Anda di halaman 1dari 41

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG KESEHATAN GIGI DENGAN

PERILAKU MENYIKAT GIGI PADA ANAK USIA SEKOLAH DASAR


NEGERI 096743 SILANDOYUNG KABUPATEN SIMALUNGUN
TAHUN 2022

PROPOSAL

CHAIRANI AULIA SIPAYUNG


NPM : 18.11.017

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA


FAKULTAS KEPERAWATAN
INSTITUT KESEHATAN DELI HUSADA DELI TUA
TAHUN 2022
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Usia sekolah merupakan usia penting dalam pertumbuhan dan

perkembangan fisik anak. Periode ini juga disebut sebagai periode kritis karena

pada masa ini anak mulai mengembangkan kebiasaan yang biasanya cenderung

menetap sampai dewasa. Salah satunya adalah kebiasaan menjaga kesehatan gigi

dan mulut (Senja, 2017)

Kesehatan gigi dan mulut merupakan penunjang tercapainya kesehatan

tubuh yang optimal. Kondisi kesehatan gigi dan mulut yang terpelihara akan

berpengaruh pada peningkatan kualitas hidup dan produktifitas sumber daya

manusia. Upaya pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut harus dilakukan sejak dini

pada usia sekolah dasar mengingat penyakit gigi dan mulut berada pada peringkat

sepuluh besar penyakit yang terbanyak dan tersebar di berbagai wilayah

(Ramadhani, 2018).

Pada usia anak sekolah dasar diperlukan usaha untuk menjaga kesehatan

gigi dan mulut secara berkala, baik dalam penyuluhan pemeriksaan dan perawatan

kesehatan gigi dan mulut, oleh orang tua, sekolah dan instansi pemerintah terkait.

(Wahyuni & hidayat, 2017).

Dari hasil Riset Kesehatan Dasar (2018) menyebutkan bahwa di Indonesia

yang menyikat gigi setiap hari sebanyak 94,7% yakni dalam rentang usia 3 ≥

tahun, namun yang melakukan perawatan gigi dengan benar sebanyak 2,8% yakni

pagi dan malam. Dan yang mengalami permasalahan gigi dan mulut serta

mendapat pelayanan kesehatan sebanyak 57,6%.


Faktor-faktor yang menyebabkan kerusakan gigi pada anak, diantara

adalah faktor dalam mulut antara lain : struktur gigi, morfologi gigi, susunan gigi-

geligi dalam rahang, derajat keasaman saliva, kebersihan mulut yang berhubungan

dengan frekuensi dan kebiasaan menggosok gigi, jumlah dan frekuensi makan

makanan. Selain itu terdapat juga faktor luar sebagai faktor predisposisi dan

penghambat yang berhubungan tidak langsung dengan terjadinya karies gigi

antara lain usia, jenis kelamin, letak geografis, tingkat ekonomi serta pengetahuan,

sikap dan perilaku terhadap pemeliharaan kesehatan gigi (Lintang, 2015)

Kebersihan gigi dan mulut yang baik dapat diwujudkan melalui

pengetahuan dan perilaku yang baik dan benar terhadap pemeliharaan kesehatan

gigi dan mulut. Pengetahuan merupakan faktor yang membentuk perilaku

seseorang. Pengetahuan yang kurang akan membentuk perilaku dan sikap yang

keliru terhadap pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut (Marimbun, dkk. 2016)

Ketika anak memasuki usia sekitar 6 tahun, gigi susu akan berganti

menjadi gigi tetap yang akan menjadi susunan gigi geligi kita sampai kelak

dewasa. Oleh karena itu perawatan kesehatan gigi dan mulut semasa kanak-kanak

memiliki peranan penting khususnya pada bayi. Apabila semasa bayi sudah

terbiasa dibersihkan, maka memperkenalkan sikat gigi pada anak menjadi tidak

terlalu sulit (Setianingtyas & Erwana, 2018).

Sering kita jumpai, kondisi seseorang yang mengeluh sakit gigi kemudian

dia datang dan berobat kedokter gigi dalam keadaan terlambat. Kunjungan

penderita kepuskesmas rata-rata sudah dalam keadaan lanjut untuk berobat,

sehingga dapat diartikan bahwa tingkat kesadaran masyarakat pada umumnya

untuk berobat sedini mungkin masih belum dilaksanakan. Di indonesia kesadaran


orang dewasa untuk datang ke dokter gigi kurang dari 7% dan pada anak-anak

hanya sekitar 4% kunjungan (Lukihardianti, 2011).

Dampak positif apabila dilakukan perawatan gigi yaitu tidak terasa sakit

radang gusi, tidak ada karies, saat mengunyah tidak terasa nyeri, leher gigi tidak

kelihatan, tidak goyang, tidak terdapat plak, warna gigi putih kekuningan tidak

terdapat karang, mahkota gigi utuh. Kelalaian merawat gigi dan mulut dapat

menimbulkan dampak negatif yang mengganggu aktifitas sehari-hari. Dapat

menimbulkan karies gigi pada anak yang dibiarkan tidak dilakukan perawatan

akan dapat masalah kesehatan seperti adanya rasa nyeri, gangguan tidur. Jika tidak

dilakukan perawatan menimbulkan rasa sakit pada gigi yang berakibat melakukan

kegiatan anak tidak hadir kesekolah dan nafsu makan menurun sehingga

mengakibatkan gangguan tumbuh kembang anak. Oleh karena itu, orang tua perlu

melakukan stimulus pada anak untuk perkembangan motorik terutama melakukan

gosok gigi. (Khasana & Susanto, 2018).

Menurut survey yang dilakukan oleh Dewanti (2012) keadaan kebersihan

gigi dan mulut anak lebih buruk dikarenakan anak lebih banyak makan makanan

dan minuman yang menyebabkan karies dibandingkan orang dewasa. Anak-anak

umumnya senang makan gula-gula dan apabila anak terlalu sering makan gula-

gula dan jarang membersihkannya, maka gigi-giginya banyak yang mengalami

karies. Selain itu juga tingkat kesadaran untuk memelihara kesehatan gigi dan

mulut oleh anak-anak sendiri juga masih tergolong rendah, yang mana hal ini juga

dipengaruhi oleh rendahnya pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut itu

sendiri.
Menurut penelitian Pontunuwu dalam Afiati dkk (2014) menjelaskan

bahwa pengetahuan yang tepat mempengaruhi perilaku kesehatan dalam

meningkatkan kesehatan khususnya kesehatan gigi dan mulut. Namun,

pengetahuan seseorang tentang perilaku memelihara kesehatan gigi dan mulut

sering kali terdapat ketidakselarasan. Kenyataan yang lain dapat ditunjukkan pada

perilaku masyarakat yang mengunjungi fasilitas pelayanan kesehatan gigi.

