Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

ASMA

OLEH:

AZRIEL ARMANDA FADILLAH A

(1961007)

PROGRAM STUDI S1 FISIOTERAPI

FAKULTAS KEPERAWATAN & FISIOTERAPI

INSTITUT KESEHATAN MEDISTRA LUBUK PAKAM

2022

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Esa dengan rahmat
perkenaa-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini, untuk
menambah pengetahuan para pembaca. Juga untuk para mahasiswa
yang saat ini menempuh pendidikan di Institu Kesehatan Medistra.
Agar mereka dapat mengetahui tentang etika, moral, disiplin, hukum.

Terimakasih kepada dosen kami yang membimbing dan memberi


arahan kepada penulis dalam menyelesaikan makalah ini. Dan kepada
teman-teman yang member dukungan serta ide-ide yang cemerlang
demi terciptanya makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini tidak luput dari


kekurangan. Oleh karena itu, saran dan kritikan yang sifatnya
membangun dari pembaca sangat penulis harapan. Demi
penyempurnaan makalah ini saran dan kritikan terbuka bagi siapa saja.
Untuk kritikan dan saran nya saya ucapkan terimakasih.

Penulis berharap makalah ini berguna dan bermanfaat bagi kita


semua. Dan makalah ini dapat menambah ilmu pengetahuan penulis
maupun pembaca.

Medan, 10 Mei

2022
PENDAHULUAN

Asma adalah penyakit gangguan pernapasan yang dapat


menyerang anak-anak hingga orang dewasa, tetapi penyakit ini lebih
banyak terjadi pada anak-anak. Menurut para ahli, prevalensi asma
akan terus meningkat. Sekitar 100 - 150 juta penduduk dunia terserang
asma dengan penambahan 180.000 setiap tahunnya.1 Di Indonesia,
prevalensi asma menurut data Survei Kesehatan Rumah Tangga 2004
sebesar 4%. Sedangkan berdasarkan Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) tahun 2007, prevalensi asma untuk seluruh kelompok usia
sebesar 3,5% dengan prevalensi penderita asma pada anak usia 1 - 4
tahun sebesar 2,4% dan usia 5 - 14 tahun sebesar 2,0%.2,3 Untuk
dapat mengetahui prevalensi asma di seluruh dunia, maka disusunlah
kuesioner International Study on Asthma and Allergy in Childhood
(ISAAC) dengan salah satu tujuannya adalah untuk membandingkan
prevalensi asma di suatu negara. Survei dengan menggunakan
kuesioner ISAAC telah dilakukan di 155 pusat asma yang berada di
56 negara salah satunya adalah Indonesia.4-7 Kuesioner ISAAC
ditujukan pada kelompok usia 6 - 7 tahun dan usia 13 - 14 tahun. Hasil
dari survei tersebut bervariasi di beberapa negara dengan prevalensi
asma antara 2,1 - 32,2%. Hasil survei dengan menggunakan kuesioner
ISAAC pada siswa usia 13 - 14 tahun di Indonesia menunjukkan
bahwa di Jakarta Timur prevalensi asma pada tahun 2001 sebesar
8,9% dan meningkat menjadi 13,4% pada tahun 2008.4,5 Survei yang
sama dilakukan pada kelompok usia 13 - 14 tahun di Jakarta Barat,
hasilnya adalah prevalensi asma sebesar 13,1%

Pengertian
Asma bronkhial adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermitten, reversible dim
ana trakeobronkial berespon secara hiperaktif terhadap stim uli tertentu. Asm a bronchial
adalah suatu penyakit dengan ciri m eningkatnya respon trakea dan bronkus terhadap
berbagai rangsangan dengan m anifestasi adanya penyem pitan jalan nafas yang luas dan
derajatnya dapat berubah-ubah baik secara spontan m aupun hasil dari pengobatan ( The
Am erican Thoracic Society ). Klasifikasi Berdasarkan penyebabnya, asm a bronkhial
dapat diklasifikasikan m enjadi 3 tipe, yaitu :

1. Ekstrinsik (alergik) Ditandai dengan reaksi alergik yang disebabkan oleh


faktor-faktor pencetus yang spesifik, seperti debu, serbuk bunga, bulu binatang, obat-
obatan (antibiotic dan aspirin) dan spora jam ur. Asm a ekstrinsik sering dihubungkan
dengan adanya suatu predisposisi genetik terhadap alergi. Oleh karena itu jika ada faktor-
faktor pencetus spesifik seperti yang disebutkan di atas, m aka akan terjadi serangan asm
a ekstrinsik.

2. Intrinsik (non alergik) Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi
terhadap pencetus yang tidak spesifik atau tidak diketahui, seperti udara dingin atau bisa
juga disebabkan oleh adanya infeksi saluran pernafasan dan em osi. Serangan asm a ini m
enjadi lebih berat dan sering sejalan dengan berlalunya waktu dan dapat berkem bang m
enjadi bronkhitis kronik dan em fisem a. Beberapa pasien akan m engalam i asm a
gabungan.

