Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN ASMA

OLEH:

1. Ade Aulia Syarifah 18.11.001


2. Agnes Sianturi 18.11.005
3. Anggelina Tamba 18.11.008
4. Aswatul Husna 18.11.010
5. Ayu Ardellya 18.11.012
6. Bella Istanti 18.11.015
7. Benarta Diana Sisca Silalahi 18.11.016
8. Chairani Aulia Sipayung 18.11.017
9. Cici Veronika Limbong 18.11.018

Dosen Pengampu : Ns.Friska Ernita Sitorus,M.Kep

INSTITUT KESEHATAN DELI HUSADA DELI TUA


FAKULTAS KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA
T.A 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas Kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan Rahmat
dan Karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah mata kuliah Keperawatan
Gawat Darurat yang berjudul “ Asuhan keperawatan kegawatdaruratan Asma ” dengan tepat
pada waktunya.
Terimakasih kami ucapkan kepada Ibu Ns.Friska Sitorus,M,Kep sebagai dosen
pembimbing kami. Diharapkan makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan dapat
memenuhi tuga Keperawatan Gawat Darurat jurusan Prodi Ilmu Keperawatan Program
Sarjana di Institut Kesehtan Deli Husada Delitua.
Kami menyadari makalah ini masih memiliki banyak kekurangan, oleh karena itu
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaa makalah ini. Akhir kata, kami ucapkan terimakasih
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Asma merupakan penyakit inflamasi kronik saluran nafas yang ditandai adanya mengi
episodik, batuk dan rasa sesak di dada akibat penyumbatan saluran nafas, termasuk dalam
kelompok penyakit saluran pernafasan kronik. World Health Organization (WHO)
memperkirakan 100-150 juta penduduk dunia menderita asma. Bahkan jumlah ini
diperkirakan akan terus bertambah hingga mencapai 180.000 orang setiap tahun. Sumber
lain menyebutkan bahwa pasien asma sudah mencapai 300 juta orang di seluruh dunia
dan terus meningkat selama 20 tahun belakangan ini. Apabila tidak dicegah dan ditangani
dengan baik, maka diperkirakan akan terjadi peningkatan prevalensi yang lebih tinggi lagi
pada masa akan datang serta mengganggu proses tumbuh-kembang anak dan kualitas
hidup pasien.
Asma memberi dampak negatif bagi pengidapnya seperti sering menyebabkan anak
tidak masuk sekolah, membatasi kegiatan olahraga serta aktifitas seluruh keluarga, juga
dapat merusak fungsi sistem saraf pusat, menurunkan kualitas hidup penderitanya, dan
menimbulkan masalah pembiayaan. Selain itu, mortalitas asma relatif tinggi. WHO
memperkirakan terdapat 250.000 kematian akibat asma.

Asma dapat diderita seumur hidup sebagaimana penyakit alergi lainnya, dan tidak dapat
disembuhkan secara total. Upaya terbaik yang dapat dilakukan untuk menanggulangi
permasalahan asma hingga saat ini masih berupa upaya penurunan frekuensi dan derajat
serangan, sedangkan penatalaksanaan utama adalah menghindari faktor penyebab
BAB II
PEMBAHASAN

A. Defenisi
Istilah asma berasal dari kata Yunani yang artinya “terengah-engah” dan berarti
serangan nafas pendek (Price, 1995). Nelson mendefinisikan asma sebagai kumpulan
tanda dan gejala wheezing (mengi) dan atau batuk dengan karakteristik sebagai berikut;
timbul secara episodik dan atau kronik, cenderung pada malam hari/dini hari (nocturnal),
musiman, adanya faktor pencetus diantaranya aktivitas fisik dan bersifat reversibel baik
secara spontan maupun dengan penyumbatan, serta adanya riwayat asma atau atopi lain
pada pasien/keluarga, sedangkan sebab-sebab lain sudah disingkirkan (Nelson, 1996).

