Serang, Purbalingga ditinjau dari faktor penyebab

karies yaitu kondisi plak dan pH saliva anak.


1.2 Batasan Masalah

Batasan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Penelitian ini berfokus pada pengaruh pengetahuan kesehatan gigi anak

meliputi cara merawat, menyikat gigi dengan tepat serta jenis makanan

terhadap kebersihan gigi dan mulut anak ditinjau dari keberadaan plak

gigi dan pH saliva normal atau tidak normal pada anak kelas 4 dan 5 di

SDN 01 Serang, Desa Serang, Purbalingga.

2. Sampel penelitian dibatasi pada siswa-siswi kelas 4 dan 5 di SDN 01

Serang di Desa Serang, Kecamatan Karangreja, Kabupaten Purbalingga,

Jawa Tengah.

3. Variabel yang diteliti meliputi pengetahuan serta kondisi kesehatan gigi

dan mulut anak ditinjau dari plak gigi dan pH saliva.

1.3 Rumusan Masalah

Rumusan masalah penelitian “Pengaruh Tingkat Pengetahuan Kesehatan

Gigi dan Mulut Anak terhadap Kondisi Kebersihan Rongga Mulut Anak di

Desa Serang, Purbalingga” adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana gambaran tingkat pengetahuan kesehatan gigi anak kelas 4

dan 5 di SDN 01 Serang, Desa Serang, Purbalingga.

2. Bagaimana gambaran kondisi kebersihan rongga mulut anak kelas 4 dan

5 di SDN 01 Serang, Desa Serang, Purbalingga.


3. Bagaimana pengaruh tingkat pengetahuan kesehatan gigi dan mulut anak

terhadap kondisi kebersihan rongga mulut anak di Desa Serang,

Purbalingga.

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan kesehatan gigi anak

kelas 4 di SDN 01 Serang, Desa Serang, Purbalingga.

2. Untuk mengetahui gambaran kondisi kebersihan gigi dan mulut anak

kelas 4 di SDN 01 Serang, Desa Serang, Purbalingga.

3. Untuk mengetahui pengaruh tingkat pengetahuan kesehatan gigi dan

mulut anak terhadap kondisi kebersihan rongga mulut anak di Desa

Serang, Purbalingga.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi peneliti:

Memperoleh pengalaman dalam menjalankan penelitian serta menambah

wawasan dan mengembangkan cara berpikir mengenai pengaruh

pengetahuan kesehatan gigi anak terhadap kondisi kesehatan gigi dan

mulut di Desa Serang, Purbalingga.

2. Bagi masyarakat:
Memberikan pemahaman yang lebih mendalam terkait pentingnya

pengetahuan mengenai kesehatan gigi dan mulut untuk seluruh kalangan

masyarakat, terutama anak-anak.

3. Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Purbalingga:

Penelitian ini dapat menjadi acuan bagi Dinas Kesehatan Kabupaten

Purbalingga dalam meningkatkan pemahaman tentang permasalahan

kesehatan gigi pada anak serta juga dapat digunakan untuk merancang

program-program kesehatan gigi dan mulut yang lebih efektif dan

disesuaikan dengan kebutuhan anak-anak di wilayah Desa Serang,

Purbalingga untuk mendukung program pemerintah bebas karies 2030.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kesehatan Gigi dan Mulut Anak

Kesehatan gigi atau dikenal sebagai kesehatan rongga mulut merujuk

pada kondisi di mana rongga mulut, termasuk gigi dan struktur jaringan

pendukungnya, tidak mengalami penyakit atau rasa sakit, berfungsi secara

optimal, dan berperan penting dalam meningkatkan percaya diri serta

hubungan interpersonal yang optimal (Sriyono, 2009). Kesehatan gigi anak

sering diabaikan oleh banyak orang tua karena adanya kesalahpahaman

bahwa gigi sulung akan digantikan oleh gigi tetap saat anak tumbuh dewasa.

Kenyataannya, masa anak-anak adalah periode di mana mereka lebih rentan

terhadap gangguan kesehatan gigi. Salah satu masalah paling umum yang

dihadapi anak-anak, terutama pada usia sekolah dasar, adalah karies gigi.

Karies dapat mengakibatkan rasa sakit, infeksi, dan bahkan masalah

perkembangan pada anak.

Kesadaran masyarakat terhadap kesehatan gigi di Indonesia masih

rendah, seperti yang terlihat dari hasil Riskesdas 2018. Data tersebut

mencerminkan bahwa hanya 2,8% penduduk Indonesia yang secara teratur

melakukan kebiasaan menyikat gigi dua kali sehari, yaitu pada pagi dan

malam, sesuai dengan pedoman yang benar. Hal ini mengindikasikan


adanya tantangan dalam melaksanakan praktik kebersihan gigi yang optimal

di kalangan masyarakat.

