Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN ASMA


Untuk Memenuhi Salahsatu Tugas Mata kuliah Keperawatan Dewasa
Dosen Pengampu: Yuyun Solihatin, M. Kep

Disusun oleh:

Aulia Putri Maharani (C2114201101)

Lina Zaina (C2114201083)

PRODI S1 ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TASIKMALAYA

2022
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb

Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat kasih dan
karunia-Nya “asuhan keperawatan pada kasus asma” ini tepat pada waktunya.

Makalah ini dimaksudkan untuk mengetahui pengertian asuhan


keperawatan pada kasus asma. Adapun penjelasan-penjelasan pada makalah ini
saya ambil dari beberapa sumber buku dan website.

Saya ucapkan terima kasih kepada teman-teman yang telah membantu


menyelesaikan makalah ini, akan tetapi saya juga menyadari bahwa terdapat
kekurangan di dalam makalah ini. Untuk itu dengan senang hati saya senantiasa
menerima kritik dan saran yang bersifat membangun para pembaca. Akhir kata,
semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.

Tasikmalaya, 20 Oktober 2022

Kelompok 7

i
DAFTAR ISI

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Asma atau bisa disebut juga dengan penyakit inflamasi pada saluran
nafas yang bisa menyerang siapa saja, yang ditandai dengan sesak napas
dengan disertai bunyi mengi, namun itu bervariasi pada setiap individu dilihat
pada tingkat keparahan juga frekuensi penyakit ini, asma bisa saja
mempengaruhi kualitas hidup serta beban sosial juga ekonomi. (Rizki et al.,
2015)
Inflamasi menginduksi agar dilepaskannya mediator-mediator yang
dapat mengaktivasi sel target di saluran nafas yang dapat mengakibatkan
bronkokonstriksi, kebocoran mikrovaskuler dan edema, hipersekresi mukus,
dan stimulasi refleks saraf. Serangan asma yang biasa dialami oleh beberapa
individu dapat disebabkan oleh tiga faktor pemicu diantaranya yaitu : alergen,
infeksi dan psikologis. Kekambuhan asma juga dapat disebabkan oleh alergen
bisa terjadi karena sel-sel pada saluran pernafasan bisa sangat sensitif
terhadap zat-zat tertentu diantaranya seperti serbuk sari, bulu hewan, polusi
juga asap rokok. Berbeda lagi dengan alergen, alergan mengakibatkan
kekambuhan yang dapat mengakibatkan terjadi infeksi yang berada pada
saluran pernafasan seperti bronkitis akut (Utami & Widiasavitri, 2013). 
Asma juga merupakan suatu penyakit yang tidak dapat menular
namun bisa menjadi salah satu penyebab utama kematian secara global. Asma
merupakan suatu penyakit yang dapat mengganggu saluran pernapasan,
penyakit asma bukan hanya menyerang orang dewasa namun asma juga dapat
menyerang pada anak-anak.yang dimana sistem imun pada tubuh mereka
belum kuat untuk menahan penyakit ini (Octovani & Wardianti, 2018). 
Keluhan utama yang sering terjadi pada penderita asma yaitu sesak
napas, yang terjadi karena adanya penyempitan saluran pernapasan yang
disebabkan oleh hiperreaktivitas dari saluran pernapasan sehingga