Menurut Suratri dkk (2016) pengertahuan dan sikap ibu terhadap kesehatan dan

perawatan gigi dan mulut anak cukup baik akan tetapi perilakunya yang belum

sesuai dengan pengetahuan dan sikapnya, ini terlihat pada hanya 50% anak yang

sakit gigi dibawa berobat ke pelayanan gigi dan mulut (Gayatri, 2017).

Berdasarkan hasil wawancara dengan siswa siswi di Sekolah Dasar Negeri

096743 Silandoyung Kabupaten Simalungun sebanyak 10 anak, diperoleh 6

(60%) diantaranya tidak memperoleh informasi dari orang tua cara menyikat gigi

yang baik, dan orang tua tidak melarang anak mengkonsumsi makanan ringan

yang dapat merusak gigi. Dari hasil wawancara juga diperoleh bahwa dari 10 anak

yang ditanyakan seluruhnya tidak melakukan sikat gigi pada malam hari dan rata-

rata mengkonsumsi makanan ringan seperti permen, cokelat, es krim yang dapat

mengganggu kesehatan gigi.

Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang

“Hubungan Pengetahuan Kesehatan Gigi dengan Perilaku Menyikat Gigi pada

Anak Usia Sekolah Dasar Negeri 096743 Silandoyung Kabupaten Simalungun

Tahun 2022

1.2 Rumusan Masalah


Dari uraian latar belakang diatas penulis dapat merumuskan inti

permasalahan dari pokok bahasan utama penelitian ini, yaitu “ Apakah ada

Hubungan Pengetahuan Kesehatan Gigi dengan Perilaku Menyikat Gigi Pada

Anak Usia Sekolah Dasar Negeri 096743 Silandoyung Kabupaten Simalungun

Tahun 2022
1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui Hubungan Pengetahuan Kesehatan Gigi dengan

Perilaku Menyikat Gigi pada Anak Usia Sekolah Dasar Negeri 096743 di

Silandoyung Kabupaten Simalungun Tahun 2022

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi Pengetahuan Anak Usia Sekolah Dasar Negeri 096743

Silandoyung Kabupaten Simalungun Tahun 2022.

2. Mengidentifikasi Perilaku Meyikat Gigi pada Anak Usia Sekolah Dasar

Negeri 096743 Silandoyung Kabupateng Simalungun Tahun 2022.

3. Menganalisis Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku Menyikat pada

Anak Usia Sekolah Dasar Negeri 096743 di Silandoyung Kabupaten

Simalungun Tahun 2022.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Bagi Masyarakat

Bagi pembaca, penelitian ini dapat digunakan untuk menambah wawasan

tentang pentingnya menyikat gigi guna mencegah terjadinya berbagai masalah

atau gangguan dalam gigi.

1.4.2 Manfaat Praktis

Penelitian yang baik tentunya memiliki manfaat bagi peneliti sendiri

ataupun bagi masyarakat sekitar. Bukan hanya sebagai dasar teori namun juga

harus dipraktikkan secara langsung dalam kehidupan. Penelitian ini memiliki

manfaat secara praktis bagi :

a. Pendidikan
Penelitian ini sebagai informasi dalam pembuatan program pemeliharaan

kesehatan gigi di sekolah yang lebih aplikatif sesuai kurikulum yang ada.

b. Dinas kesehatan

Penelitian ini dapat menjadi acuan untuk meningkatkan program

pelayanan kesehatan gigi yang lebih baik dan memaksimalkan fungsi

Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) di seluruh sekolah.

c. Masyarakat

Penelitian ini dapat menjadi perhatian penting bagi masyarakat atau orang

tua dalam memberikan informasi yang sesuai tentang Kesehatan Gigi dan

cara menyikat gigi yang benar pada anak.

d. Peneliti

Penelitian ini menjadi sumber data dan bermanfaat bagi penelitian

selanjutnya, sehingga semakin memperkaya ilmu pengetahuan tentang

kesehatan gigi dan perilaku menyikat gigi pada anak


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anak Usia Sekolah

2.1.1 Defenisi

Anak usia sekolah menurut defenisi WHO (world Health Organization)

yaitu golongan anak yang berusia antara 7-15 tahun, sedangkan di Indonesia

lazimnya anak yang berusia 6-12 tahun. Anak usia sekolah Periode usia

pertengahan ini dimulai dengan masuknya anak kedalam lingkungan sekolah.

2.1.2 Pertumbuhan Dan Perkembangan Anak Usia Sekolah

Pertumbuhan adalah proses yang berhubungan dengan bertambah

besarnya ukuran fisik karena terjadi pembelahan dan bertambahnya banyak sel,

disertai bertambahnya substansi intersal pada jaringan tubuh. Proses tersebut

dapat diamati dengan adanya perubahan-perubahan pada besar dan bentuk yang

dinyatakan dalam nilai-nilai ukuran tubuh, misalnya berat badan, tinggi badan,

lingkar kepala, lingkar lengan atas, dan sebagainya. Pada masa anak-anak banyak

mengalami perubahan-perubahan di dalam tubuh yang meliputi meningkatnya

tinggi dan berat badan.

Menurut Toho Cholik Mutohir dan Gusril secara umum pertumbuhan

tinggi badan pada masa anak-anak akan mengalami kenaikan pertahun 5-7 cm,

untuk anak perempuan umur 11 tahun rata-rata mempunyai tinggi badan 147,3 cm

sedangkan anak laki-laki 146 cm. berat badan mengalami kenaikan yang lebih

bervariasi dari pada kenaikan tinggi badan, berkisar antara sampai 1,5 – 2,5 kg

pertahun. Anak perempuan umur 11 tahun, rata-rata mempunyai berat badan

44,25 kg sedangkan anak laki-laki 42,75 kg.