Pada kalangan anak-anak tentunya masih perlu bimbingan lebih oleh

orang tuanya dalam melaksanakan praktik menjaga kesehatan gigi dan

mulut. Hal ini disebabkan karena mereka masih belum menempuh

pendidikan yang tinggi, pengetahuan yang diterimanya juga masih kurang,

yang nantinya akan berpengaruh terhadap adaptasi kebiasaan yang perlu

bimbingan. Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk memahami bahwa

perawatan gigi anak harus dimulai sejak dini. Melalui pendekatan

pencegahan, seperti kebiasaan membersihkan gigi secara teratur,

mengajarkan pola makan sehat, dan rutin mengunjungi dokter gigi, dapat

membantu memastikan kesehatan gigi dan mulut anak tetap optimal.

Investasi dalam perawatan gigi anak-anak tidak hanya mendukung

pertumbuhan gigi yang sehat, tetapi juga membentuk kebiasaan baik yang

akan mereka bawa ke masa dewasa. Dengan memberikan perhatian khusus

pada kesehatan gigi anak, dapat dibangun dasar yang kuat untuk

kesejahteraan dan perkembangan anak-anak secara menyeluruh.

2.1.1 Saliva

Saliva merupakan cairan kompleks di dalam rongga mulut

yang terdiri dari sekitar 95-99% air, sementara sisanya terdiri dari

komponen organik dan anorganik, termasuk elektrolit, protein, enzim,

imunoglobulin, faktor antimikroba, glikoprotein mukosa, albumin,

glukosa, serta senyawa nitrogen seperti urea, amonia, dan


oligopeptida. Semua elemen yang terdapat dalam saliva memegang

peran yang signifikan dalam menjaga kesehatan rongga mulut dan

secara keseluruhan berkontribusi pada kesehatan sistemik tubuh

manusia (Sutanti et al., 2021).

Saliva dikenal sebagai indikator kesehatan tubuh, terutama

dalam konteks kesehatan rongga mulut manusia. Hal ini disebabkan

oleh keberagaman komponen dalam saliva yang berfungsi sebagai

pertahanan utama melawan berbagai paparan eksternal dan mampu

mengatur atau memodulasi kerusakan di rongga mulut menurut

Pedersen et al., (2018) dalam (Sutanti et al., 2021). Berdasarkan

pernyataan sebelumnya, jelas bahwa merawat saliva sangat penting

untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut. Upaya terkait dengan

kesehatan mulut dapat dilakukan untuk mencegah kerusakan pada

saliva itu sendiri.

Kerusakan pada saliva dapat menyebabkan timbulnya berbagai

penyakit. Faktor rendahnya jumlah dan pH saliva, menimbulkan

kerusakan pada mulut yang umumnya terjadi pada anak-anak dibawah

umur. Dikutip dari sebuah jurnal, Jumlah saliva yang rendah dapat

menyebabkan peningkatan plak di mulut. Tingkat keasaman saliva

juga mempengaruhi risiko terjadinya lubang gigi atau karies. Semakin

rendah pH saliva, semakin besar kemungkinan terjadinya karies gigi

(Pratiwi, 2009).
Dari pernyataan yang sudah dicantumkan sebelumnya, saliva

dapat diambil sebagai sampel untuk menguji kesehatan mulut pada

gigi. Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan oleh seorang dokter

gigi bahwa pengambilan sampel saliva termasuk mudah dan

sederhana. Mengingat tidak perlu mengambil tindakan invasif seperti

penggunaan jarum suntik atau kondisi yang memerlukan keadaan

aseptik, serta tidak membutuhkan peralatan khusus (Handajani, 2021).

Hal tersebut sesuai dengan tujuan dan kemampuan kelompok tesis

kami untuk melakukan pengambilan sampel dengan cara yang praktis

dan sederhana, terutama mengingat kondisi anak-anak di Desa

Purbalingga.

2.1.1.1 Derajat Keasaman (pH) Saliva

pH saliva adalah derajat keasaman saliva yang merujuk

pada tingkat asam atau basa dalam cairan kompleks yang

terbentuk di rongga mulut, yang terdiri dari campuran sekresi

dari kelenjar saliva mayor dan minor.

Kadar derajat keasaman pH yang normal di dalam mulut

berkisar antara 6,5 – 7,5. Jika pH dibawah nilai tersebut maka

saliva bersifat asam, sementara jika melebihi nilai tersebut

maka pH saliva bersifat basa. Kenaikan keasaman saliva

memicu proses remineralisasi yang memperoleh mineral

kembali dan apabila pH menurun mengakibatkan proses


demineralisasi yang dapat menyebabkan hilangnya mineral

dalam enamel gigi dikenal sebagai karies. (Kusmana, 2021)

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Mardiati et. al.,

(2017), ditemukan bahwa sebanyak 56% dari seluruh

responden dalam kelompok kasus memiliki pH saliva yang

masuk dalam kategori asam (<6,5). Melalui analisis odd ratio

dengan angka 12,0, dapat disimpulkan bahwa pH saliva yang

termasuk dalam kategori asam memiliki risiko terjadinya

karies sebanyak 12,0 kali lebih tinggi. Dalam hal ini terbukti

bahwa penurunan pH saliva diidentifikasi sebagai indikator

tingginya risiko terjadinya karies.