1
menyebabkan bronkospasme, infiltrasi sel inflamasi yang menetap, edema
mukosa, dan juga hipersekresi mukus yang kental (Yulia, Dahrizal, & Lestari,
2019). 
Secara medis, penyakit asma merupakan penyakit yang sulit untuk
disembuhkan, namun penyakit ini dapat dikontrol sehingga tidak
mengganggu aktivitas sehari-hari. Pengendalian penyakit asma dapat
dilakukan dengan menghindari faktor pencetus, yaitu segala sesuatu yang
menyebabkan timbulnya gejala penyakit asma. Jika yang menderita penyakit
asma seusia anak-anak dan terus-menerus, maka mereka akan mengalami
suatu gangguan proses tumbuh kembang serta penurunan kualitas hidup
(Dharmayanti, Hapsari, & Azhar, 2015). 
Dilansir dari Data World Health Organization (WHO) pada tahun
2011, ada sekitar 235 juta orang di seluruh dunia menderita penyakit asma
dengan angka kematian mencapai lebih dari 8% yang sebenarnya masih dapat
dicegah. Namun dilansir dari National Center Fot Health Statistics (NCHS)
pada tahun 2011, menyatakan bahwa prevalensi asma menurut usia sekitar
9,5% pada anak, 8,2% pada dewasa, dan jika menurut jenis kelamin ada
sekitar 7,2% laki-laki dan 9,7% perempuan (Tumigolung et al., 2016). 
Sedangkan asma bronkial merupakan suatu kondisi medis yang dapat
menyebabkan jalan napas pada paru-paru membengkak serta menyempi
dikarenakan ada pembengkakan ini, jalur udara menghasilkan lendir berlebih
yang dapat mengakibatkan pernapasan menjadi sulit, menyebabkan batuk,
napas menjadi pendek, juga mengakibatkan mengi. 
Asma Bronkial merupakan suatu penyakit saluran pernafasan yang
banyak dijumpai pada usia anak-anak maupun usia dewasa. Menurut global
initiative for asthma (GINA) tahun 2015, menyebutkan bahwa asma dapat
didefinisikan sebagai “suatu penyakit yang heterogen, yang dikarakteristikan
oleh adanya inflamasi kronis pada saluran pernafasan. Hal ini ditentukan oleh
adanya riwayat gejala gangguan pernafasan seperti mengi, nafas terengah-
engah dada terasa berat/tertekan, batuk, yang bervariasi waktu juga

2
intensitasnya, diikuti dengan keterbatasan aliran udara ekspirasi yang
bervariasi” (Saraswati, 2019). 
Asma bronkial juga bisa disebut dengan salah satu penyakit yang
penting dalam bidang ilmu kesehatan terutama pada bagian penyakit dalam.
Penyakit asma ini menjadi masalah kesehatan paling utama di penduduk
dunia, dengan prevalensi dan mortalitas yang dilaporkan meningkat dari
waktu ke waktu (Rahmaniar, 2017).

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mampu melakukan atau melaksanakan Asuhan Keperawatan pada klien
Asma.
2. Tujuan Khusus
1. Melakukan pengkajian keperawatan pada klien Asma
2. Menetapkan diagnosis keperawatan pada klien Asma
3. Menyusun perencanaan keperawatan pada klien Asma
4. Melakukan evaluasi pada klien Asma
C. Metode penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian


kuantitatif

D. Manfaat Penulisan
1. Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis dari hasil penelitian ini bisa menjadi referensi


untuk penelitian lain yang serupa.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini dapat menjadi tambahan referensi bagi


mahasiswa dan pengajar dalam meningkatkan ilmu pengetahuan tentang
proses keperawatan pada kasus Asma.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Asma
Asma adalah suatu gangguan pada saluran bronkial yang mempunyai
cin bronkospasme periodik (kontraksi spasme pada saluran napas) terutama
pada percabangan trakeobronkial yang dapat diakibatkan oleh berbagai
stimulus seperti oleh faktor biokemikal, endokrin, infekat,
pitonomuk dan psikologi.
Berdasarkan penyebabnya, asma dapat diklasifikasikan menjadi 3 tipe,
yaitu:
1. Ekstrinsik (alergik)
Ditandai dengan reaksi alergi yang disebabkan oleh faktor-faktor
pencetusyang spesifik, seperti debu, serbuk bunga, bulu binatang, obat-
obatan (antibiotikdan aspirin), dan spora jamur. Asma ekstrinsik sering
dihubungkan dengan adanya suatu predisposisi genetik terhadap alergi.
2. Intrinsik (non alergik)
Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi terhadap
penctusyang tidak spesifik atau tidak diketahui, seperti udara dingin atau
bisa juga disebabkan oleh adanya infeksi saluran pernafasan dan emosi.
Serangan asma ini menjadi lebih berat dan sering sejalan dengan
berlalunya waktu yang dapat berkembang menjadi bronchitis kronis dan
emfisema. Beberapa pasien akan mengalami asma gabungan.
3. Asma gabungan
Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai
karakteristik dari bentuk alergik dan non-alergik.