Perkembangan adalah proses yang berhubungan dengan fungsi organ

atau alat tubuh karena terjadinya pematangan. Pada pematangan ini terjadi

diderensiasi sel dan maturasi alat atau organ sesuai dengan bertambahnya

pandainya keterampilan dan perilaku. Perkembangan komunikasi pada anak usia

ini dapat dimulai dengan kemampuan anak mencetak, menggambar, membuat

huruf atau tulisan yang besar dan apa yang dilaksanakan oleh anak mencerminkan

pemikiran anak dan 1 kemampuan anak membaca disini sudah dapat dimulai,

pada usia kedelapan anak sudah mampu membaca dan sudah mulai berfikir

terhadap kehidupan.

Komunikasi yang dapat dilakukan pada usia sekolah ini adalah tetap

masih memperhatikan tingkat kemampuan bahasa anak yaitu gunakan kata

sederhana yang spesifik, jelaskan sesuatu yang membuat ketidakjelasan pada anak

atau sesuatu yang tidak diketahui, pada usia ini keingintahuan pada aspek

fungsional dan procedural dari objek tertentu sangat tinggi maka jelaskan arti

fungsi dan prosedurnya, maksud dan tujuan dari suatu yang ditanyakan secara

jelas dan jangan menyakiti atau mengancam sebab ini akan membuat anak tidak

mampu berkomunikasi secara efektif (Hidayat, 2012).

2.2 Pengetahuan

2.2.1 Defenisi

Menurut Notoatmodjo dalam kholid (2015) Pengetahuan adalah hasil

‘tahu’ dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek

tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra

penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan


manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif

merupakan dominan yang sangat penting untuk terbentuknyatindakan seseorang.

Pengetahuan adalah hasil dari rasa keingintahuan yang terjadi melalui

proses sensoris, khususnya mata dan telinga terhadap objek tertentu. Pengetahuan

merupakan domain yang sangat penting terbentuknya perilaku (open behavior)

(Doli,2017)

2.2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan menurut Lestari (2015)

a. Tingkat pendidikan, yakni upaya untuk memberikan pengetahuan

sehingga terjadi perubahan perilaku positif yang meningkat.

b. Informasi, seseorang yang mendapatkan informasi lebih banyak akan

menambahkan pengetahuan yang lebih luas.

c. Pengalaman, yakni sesuatu yang pernah dilakukan seseorang akan

menambah pengetahuan tentang sesuatu yang bersifat informal

d. Budaya, tingkah laku manusia dalam memenuhi kebutuhan yang meliputi

sikap dan kepercayaan.

e. Social ekonomi yakni kemampuan seseorang memenuhi kebutuhan

hidupnya.

Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

menurut Maliono dalam lestari (2015) adalah :

1) Sosial ekonomi akan mendukung tingginya pengetahuan seseorang

bila ekonomi baik, tingkat pendidikan tinggi, tingkat pengetahuan

akan tinggi pula.

2) Kultur (Budaya dan agama)


Budaya sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan seseorang

karena informasi yang baru akan di saring sesuai atau tidaknya

dengan budaya apapun yang dianut.

3) Pendidikan

Semakin tinggi pendidikan maka semakin akan mudah menerima

informasi hal baru dan akan mudah menyesuaikan dengan hal yang

baru tersebut.

4) Pengalaman

Pengalaman diisi berkaitan dengan umur pendidikan individu,

pendidikan yang tinggi, maka pengalaman akan lebih luas, sedangkan

semakin tua umur seseorang maka pengalaman semakin banyak.

2.2.3 Pengukuran Pengetahuan

Menurut (Lestari,2015) dapat dilakukan dengan wawancara atau angket

yang menanyakan tentang isi materi yang akan diukur dari subyek penelitian

kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat disesuaikan

dengan tingkat domain diatas pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan

wawancara atau angket yang berisi pertanyaan sesuai materi yang ingin kita ukur

dari subyek penelitian atau responden yang disesuaikan dengan tingkat

pengetahuan.

2.3 Perilaku

2.3.1 Jenis-jenis perilaku

Skinner dalam Notoatmodjo (2007) menjelaskan bahwa perilaku terjadi

melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, kemudian organisme tersebut

memberikan respon atau stimulus yang diperoleh. Untuk itu Skinner membagi dua
jenis perilaku berdasarkan respon terhadap stimulus-stimulus yang mungkin

muncul, antara lain:

a. Perilaku tertutup (Covert Behavior)

Perilaku tertutup merupakan respon seseorang terhadap stimulus dalam

bentuk perilaku tertutup (tidak terlihat/tidak nampak). Reaksi ini terbatas

pada perhatian, persepsi, pengetahuan atau kesadaramn dan sikap yang

terjadi pada orang yang menerima stimulus

b. Perilaku terbuka (Overt Behavior)

Perilaku terbuka merupakan respon terhadap stimulus dalam bentuk

tindakan nyata atau terlihat. Perilaku ini dapat diamati oleh orang lain

dengan mudah.

2.3.2 Tahapan Membentuk Perilaku

Perilaku merupakan proses yang dilakukan berulang kali. Perilaku tidak

dapat muncul secara tiba-tiba. Rogers dalam Notoatmodjo (2007)

mengungkapkan bahwa sebelum seseorang memiliki perilaku baru, maka orang

itu melalui beberapa tahapan, proses tersebut antara lain awereness, interest,

evaluation, trial, dan adaption.

a. Awereness (Kesadaran)

Awereness merupakan tahap awal dalam mengadopsi sebuah perilaku. Karena

dengan kesadaran ini akan memicu seseorang untuk berfikir lebih lanjut tentang

apa yang ia terima.


b. Interest (Ketertarikan)

Interest merupakan tahap kedua setelah seseorang sadar terhadap suatu

stimulus. Seseorang pada tahap ini sudah mulai melakukan suatu tindakan dari

stimulus yang diterimanya.

c. Evaluation (Menimbang)

Evaluation merupakan sikap seseorang dalam memikirkan baik buruk

stimulus yang ia terima setelah adanya sikap ketertarikan. Apabila stimulus yang

dianggap buruk atau kurang berkesan, maka ia akan diam atau atau acuh.

Sebaiknya apabila stimulus yang ia teriam dianggap baik, ia akan membuat

seseorang melakukan suatu tindakan.

d. Trial (Mencoba)

Trial merupakan tahap lanjutan pada seseorang yang telah mampu

memikirkan stimulus yang diperoleh baik atau buruk. Sehingga menimbulkan

keinginan untuk mencoba

e. Adoption

Adoption merupakan tahap terakhir setelah melewati tahapan-tahapan

sebelumnya. Perilaku ini akan muncul sesuai dengan kesadaran, pengetahuan, dan

sikap yang dimiliki seseorang. Sehingga ia mampu melakukan suatu tindakan

yang dianggap baik atau salah sesuai stimulus yang ia terima.