Berbeda dengan pH asam, pH basa dalam saliva (>7,5) dapat

mengakibatkan peningkatan sekresi saliva. Saliva berperan

sebagai larutan penyangga yang membantu menjaga stabilitas

pH netral setelah makan. Tingginya volume saliva menunjang

keseimbangan pH di dalam rongga mulut mencapai serta

mengurangi proses demineralisasi. Dengan kata lain, kondisi

ini dapat memainkan peran penting dalam menjaga kesehatan

oral, mengurangi risiko kerusakan gigi (karies), dan

mendukung pemeliharaan mulut yang optimal (Suratri et. al.,

2017).
2.1.1.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi pH Saliva

Banyak faktor yang dapat mempengaruhi pengaturan

derajat keasaman di saliva diantaranya yaitu jenis kelamin,

kebiasaan makan makanan yang manis dan lengket dan

kebiasaan menyikat gigi. Makanan yang memiliki rasa manis

dan bertekstur lengket mengandung karbohidrat yang

merupakan sumber energi utama bagi bakteri dalam mulut

dan secara langsung berperan dalam menurunkan tingkat pH.

Karbohidrat seperti sukrosa, glukosa, fruktosa, dan maltosa

merupakan jenis karbohidrat yang paling cocok bagi bakteri

di dalam plak untuk menghasilkan asam. Gula-gula tersebut

memiliki molekul yang kecil sehingga memungkinkan

mudahnya difusi ke dalam plak dan dengan cepat diuraikan

oleh bakteri menjadi asam, sehingga dapat menyebabkan

demineralisasi pada jaringan keras gigi. (Suratri, et al., 2017)

Wanita memiliki pengaturan derajat keasaman yang

lebih rendah dibandingkan dengan pria. Selain itu kondisi

psikologis juga dapat memengaruhi saliva, saat mengalami

stress maka sistem simpatis menjadi lebih aktif,

mengakibatkan penurunan produksi saliva dan kadar

bikarbonat. Fenomena ini menyebabkan pH saliva menjadi

lebih asam (Pramesta, 2014). pH optimal saliva untuk

pertumbuhan bakteri berkisar antara 6,5 hingga 7,5. Jika pH


rongga mulut rendah, kisaran 4,5 hingga 6,4, dapat

memudahkan pertumbuhan bakteri asidogenik seperti

Streptococcus mutans dan Lactobacillus.

Untuk menjaga agar pH, volume, dan kekentalan

saliva tetap dalam kondisi normal, penting untuk memastikan

kecukupan nutrisi dan konsumsi makanan dalam rongga

mulut yang mengandung vitamin C agar kekentalan saliva

menjadi lebih rendah. Selain itu, mengunyah makanan yang

mengandung banyak air juga dapat berperan dalam

mengendalikan pH dalam mulut yang dapat berpengaruh

terhadap pH saliva (Haryani et al., 2016)

2.2 Plak

Plak merupakan kumpulan mikroorganisme berupa bakteri biofilm

yang melekat pada permukaan gigi yang dapat membawa pengaruh terhadap

sistem rongga mulut (Kasuma, 2016). Secara visual, plak terlihat sebagai

lapisan tipis berwarna putih kekuningan yang melekat pada gigi. Untuk

dapat dibersihkan dengan optimal, plak gigi harus dideteksi dengan akurat

terlebih dahulu. Beberapa jenis pewarna yang disebut sebagai Disclosing

Agent dapat digunakan untuk mengidentifikasi biofilm pada gigi (Fasoulas,

Aristeidis, et al, 2019). Plak gigi dapat menahan sejumlah besar pewarna

karena adanya perbedaan polaritas antara komponen plak dan pewarna.


Komposisi dan aktivitas biofilm yang terbentuk di rongga mulut

manusia dapat memberikan gambaran menyeluruh tentang kondisi

kesehatan oral seseorang. Keberadaan akumulasi plak pada gigi tidak hanya

sebatas tampilan visual semata, melainkan juga berperan sebagai salah satu

indikator utama dalam menilai kesehatan gigi. Akumulasi plak pada gigi

dapat dianggap sebagai tahap awal dari sejumlah masalah kesehatan mulut,

termasuk pembentukan karies dan penyakit periodontal (Karyadi et al.,

2020).

Oleh karena itu, pemahaman dan perhatian terhadap akumulasi plak

bukan hanya relevan untuk tujuan estetika, melainkan juga menjadi krusial

dalam merawat kesehatan gigi secara menyeluruh. Langkah-langkah

pencegahan dan perawatan yang efektif harus melibatkan deteksi dini dan

penanganan plak dengan serius, guna mencegah potensi munculnya masalah

kesehatan mulut yang dapat berakibat serius.