3. Asm a gabungan Bentuk asm a yang paling um um . Asm a ini m em punyai


karakteristik dari bentuk alergik dan non-alergik

• Perubahan cuaca Cuaca lem bab dan hawa pegunungan yang dingin sering m
em pengaruhi asm a. Atm osfir yang m endadak dingin m erupakan faktor pem icu
terjadinya serangan asm a. Kadang-kadang serangan berhubungan dengan m usim ,
seperti: m usim hujan, m usim kem arau, m usim bunga. Hal ini berhubungan dengan arah
angin serbuk bunga dan debu.

• Stress Stress/ gangguan em osi dapat m enjadi pencetus serangan asm a, selain
itu juga bisa m em perberat serangan asm a yang sudah ada. Disam ping gejala asm a
yang tim bul harus segera diobati penderita asm a yang m engalam i stress/ gangguanem
osi perlu diberi nasehat untuk m enyelesaikan m asalah pribadinya. Karena jika stressnya
belum diatasi maka gejala asmanya belum bisa diobati.

• Lingkungan kerja Mem punyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya


serangan asm a. Hal ini berkaitan dengan dim ana dia bekerja. Misalnya orang yang
bekerja di laboratorium hewan, industri tekstil, pabrik asbes, polisi lalu lintas. Gejala ini
m em baik pada waktu libur atau cuti.

• Olah raga/ aktifitas jasm ani yang berat Sebagian besar penderita asm a akan m
endapat serangan jika m elakukan aktifitas jasm ani atau aloh raga yang berat. Lari cepat
paling m udah m enim bulkan serangan asm a. Serangan asm a karena aktifitas biasanya
terjadi segera setelah selesai aktifitas tersebut.
Patofisiologi
Asm a ditandai dengan kontraksi spastic dari otot polos bronkhiolus yang m enyebabkan
sukar bernafas. Penyebab yang um um adalah hipersensitivitas bronkhioulus terhadap
benda-benda asing di udara. Reaksi yang tim bul pada asm a tipe alergi diduga terjadi
dengan cara sebagai berikut : seorang yang alergi m em punyai kecenderungan untuk m
em bentuk sejum lah antibody Ig E abnorm al dalam jum lah besar dan antibodi ini m
enyebabkan reaksi alergi bila reaksi dengan antigen spesifikasinya. Pada asm a, antibody
ini terutam a m elekat pada sel m ast yang terdapat pada interstisial paru yang
berhubungan erat dengan brokhiolus dan bronkhus kecil. Bila seseorang m enghirup
alergen m aka antibody Ig E orang tersebut m eningkat, alergen bereaksi dengan antibodi
yang telah terlekat pada sel m ast dan m enyebabkan sel ini akan m engeluarkan berbagai
m acam zat, diantaranya histam in, zat anafilaksis yang bereaksi lam bat (yang m
erupakan leukotrient), faktor kem otaktik eosinofilik dan bradikinin. Efek gabungan dari
semua faktor-faktor ini akan menghasilkan adema lokal pada dinding bronkhioulus kecil
maupun sekresi m ucus yang kental dalam lum en bronkhioulus dan spasm e otot polos
bronkhiolus sehingga m enyebabkan tahanan saluran napas m enjadi sangat m eningkat.
Pada asm a , diam eter bronkiolus lebih berkurang selam a ekspirasi daripada selam a
inspirasi karena peningkatan tekanan dalam paru selam a eksirasi paksa menekan bagian
luar bronkiolus. Karena bronkiolus sudah tersum bat sebagian, m aka sum batan
selanjutnya adalah akibat dari tekanan eksternal yang m enim bulkan obstruksi berat
terutam a selam a ekspirasi. Pada penderita asm a biasanya dapat melakukan inspirasi
dengan baik dan adekuat, tetapi sekali-kali melakukan ekspirasi. Hal ini m enyebabkan
dispnea. Kapasitas residu fungsional dan volum e residu paru m enjadi sangat m eningkat
selam a serangan asm a akibat kesukaran m engeluarkan udara ekspirasi dari paru. Hal ini
bisa menyebabkan barrel chest.

Manifestasi Klinik
Biasanya pada penderita yang sedang bebas serangan tidak ditem ukan gejala klinis, tapi
pada saat serangan penderita tam pak bernafas cepat dan dalam , gelisah, duduk dengan m
enyangga ke depan, serta tanpa otot-otot bantu pernafasan bekerja dengan keras. Gejala
klasik dari asm a bronkial ini adalah sesak nafas, m engi ( whezing ), batuk, dan pada
sebagian penderita ada yang m erasa nyeri di dada. Gejala-gejala tersebut tidak selalu
dijum pai bersam aan. Pada serangan asm a yang lebih berat , gejala-gejala yang tim bul
m akin banyak, antara lain : silent chest, sianosis, gangguan kesadaran, hyperinflasi dada,
tachicardi dan pernafasan cepat dangkal . Serangan asm a seringkali terjadi pada m alam
hari.