2.3.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku

Green dalam Notoatmodjo (2007) menyebutkan bahwa perilaku

dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu faktor predisposisi, faktor pemungkin, dan

faktor penguat. Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Faktor Predisposisi (Predisposition Factor)


Faktor predisposisi merupakan faktor yang menjadi dasar melakukan suatu

tindakan. Faktor predisposisi pada seseorang diantaranya sikap, keyakinan,

nilai-nilai, persepsi, usia, status sosial ekonomi, jenis kelamin yang menjadi

pemicu seseorang melakukan tindakan.

b. Faktor Pemungkin (Enabling Factor)

Faktor pemungkin merupakan faktor yang memungkinkan memotivasi atau

keinginan untuk dapat terlaksana. Contoh faktor pemungkin adalah

kemampuan, sumber daya, ketersediaan informasi, dan ketersediaan fasilitas.

c. Faktor Penguat (Reinforcing Faktor)

Faktor penguat merupakan faktor yang muncul setelah tindakan itu dilakukan.

Faktor-faktor ini dapat bersikap negatif atau positif. Hal ini yang

mempengaruhi perilaku seseorang dari stimulus yang diterimanya. Contoh

faktor penguat adalah adanya manfaar atau ganjaran yang diterima oleh

seseorang.

2.4 Kesehatan gigi

2.4.1 Defenisi

Gigi adalah tulang keras dan kecil-kecil berwarna putih yang tumbuh

tersusun, berakar didalam gusi dan berfungsi untuk mengunyah dan menggigit.

Menurut ircham Machfoedz (2013) tugas dari gigi adalah

a. Untuk berbicara

Kehilangan gigi akan menyebabkan seseorang mengalami kesulitan untuk

berbicara terutama gigi bagian depan. Pengucapan huruf tertentu seperti F, V,

S pun terdengar aneh.


b. Untuk mengunyah makanan

Bersama dengan lidah dan bibir, gigi melakukan fungsi pengunyahan. Fungsi

ini meliputi kombinasi, perobekan, penghalusan makanan. Di pindah kekiri,

kanan, tengah seperti mixer atau blender supaya tercerna dengan halus

dimulut sebelum dimasukkan ke organ pencernaan mulut.

c. Ini jelas, senyum orang yang gigi depannya tanggal akan terlihat sedikit

kurang menarik, dibandingkan senyum orang dengan gigi yang utuh.

d. kurang menarik, dibandingkan senyum orang dengan gigi yang utuh.

2.4.2 Pemeliharaan Kesehatan Gigi

Upaya pemeliharaan kesehatan gigi yang utama harus ditujukan untuk

mengendalikan pertumbuhan bakteri di dalam rongga mulut karena pertumbuhan

bakteri mulut yang tidak terkontrol merupakan penyebab utama trjadinya

permasalahan gigi dan mulut (Maitra, 2012).

Pada usia 6 tahun sampai 7 tahun, gigi yang tumbuh sementara antara

lain gigi seri tengah dan gigi geraham pertama. Usia 7 sampai 8 tahun tumbuh

gigi seri tengah, dan gigi seri literal. Usia 9 sampai 10 tahun tumbuh gigi taring

bagian mandibula. Usia 10 sampai 12 tahun tumbuh gigi geraham pertama, gigi

taring bagian maksila, dan gigi geraham kecil kedua (Hockeberry & Wilson,

2009).

2.4.3 Dampak Tidak Menyikat Gigi

Masalah kesehatan gigi dapat menyebabkan kematian bila infeksi sudah

parah akan mempengaruhi jaringan tubuh lain, seperti tenggorokan, jantung

hingga otak kanan (Minata, 2011). Menurut tampubolon (2006) dampak yang

dialami seseorang dengan masalah gigi antara lain keterbatasan fungsi gigi (sulit
mengunyah, makanan tersangjut, bau nafas, pencernaan terganggu), disabilitas

fisik ( diet tidak memuaskan, menghindari makanan tertentu, tidak dapatr

menyikat gigi dengan baik), rasa sakit setiap mengunyah (sakit kepala, infeksi,

sakit radang), ketidak nyamanan psikis (merasa rendah diri, sangat khawatir) dan

disabilitas psikis (tidur terganggu, sulit berkomuniukasi, merasa malu).

2.5 Cara Menyikat Gigi

Standar Operasional Prosedur (SOP) oral hygiene

a. Menyikat gigi

Pengertian : adalah tindakan membersihkan rongga mulut dan gigi dari

semua kotoran makanan dengan menggunakan sikat gigi.

Tujuan : - Mencegah penyakit gigi dan mulut

- Mencegah penyakit yang penularannya melalui mulut

- Untuk menanamkan kebiasaan menyikat gigi yang baik

dan benar kepada anak sejak dini

Peralatan : - Sikat gigi

- Pasta gigi

- Gelas untuk berkumur yang berisi air

Prosedur pelaksanaan :

1) Ambil sikat dan pasta gigi, peganglah sikat gigi dengan cara sendiri

(yang penting nyaman untuk dipegang), oleskan pasta gigi di sikat

gigi yang sudah dipegang dan kumur-kumur

2) Sikat gigi, gigi depan dengan cara menjalankan sikat gigi pelan-pelan

dan naik turun. Kenapa harus pelan-pelan karena biasanya orang


yang menyikat gigi secara kasar, akan mengakibatkan gusi lecet dan

berdarah.

3) Langkah selanjutnya gosok bagian gigi sebelah kanandan kiri. Cara

mengaplikasikannya hamper sama dengan menyikat gigi depan, yaitu

gosok perlahan dengan irama naik turun. Jika susah menggosok naik

turun bisa menggosok biasa namun dengan durasi lebih lama, karena

menggosok dengan cara naik turun walaupun pelan-pelan akan lebih

cepat menghilangkan sisa makanan yang nempel.

4) Sudah selesai menggosok area gigi bagian kanan, kiri dan depan,

maka langkah selanjutnya adalah membersihkan / menyikat gigi

pelan namun kotoran taka da yang tertinggal karena biasanya plak

kuning terjadi di area ini jika gosok giginya tidak bersih. Caranya,

gunakan ujung bulu sikat untuk menjangkau area gigi geraham.

