OLEH:
i
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
Latar Belakang...........................................................................................................1
BAB II TINJAUAN MASALAH
2.1 Konsep Dasar Bronkitis Akut
2.1.1 Definisi......................................................................................................2
2.1.2 Etiologi......................................................................................................2
2.1.3 Patofisiologi...............................................................................................2
2.1.4 Manifestasi Klinis......................................................................................3
2.1.5 Penatalaksanaan.........................................................................................4
2.2 Konsep Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif
2.2.1 Pengertian..................................................................................................4
2.2.2 Etiologi......................................................................................................5
2.2.3 Proses Terjadinya......................................................................................5
2.2.4 Manifestasi Klinis......................................................................................6
2.2.5 Pemeriksaan Diagnostik............................................................................6
2.3 Konsep Asuhan Keperawatan Bronkitis Dengan Masalah Bersihan Jalan
Napas Tidak Efektif
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Bronkitis adalah salah satu kondisi teratas yang mendorong pasien mencari
perawatan medis.Hal ini ditandai dengan peradangan pada saluran bronchial atau
bronkus, saluran udara yang membentang dari trakea kedalam saluran kecil dan
alveoli. Bronkitis ada 2 macam menurut terminology lamanya penyakit berdiam
didalam tubuh penderita yaitu bronchitis akut dan bronchitis kronik. Bronkitis akut
adalah peradangan pada bronkiolus yang di tandai oleh sesak nafas, mengi, dan
hiperinflasi paru (Buhagiar, 2009). Asma, bronchitis an empisema menduduki
peringkat ke 3 (PMR 12,7%)sebagai penyebab angka kesakitan umum di Indonesia
setelah system sirkulasi,infeksi an parasite (Jamal, 2004). Batuk dan pilek merupakan
tanda awal dan gejala di mulainya bronchitis. Pada awalnya hidung mengeluarkan
lender yang tidak dapat dihentikan, batuk tidak berdahak, dilanjutkan 1-2 hari
kemudian mengeluarkan dahakberwarna putih atau kuning, semakin banyak dan
bertambah, warna berubah menjadi kuning atau hijau.
BAB II
1
TINJAUAN TEORITIS
2.1.1 Definisi
Bronkitis Akut merupakan proses radang akut pada mukosa bronkus beserta
cabang – cabangnya yang disertai dengan gejala batuk dengan atau tanpa sputum
yang dapat berlangsung sampai 3 minggu. Tidak dijumpai kelainan radiologi
pada bronchitis akut. Gejala batuk pada brokitis akut harus dipastikan tidak
berasal dari penyakit saluran pernapasan lainnya (GonzalesR, Sande M, 2008 ).
2.1.2 Etiologi
Bronchitis akut dapat disebabkan oleh :
1. Infeksi virus : influenza virus, parainfluenza virus, respiratory syncytial
(RSV),coronavirus, rhinovirus.
2. Infeksi bakteri : boratella pertussis, bordatella parapertussi, haemophilus
influenza, streptococcus pneumonia, atau bakteri atipik (Mycoplasma
pneumonie,Chlamydia pneumonia,Legionella).
Menurut Marni (2014), penyakit ini bisa disebabkan oleh virus dan dan
bakteri. Virus yang sering menyebabkan penyakit Respiratorik Syncytial
Virus. Penyebab lain yang sering terjadi pada bronkhitis ini adalah asap rokok,
baik perokok aktif maupun perokok pasif, atau sering menghirup udara yang
mengandung zat iritan.
2.1.3 Patofisiologi
2
inflamasi yang menyebar luas, penyempitan jalan napas dan penumpukan mucus di
dalam jalan napas. Dinding bronkus mengalami inflamasi dan penebalan akibat
edema serta penumpukan sel-sel inflamasi. Selanjutnya efek bronkospasme otot
polos akan mempersempit lumen bronkus. Pada awalnya hanya bronkus besar yang
terlibat inflamasi ini, tetapi kemudian semua saluran napas turut terkena. Jalan
napas menjadi tersumbat dan terjadi penutupan, khususnya pada saat ekspirasi.
Dengan demikian, udara napas akan terperangkap di bagian distal paru. Pada
keadaan ini akan terjadi hipoventilasi yang menyebabkan ketidakcocokan dan
akibatnya timbul hipoksemia. Hipoksemia dan hiperkapnia terjadi sekunder karena
hipoventilasi. Resistensi vaskuler paru meningkat ketika vasokonstriksi yang terjadi
karena inflamasi dan konpensasi pada daerah- daerah yang mengalami hipoventilasi
membuat arteri pulmonalis menyempit. Inflamasi alveolus menyebabkan sesak
napas.
Serangan bronkitis akut dapat timbul dalam serangan tunggal atau dapat
timbul kembali dengan eksaserbasi akut dari bronkitis kronis. Pada umumnya,
virus merupakan awal dari serangan bronkitis akut pada infeksi saluran napas
bagian atas. Dokter akan mendiagnosis bronkitis kronis jika pasien mengalami
produksi sputum selama kurang lebih tiga bulan dalam satu tahun atau paling
sedikit dalam dua tahun berturut – turut.
3
2.1.5 Penatalaksanaan
Bila batuk tetap ada dan tidak ada perbaikan setelah 2 minggu
maka perlu dicurigai adanya infeksi bekteri sekunder dan antibiotik
boleh diberikan, asal sudah disingkirkan adanya asma atau pertusis.