2.3 Pengetahuan

Pengetahuan, dalam konteks ini, merujuk pada pemahaman yang

dimiliki seseorang serta panduan yang membentuk dasar untuk tindakan

mereka (Prasetya, 2022). Pengetahuan yang dimiliki seseorang berbanding

lurus terhadap tinggi tingkat pendidikan yang telah ditempuhnya. Semakin

tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka semakin mudah ia menerima

informasi sehingga semakin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Begitu

juga sebaliknya, pendidikan yang lebih rendah dapat menjadi hambatan


dalam mengembangkan sikap terbuka terhadap nilai-nilai baru (Dharmawati

& Wirata, 2016). Dengan demikian, pendidikan, dan pendampingan orang

tua memiliki hubungan yang erat sebagai komponen-komponen utama

dalam mengembangkan pengetahuan anak.

Minimnya pengetahuan selanjutnya akan berhubungan dengan sikap

maupun perilaku anak terhadap kesehatan gigi dan mulut, dan akan

berpengaruh terhadap kondisi kesehatan gigi dan mulut individu tersebut.

Oleh karena itu, pendampingan oleh orang yang lebih berpengalaman,

seperti orang tua, menjadi krusial, terutama pada tingkat pendidikan anak

yang masih rendah. Dalam hal ini, anak-anak masih sangat bergantung pada

orang dewasa dalam hal menjaga kebersihan dan kesehatan gigi karena

kurangnya pengetahuan anak mengenai cara menjaga kesehatan gigi dan

mulutnya dibanding orang dewasa.

Pengetahuan yang dimiliki oleh anak dapat berpengaruh terhadap

kondisi kesehatannya sendiri. Seperti yang tertulis dalam penelitian oleh

Mardiati et.al., (2017), angka karies yang tinggi pada siswa SDN Sambiroto

02 Semarang disebabkan oleh kurangnya pengetahuan sebagian besar

responden terkait fakta bahwa sisa-sisa makanan yang tidak dibersihkan

dapat menyebabkan pembentukan plak, hingga pada akhirnya dapat

menyebabkan karies gigi.

Menjaga pola makan merupakan pengetahuan lain yang perlu

diketahui anak-anak sejak dini. Misalnya dengan tidak terlalu sering

memakan makanan manis, dan apabila memang telah makan makanan yang
manis haruslah diiringi dengan rutin meminum air. Karena makanan manis

merupakan salah satu faktor utama pembentukan plak gigi dan akan

mempengaruhi kebersihan rongga mulut. Makanan manis dapat

mempengaruhi penumpukan debris (endapan lunak akibat sisa makanan

yang menempel pada gigi) dengan mengubah komposisi plak. Selanjutnya

faktor substrat memiliki dampak pada metabolisme bakteri di dalam plak,

yaitu, sebagai penyedia energi bagi bakteri Streptococcus mutans yang

menggunakan gula sebagai sumber energi, dan apabila tidak dibersihkan

segera, dapat menyebabkan terbentuknya karies gigi. Selain itu pengetahuan

mengenai menyikat gigi dengan tepat juga aspek penunjang rongga mulut

bersih dan sehat.


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian terkait Pengaruh pengetahuan anak terhadap kesehatan

gigi dan mulut ini dilaksanakan di Desa Serang, Purbalingga, tepatnya di

SDN 01 Serang dalam rangka kegiatan Temu Sosial Ilmiah Smandel

(TeSIS) pada tanggal 23-27 Januari 2024.

3.2 Identifikasi Variabel dan Operasional Variabel

3.2.1 Variabel

Menurut Satria (2017), variabel merujuk pada sebuah

atribut, karakteristik, atau nilai yang diperoleh dari suatu individu,

objek, atau kegiatan yang memiliki variasi tertentu. Setiap variabel

setidaknya memiliki dua klasifikasi yang berasal dari nilai yang

berbeda, yang ditetapkan oleh peneliti untuk tujuan studi atau

pengambilan kesimpulan. Dalam konteks pengukuran, variabel

dapat dijelaskan sebagai:

a. Sebuah besaran yang berasal dari sifat suatu objek atau individu

(characteristic of objects or person)

b. Dapat diamati atau diukur besarnya dengan menggunakan

pancaindra (observable)
c. Nilainya bervariasi dari satu pengamatan ke pengamatan

berikutnya (differs from observation to observation)

1. Variabel Terikat

Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau

disebabkan oleh adanya variabel lainnya. Variabel terikat pada

penelitian ini adalah kondisi kebersihan rongga mulut anak di

Desa Serang, Purbalingga.

2. Variabel Bebas

Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi

atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel

terikat (Sugiyono, 2013). Variabel bebas pada penelitian ini

adalah Tingkat Pengetahuan Kesehatan Gigi Dan Mulut Anak.