5) Langkah terakhir gosok gigi dalam (gigi tengah) dengan cara

menegakkan lurus sikat gigi, lalu sikat, gerakkan sikat keatas dan

kebawah.

b. Syarat-syarat sikat gigi memenuhi syarat :

- Tangkai lurus dan mudah dipegang

- Kepala sikat gigi kecil.

- Bulu sikat gigi harus lembut dan datar


c. Frekuensi menyikat gigi

Perawatan gigi sebenarnya dapat dilakukan dengan kebiasaan teratur dan

disiplin yaitu pada waktu pagi hari setelah sarapan dan malam hari

sebelum makan (Kemenkes,2012)

d. Pasta gigi

Flouride dibutuhkan oleh gigi untuk menjaga gigi dari kerusakan. Namun

kadarnya harus diperhatikan. Flouride dapat menurunkan produksi asam

dan meningkatkan pembentukan mineral pada dasar enamel. Pasta gigi

yang sekarang beredar mengandung 0,15% fluride yang sebelumnya

mengandung 0,10% Flouride.

e. Pemeriksaan kedokter gigi

Perilaku menjaga kesehatan yaitu dengan rutin ke dokter gigi 6 bulan

sekali. Melakukan pemeriksaan gigi dan mulut setiap 6 bulan sekali adalah

hal yang penting untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut. Dokter gigi

dapat melakukan pendeteksian dan penanganan dini terhadap masalah gigi

dan mulut dalam tahap awal.

f. Mengatur makanan

Anak pada usia sekolah sering mengonsumsi manis seperti cokelat,

permen, kue dan lain sebagainya. Makanan manis mengandung larutan

gula yang memiliki konsentrasi tinggi. Larutan tersebut dapat menembus

plak gigi dan dimetabolisasi untuk menghasilkan asam sebelum

dinetralisasi oleh saliva. Konsumsi makanan tersebut apabila tidak

dikontrol dengan perawatan gigi yang benar akan beresiko terkena karies

gigi, oleh karena itu pada anak usia sekolah dianjurkan diet rendah gula
dan tinggi nutrisi serta memperhatikan perawatan gigi lainnya. (Potter &

Perry, 2005)

Sumber makanan yang baik dikonsumsi untuk penguat gigi yakni

makanan yang mengandung tinggi kalsium. Menurut Gupte (1991)

mengonsumsi kalsium , fospor, vitamin C dan vitamin D dapat

menguatkan gigi. Vitamin C dan D baik untuk pembentukan gigi. Kalsium

dan vitamin D adalah fondasi yang penting untuk membuat tulang dan gigi

yang kuat. Kalsium mendukung struktur tulang dan gigi, sedangkan

vitamin D meningkatkan penyerapan kalsium dan pertumbuhan tulang,

seperti susu, keju, yogurt, telur, sayur mayor, buah-buahan, dan lain

sebagainya, Gupte (1991).

2.5.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku menyikat gigi

Faktor internal merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi dari dalam

diri seseorang, seperti usia, pengalaman dan motivasi anak. Hal ini dapat

dijelaskan yaitu

a. Usia

Usia merupakan faktor yang mempengaruhi perawatan gigi pada anak.

Usia erat hubungannya dengan tingkat kedewasaan teknik maupun

psikologis. Semakin bertambah usia seseorang maka berbanding lurus

pengetahuan yang dimiliki.

b. Pengalaman

Pengalaman dapat diperoleh dari diri sendiri maupun orang lain.

Pengalaman yang dialami menjadikan seseorang dapat mengambil

pelajaran dari kejadian-kejadian yang telah lalu sehingga


mengantisipasi hal negative terulang kembali dikemudian hari . Anak

usia sekolah tidak akan mengkonsumsi permen tanpa menggosok gigi

setelahnya apabila ia belum memiliki atau melihat orang lain. Ia akan

mengantisipasi hal yang dapat terjadi apabila kegiatan tersebut

dilakukan.

c. Motivasi anak

Anak usia sekolah memiliki tanggung jawab dalam melakukan sesuatu

namun anak usia sekolah memiliki motivasi rendah dalam

memperhatikan penampilan dan bau mulut sampai usia mereka remaja.

Faktor eksternal merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi dari luar

diri seseorang. Faktor yang berasal dari lingkungan sekitar seperti orang

tua, tingkat pendidikan, fasilitas kesehatan, penghasilan dan sosial budaya

(Notoaatmodjo,2010) Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Lingkungan

Lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

pengetahuan seseorang. Lingkungan memberikan pengaruh

pertama bagi seseorang, dimana seseorang dapat mempelajarihal-

hal yang baik dan juga hal-hal buruk tergantung pada sifat

kelompoknya.

b. Orang tua

Orang tua memiliki tanggung jawab terhadap kesehatan anggota

keluarganya terutama anak. Orang tua harus memiliki pengetahuan

yang cukup tentang kesehatan gigi dan mulut serta karies gigi.
c. Tingkat pendidikan

Pendidikan adalah suatu kegiatan atau proses pembelajaran untuk

meningkatkan kemampuan tertentu, sehingga sasaran pendidikan

turut pula menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan

memahami pengetahuan yang mereka peroleh, pada umumnya

semakin tinggi pengetahuan seseorang makin baik pula

pengetahuannya.

d. Fasilitas kesehatan

Fasilitas kesehatan sangat berpengaruh baik dalam kesehatan gigi

dan mulut.

e. Penghasilan

Status ekonomi sebagai faktor resiko terhadap karies terutama

pada masyarakat yang rendah, hal ini disebabkan mahalnya

perawatan gigi.

f. Sosial budaya

Kebudayaan setempat dan kebiasaan dalam keluarga dapat

mempengaruhi pengetahuan persepsi, dan sikap seseorang

terhadap sesuatu. Apabila dalam keluarga jarang melakukan

kebiasaan gosok gigi sebelum tidur, maka itu dapat berdampak

kebiasaan dalam perilaku anak yang mengikuti orang tuanya.