Batasan asma yang lengkap yang dikeluarkan oleh Global Initiative for Asthma
(GINA) didefinisikan sebagai gangguan inflamasi kronik saluran nafas dengan banyak
sel yang berperan, khususnya sel mast, eosinofil, dan limfosit T. Pada orang yang rentan
inflamasi ini menyebabkan mengi berulang, sesak nafas, rasa dada tertekan dan batuk,
khususnya pada malam atau dini hari. Gejala ini biasanya berhubungan dengan
penyempitan jalan nafas yang luas namun bervariasi, yang sebagian bersifat reversibel
baik secara spontan maupun dengan pengobatan, inflamasi ini juga berhubungan dengan
hiperreaktivitas jalan nafas terhadap berbagai rangsangan (GINA, 2006).

B. Etiologi

Asma merupakan gangguan kompleks yang melibatkan faktor autonom, imunologis,


infeksi, endokrin dan psikologis dalam berbagai tingkat pada berbagai individu. Aktivitas
bronkokontriktor neural diperantarai oleh bagian kolinergik sistem saraf otonom. Ujung
sensoris vagus pada epitel jalan nafas, disebut reseptor batuk atau iritan, tergantung pada
lokasinya, mencetuskan refleks arkus cabang aferens, yang pada ujung eferens
merangsang kontraksi otot polos bronkus. Neurotransmisi peptida intestinal vasoaktif
(PIV) memulai relaksasi otot polos bronkus. Neurotramnisi peptida vasoaktif merupakan
suatu neuropeptida dominan yang dilibatkan pada terbukanya jalan nafas (Sundaru,
2006).

Faktor imunologi penderita asma ekstrinsik atau alergi, terjadi setelah pemaparan
terhadap faktor lingkungan seperti debu rumah, tepung sari dan ketombe. Bentuk asma
inilah yang paling sering ditemukan pada usia 2 tahun pertama dan pada orang dewasa
(asma yang timbul lambat), disebut intrinsik (Sundaru, 2006).

Faktor endokrin menyebabkan asma lebih buruk dalam hubungannya dengan


kehamilan dan mentruasi atau pada saat wanita menopause, dan asma membaik pada
beberapa anak saat pubertas. Faktor psikologis emosi dapat memicu gejala-gejala pada
beberapa anak dan dewasa yang berpenyakit asma, tetapi emosional atau sifat-sifat
perilaku yang dijumpai pada anak asma lebih sering dari pada anak dengan penyakit
kronis lainnya (Sundaru, 2006).

C. Manifestasi Klinis

Adapun manifestasi klinis yang ditimbulkan antara lain : mengi atau wheezing, sesak
napas, dada terasa tertekan atau sesak, batuk produktif, pilek, nyeri dada, takikardi,
retraksi otot dada, napas cuping hidung, takipnea, kelelahan, anoreksia, sianosis,
berkeringat, ekspirasi memanjang dan gelisah

D. Patofisiologi

Adanya debu, asap rokok, bulu binatang, hawa dingin terpapar pada penderita. Benda-
benda tersebut setelah terpapar ternyata tidak dikenalioleh system ditubuh penderita
sehingga dianggap sebagai benda asing (antigen). Anggapan itu yang kemudian memicu
dikeluarkannya antibody yang berperanan sebagai respon reaksi hipersensistif seperti
neuropil, basofil, dan immunologlobulin E. Masuknya antigen pada tubuh yang memicu
reaksi antigen-antibodi yang membentuk ikatan seperti key and lock (gembok dan kunci)
Ikatan antigen dan antibody akan merangsang peningkatan pengeluaran mediator
kimiawi seperti histamine, neurophil chemotactic slow acting, epinefrin, norepinefrin, dan
prostaglandin. Peningkatan mediator-mediator kimia tersebut akan merangsang
penungkatan permiabilitas kapiler, pembengkakan pada mukosa saluran pernapasan
(terutama bronkus). Pembengkakan yang hamper merata pada semua bagian bronkus
akan menyebabkan penyempitan bronkus (bronkokontriksi) dan sesak napas.
Penyempitan bronkus (bronkokontriksi) dan sesak nafas. Penyempitan bronkus akan
meurunkan jumlah oksigen luar yang masuk saat inspirasi sehingga menurunkan oksigen
yang darah. Kondisi ini akan berakibat pada penurunan oksigen jaringan sehingga
penderita terlihat pucat dan lemah.
Pembengkakan mukosa bronkus juga akan meningkatkan sekresi mucus dan
meningkatakan pergerakan silia pada mukosa. Penderita jadi sering batuk dengan
produksi mucus yang cukup banyak.