Berikut tabel daftar dimensi dan indikator variabel bebas

penelitian ini sebagai dasar pembuatan pertanyaan kuesioner:

Variabel Dimensi Indikator

Tingkat Pengetahuan Manfaat 1. Pemahaman

Kesehatan Gigi dan responden

Mulut Anak tentang manfaat

menyikat gigi.

Teknis 1. Keteraturan

responden dalam

menyikat gigi,
diukur dalam

jumlah kali per

hari.

2. Pemahaman

tentang gerakan

dan teknik yang

benar dalam

menyikat gigi

3. Kesadaran akan

waktu yang tepat

untuk menyikat

gigi.

Perawatan Gigi 1. Pemahaman

terhadap

konsekuensi

tidak menyikat

gigi secara rutin.

2. Kesadaran

tentang kapan

harus mengganti

sikat gigi

3. Kesadaran akan
pentingnya

kunjungan rutin

ke dokter gigi

untuk menjaga

kesehatan gigi.

Makanan 1. Kesadaran akan

pentingnya

makan makanan

yang dapat

menyehatkan

gigi.

Operasional Variabel Tabel 3.2 Operasional Variabel

3.3 Metode Penelitian

3.3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

penelitian kuantitatif. Menurut Sugiyono (2017), Metode penelitian

kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang

berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti

pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data

menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat


kuantitatif/statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang

telah ditetapkan.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode

kuantitatif untuk menganalisis dan menguji indikator-indikator

yang telah ditetapkan mengenai tingkat pengetahuan kesehatan gigi

dan mulut terhadap kondisi kebersihan rongga mulut anak.

3.3.2 Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini

adalah penelitian deskriptif survey. Menurut Kadji (2016)

penelitian deskriptif survey adalah riset yang diadakan untuk

memperoleh fakta tentang gejala atas permasalahan yang timbul.

Kajian yang dilakukan tidak perlu mendalam, tidak perlu

menyelidiki mengapa timbul berbagai macam gejala, serta

menganalisis hubungan gejala-gejala. Fakta yang ada digunakan

untuk memecahkan masalah untuk pengujian hipotesis.

3.4 Teknik Pengambilan Sampel

3.4.1 Populasi

Populasi merujuk kepada seluruh subjek yang menjadi

fokus penelitian. Jika seorang peneliti berkeinginan untuk

menyelidiki setiap elemen yang terdapat dalam ruang lingkup

penelitiannya, penelitiannya dapat dikategorikan sebagai penelitian

populasi menurut Arikunto dalam Rofflyn dkk. (2021). Populasi


dalam pengertian penelitian ini adalah 58 siswa anak sekolah dasar

yang terdiri dari 35 siswa kelas 4 dan 23 siswa kelas 5 SD (9-11

tahun).

3.4.2 Sampel

Menurut Sugiyono (2017), Sampel adalah bagian dari

jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.

Sampel penelitian ini adalah anak kelas 4 dan kelas 5 SD dengan

usia 9-11 tahun di Desa Serang, Purbalingga. Teknik sampel yang

digunakan pada penelitian ini menggunakan total sampling, karena

jumlah seluruh populasi sama dengan jumlah sampel penelitian.

3.5 Instrumen Penelitian

Berdasarkan karya tulis ilmiah oleh Arikuntoro (2010), Instrumen

penelitian merupakan alat bantu yang dipilih serta digunakan oleh peneliti

dalam melakukan kegiatannya untuk mengumpulkan data sehingga kegiatan

tersebut dapat dijalankan secara sistematis dan lebih mudah. Untuk

memperoleh data yang sesuai maka peneliti menggunakan beberapa

instrumen penelitian seperti kuesioner, observasi, dan alat serta bahan yang

dibutuhkan dalam berjalannya penelitian.

3.5.1 Observasi

Observasi digunakan sebagai sarana memeriksa kondisi

kebersihan rongga mulut siswa SDN 1 Desa Serang dengan

menggunakan alat khusus yaitu indikator universal dan disclosing


agent dalam bentuk tablet. Hasil dari Observasi ini menunjukkan

data berupa pH saliva dalam mulut serta ada atau tidaknya plak

dalam gigi anak. Pendataan dari observasi tersebut dituliskan dalam

tabel yang bertujuan untuk membandingkan data dengan kondisi

normal. Tabel dalam lembar penilaian disajikan dengan sebagai

berikut:

1. Derajat Keasaman (pH) Saliva

Indikator universal akan menampilkan warna khusus ketika

ditempatkan di dalam larutan asam atau basa. Warna yang muncul

kemudian dibandingkan dengan standar warna yang memiliki nilai

pH yang telah diketahui. Pengukuran nilai pH dapat dilakukan

menggunakan indikator pH (indikator universal), yang

menunjukkan berbagai macam warna untuk setiap nilai pH.

Dengan cara ini, kita dapat menentukan nilai pH suatu cairan

berdasarkan variasi warna yang ditunjukkan oleh indikator tersebut

(Surahman, 2018). Peneliti menggunakan alat ini agar lebih mudah

dan juga praktis sebagai acuan untuk melihat pH dari saliva pada

anak. Indikator hasil penilaian rentang derajat keasaman (pH)

saliva antara lain:

a. pH asam, kurang dari 6,5

b. pH normal, antara 6,5 sampai dengan 7,5

c. pH basa, lebih dari 7,5


Gambar 3.1 Indikator Universal

2. Indeks Plak Gigi dengan Disclosing Tablet

Pemeriksaan indeks plak gigi berdasarkan penelitian yang

dilakukan oleh Lossu et. al. (2015), dilakukan khusus ditelusuri

pada bagian gingiva (gusi) fasial yang terdapat pada enam gigi

yaitu: gigi insisivus (I2) kanan atas, gigi insisivus (I2) kiri bawah,

gigi premolar (P1) kanan bawah, gigi premolar (P1) kiri atas, gigi

molar (M1) kanan atas, dan gigi molar (M1) kiri bawah.

Selanjutnya, pilihan masing-masing gigi yang diperiksa akan

diberi nilai atau kode seperti yang tertera pada tabel berikut:

Kode Kriteria Indeks Plak Gigi

0 Tidak ada plak pada gingiva

1 Dijumpai lapisan tipis plak yang melekat pada margin


gingiva di daerah yang berbatasan dengan gigi tetangga
2 Dijumpai tumpukan sedang deposit lunak pada saku
gingiva dan pada margin gingiva dan atau pada
permukaan gigi tetangga yang dapat dilihat langsung

3 Terdapat deposit lunak yang banyak pada saku gusi dan


atau pada margin dan gigi tetangga

Tabel 3.2 Indeks Plak Gigi

Kode yang telah diperoleh dari masing-masing gigi yang

diperiksa kemudian dijumlahkan dan dibagi enam (total gigi yang

diperiksa) untuk mendapatkan skor hasil akhir. Hasil pengukuran

dikategorikan dalam skor:

1. Baik, skor 0-1

2. Sedang, skor 1,1-2

3. Buruk, skor 2,1-3

3.5.2 Kuesioner

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan kuesioner

tertutup sebagai media pengambilan data pada variabel tingkat

pengetahuan kesehatan gigi dan mulut anak pada siswa SDN 1

Desa Serang. Pertanyaan kuesioner tertera pada tabel berikut:


No. Pertanyaan Pilihan Jawaban Kunci
Jawaban

1. Tujuan menyikat A. Agar gigi


gigi adalah? bersinar C
B. Senyum menjadi
indah
C. Membersihkan
sisa-sisa makanan
D. Dapat
mengunyah
makanan

2. Menyikat gigi A. 2 kali sehari


minimal B. 3 kali sehari A
dilakukan setiap C. 5 kali sehari
hari sebanyak? D. 10 kali sehari

3. Bagaimana A. Gerakan atas


gerakan dalam bawah secara
menyikat gigi? perlahan C
B. Gerakan naik
turun secara
perlahan
C. Gerakan maju
mundur serta
melingkar secara
perlahan
D. Gerakan miring
secara perlahan
4. Untuk gigi yang A. Naik turun
menghadap ke dengan posisi
depan, disikat mulut tertutup D
dengan gerakan? B. Naik turun
dengan posisi
mulut terbuka
C. Maju mundur
dengan posisi
mulut tertutup
D. Maju mundur
dengan posisi
mulut terbuka

5. Waktu yang tepat A. Sore hari saat


untuk menyikat sedang mandi
gigi adalah? B. Pagi hari setelah B
sarapan dan
malam hari
sebelum tidur
C. Siang hari
sepulang sekolah
D. Siang dan malam
hari sebelum
makan

6. Berikut A. Gigi sehat


merupakan akibat B. Bau mulut
tidak menyikat C. Gigi berlubang A
gigi secara rutin, D. Karang gigi
kecuali?
7. Kapan sikat gigi A. Tidak perlu
yang kita pakai mengganti sikat
harus diganti? gigi D
B. 1 bulan sekali
C. Jika sudah
sembuh dari
sakit, dan jika
bulu sikat sudah
rusak
D. 3 bulan sekali,
jika sudah
sembuh dari
sakit, dan jika
bulu sikat sudah
rusak

8. Untuk menjaga A. Jika gigi kita


kesehatan gigi, berlubang dan
kamu harus sakit D
kontrol ke dokter B. 2 minggu sekali
gigi setiap C. Tidak perlu ke
dokter gigi
D. 4-6 bulan sekali

9. Makanan yang A. Rasanya enak


dapat merusak B. Harganya mahal C
gigi adalah? C. Makanan yang
manis dan
lengket
D. Makanan yang
berserat dan
berair

10. Berikut A. Cokelat


merupakan B. Es krim D
contoh makanan C. Permen
yang dapat D. Buah-buahan
merusak gigi,
kecuali?
11. Makanan yang A. Makanan yang
dapat mahal C
menyehatkan gigi B. Makanan yang
adalah? enak
C. Makanan yang
berserat dan
berair
D. Makanan yang
manis dan
lengket

12. Contoh makanan A. Buah dan sayur


yang B. Permen A
mengandung air C. Coklat
dan berserat D. Es krim
adalah?