2.5 Kerangka Teori

Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku


menyikat gigi pada anak usia sekolah
dasar :

a. Faktor Eksternal
- Usia
- Jenis kelamin
- Pengalaman
- Motivasi
b. Faktor Eksternal
- Orang tua
- Fasilitas
- Penghasilan
- Sosial budaya

Perilaku yang merupakan


semua macam – macam
Kesehatan gigi perawatan gigi :
Menyikat gigi
Pemeriksaan ke dokter gigi
Tingkat pengetahuan tentang Frekuensi menyikat gigi
perilaku menyikat gigi : Mengatur makanan
Dampak tidak menyikat gigi Penggunaan Flourida
Masalah kesehatan gigi Flossing
Penyebab kerusakan gigi ss
Perawatan gigi yang benar
Ciri-ciri gigi yang sehat

Skema 2.1 Kerangka Teori

(Anderson, 1989;Cahyadi, 1997;Chadwick &Hisey,2003;


Fitriana,2006;Hockenberry & Wilson, 2007; Houwink,et.al, 1993;
Hutabarat,2009; Kawuryan,2008;Minata, 2011; Muscari, 2005;
Notoadmodjo,2007;Potter&Perry, 2005;Santrock, 2008; Smyth & Camma, 2005;
Suwelo, 1997;Wong,2009)
2.6 Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah abstraksi dari suatu realitas agar dapat

dikomunikasikan dan membentuk suatu teori yang menjelaskan keterkaitan antara

variabel (baik variabel yang diteliti maupun yang tidak diteliti). Kerangka konsep

akan membentuk penelitian menghubungkan hasil penemuan dengan teori

(Nursalam, 2017)

Variabel independen Variabel dependen

Pengetahuan Perilaku Menyikat


Gigi

Keterangan :
: Variabel yang diteliti
: Variabel independen
: Variabel dependen

Skema 2.2 Kerangka Konsep

2.7 Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah Ha : Adanya Hubungan Pengetahuan
Kesehatan Gigi Dengan Perilaku Menyikat Gigi Pada Anak Usia Sekolah Dasar
096743 Silandoyung Kabupaten Simalungun
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan ini adalah Observasional Analitik. Dengan

menggunakan pendekatan Cross Sectional Study, yaitu jenis penelitian yang

menekankan waktu pengukuran/observasi data variabel independen hanya satu

kali pada satu saat. Dengan studi ini, akan diperoleh prevalensi atau efek suatu

fenomena (variabel dependen) dihubungkan dengan penyebab (variabel

independen)

3.2 Lokasi dan waktu penelitian

3.2.1 Lokasi penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di Sekolah Dasar Negeri 096743 Silandoyung

Kabupaten Simalungun

3.2.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian ini dilakukan pada bulan maret sampai dengan mei 2022
3.3 Populasi, Sampel dan sampling

3.3.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan jumlah yang terdiri atas objek dan subjek yang

mempunyai karakteristik dan kualitas tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

diteliti dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2016). Populasi dalam

penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV, V dan VI di Sekolah Dasar Negeri

096743 Silandoyung Kabupaten Simalungun dengan jumlah siswa sebanyak 145

siswa.

3.3.2 Sampel

Sampel terdiri atas bagian populasi yang terjangkau yang dapat

dipergunakan sebagai subjek penelitian melalui sampling (Nursalam, 2017)

Pada penelitian ini sampel menggunakan rumus slovin pengambilam sampel

dilakukan sebagai berikut :

1
n= 2
1+ N (d )

n = Besar sampel

N = Besar populasi

d = Tingkat kepercayaan atau ketepatan diinginkan yaitu 5% atau 0,05

N
n=
1+ N (d )2

145
n= 2
1+ 145(0,05)

145
n=
1,3625
n = 106,4

Berdasarkan rumus diatas maka jumlah sampel yang akan diambil dari populasi

adalah 107 sampel. Namun tidak menutup kemungkinan jumlah sampel tersebut

akan berkurang sehubung dengan kriteria sampel yang diajukan oleh peneliti.

Adapun kriteria sampel yang dimaksud adalah :


a. Kriteria Inklusi

1. Siswa kelas IV, V dan VI Sekolah Dasar Negeri 096743 Silandoyung

Kabupaten Simalungun.

2. Memahami Bahasa Indonesia dan dapat membaca serta memahami.

3. Siswa yang bersedia menjadi responden.

b. Kriteria Eklusi

1. Siswa yang tidak hadir selama waktu pengambilan data.

2. Siswa dalam keadaan sakit sehingga tidak dapat mengikuti kegiatan

pengambilan data.

3.4 Variabel Penelitian

Variabel merupakan suatu gejala yang mempunyai variasi, digunakan

sebagai atribut dari sekelompok orang atau objek antara satu dengan lainnya

dalam kelompok tersebut. Variabel menjadi fokus yang akan diamati oleh peneliti

(Sugiyono, 2013). Variabel dalam penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu :

1. Variabel independen

Variabel independen (bebas) adalah variabel yang mempengaruhi atau nilainya

menentukan variabel lain. Variabel independen pada penelitian ini pengetahuan

tentang kesehatan gigi

2. Variabel Dependen

Variabel dependen (terikat) adalah variabel yang dipengaruhi nilainya

Ditentukan oleh variabel lain. Variabel dependen pada penelitian ini adalah

perilaku menyikat gigi pada anak usia sekolah


3.5 Defenisi Operasional

Defenisi operasional adalah defenisi berdasarkan karakteristik yang

diamati (diukur) dari suatu yang didefenisikan tersebut (Nursalam, 2017).

Defenisi operasional dapat membantu dalam mengarahkan pengukuran atau

pengamatan terhadap variabel-variabel yang bersangkutan serta dalam

mengembangkan instrument. Defenisi operasional dalam penelitian ini dibuat

dalam bentuk tabel 3.1

Tabel 3.1 Defenisi Operasional

Variabel Defenisi Cara Ukur dan Alat Hasil Ukur Skala

Penelitian Operasional Ukur Ukur

Independen : Pengetahuan Memberikan sejumlah 1. Pengetahuan Ordinal

Pengetahuan adalah segala pertanyaan mengenai dikatain baik

sesuatu yang kesehatan gigi. Variabel apabila jumlah

diketahui dan pengetahuan ini skor ≤15

dimengerti oleh menggunakan skala 2. Pengetahuan

anak usia sekolah Guttman dalam dikatakan

tentang kesehatan pengukurannya dengan rendah apabila

gigi Meliputi : pilihan jawaban yang jumlah skor

pemeliharan benar dan salah. Anak <15

kesehatan gigi diminta untuk memilih

manakah jawaban yang

sesuai dengan

pengetahuan dimiliki.
Alat ukur : Lembar

Kuesioner

Dependen : Respon atau Memberikan sejumlah 1. Perilaku Ordinal

Perilaku tindakan siswa pertanyaan untuk dikatakan

Menyikat dalam menyikat kategori mengenai baik apabila

Gigi gigi terkait dengan perilaku menyikat gigi jumlah

langkah-langkah skornya ≥ 15

dan hal yang perlu Alat Ukur : Lembar 2. Perilaku

diperhatikan dalam Kuesioner dikatakan

menyikat gigi. kurang

apabila

jumlah

skornya ≤15

3.6 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah kuesioner.