B. Etiologi
Penyebab mendasar asma tidak sepenuhnya dipa hami. Faktor risiko
terkuat terjadinya asma adalah kombinasi predisposisi genetik dengan

4
paparan ling kungan terhadap zat dan partikel yang dihirup yang dapat
memicu reaksi alergi atau mengganggu saluran napas, seperti:
1. Alergen dalam ruangan (misalnya tungau debu rumah di tempat tidur,
karpet dan perabotan boneka, polusi dan bulu binatang peliharaan)
2. Alergen luar ruangan (seperti serbuk sari dan jamur)
3. Asap tembakau
4. Iritasi kimia di tempat kerja
5. Polusi udara

Pemicu lainnya bisa termasuk udara dingin, rang sangan emosional


ekstrem, seperti kemarahan atau ket akutan, dan latihan fisik. Bahkan, obat
tertentu dapat memicu asma, misalnya aspirin dan obat anti-inflamasi non-
steroid lainnya, dan beta-blocker (yang digunakan untuk mengobati tekanan
darah tinggi, kondisi jantung dan migrain) (WHO, 2014).

C. Klasifikasi
Derajat asma berdasarkan gambaran klinis secara umum pada orang
dewasa diklasifikasikan ke dalam empat tingkat, yaitu intermiten, persisten
ringan, persisten sedang, dan persisten berat.

Derajat Gejala Gejala Faal Paru


Asma Malam
Intermiten Bulanan 2 kali sebulan APE
Gejala <1x per VEP nilai prediksi
minggu APE nilai terbaik
Tanpa gejala di luar Variabilitas APE
serangan <20%
Serangan singkat
Persisten Mingguan APE
Ringan

5
Gejala >1x per >2x sebulan VEP nilai prediksi
minggu tetapi <1x per APE nilai terbaik
hari
Serangan dapat Variabilitas APE
mengganggu aktivitas 20 – 30 %
dan tidur
Persisten Harian APE 60 – 80%
Sedang
Gejala setiap hari >2x sebulan VEP 60 - 80% nilai
prediksi APE 60 –
80% nilai terbaik
Serangan menggaggu Variabilitas APE
aktivitas dan tidur >30%
Membutuhkan
bronkodilator setiap
hari
Peristen Kontinu APE 60%
Berat
Gejala terus menerus Sering VEP nilai prediksi
APE 60% nilai terbaik
Sering kambuh Variabilitas APE
>30%
Aktivitas fisik terbatas
(Sumber: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia dalam Kemenkes RI, 2009)
Tabel 2.1 Klasifikasi asma

D. Pencegahan primer, sekunder dan tersier


Pencegahan alergi terbagi menjadi 2 tahap yaitu pencegahan primer,
sekunder, dan tersier.
1. Pencegahan primer

6
Bertujuan menghambat sensitisasi imunologi oleh makanan
terutama mencegah terbentuknya immunoglobulin E (Ig E). Pencegahan
ini dilakukan sebelum terjadi sensitisasi atau terpapar dengan penyebab
alergi.Hal ini dilakukan sejak saat kehamilan.

2. Pencegahan sekunder
Bertujuan untuk mensupresi timbulnya penyakit setelah sensitisasi.
Pencegahan ini dilakukan setelah terjadi sensitisasi tetapi manifestasi
penyakit alergi belum muncul. Keadaan sensitisasi diketahui dengan cara
pemeriksaan Ig E spesifik dalam serum darah, darah tali pusat atau uji
kulit. Saat tindakan yang optimal adalah usia 0 hingga 2 tahun.
3. Pencegahan tersier
Bertujuan untuk mencegah dampak lanjutan setelah timbulnya
alergi.Dilakukan pada anak yang sudah mengalami sensitisasi dan
menunjukkan manifestasi penyakit yang masih dini tetapi belum
menunjukkan gejala penyakit alergi yang lebih berat. Saat tindakan yang
optimal adalah usia bulan hingga 4 tahun. Kontak dengan antigen harus
dihindari selama periode rentan pada bulan bulan awa kehidupan, saat
limfosit AT belum matang dan muosa usus kecil dapat ditembus protein
makanan (Departemen Kesehatan, R.I, 2009).

E. Pengkajian Keperawatan
1. Biodata
Asma dapat menyerang segala usia tetapi lebih sering dijumpai
pada usia dini. separuh kasus timbul sebelum usia 10 tahun dan sepertiga
kasus lainnya terjadi sebelum usia 40 tahun. Predisposisi laki – laki dan
perempuan di usia dini sebesar 2:1 yang kemudian sama pada usia 30
tahun.
2. Riwayat keperawatan
Keluhan Utama

7
Keluhan utama yang timbul pada klien dengan asma bronkial
adalah dispnea (bisa sampai berhari-hari atau berbulan-bulan), batuk, dan
mengi (pada beberapa kasus lebih banyak paroksismal).

a. Riwayat Kesehatan Dahulu


Terdapat data yang menyatakan adanya faktor predisposisi
timbulnya penyakit ini, di antaranya adalah riwayat alergi dan
riwayat penyakit saluran napas bagian bawah (rhinitis, urtikaria, dan
eksim).
b. Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien dengan asma bronkial sering kali didapatkan adanya
riwayat penyakit keturunan, tetapi pada beberapa klien lainnya tidak
ditemukan adanya penyakit yang sama pada anggota keluarganya.
3. Pemeriksaan Fisik
Perhatikan tanda-tanda asma yang paling sering muncul, seperti
mengi. Pada asma yang sangat berat, mengi tidak terdengar; klien dalam
keadaan sianosis; dan kondisi kesadaran menu run. Pada pemeriksaan
fisik, dapat ditemukan:
a) Inspeksi: klien terlihat gelisah, sesak (napas cuping hidung, napas
cepat, retraksi sela iga, retraksi sela iga, retraksi epigastrium, retraksi
suprasternal), sianosis.
b) Palpasi: biasanya tidak terdapat kelainan yang nyata (pada serangan
berat, dapat ter jadi pulsus paradoksus).
c) Perkusi: biasanya tidak terdapat kelainan yang nyata.
d) Auskultasi: ekspirasi memanjang, mengi (wheezing), ronchi.

F. Masalah Keperawatan, hasil yang dicapai, intervensi keperawatan,


rasional

8
Diagnosis Keperawatan 1: Ketidak efektifan bersihan ja lan nafas b/d
sekresi kental, penigkatan produksi mukus dan bronkospasme.
Tujuan: Jalan nafas menjadi efektif. Kriteria hasil :
1. Mempertahankan jalan nafas pasien dengan bunyi bersih.
2. Dapat mendemontrasikan batuk efektif.
3. Dapat menyatakan strategi untuk menurunkan kekentalan sekresi.
4. Tidak ada suara nafas tambahan.
5. Instruksikan klien pada metode yang tepat dalam mengontrol batuk.
INTREVENSI RASIONAL
Mandiri
a. Tempatkan posisi yang a. Peninggian kepala tempat tidur
nyaman pada pasien, memudahkan fungsi
Contoh : meninggikan pernafasan dengan
kepala tempat tidur, duduk menggunakan gravitasi.
pada sandaran tempat tidur
b. Tingkatkan masukan cairan b. Hindari membantu
sampai dengan 3000 menurunkan kekentalan secret,
ml/hari sesuai indikasi, penggunaan cairan hangat
memberikan dengan air dapat menurunkan kekentalan
hangat secret, penggunaan cairan
dapat menurunkan spasme
bronkus
c. Lakukan fisioterapi dada c. Fisioterapi dada merupakan
dengan tehnik drainage strategi untuk mengeluarkan
postural, perkusi, fibrasi sekret.
dada.
d. Evaluasi frekuensi d. Beberapa derajat spasme
pernafasan, bunyi, irama bronkus terjadi dengan
nafas catat rasio obstruksi jalan nafas, dan
inpirasi/ekskresi dapat/tidak dimainfestasikan