E. Komplikasi

1. Status asmatikus
2. Atelektasis
3. Hipoksemia
4. Pneumotoraks
5. Emfisema
6. Deformitas tulang
7. Gagal napas

F. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan radiologi :
 Foto thorak
Pada foto thorak akan tampak corakan paru yang meningkat,
hiperinflasi terdapat pada serangan akut dan pada asma kronik,
atelektasis juga ditemukan pada anak-anak 6 tahun.
 Foto sinusparanasalis
Diperlukan jika asma sulit terkontrol untuk melihat adanya sinusitis.
2. Pemeriksaan darah
 Hitung jenis leukosit akan terdapat eosinofilia pada darah tepi dan
sekret hidung, bila tidak eosinofilia kemungkinan bukan asma.
 Analisa gas darah

3. Uji faal paru/Lung functiontest (LFT)


Dilakukan untuk menentukan derajat obstruksi, menilai propokasi bronkus,
menilai hasil pengobatan dan mengikuti perjalanan penyakit. Alat yang
digunakan untuk mneguji faal paru adalah peak flow meter, caranya pasien
disuruh meniup flow meter beberapa kali (sebelumnya menarik nafas dalam
melalui mulut kemudian menghembuskan dengan kuat).
4. Uji kulit alergi dan immunologi
Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara goresan atau tusuk. Alergen yang
digunakan adalah alergen yang banyak didapat didaerahnya.

G. Penatalaksanaan

Pertolongan Pertama Pada Penderita Asma :


a. Jangan panik dan tenangkan diri anda dan penderita asma tersebut sampai benar-
benar rileks.
b. Bawa penderita ke tempat yang nyaman dengan udara yang bersih serta sirkulasi
nya baik. Hindari penderita dari allergen yang mungkin memicu asma.
c. Atur posisi duduk yang nyaman pada pasien.
d. Bantulah penderita untuk menghirup inhaler-nya.
e. Sarankan penderita untuk bernafas dalam dan perlahan.
f. Jika serangan asma berhenti dalam 5 – 10 menit, sarankan agar penderita untuk
menghirup kembali 1 dosis inhaler.
g. Hubungi dokter jika serangan asma tersebut adalah serangan yang pertama kali
dialami.
h. Jika inhaler tidak berfungsi dan serangan asma tidak berhenti dalam 5-10 menit,
segera bawa penderita ke rumah sakit terdekat secepatnya.
i. Jika penderita berhenti bernapas atau kehilangan kesadaran, periksa pernapasan
serta peredaran darahnya. Lalu lakukan resusitasi pada penderita.
Pada kasus kegawatdaruratan yang sering terjadi adalah status asmatikus.
Status asmatikus adalah asma yang berat dan persisten yang tidak merespon
terapi konvensional.Serangan dapat berlangsung lebih dari 24 jam. Infeksi,
kecemasan, penggunaan tranquiliser berlebihan, penyalahgunaan nebulizer,
dehidrasi, peningkatan blokadrenergik, dan iritan nonspesifik dapat menunjang
episode ini. Episode akut mungkin dicetuskan oleh hipersensitivitas terhadap
Penisillin (Smeltzer dan Bare,2002). Status asmatikus merupakan kedaruratan
yang dapat menyebabkan kematian, oleh karena itu:
1. Apabila terjadi serangan, harus ditanggulangi secara tepat dan diutamakan
terhadap usaha untuk menanggulangi sumbatan saluran pernapasan.
2. Keadaan tersebut harrus dicegah dengan memperhatikan faktor-faktor yang
merangsang timbulnya serangan (debu, serbuk, maknan tertentu, infeksi slauran
3. Pernapasan , stress emosi, obat-obatan tertentu seperti aspirin dan lain-lain).