Kuesioner adalah alat pengumpul data atau suatu masalah yang pada umumnya

banyak menyangkut kepentingan umum (Soekidjo Notoatmodjo, 2002).

Kuesioner yang digunakan sebanyak 20 pertanyaan untuk menilai pengetahuan

dan perilaku menyikat gigi dimana kuesioner yang terdiri dari 10 pertanyaan

untuk menilai pengetahuan dan 10 pertanyaan untuk menilai perilaku menyikat

gigi.

1. Kuesioner Pengetahuan
Instrument yang digunakan adalah kuesioner yang berisi 10 pertanyaan untuk

kategori pengetahuan tentang kesehatan gigi. Jika jawaban benar skornya

adalah (2) dan jawaban salah skornya (1) dengan rumus :

( Jumlah pertanyaan x skor terendah ) +( jumlah pertan yaan x skor tertinggi)


2
¿ (10 x 2 )+(10 x 1)
2

(20+10) 30
= = 15
2 2

Denga skoring salah 1 dan benar 2, maka dikatakan baik jika skornya ≥15 dan

dikatakan kurang jika skornya ≤15.

2. Kuesioner Perilaku

Instrumen yang akan digunakan adalah kuesioner yang berisi 10 pertanyaan

untuk kategori perilaku menyikat gigi. Jika jawaban benar skornya adalah (2)

dan jawaban salahnya (1) dengan rumus :

( jumlah pertanyaan x skor terendah )+( jumlah perta nyaan x skor tertinggi)
2
( 5 x 2 ) +(5 x 1)
2
( 10+5 ) 15
= =7,5
2 2
Dengan skoring salah 1 dan benar 2, maka dikatakan baik jika skornya ≥7,5dan

dikatakan kurang jika skornya ≤7,5.


3.7 Prosedur Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data

sekunder dengan penjelasan sebagai berikut (Sujarweni, 2014).

1. Data Primer

Data Primer adalah data yang di dapat dengan pengambilan data langsung

melalui cara membagikan kuesioner kepada responden yaitu pada siswa

kelas IV, V dan VI di Sekolah Dasar Negeri 096743 Silandoyung

Kabupaten Simalungun

2. Data Sekunder

Data Sekunder adalah data yang diperoleh selain dari siswa, sumber data

lain sebagai data sekunder yaitu dari orang tua atau guru.

3.8 Teknik Analisa Data

1. Pengolahan Data

Menurut (Nursalam, 2017) agar analisis penelitian menghasilkan

informasi yang benar paling tidak ada 4 tahapan dalam pengolahan data yang

harus dilalui yaitu :

a. Editing

Data yang telah terkumpul melali daftar pertanyaan dan atau pernyataan

(kuesioner) ataupu pada wawancara perlu dibaca kembali untuk melihat

apakah ada hal-hal yang masih meragukan dari jawaban responden.

b. Coding

Setelah tahap editing selesai, data yang berupa jawaban-jawaban

responden perlu diberi kode untuk memudahkan dalam menganalisi data.


Pemberian kode pada data dapat dilakukan dengan melihat jawaban Dari

jenis pertanyaan dan pernyataan yang diajukan dalam kuesioner dan

lembar observasi.

c. Tabulating

Tabulasi data merupakan penyajian data dalam bentuk table atau daftar.

Hasil tabulasi data ini dapat menjadi gambaran tentang hasil penelitian,

karena data-data yang diperoleh sudah tersusun dan terangkum dalam

table.

2. Analisa data

a. Analisa Univariat

Analisis univariat dilakukan untuk menjelaskan karakteristik tiap variabel

penelitian. Analisa ini menghasilkan distribusi frekuensi dan presentase

dari tiap variabel (Notoatmodjo, 2010). Penelitian ini menggunakan 2

karakteristik yaitu karakteristik responden dan karakteristik dan variabel

penelitian. Karakteristik variabel penelitian dari penelitian ini adalah

variabel dependen dan independen. Variabel dependen penelitian ini

adalah pengetahuan dan variabel dependennya adalah perilaku menyikat

gigi.

b.Analisa Bivariat

analisis bivariat adalah untuk mengetahui hubungan antara masing-masing

variabel. Analisis bivariat merupakan analisa yang dilakukan terhadap dua

variabel yabf diduga berhubungan atau berkorelasi (Notoatmodjo, 2010).

Jenis data pada variabel dependen dan independen adalah kategori

sehingga dilakukan analisis data menggunakan uji chi-square untuk


mengetahui hubungan. Interpretasi hasil uji chi-square dengan

membandingkan nilai p-value dengan nilai a. penelitian ini menggunakan

hipotesis alternatif (Ha) yaitu terdapat hubungan pengetahuan kesehatan

gigi dengan perilaku menyikat gigi anak usia sekolah dasar negeri 096743

silandoyung kabupaten simalungun.

3.9 Etika penelitian

Etika penelitian disusun untuk melindungi hak-hak responden, menjamin

kerahasiaan responden, dan peneliti dalam kegiatan penelitian. Penelitian ini

bersifat sukarela dan responden berhak untuk mengundurkan diri dari proses

penelitian bila dikehendaki. Menurut Hidayat (2007) etika penelitian yang harus

diperhatikan oleh setiap peneliti antara lain :

a. Lembar persetujuan (Informed consent)

Informed consent diberikan sebelum subjek mengatakan kesediaannya untuk

menjadi responden. Informed consent bertujuan untuk mengetahui informasi

tentang penelitian yang akan dilakukan. Untuk itu responden dapat

memutuskan kesediannya untuk menjadi responden atau tidak.

b. Tanpa nama (Anonymity)

Peneliti memberikan jaminan pada responden dalam menggunakan subjek

penelitian dengan cara tidak mencantumkan nama responden dalam lembar alat

ukur. Peneliti akan menggunakan metode kode saat mengolah data dan

mempublikasikannya.

c. Kerahasiaan (Confidentiality)
Informasi yang telah diberikan oleh responden akan dijaga kerahasiaannya oleh

peneliti, kecuali sekelompok data tertentu yang akan dilaporkan sebagai hasil

penelitian.
DAFTAR PUSTAKA

Senja, A. (2017). Masalah Kesehatan Pada Anak Sekolah. Jakarta: Diakses


dari.https://www.slideshare.net/AmaliaS enja1/masalah-kesehatan-pada-
anak- sekolah
Rahmadhani, H. (2017). Pentingnya Menjaga Kesehatan Gigi dan Mulut.
Yogyakarta: Penerbit Buku Deepublish CV.Budi Utama. Diakses
https://penerbitbukudeepublish.com/pentingnya-menjaga-kesehatan-gigi-
dan-mulut/
Gultom, (2017). Analisis Status Kesehatan Gigi Dan Kebutuhan Perawatan Gigi
Pada Murid-Murid SD Di Kota Bandar Lampung di akses pada tanggal 3
November 2019. http://scholar.google.co.id/scholar?hl=id&assdt=0%2c5=
Analisis+Status+Kesehatan+Gigi+Dan+Kebutuhan+Perawatan+Gigi+pada
+Murid+Di+Bandar+ lampung&btnG
Kasang, (2016) Gambara Perawatan Gigi Dan Mulut Pada Anak Dalam Kegiatan
Bulan Kesehatan Gigi Nasional Periode Tahun 2016 diakses pada tanggal
6 Desember.
Lubis & Nugrahaeni, (2018). Sudahkah Anda Menyikat Gigi Dengan Denar
diakses pada tanggal pada tanggl 5 Novembert. http://kosmo. vivanew.
com/new/read90266- sudahkah -anda-menyikat-gigi-dengan-benar
Hermawan, (2016) Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesehatan Gigi dan Mulut
Anak Usia Prasekolah Di POS PAUD Perlita Vinolia Kelurahan
Mojolangu di akses pada tanggal 54 November 2019.
http://ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/article/view/286
Hermawan, (2016) Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesehatan Gigi dan Mulut
Anak Usia Prasekolah Di POS PAUD Perlita Vinolia Kelurahan
Mojolangu di akses pada tanggal 54 November 2019.
http://ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/article/view/286
Khasana & Susanto, (2018) Gambaran Kesehatan Gigi Dan Mulut Serta Perilaku
Menggosok gigi Anak Usia Sekolah di akses pada tanggal 3 November
2019. https://scholar.google.co.id/scholar?
hl=id&as_sdt=0%2C5&q=Gambaran+
Kesehatan+Gigi+Dan+Mulut+Serta+Perilaku+Menggosok+gigi+Anak+Us
ia+Sekolah&btnG=
Gayatri, (2017) Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Perilaku Pemeliharaan
Kesehatan gigi Anak SDN Kauman 2 Malang di akses pada tanggal 4
November2019.
https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jhealthedu/article/view/22612
WHO (2013). Children and adolescence. Geneva.
Hidayat, (2012) Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1. Jakarta Salemba Medika
Notoadmodjo, soekidjo, (2012). Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan.
Jakarta :Rineka Cipta.
KUESIONER PENELITIAN
Hubungan Tingkat Pengetahuan Kesehatan gigi dengan Perilaku Menyikat
Gigi Pada Anak Usia Sekolah Dasar Negeri 096743 Silandoyung Kabupaten
Simalungun
Tanggal Pengisian Data :….
A. Karakteristik Responden
Petunjuk Pengisian :
Isilah pertanyaan berikut secara langsung dan berikan tanda silang (x) pada
kolom yang telah disediakan.
1. Usia :…..tahun
2. Jenis kelamin : ( ) laki laki ( ) Perempuan
3. Kelas : ( ) IV ( )V (VI)

B. Pengetahuan Kesehatan Gigi


Petunjuk pengisian kuesioner
- Berilah tanda silang (X) pada salah satu jawaban yang dianggap paling
benar pada pilihan jawaban yang telah disediakan.
- Bila anda ingin mengganti jawaban , coretlah tanda silang (X) dengan
tanda (=) lalu beri tanda silang (X) pada jawaban yang baru.
- Jawablah dengan jujur sesuai dengan kondisi anda.

1. Apa yang anda lakukan setelah makan atau minum yang manis?
A. Langsung menyikat gigi
B. Minum air putih
C. Berkumur-kumur setelah 10 menit menyikat gigi
2. Kapan sebaiknya dilakukan pemeriksaan gigi?
A. Setelah sarapan pagi dan sebelum tidur malam
B. Setiap mandi
C. Pada saat bangun tidur
3. Gigi berlubang dapat terjadi karena?
A. Makanan yang mengandung gula
B. Makanan yang mengandung pedas
C. Makanan yang mengandung panas
4. Pasta gigi yang bagaimana yang bagus
A. Pasta gigi yang mengandung flouride
B. Pasta gigi yang tidak mengandung flouride
C. Pasta gigi yang banyak iklannya
5. Satu sikat gigi digunakan berapa orang?
A. Satu orang
B. Dua orang
C. Tiga orang
6. Berapa lama sikat gigi diganti?
A. 3 bulan sekali
B. 8 bulan sekali
C. 5 bulan sekali
7. Makanan yang menyebabkan gigi berlubang?
A. Permen dan coklat
B. Sayur-sayuran
C. Buah-buahan
8. Bulu sikat gigi yang baik adalah?
A. Bulu halus dan rata
B. Bulu kaku
C. Bulu mekar
9. Menyikat gigi dilakukan setiap hari minimal sebanyak
A. 1 kali sehari
B. 2 kali sehari
C. 3 kali sehari
10. Guna memelihara kesehatan gigi dan mulut adalah?
A. Gigi menjadi bersih dan sehat
B. Gigi berdarah
C. Gigi terkena sariawan
C. Perilaku Menyikat Gigi
Petunjuk pengisian kuesioner
Petunjuk pengisian kuesioner
1. Pilihlah jawaban yang sesuai dengan keadaan adik-adik
2. Berilah tanda checklist () pada kolom yang telah disediakan.
3. Pilihlah jawaban berupa :

B : Benar
S : Salah

N Pernyataan B S
No
1. Menyikat gigi sehabis makan
permen
2. Menyikat gigi dengan lembut
3. Waktu menyikat gigi yang tepat
adalah pagi sesudah makan dan
malam sebelum tidur
4. Pasta gigi yang baik adalah pasta
gigi yang mengandung flouride
5. Bentuk kepala sikat gigi yang
baik untuk menyikat gigi adalah
ujung yang besar

Anda mungkin juga menyukai