OLEH:
Puji syukur kami panjatkan atas Kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan Rahmat
dan Karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah mata kuliah Keperawatan
Gawat Darurat yang berjudul “ Asuhan keperawatan kegawatdaruratan Asma ” dengan tepat
pada waktunya.
Terimakasih kami ucapkan kepada Ibu Ns.Friska Sitorus,M,Kep sebagai dosen
pembimbing kami. Diharapkan makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan dapat
memenuhi tuga Keperawatan Gawat Darurat jurusan Prodi Ilmu Keperawatan Program
Sarjana di Institut Kesehtan Deli Husada Delitua.
Kami menyadari makalah ini masih memiliki banyak kekurangan, oleh karena itu
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaa makalah ini. Akhir kata, kami ucapkan terimakasih
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Asma merupakan penyakit inflamasi kronik saluran nafas yang ditandai adanya mengi
episodik, batuk dan rasa sesak di dada akibat penyumbatan saluran nafas, termasuk dalam
kelompok penyakit saluran pernafasan kronik. World Health Organization (WHO)
memperkirakan 100-150 juta penduduk dunia menderita asma. Bahkan jumlah ini
diperkirakan akan terus bertambah hingga mencapai 180.000 orang setiap tahun. Sumber
lain menyebutkan bahwa pasien asma sudah mencapai 300 juta orang di seluruh dunia
dan terus meningkat selama 20 tahun belakangan ini. Apabila tidak dicegah dan ditangani
dengan baik, maka diperkirakan akan terjadi peningkatan prevalensi yang lebih tinggi lagi
pada masa akan datang serta mengganggu proses tumbuh-kembang anak dan kualitas
hidup pasien.
Asma memberi dampak negatif bagi pengidapnya seperti sering menyebabkan anak
tidak masuk sekolah, membatasi kegiatan olahraga serta aktifitas seluruh keluarga, juga
dapat merusak fungsi sistem saraf pusat, menurunkan kualitas hidup penderitanya, dan
menimbulkan masalah pembiayaan. Selain itu, mortalitas asma relatif tinggi. WHO
memperkirakan terdapat 250.000 kematian akibat asma.
Asma dapat diderita seumur hidup sebagaimana penyakit alergi lainnya, dan tidak dapat
disembuhkan secara total. Upaya terbaik yang dapat dilakukan untuk menanggulangi
permasalahan asma hingga saat ini masih berupa upaya penurunan frekuensi dan derajat
serangan, sedangkan penatalaksanaan utama adalah menghindari faktor penyebab
BAB II
PEMBAHASAN
A. Defenisi
Istilah asma berasal dari kata Yunani yang artinya “terengah-engah” dan berarti
serangan nafas pendek (Price, 1995). Nelson mendefinisikan asma sebagai kumpulan
tanda dan gejala wheezing (mengi) dan atau batuk dengan karakteristik sebagai berikut;
timbul secara episodik dan atau kronik, cenderung pada malam hari/dini hari (nocturnal),
musiman, adanya faktor pencetus diantaranya aktivitas fisik dan bersifat reversibel baik
secara spontan maupun dengan penyumbatan, serta adanya riwayat asma atau atopi lain
pada pasien/keluarga, sedangkan sebab-sebab lain sudah disingkirkan (Nelson, 1996).
Batasan asma yang lengkap yang dikeluarkan oleh Global Initiative for Asthma
(GINA) didefinisikan sebagai gangguan inflamasi kronik saluran nafas dengan banyak
sel yang berperan, khususnya sel mast, eosinofil, dan limfosit T. Pada orang yang rentan
inflamasi ini menyebabkan mengi berulang, sesak nafas, rasa dada tertekan dan batuk,
khususnya pada malam atau dini hari. Gejala ini biasanya berhubungan dengan
penyempitan jalan nafas yang luas namun bervariasi, yang sebagian bersifat reversibel
baik secara spontan maupun dengan pengobatan, inflamasi ini juga berhubungan dengan
hiperreaktivitas jalan nafas terhadap berbagai rangsangan (GINA, 2006).
B. Etiologi
Faktor imunologi penderita asma ekstrinsik atau alergi, terjadi setelah pemaparan
terhadap faktor lingkungan seperti debu rumah, tepung sari dan ketombe. Bentuk asma
inilah yang paling sering ditemukan pada usia 2 tahun pertama dan pada orang dewasa
(asma yang timbul lambat), disebut intrinsik (Sundaru, 2006).
C. Manifestasi Klinis
Adapun manifestasi klinis yang ditimbulkan antara lain : mengi atau wheezing, sesak
napas, dada terasa tertekan atau sesak, batuk produktif, pilek, nyeri dada, takikardi,
retraksi otot dada, napas cuping hidung, takipnea, kelelahan, anoreksia, sianosis,
berkeringat, ekspirasi memanjang dan gelisah
D. Patofisiologi
Adanya debu, asap rokok, bulu binatang, hawa dingin terpapar pada penderita. Benda-
benda tersebut setelah terpapar ternyata tidak dikenalioleh system ditubuh penderita
sehingga dianggap sebagai benda asing (antigen). Anggapan itu yang kemudian memicu
dikeluarkannya antibody yang berperanan sebagai respon reaksi hipersensistif seperti
neuropil, basofil, dan immunologlobulin E. Masuknya antigen pada tubuh yang memicu
reaksi antigen-antibodi yang membentuk ikatan seperti key and lock (gembok dan kunci)
Ikatan antigen dan antibody akan merangsang peningkatan pengeluaran mediator
kimiawi seperti histamine, neurophil chemotactic slow acting, epinefrin, norepinefrin, dan
prostaglandin. Peningkatan mediator-mediator kimia tersebut akan merangsang
penungkatan permiabilitas kapiler, pembengkakan pada mukosa saluran pernapasan
(terutama bronkus). Pembengkakan yang hamper merata pada semua bagian bronkus
akan menyebabkan penyempitan bronkus (bronkokontriksi) dan sesak napas.
Penyempitan bronkus (bronkokontriksi) dan sesak nafas. Penyempitan bronkus akan
meurunkan jumlah oksigen luar yang masuk saat inspirasi sehingga menurunkan oksigen
yang darah. Kondisi ini akan berakibat pada penurunan oksigen jaringan sehingga
penderita terlihat pucat dan lemah.
Pembengkakan mukosa bronkus juga akan meningkatkan sekresi mucus dan
meningkatakan pergerakan silia pada mukosa. Penderita jadi sering batuk dengan
produksi mucus yang cukup banyak.
E. Komplikasi
1. Status asmatikus
2. Atelektasis
3. Hipoksemia
4. Pneumotoraks
5. Emfisema
6. Deformitas tulang
7. Gagal napas
F. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan radiologi :
Foto thorak
Pada foto thorak akan tampak corakan paru yang meningkat,
hiperinflasi terdapat pada serangan akut dan pada asma kronik,
atelektasis juga ditemukan pada anak-anak 6 tahun.
Foto sinusparanasalis
Diperlukan jika asma sulit terkontrol untuk melihat adanya sinusitis.
2. Pemeriksaan darah
Hitung jenis leukosit akan terdapat eosinofilia pada darah tepi dan
sekret hidung, bila tidak eosinofilia kemungkinan bukan asma.
Analisa gas darah
G. Penatalaksanaan
Penatalaksaan medis :
I. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan tachipnea, peningkatan
produksi mukus, kekentalan sekresi dan bronchospasme.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran kapiler –
alveolar
3. Pola Nafas tidak efektif berhubungan dengan penyempitan bronkus..
4. Nyeri akut; ulu hati berhubungan dengan proses penyakit
5. Cemas berhubungan dengan kesulitan bernafas dan rasa takut sufokas
I. Rencana Keperawatan
KASUS :
Ny. R 68 tahun, masuk IGD RS pada tanggal 4 juni 2021, pukul 09.00 WIB dengan keluhan
sesak nafas. Ny. R dating bersama keluarga, saat pemeriksaan TTV didapatkan hasil , TD :
110/70 mmHg, N= 96x/menit, RR = 36/menit. Tingkat kesadaran Ny. R Composmentis.
A. PENGKAJIAN
Pengkajian dilakukan pada tanggal 4 juni 2021 pukul 09.00. diperoleh data sebagai berikut :
1. Nama : Ny. R
2. Umur : 68 tahun
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Pekerjaan : Swasta
5. Pendidikan : SD
6. Agama : Islam
7. No Rm : 247134
8. Alamat : Tebing tinggi
9. Diagnosa Medis : Asma Bronchiale
10. Tanggal Masuk : 4 juni 2021 pukul 09.00 WIB
11. Riwayat Penyakit pasien : Keluhan utama sesak nafas
12. Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien datang ke IGD dengan keluhan sesak napas
Sejak tadi pagi karena udara yang dingin, ± 2 jam yang lalu, pasien mendadak merasa
sesak napas, semakin lama napas terasa semakin sesak, napas cepat dan dangkal,
kemudian pasien dibawa ke RS.
13. Riwayat Penyakit Dahulu : pasien sebelumnya ± 7 tahun yang lalu pernah
dirawat di rumah sakit dengan penyakit yang sama tetapi tidak separah saat ini.
14. Riwayat Penyakit Keluarga : keluarga pasien mempunyai riwayat penyakit asma
yaitu Ibu pasien.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Asma adalah suatu peradangan pada bronkus akibat reaksi hipersensitif mukosa
bronkus terhadap alergen. Reaksi hipersensitif pada bronkus dapat mengakibatkan
pembengkakan pada mukosa bronkus. Dalam penanganan keperawatan gawat darurat
status asma dapat disesuaikan dengan etiologi atau faktor pencetusnya.
B. Saran
Sebagai perawat yang professional kita harus mampu melakukan Asuhan Keperawatan
kegawatdaruratan pada pasien Asma dengan baik untuk meningkatkan derajat kesehatan
yang lebih optimal.
DAFTAR PUSTAKA
Nugroho, dkk. (2016). Teori Asuhan Keperawatan Gawat Darurat. Yogyakarta : Nuha
Medika
Sarpini. (2013). Anatomi dan Fisiologi Tubuh Manusia Untuk Paramedis. Jakarta: Penerbit In
Media