Penatalaksaan medis :

1. Oksigen 4-6 liter/ menit


2. Pemenuhan hidrasi via infus
3. Terbutaline 0,25 mg/ 6 jam secara subkutan (SC)
4. Bronkodilator/ antibronkospasme dengan cara:
 Nebulizer (via inhalasi) dengan golongan terbutaline 0,25 mg (Bricasma),
fenoterol HBr 0,1% Solution (Berotec), orciprenaline sulfur 0,75 mg
(Allupent).
 Intravena dengan golongan theophyline ethilenediamine (Aminophillin)
bolus IV 5-6 mg/ kgBB.
 Peroral dengan Aminofilin 3x150 mg tablet. Agonis B2 (salbutamol 5 mg
atau feneterol 2,5 mg atau terbulatine 10 mg)
 Antiedema mukosa dan dinding bronkus dengan golongan kortikosteroid
Deksamethasone 4 mg IV setiap 8 jam.
 Mukolitik dan ekspektoran
- Bronhexime HCL 8 mg per oral 3x1
- Nebuloizer (via inhalasi) dengan golongan Bronhexime HCL 8 mg
dicampur dengan aquades steril.
H. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian Primer
a. Airway
Kaji :
- Bersihan jalan nafas
- Ada atau tidaknya sumbatan jalan nafas
- Distress pernafasan
- Tanda tanda pendarahan dijalan nafas, muntahan, edema laring
b. Breathing
Kaji :
- Frekuensi nafas, usaha dan pergerakan dinding dada
- Suara pernafasan melalui hidung atau mulut
- Udara yang dikeluarkan dari jalan nafas
c. Circulation
Kaji :
- Denyut nadi karotis
- Tekanan darah
- Warna kulit, kelembapan kulit
- Tanda-tanda perdarahan eksternal dan internal
d. Dissability
Kaji :
- Tingkat kesadaran
- Gerakan ekstremitas
- GCS atau pada anak tentukan respon A = alert, V= verbal, P =
pain/respon nyeri, U= unresponsive
- Ukuran pupil dan respon pupil terhadap cahaya
e. Eksposure
Kaji :
- Tanda-tanda trauma yang ada
2. Pengkajian sekunder
a. Anamnesis
Anamnesis pada penderita asma sangat penting, berguna untuk
mengumpulkan berbagai informasi yang diperlukan untuk menyusun strategi
pengobatan. Gejala asma sangat bervariasi baik antar individu maupun pada
diri individu itu sendiri (pada saat berbeda), dari tidak ada gejala sama sekali
sampai kepada sesak yang hebat yang disertai gangguan kesadaran.
Keluhan dan gejala tergantung berat ringannya pada waktu serangan. Pada
serangan asma bronkial yang ringan dan tanpa adanya komplikasi, keluhan
dan gejala tak ada yang khas. Keluhan yang paling umum ialah : Napas
berbunyi, Sesak, Batuk, yang timbul secara tiba-tiba dan dapat hilang segera
dengan spontan atau dengan pengobatan, meskipun ada yang berlangsung
terus untuk waktu yang lama.
b. Pemeriksaan Fisik
Berguna selain untuk menemukan tanda-tanda fisik yang mendukung
diagnosis asma dan menyingkirkan kemungkinan penyakit lain, juga berguna
untuk mengetahui penyakit yang mungkin menyertai asma, meliputi
pemeriksaan :
 Status kesehatan umum
Perlu dikaji tentang kesadaran klien, kecemasan, gelisah, kelemahan suara
bicara, tekanan darah nadi, frekuensi pernapasan yang meningkatan,
penggunaan otot-otot pembantu pernapasan sianosis batuk dengan lendir
dan posisi istirahat klien.
 Integumen
Dikaji adanya permukaan yang kasar, kering, kelainan pigmentasi, turgor
kulit, kelembapan, mengelupas atau bersisik, perdarahan, pruritus, ensim,
serta adanya bekas atau tanda urtikaria atau dermatitis pada rambut di kaji
warna rambut, kelembaban dan kusam.
 Thorak
- Inspeksi
Dada di inspeksi terutama postur bentuk dan kesemetrisan adanya
peningkatan diameter anteroposterior, retraksi otot-otot Interkostalis,
sifat dan irama pernafasan serta frekwensi peranfasan.
- Palpasi.
Pada palpasi di kaji tentang kosimetrisan, ekspansi dan taktil fremitus.
- Perkusi
Pada perkusi didapatkan suara normal sampai hipersonor sedangkan
diafragma menjadi datar dan rendah.
- Auskultasi.
Terdapat suara vesikuler yang meningkat disertai dengan expirasi lebih
dari 4 detik atau lebih dari 3x inspirasi, dengan bunyi pernafasan dan
Wheezing.

I. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan tachipnea, peningkatan
produksi mukus, kekentalan sekresi dan bronchospasme.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran kapiler –
alveolar
3. Pola Nafas tidak efektif berhubungan dengan penyempitan bronkus..
4. Nyeri akut; ulu hati berhubungan dengan proses penyakit
5. Cemas berhubungan dengan kesulitan bernafas dan rasa takut sufokas
I. Rencana Keperawatan

DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA HASIL 


NO INTERVENSI  (NIC)
KEPERAWATAN (NOC)

1 Bersihan jalan nafas Setelah dilakukan tindakan keperawatan NIC :


tidak efektif selama 3 x 24 jam, pasien mampu :
berhubungan dengan Airway Management
tachipnea, peningkatan Respiratory status : Ventilation
Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift atau jaw
produksi mukus, Respiratory status : Airway patency thrust bila perlu.
kekentalan sekresi dan
bronchospasme. Aspiration Control, Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi

Dengan kriteria hasil : Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan


nafas buatan.
Mendemonstrasikan batuk efektif dan
suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
dan dyspneu (mampu mengeluarkan
sputum, mampu bernafas dengan mudah, Auskultasi suara nafas, catat adanya suara
tidak ada pursed lips) tambahan

Menunjukkan jalan nafas yang paten. Lakukan suction pada mayo

Berikan bronkodilator bila perlu

Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl Lembab

Atur intake untuk cairan mengoptimalkan


keseimbangan.

Monitor respirasi dan status O2


ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA Ny. R DENGAN
ASMA BRONCHIALE DI INSTALASI GAWAT DARURAT RSU SRI
PAMELA

KASUS :

Ny. R 68 tahun, masuk IGD RS pada tanggal 4 juni 2021, pukul 09.00 WIB dengan keluhan
sesak nafas. Ny. R dating bersama keluarga, saat pemeriksaan TTV didapatkan hasil , TD :
110/70 mmHg, N= 96x/menit, RR = 36/menit. Tingkat kesadaran Ny. R Composmentis.

A. PENGKAJIAN

Pengkajian dilakukan pada tanggal 4 juni 2021 pukul 09.00. diperoleh data sebagai berikut :
1. Nama : Ny. R
2. Umur : 68 tahun
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Pekerjaan : Swasta
5. Pendidikan : SD
6. Agama : Islam
7. No Rm : 247134
8. Alamat : Tebing tinggi
9. Diagnosa Medis : Asma Bronchiale
10. Tanggal Masuk : 4 juni 2021 pukul 09.00 WIB
11. Riwayat Penyakit pasien : Keluhan utama sesak nafas
12. Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien datang ke IGD dengan keluhan sesak napas
Sejak tadi pagi karena udara yang dingin, ± 2 jam yang lalu, pasien mendadak merasa
sesak napas, semakin lama napas terasa semakin sesak, napas cepat dan dangkal,
kemudian pasien dibawa ke RS.
13. Riwayat Penyakit Dahulu : pasien sebelumnya ± 7 tahun yang lalu pernah
dirawat di rumah sakit dengan penyakit yang sama tetapi tidak separah saat ini.
14. Riwayat Penyakit Keluarga : keluarga pasien mempunyai riwayat penyakit asma
yaitu Ibu pasien.