Tabel 3.3 Kuesioner Penilaian


3.5.3 Disclosing Agent

Disclosing agent merupakan zat yang digunakan untuk

mengidentifikasi plak pada gigi. Zat warna ini mampu memberikan

warna pada lapisan bakteri biofilm di permukaan gigi, lidah, dan

gingiva (Carranza et al., 2018). Setelah aplikasi disclosing agent,

plak akan menyerap pewarna tersebut, dan area-area yang perlu

mendapatkan perhatian lebih dalam membersihkan plak akan

terlihat dengan jelas. Disclosing agent dapat ditemukan berupa

cairan, gel, dan tablet kunyah. Pewarna yang umum digunakan

dalam disclosing agent biasanya bersifat kontras dengan warna

plak, seperti merah atau biru, membuatnya lebih mudah dilihat dan

diidentifikasi. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan disclosing

agent jenis tablet sehingga siswa kelas 4 dan 5 di SDN 01 Desa

Serang dapat memakainya dengan lebih efisien yaitu dengan

mengunyah. Tentunya pemilihan jenis tablet juga memudahkan

peneliti dalam mengambil data.

Gambar 3.2 Disclosing Tablet


3.6 Teknik Pengumpulan Data

Data yang diperoleh untuk keperluan penelitian yang berjudul

“Pengaruh Tingkat Pengetahuan Kesehatan Gigi dan Mulut Anak terhadap

Kondisi Kebersihan Rongga Mulut Anak di Desa Serang, Purbalingga” ini

adalah data primer. Data primer merupakan data yang diperoleh langsung

dari sumbernya. Para peneliti mengamati langsung objek penelitian yang

diteliti di SDN 01 Serang, Desa Serang, Purbalingga. Berikut teknik

pengumpulan data primer yang digunakan dalam penelitian ini:

3.6.1 Kuesioner

Menurut Sugiyono (2013), kuesioner adalah teknik

pengumpulan data yang melibatkan penyampaian sejumlah

pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk mereka

jawab. Menurut Arikunto (2010), terdapat 2 jenis kuesioner, yaitu

kuesioner terbuka dan kuesioner tertutup. Kuesioner terbuka

memungkinkan responden untuk memberikan jawaban dengan

kalimat mereka sendiri, sementara kuesioner tertutup menyediakan

opsi jawaban yang sudah disiapkan oleh peneliti dan responden

hanya perlu memilih opsi yang paling sesuai dengan situasi yang

mereka alami. Kuesioner dalam penelitian ini merupakan jenis

kuesioner tertutup.

3.6.2 Observasi

Peneliti menggunakan teknik observasi pada penelitian ini

sebagaimana John W.Creswell (2014) mendefinisikan observasi


yaitu sebagai pengamatan langsung terhadap suatu peristiwa atau

objek untuk mengumpulkan data. Observasi juga merupakan

teknik pengumpulan data yang mempunyai ciri yang spesifik

(Sugiyono. 2017). Dengan demikian, observasi adalah

pengumpulan data yang dilakukan dengan mengamati secara

sistematis dan spesifik (jelas, detail, terfokus pada suatu objek).

Dalam penelitian ini teknik observasi yang kami lakukan yaitu

dengan pengamatan secara langsung terhadap indeks plak gigi dan

rentang derajat keasaman (pH) saliva siswa kelas 4 dan 5 SD di

SDN 01 Serang sebagai pengukuran terhadap variabel kondisi

kebersihan rongga mulut anak di Desa Serang, Purbalingga.

3.7 Teknik Pengolahan Data

Menurut Patton (1980), analisis atau pengolahan data merupakan

suatu yang melibatkan pengaturan data, pengorganisasian data-data ke

dalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar (Moleong, 1989, 103).

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik analisis regresi pada

data-data yang telah terkumpul. Analisis Regresi Linier, atau yang dikenal

sebagai Linear Regression analysis, merupakan suatu metode statistika yang

digunakan untuk konstruksi model dan menyelidiki pengaruh antara satu

atau lebih variabel bebas (Independent Variables) terhadap satu variabel

respon (Dependent Variable). Analisis regresi memiliki kegunaan salah


satunya sebagai teknik untuk memprediksikan variabel terikat. (Basuki &

Prawoto, 2017:37)
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Tingkat Pengetahuan Kesehatan Gigi Anak

Responden
BAB V

PENUTUP
http://repo.unand.ac.id/29800/1/PLAK%20GIGI.pdf (11/01)

Armilda, Dela, Dudi Aripin, and Inne Suherna Sasmita. "Pola makan

makanan kariogenik dan non kariogenik serta pengalaman karies anak usia

11-12 tahun." Padjadjaran Journal of Dental Researchers and Students 1.2

(2017): 127-134.

Lely, Made Ayu. "Pengaruh (pH) saliva terhadap terjadinya karies gigi

pada anak usia prasekolah." Indonesian Bulletin of Health Research 45.4 (2017):

241-248.

Fasoulas, Aristeidis, et al. "Detection of dental plaque with disclosing

agents in the context of preventive oral hygiene training programs." Heliyon 5.7

(2019).

Gayatri, Rara Warih. "Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Perilaku

pemeliharaan Kesehatan Gigi anak SDN KAUMAN 2 MALANG." Journal of

Health Education 2.2 (2017)

Haryani, Wiworo, Irma Siregar, and Laras Agitya Ratnaningtyas. "Buah

mentimun dan tomat meningkatkan derajat keasaman (pH) saliva dalam rongga

mulut." Jurnal Riset Kesehatan 5.1 (2016): 21-24..

I G A Ayu Dharmawati, I Nyoman Wirata. “Hubungan tingkat

pendidikan, umur, dan masa kerja dengan tingkat pengetahuan kesehatan gigi

dan mulut pada Guru Penjaskes SD di Kecamatan Tampak Siring Gianyar.”

Jurnal Kesehatan Gigi Vol. 4 No. 1 (2016):2.


Rafika Ulfa. “Variabel Penelitian Dalam Penelitian Pendidikan.”

Al-Fathonah : Jurnal Pendidikan dan Keislaman (2021): 345

Karyadi, Edi, and Maissi Ardha Roza. "Pengaruh Mengunyah Buah Apel

Manalagi Terhadap Penurunan Indeks Plak Usia 9-12 Tahun." JIKG (Jurnal Ilmu

Kedokteran Gigi) 3.2 (2021).

Kasuma, Nila. "Plak Gigi." Ed 1 (2016): 2-10.

Kusmana, Aan. "pH SALIVA DAN KARIES GIGI PADA SANTRI

USIA REMAJA: CROSS-SECTIONAL STUDY." Jurnal Ilmiah Keperawatan

Gigi 2.3 (2021): 635-641.

Newman, Michael G., et al. Newman and Carranza's Clinical

Periodontology E-Book: Newman and Carranza's Clinical Periodontology

E-Book. Elsevier Health Sciences, 2018.

Pramesta, Bimo Dwi. "Deteksi Derajat Keasaman (pH) Saliva pada

Perokok dan Non Perokok."

Prisinda, Diani, et al. "Karakteristik karies periode gigi campuran pada

anak usia 6-7 tahun." Padjadjaran Journal of Dental Researchers and Students

1.2 (2017): 95-101.

Wahyu Dwi Prasetya “Pengetahuan” (2022)

https://www.djkn.kemenkeu.go.id/kpknl-pangkalpinang/baca-artikel/156

50/Pengetahuan.html#:~:text=Pengetahuan%2C%20dapat%20ditafsirkan%20se

bagai%20segala,terjadi%20dan%20dilewati%20berdasarkan%20pengalaman

Satria, A. A. “PENGARUH HARGA, PROMOSI, DAN KUALITAS

PRODUK TERHADAP MINAT BELI KONSUMEN PADA PERUSAHAAN


A-36”. Jurnal Performa : Jurnal Manajemen Dan Start-up Bisnis, vol. 2, no. 1,

Oct. 2017, pp. 45-53, doi:10.37715/jp.v2i1.436

Sugiyono, Dr. "Metode penelitian pendidikan pendekatan kuantitatif,

kualitatif dan R&D." (2013).

Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:

Alfabeta. (2017)

Creswell, J. W. (2014). Research design: Qualitative, quantitative, and

mixed methods approaches. Thousand Oaks, CA: Sage Publications.

Suratri, Made Ayu Lely, Tince A. Jovina, and I. T. Notohartojo.

"Pengaruh (pH) saliva terhadap terjadinya karies gigi pada anak usia

prasekolah." Buletin penelitian kesehatan 45.4 (2017): 241-248.

Sutanti, Viranda, Nenny Prasetyaningrum, and Diena Fuadiyah. Saliva

dan Kesehatan Rongga Mulut. Universitas Brawijaya Press, 2021.

Lossu, F. M., D. H. C. Pangemanan, and V. N. S. Wowor. “HUBUNGAN

PENGETAHUAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT DENGAN INDEKS

GINGIVA SISWA SD KATOLIK 03 FRATER DON BOSCO MANADO”.

E-GiGi, vol. 3, no. 2, Aug. 2015, doi:10.35790/eg.3.2.2015.10489.

Roflin, Eddy, and Iche Andriyani Liberty. Populasi, Sampel, Variabel

dalam penelitian kedokteran. Penerbit NEM, 2021.

Kadji, Yulianto. Metode Penelitian Ilmu Administrasi (2016)

Anda mungkin juga menyukai