9
adanya advertisius.
Kolaborasi
e. Berikan obat sesuai dengan e. Meleraksasikan otot halus dan
indikasi bronkodilator dan menurunkan spasme jalan
oksigen nafas, wheezing dan produksi
mukosa.
Tabel 2.2 Intervensi keperawatan dengan gangguan ketidak efektifan
bersihan jalan nafas
Diagnosa Keperawatan 2 : Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh yang berhubungan dengan laju metabolic tinggi dispnea saat
makan dan ansietas
Tujuan: Pemenuhan kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria Hasil:
a. Klien menghabiskan porsi makan di rumah sakit
b. Meliputi kriteria antoprometri, biochemical, clical, diet
INTREVENSI RASIONAL
Mandiri
a. Mengidentifikaso factor yang a. Merencanakan Tindakan yang
dapat menimbulkan nafsu dipilih berdasarkan penyebab
makan menurun misalnya masalah
muntah dengan ditemukannya
sputum yang banyak ataupun
dipsneu
b. Rasa tidak enak, bau
b. Sering melakukan perawatan
menurunkan nafsu makan, dan
oral, buang secret, berikan
dapat menyebabkan mual
wadah khusus untuk sekali
muntah dengan peningkatan
pakai
kesulitan nafas

c. Kaji kebiasaan diet, masukan c. Pasien distress pernafaan akut

makanan saat ini. Catat derajat sering anoreksi karena dipsnea

kerusakan makanan

10
Kolaborasi
d. Berikan oksigen tambahan d. Menurunkan dipsnea dan
selama makan sesuai indikasi meningkatkan energi untuk
makan, meningkatkan
masukan
Tabel 2.3 intervensi keperawatan gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari
kebutuhan

11
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Biodata
Identitas Pasien
a. Nama : Tn. A
b. Jenis Kelamin : Laki-laki
c. Umur : 30 tahun
d. Agama : Islam
e. Pekerjaan : Wiraswasta
f. Pendidikian Terakhir : SMA
g. Alamat : Tasikmalaya
h. Suku/ Bangsa : Sunda
i. Status Perkawinan : Menikah
j. Tanggal Masuk RS : 17 Oktober 2022
k. Tanggal Pengkajian : 19 Oktober 2022
l. Diagnosa Medis : Asma

Identitas Penanggung Jawab 


a. Nama : Ny. C
b. Umur : 28 tahun
c. Pendidikan Terakhir : SMA
d. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
e. Alamat : Tasikmalaya

2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama : Pasien mengeluh sesak
b. Riwayat kesehatan sekarang : Pasien mengeluh sesak nafas,
pasien   mengatakan saat batuk sulit mengeluarkan dahaknya, Pasien
tampak lemas, mengeluh tidak nafsu makan,  BMI : 18, kadar Hb : 11
gr/dl,  terpasang kateter (jumlah urine : 400ml), aktifitas  dibantu keluarga.

12
c. Riwayat Kesehatan Dahulu : Pasien mengatakan menderita
penyakit sekitar 5 tahun yang lalu
d. Riwayat Kesehatan Keluarga : Keluarga pasien mengatakan
kurang mengetahui ada tidaknya keluarga yang menderita penyakit yang
sama. Keluarga pasien mengatakan keluarganya tidak memiliki penyakit
keturunan.
3. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
1) Tanda-tanda Vital
TD : 120/90mmHg
P : 80x/menit
R : 30x/menit
S : 36°C
2) Pertumbuhan Fisik
TB : 170cm
BB : 65kg
3) Keadaan Kulit
Warna : Kuning langsat
Tekstur : Normal
b. Pemeriksaan Cepalo Kaudal
1) Kepala
a) Rambut
Bersih, warna hitam, tidak ada lesi/benjolan
b) Mata
Bentuk mata simetris, pengelihatan baik
c) Telinga
Bentuk simetris, bersih, pendengaran baik
d) Hidung
Bentuk simetris, fungsi penciuman baik
e) Mulut
Bentuk simetris, mampu menelan, indra pengecap berfungsi

13
f) Leher
Bentuk simetris, tidak ada benjolan, tidak ada keluhan
2) Dada
Bentuk simetris (R=30x/menit)
3) Abdomen
Bentuk simetris tidak ada benjolan

B. Rumusan masalah/ analisa data


Data Etiologi Masalah
Keperawatan
Ds: - Penyempitan Bersihan jalan nafas
- pasien mengeluh ruang paru alveoli tidak efektif
sesak - Pengembangan
- Pasien mengatakan paru terbatas
ada dahak - Produksi secret
ditenggorokannya meningkat
dan susah - Obstruksi jalan
dikeluarkan nafas
- Pasien sesak
Do: - Pernafasan cuping
- Pasien batuk hidung
berdahak dengan - Frekuensi nafas
karakter secret tidak normal
kental berwarna - Pola nafas tidak
putih, upaya batuk efektif
pasien lemah upaya
batuk pasien buruk
- pasien tampak
lemah dan sesak,
RR 30x/menit
Ds: - Pasien tidak nafsu Deficit nutrisi

14
- Pasien tampak makan
lemas - Pasien merasa lemas
- Pasien tidak - Pasien kekurangan
nafsu makan nutrisi

Do:
- Mukosa bibir
pucat

Tabel 3.1: rumusan masalah atau analisis data

C. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidak efektifan bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan sekresi
kental peningkatan produksi mucus dan bronkospasme.
2. Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan
dengan laju metabolic tinggi dipsnea saat makan dan ansietas.

D. Intervensi
No Diagnosis NOC NIC
1. Bersihan jalan nafas
tidak efektif
berhubungan dengan
obstruksi jalan nafas
spasme jalan nafas,
sekresi tertahan,
banyaknya mucus,
adanya jalan nafas
buatan, sekresi
bronkus.

15
E. Implementasi Keperawatan
F. Evaluasi Keperawatan

16
BAB IV
PEMBAHASAN

17
BAB V
PENUTUP

18
DAFTAR PUSTAKA

Clark, M. V. (2013). Asma : Panduan Penatalaksanaan Klinis. Jakarta: Penerbit


Buku Kedokteran EGC.
Hani Handayani, A. S. (2019, April). Kualitas Hidup Anak Dengan Asma di
RSUD DR. Soekardjo Kota Tasikmalaya dan RSUD Kabupaten Ciamis.
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah Bengkulu, 07, 525. Retrieved
Oktober 19, 2022, from
http://jurnal.umb.ac.id/index.php/keperawatan/article/download/307/346
Puspasari, S. F. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan
Sistem Pernafasan. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
Somantri, I. (2009). Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem
Pernafasan, Edisi 2. Jakarta: Penerbit Salemba Medika.
Wahid, A. (2013). Keperawatan Medikal Bedah Asuhan Keperawatan Pada
Gangguan Sistem Respirasi. Jakarta: CV. Trans Info Media.

19

Anda mungkin juga menyukai