B. Diagnosa
Fisioterapi Impaiment: penyempitan saluran pernapasan, Gangguan pembersihan jalan
napas, abnormal breathing pattern. Funtional limitation: Penurunan aktifitas fungsional
yaitu mengangkat barang berat dan beraktivitas berat diluar rumah. Disability: Pasien
tidak mengalami hambatan dissability.

C. Program rencana fisoterapi


Yaitu meliputi tujuan jangka pendek yaitu melonggarkan saluran pernapasan,
pembersihan jalan napas, mengembalikan pola pernapasan abnormal, meningkatkan
kapasitas fungsional. Jangkapanjang mencegah kekambuhan kembali, meningkatkan
kemampuan aktivitas.

D. Tindakan fisioterapi
Tindakan fisioterapi yang diberikan yaitu meliputi : chest physiotherapy ,breathing
control, static sycle.

E. Edukasi pasien
Pasien disarankan untuk mengulangi kembali latihan pernafasan yang telah diajarkan
terapis saat merasakan sesak napas ataupun saat mengatur napas waktu istirahat, pasien
disarankan untuk menghindari faktor alergen yang dapat memicu kekambuhan. Pasien
juga disarankan untuk berolahraga ringan seperti jalan santai dan bersepeda santai.

F. Rencana Evaluasi
1. Borg scale : untuk mengetahui apakah sesak berkurang

2. Auskultasi : untuk mengetahui berkurang tidaknya wheezing danronchi

3. Aktivitas fungsional : london chest physiotherapy


G. Pelaksanaan Fisioterapi
1. Pasien menjalani terapi sebanyak 6 kali pada tanggal 9,13,16,20,30 januari 2015
dengan menggunakan:

4. Postural drainage Persiapaan pasien yaitu pasien dalam keadaan rileks dan diposisikan
berlawanan pada letak sputum. Kemudian dilakukan percution dilakukan dengan cara
tanga membentuk mangkuk dan di tepukkan diatas permukaan kulit tepatnya didaerah
yang telah diperiksa letak sputumnya dilakukan secara ritmis.

5. Breathing control Diafragmatic breathing dilakukan pada pasien tidur terlentang dan
menginstruksikan kepada pasien satu tangan pasien diletakkan di dada dan yang satunya
diletakkan di ulu hati atau perut agak keatas. Pasien diinstruksikan untuk mesasakan
pernafasannya dan mengurangi pernafasan lewat dada. Pada awalnya dilakukan inspirasi
lewat hidung dan di keluarkan lewat mulut. Kemudian pasien fokus mencoba
mengembungkan perutnya secara rilek dan tidak dipaksakan pada saat inspirasi. Dan
pasien juga setiap melakukan aktifitas atau sesak untuk mengontrol napasnya dan
memposisikan tubuh rileks.

6. Static cycle Bersepeda merupakan salah satu olahraga yang paling efektif dan murah
yang bisa menjadi alternatif pilihan bagi penderita asma.bersepeda secara teratur dapat
meningkatkan kinerja paru-paru, melatih bernafas lebih panjang.bersepeda tergolong
latihan aerobik. Static cycle dalam tindakan ini dilakukan pemanasan 5 menit kemudian
inti nya 10 menit serta pendinginannya 5 menit. Pada saat dilakukan bersepeda ini pasien
dipastikan bahwa pasien benar-benar siap dan mampu melakukan dan juga di hitung nadi
sebelum latihan.

SIMPULAN DAN SARAN


A. SIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut :
chest physioterapi dapat mengurangi retensi sputum, breathing control dapat
mengembalikan pola pernafasan abnormal dan static cycle dapat meningkatkan
kemampuan fungsional pasien.

B. SARAN Adapun saran yang dapat saya berikan dari karya tulis ilmiah ini adalah
sebagai berikut : 1. Bagi pasien Penulis menyarankan agar pasien lebih aktif
mengenali penyakitnya dan memiliki wawasan luas untuk mengenal lebih dalam
penyakitnya dan juga mengetahui upaya-upaya untuk mencegah atau mengurangi
efek dari penyakitnya. 2. Bagi masyarakat Penulis menyarankan agar masyarakat
dapat memiliki pengetahuan luas tentang kesehatan yang mana kesehatan sangatlah
penting dalam kehidupan ini. 3. Bagi terapis Penulis menyarankan agar terapis lebih
berbagi ilmunya kepada masyarakat yang belum mengenal mengenai wawasan
kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai