Oleh:
151710283006
FAKULTAS VOKASI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2020
DAFTAR ISI
1
BAB I
PENDAHULUAN
Penyakit asma merupakan salah satu masalah kesehatan di seluruh dunia, baik di
negara maju maupun di negara yang sedang berkembang. Asma dapat diderita oleh
semua lapisan masyarakat dari usia anak-anak sampai usia dewasa. Asma adalah
penyakit kronis variabel dari sistem pernapasan yang ditandai oleh penyempitan saluran
pernapasan kecil dan bronkiolus, meningkat bronkial sekresi atau lendir dan
pembengkakan mukosa atau peradangan, sering dalam menanggapi satu atau lebih
memicu. Asma ditandai dengan serangan sesak dada, batuk dan mengi akibat obstruksi
Asma merupakan penyakit saluran nafas kronis yang dapat bersifat ringan, akan
tetapi dapat menetap serta mengganggu aktivitas sehari-hari. Asma dapat menimbulkan
gangguan emosi seperti cemas dan depresi, menurunkan produktivitas seseorang akibat
tidak masuk kerja ataupun sekolah. Menurut Imelda (2007) dalam Putra (2012)
hubungan antara penurunan kualitas hidup dengan derajat asma seseorang mempunyai
kolerasi yang positif, bahkan eksaserbasi asma yang berat dapat mengancam
kehidupan.
Banyak teknik atau metode terapi yang dapat diaplikasikan pada kondisi asma
bronkial antara lain nebulizer dan chest physioterapy. Modalitas tersebut bermanfaat
dalam mengurangi sesak nafas dan meningkatkan volume dan membantu pengeluaran
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis ingin mengulas mengenai penyakit asma
asma.
2
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan yang ada pada kasus post repair anterior cruciatum
ligament sinistra dalam kaitannya dengan gangguan nyeri, gerak dan fungsi, maka
1.3. Tujuan
Dalam rumusan masalah yang telah ada, maka ada beberapa tujuan yang hendak
1.4. Manfaat
3
BAB II
PEMBAHASAN
Asma (bronkiale) merupakan gangguan inflamasi pada jalan nafas yang di tandai
oleh obstruksi aliran udara nafas dan respon jalan nafas yang berlebihan terhadap
berbagai bentuk rangsangan. Obstruksi jalan nafas yang menyebarluas tetapi bervariasi
ini disebabkan oleh bronkospasme, edema mukosa jalan nafas dan peningkatan
produksi mukus (lendir) disertai penyumbatan (plugging) serta remodelling jalan nafas.
Secara, khas, sebagian besar serangan berlangsung singkat selama beberapa menit
hingga beberapa jam dan sesudah itu, pasien tampaknya mengalami kesembuhan klinis
yang total. Namun demikian, ada suatu fase ketika pasien mengalami obstruksi jalan
napas dengan atau tanpa disertai episode yang berat, atau yang lebih serius lagi, dengan
seperti ini dikenal sebagai status asmatikus. Pada beberapa keadaan yang jarang
manifestasi utama dari gangguan fungsi paru pada penderita asma. Episode berulang
dari keterbatasan aliran udara pada asma mempunyai empat bentuk, yaitu
dengan respon inflamasi saluran nafas. Penyempitan saluran napas menimbulkan hal-
4
3. Gangguan difusi gas di tingkat alveoli
a. Hipoksemia
Patofisiologi Asma
Sumber Gambar: https://toolkit.severeasthma.org.au/management/asthma-
pathophysiology/
Menurut Rengganis (2008) secara umum faktor risiko asma dipengaruhi atas faktor
genetik, faktor lingkungan dan beberapa faktor lain. Faktor genetik meliputi
5
faktor lingkungan meliputi alergen di dalam rumah dan alergen di luar rumah. Faktor
mengiritasi, ekspresi emosi berlebih, asap rokok bagi perokok aktif maupun pasif,
polusi udara dari luar dan dalam lingkungan, exercised induced astma, perubahan cuaca
Menurut Global Initiative for Asthma (GINA) asma dibagi menjadi 4 yaitu:
APE atau VEP1 ≥ 80% prediksi; 6) variabiliti APE atau VEP1 20-30%
d. Asma persisten berat, ditandai dengan : 1) APE atau VEP1 <60% prediksi;
Klasifikasi berdasarkan derajat berat serangan asma menurut GINA, dibagi menjadi
tiga kategori : 1). Asma ringan : asma intermiten dan asma persisten ringan; 2) Asma
6
2.5. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan spirometri: merupakan cara yang paling cepat dan sederhana untuk
12% atau ( ≥ 200ml ). Bila respon yang didapat ≤ 12% atau ( ≤ 200ml ) belum pasti
menunjukkan bahwa pasien tersebut tidak menderita asma, hal tersebut dapat
dijumpai pada pasien yang sudah dalam keadaan normal atau mendekati normal.