PENGKAJIAN PRIMER PENGKAJIAN SEKUNDER


 Airway : tidak terdapat adanya sumbatan  Alergi : pasien tidak memiliki alergi
(secret ataupun darah), lidah tidak jatuh terhadap obat, makanan dan debu, tetapi
ke belakang, pasien kesulitan bernapas, pasien memiliki alergi terhadap cuaca
batuk-batuk, pasien kesulitan bersuara, tepatnya saat cuaca dingin.
terdengar wheezing.  Medikasi : pasien biasa membeli dan
 Breathing : terlihat pengembangan dada mengkonsumsi obat asma yang dibeli di
kanan dan kiri simetris, pasien kesulitan apotek saat asma terlihat mulai kambuh.
saat bernapas, rr: 36x/menit, irama napas  Pastilness : pasien sebelumnya ± 1
tidak teratur, napas cuping hidung, bulan yang lalu asmanya kambuh, tidak
terlihat adanya penggunaan otot bantu terlalu parah dan sembuh dengan obat
pernapasan (sternokleidomastoid), napas yang di beli dari apotek.
cepat dan pendek.  Lastmeal : pasien makan tadi malam ±
 Circulasi : TD: 110/70 Mmhg, N = 96 12 jam sebelum dibawa ke rumah sakit,
X/menit reguler, nadi teraba lemah, terakhir pasien mengkonsumsi nasi
terdengar suara jantung s1 dan s2 dengan sayur dan lauk pauk.
tunggal reguler, cappilary refille  Environment : pasien tinggal dengan
kembali. suami dan kedua anaknya, pasien
 Disability : kesadaran pasien tinggal di desa dekat dengan sawah,
composmentis dengan GCS (e4,m6,v5), rumah bersih dan lingkungan pasien
pasien mengatakan cemas dengan cukup padat penduduk, keluarga
kondisinya saat ini, pasien gelisah, tidak mengatakan sirkulasi dirumah cukup
terlihat tenang, dan mengulang kata baik.
 Exposure : rambut dan kulit kepala
tampak bersih tidak terdapat hematoma,
tidak terdapat luka pada tubuh pasien
dan keluar keringat banyak.
B. ANALISA DATA

No DATA PENYEBAB MASALAH


1 DS : Pasien mengatakan sesak Bronkopneumonia Jalan Nafas
napas Tidak Efektif
DO : Ttv : Td:110/70 Mmhg, N:
96 X/Menit, Rr: 36 X/Menit, S:
37,6 ° C. Pasien Kesulitan
Bernapas, Batuk-Batuk, Pasien
Kesulitan Bersuara, Terdengar
Suara Napas Wheezing.
2 DS : Pasien mengatakan sesak Hiperventilasi Pola Nafas Tidak
Napas. Efektif
DO : Rr: 36x/Menit,
napas pendek dan cepat,
irama napas tidak
teratur, napas cuping
hidung, tampak adanya
penggunaan otot bantu
pernapasan
(sternokleidomastoid)

3 DS : Pasien Mengatakan Cemas Ansietas Perubahan Pada


Tentang Kondisinya Saat Ini. Status Kesehatan
DO: N= 96 X/Menit, pasien
gelisah, pasien keluar keringat
banyak, pasien mengulang kata-
kata, pasien terlihat tidak tenang.
C. DIAGNOSA, INTERVENSI & IMPLEMENTASI

NO DIAGNOSA INTERVENSI IMPLEMENTASI


1. Jalan nafas tidak efektif Tujuan : setelah dilakukan  Mengkaji keadaan
umum dan ttv
b.d bronkopasme tindakan keperawatan selama
 Mengkaji bersihan
1x15 menit, jalan napas menjadi jalan napas
efektif dengan kriteria hasil :  Memberikan posisi
semifowler
Sesak napas berkurang,  Melakukan auskultasi
Wheezing tidak terdengar. bunyi napas
 Berkolaborasi dengan
 Kaji keadaan umum dan ttv dokter melakukan
 Kaji bersihan jalan napas, nebulizer combivent 3
Mg+Nacl 1 Cc
kaji adanya suara wheezing  Melakukan Injeksi
 Berikan posisi semifowler Methylprednisolone
62,5 Mg
auskultasi bunyi napas  Mengkaji ulang
 Ajarkan batuk efektif keadaan umum dan
bersihan jalan napas.
 Kolaborasi dengan dokter
pemberian obat
bronkhodilator (nebulizer).
2. Pola nafas tidak efektif Tujuan : setelah dilakukan  Mengkaji
karakteristik pola
b.d hiperventlasi tindakan keperawatan selama
napas (frekuensi,
1x15 menit, pola napas menjadi kedalaman, irama)
efektif  Mengkaji adanya
penggunaan otot
kriteria hasil : RR dalam batas bantu pernapasan.
normal (16-24x/menit), irama  Memberikan posisi
semifowler
napas teratur.  Memberikan o2
 Kaji karakteristik pola nasal 3 lpm
 Mengkaji ulang pola
napas napas
(frekuensi,kedalamanirama)
 Kaji penggunaan otot
 Bantu pernapasan
 Berikan posisi semi fowler
 Anjurkan napas dalam
melalui abdomen selama
Periode distres pernapasan
 kolaborasidengan dokter
pemberian O2
3. Ansietas Tujuan : Setelah dilakukan  Mengkaji tingkat
kecemasan,
tindakan keperawatan selama
 Memberikan
1x15 menit, diharapkan cemas
penjelasan tentang
berkurang
kondisi dan penyakit
Kriteria hasil :
asma yang saat ini
Pasien menyatakan cemas
yang dialami pasien,
berkurang, pasien tenang dan
 Menganjurkan pasien
rileks
untuk berdoa dan
 Kaji tingkat kecemasan
keluarga untuk
 Kaji reaksi fisik non verbal
mendampingi serta
 Gunakan pendekatan dan memberikan support.
komunikasi terapeutik
 Mengkaji ulang
 Berikan penjelasan tentang tingkat kecemasan
kondisi saat ini yang
dialami pasien
 Anjurkan keluarga untuk
selalu mendampingi dan
memberikan support
 Anjurkan pasien untuk
berdoa dan lebih tenang
D. EVALUASI