b. Pemeriksaan Peak flow meter: Peak expiratory flow / volume ekspirasi paksa dapat
diukur menggunakan alat Peak flow meter / PFM yang merupakan alat penunjang
diagnosis dan monitoring asma. Alat ini relatif murah, praktis, dan ideal digunakan
7
pasien untuk menilai obstruksi jalan napas di rumah. Pemeriksaan spirometri tetap
lebih diutamakan dibanding PFM oleh karena; PFM tidak begitu sensitif dibanding
saluran napas besar, PFM dibuat sebagai alat monitoring asma bukan sebagai alat
diagnostik utama.
garam hipertonik, dan bahkan dengan aqua destilata. Dianggap bermakna bila
didapat penurunan VEP1 sebesar 20% atau lebih. Uji kegiatan jasmani, dilakukan
dengan meminta pasien berlari cepat selama 6 menit sehingga mencapai denyut
APE (Arus Puncak Respirasi) paling sedikit 10%. APE dapat digunakan untuk
d. Foto dada / X-ray thorax: dilakukan untuk menyingkirkan penyebab lain obstruksi
saluran napas dan adanya kecurigaan terhadap proses patologis di paru atau
lain.
A. Pemeriksaan Umum
Meliputi pemriksaan secara objektif (anamnesa) dan pemeriksaan objektif
a) Anamnesis
- Identitas pasien
- Keluhan utama
8
- Apa pemicu dan pereda sesak
- Riwayat obat
- Dsb
b) Inspeksi
- Penderita asma memiliki pola napas yang cepat dan dangkal karena
sesak
c) Palpasi
B. Pemeriksaan Fisioterapi
spirometri.
C. Intervensi Fisioterapi
a) Breathing Exercise
9
memudahkan gerakan diafragma dan meningkatkan ekspansi sangkar
c) Coughing Exercise
10
d) Nebulizer
mengancam jiwa
11
Teknik ini diperlukan oleh pasien-pasien yang mudah mengalami
Posisi rileks: Mengatur posisi minimal energi. Ini adalah teknik yang efektif
dan terbaik untuk mengurangi gejala sesak napas dan kerja pernapasan berlebih.
12
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Penyakit asma merupakan salah satu masalah kesehatan di seluruh dunia, baik di
negara maju maupun di negara yang sedang berkembang. Asma dapat diderita oleh
semua lapisan masyarakat dari usia anak-anak sampai usia dewasa. Asma adalah
penyakit kronis variabel dari sistem pernapasan yang ditandai oleh penyempitan saluran
pernapasan kecil dan bronkiolus, meningkat bronkial sekresi atau lendir dan
pembengkakan mukosa atau peradangan, sering dalam menanggapi satu atau lebih
memicu. Asma ditandai dengan serangan sesak dada, batuk dan mengi akibat obstruksi
jalan napas.
mobilisasi sangkar thoraks dan coughing exercise. Edukasi pada pasien juga diperlukan
3.2. Saran
Penulis tentunya masih menyadari jika makalah diatas masih terdapat banyak
kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut
dengan berpedoman pada banyak sumber serta kritik yang membangun dari para
pembaca
13
Daftar Pustaka
Arwin. 2002. Asma Pada Anak. Sari Pediatri, Vol. 4, No. 2, September 2002 Infodatin Pusat
Data Dan Informasi Kementrian Kesehatan RI. ISSN 2442-7659
Caia Francis. 2012. Perawatan Respirasi oleh dr. Stellan Tinia Hasianna. Jakarta: Erlangga.
GINA (Global Initiative for Astma). 2006. Levels of Astma Control. http://ginastma.com..
Diakses 20 Mei 2014
Meiyanti, Julius I. Mulia. 2000. Perkembangan Patogenesis Dan Pengobatan Asma Bronkial.
J Kedokter Trisakti, September-Desember 2000-Vol.19, No.3 125
Rengganis, Iris. 2008. “Diagnosis dan Tatalaksana Asma Bronkial”. Majalah Kedokteran
Indonesia, Vol 58. 11: November 2008: hal.446-447.
14