1. Jalan nafas tidak efektif b.d bronkospasme


S : Pasien mengatakan sesak napas sudah berkurang.
O : Ttv : Td:110/70 MmHg, N: 96 X/Menit, Rr : 24x/Menit, S: 37,6°C. Pasien
terlihat lebih leluasa bernapas, berbicara secara lancar, suara wheezing berkurang.
Pasien post nebulizer combivent 3 Mg, Injeksi Methylprednisolone 62,5 Mg
Masuk Lewat Iv.
A : Masalah keperawatan jalan napas tidak efektif teratasi sebagian.
P : Lanjutkan Intervensi : Pantau bersihan jalan napas dan kolaborasi pemberian
obat bronkhodilator (nebulizer) di ruang perawatan.
2. Pola nafas tidak efektif b.d Hiperventilasi
S : pasien mengatakan sesak napas sudah berkurang.
O : RR = 24x/Menit, irama napas teratur. pasien terpasang o2 nasal 3 lpm, posisi
semifowler.
A : Masalah keperawatan pola napas tidak efektif sudah teratasi.
P : Lanjutkan Intervensi : kolaborasi dengan dokter pemberian o2 nasal 3 lpm.
Hasil
3. Ansietas b.d perubahan pada status kesehatan
S : Pasien mengatakan sudah lebih tenang, cemas berkurang dan tahu
Tentang penyakitnya.
O : Keluarga terlihat mendampingi dan memberi support, pasien tenang dan
rileks, sudah tidak keluar keringat.
A : Masalah keperawatan ansietas sudah teratasi.
P : Lanjutkan intervensi : konseling kecemasan.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Asma adalah suatu peradangan pada bronkus akibat reaksi hipersensitif mukosa
bronkus terhadap alergen. Reaksi hipersensitif pada bronkus dapat mengakibatkan
pembengkakan pada mukosa bronkus. Dalam penanganan keperawatan gawat darurat
status asma dapat disesuaikan dengan etiologi atau faktor pencetusnya.

B. Saran
Sebagai perawat yang professional kita harus mampu melakukan Asuhan Keperawatan
kegawatdaruratan pada pasien Asma dengan baik untuk meningkatkan derajat kesehatan
yang lebih optimal.
DAFTAR PUSTAKA

Asmarani. (2018). KTI Asma. http://repository. poltekkes-kdi. ac. id/629/1/KTI%20Indar


%20Asmarani. pdf. Diakses pada tanggal 23 September 2019

Irwanti. (2017). Bab I Asma. http:// digilib.uinsgd.ac.id/5870/4/4_Bab%2520I.pdf. Diakses


pada tanggal 23 September 2019

Nugroho, dkk. (2016). Teori Asuhan Keperawatan Gawat Darurat. Yogyakarta : Nuha
Medika

Sarpini. (2013). Anatomi dan Fisiologi Tubuh Manusia Untuk Paramedis. Jakarta: Penerbit In
Media

Anda mungkin juga menyukai