Pemberian antibiotik yang serasi untuk M.pneumoniae dan H.
Influenzae sebagai bakteri penyerang sekunder misalnya amoksisilin,
kotrimoksazol dan golongan makrolid. Antibiotik diberikan 7 – 10 hari
dan bila tidak berhasil maka perlu dilakuakan foto toraks untuk
menyingkikan kemungkinan kolaps paru segmental dan lobaris, benda
asing dalam saluran pernapasan dan tuberkulosis (Ngastiyah, 2005).
4
status pernafasan sehubungan dengan ketidakmampuan untuk batuk secara
efektif (Carpenito, 2006).
2.2.2 Etiologi
Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan oksigen adalah:
a. Saraf otonomik (rangsangan saraf simpatis dan saraf parasimpatis)
b. Peningkatan produksi sputum
c. Alergi pada saluran nafas
d. Faktor fisiologis
e. Menurunnya kemampuan mengikat O2
f. Menurunnya konsentrasi O2
g. Hipovolemia
h. Meningkatnya metabolisme
i. Faktor perkembangan
j. Faktor perilaku
k. Merokok
l. Aktivitas
m. Kecemasan
n. Penggunaan narkotika
o. Status nutrisi
p. Faktor lingkungan
q. Tempat kerja atau polusi
5
yang panjang akan timbul bunyi-bunyi yang abnormal.
6
Berbagai data yang dibutuhkan baik wawancara, observasi, atau hasil
laboratorium dikumpulkan oleh petugas keperawatan . Pengkajian memegang
peranan penting, khususnya ketika ingin menentukan diagnose keparawatan,
perencanaan tindakan keperawatan, implementasi keperawatan serta evaluasi
keperawatan ( Prabowo, 2017 ).
Dalam pengkajian pada pasiean bronchitis akut dilakukan dengan
menggunakan pengkajian mendalam mengenai bersihan jalan napas tidak
efektif, dengan fisiologis dan subkategori respirasi. Pengkajian dilakukan
sesuai dengan tanda gejala mayor dan minor bersihan jalan tidak efektif
dimana data mayornya yaitu subjektif tidak tersedia dan data objeknya batuk
tidak efektif, sputum berlebih, tidak mampu batuk, mengi, wheezing dan/atau
ronki kering, sedangkan tanda gejala minor, data subjektif dyspnea, sulit
bicara, ortopnea. Data objektif yaitu gelisah, sianosis, bunyi napas menurun,
frekuensi napas berubah, pola napas berubah (PPNI, 2017), Selain itu, hal –
hal yang perlu dilakukan pada pengkajian dengan bersihan jalan napas tidak
efektif, yaitu :
a. Biodata pasien
Berisikan nama, jenis kelamin, usia, pekerjaan, dan pendidikan.
b. Keluhan utama
Penting untuk mengenal tanda dan gejala untuk mengetahui dan mengkaji
kondisi pasien. Keluhan utama yang muncul seperti batuk, produksi
sputum berlebih, sesak napas, merasa lelah,. Keluhan utama harus
diterangkan sejelas mungkin.
c. Riwayat kesehatan saat ini
Setiap keluhan utama yang di tanyakan kepada pasien akan diterangkan
pada riwayat penyakit saat ini seperti sejak kapan keluhan dirasakan,
berapa lama dan berapa kali keluhan terjadi, bagaimana sifat keluhan
yang di rasakan, apa yang sedang dilakukan saat keluhan timbul, adakah
usaha mengatasi keluhan sebelum meminta pertolongan, berhasil atau
tidak usaha tersebut, dan sebagainya.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Pengkajian riwayat keluarga sangat penting untuk mmendukung keluhan
7
dari pasien, perlu dikaji riwayat keluarga yang memberikan predisposisi
keluhan seperti adanya riwayat batuk lama, riwayat sesak napas dari
generasi terdahulu. Adanya riwayat keluarga yang menderita kencing
manis dan tekanan darah tinggi akan memperburuk keluhan pasien.
e. Pemeriksaan fsik
Pemeriksaan fisik yang di fokuskan pada pasien bronchitis akut dengan
bersihan jalan napas tidak efektif (Muttaqin, 2014) yaitu :
Inspeksi
Inspeksi yang berkaitan dengan system pernapasan adalah melakukan
pengamatan atau observasi pada bagian dada, bentuk dada simetris atau
tidak, pergerakan dinding dada, pola napas, irama napas, apakah
terdapat proses ekhalasi yang panjang, apakah terdapat otot bantu
pernapasan, gerak paradoks, retraksi antara iga dan retraksi diatas
clavikula. Dalam melakukan pengkajian fisik secara inspeksi,
pemeriksaan dilakuka dengan cara melihat keadaan umum dan adanya
tanda – tanda abnormal seperti adanya sianosis, pucat, kelelahan, sesak
napas, batuk.
Palpasi
Palpasi dilakukan untuk mengetahui gerakan dinding dada saat proses
inspirasi dan ekspirasi. Cara palpasi dapat dilakukan dari belakang
dengan meletakkan kedua tangan di kedua sisi tulang belakang.
Kelainan yang mungkin didapat saat pemeriksaan palpasi antara lain
nyeri tekan, Aadanya benjolan, getaran suara atau fremitus vocal. Cara
mendeteksi fremitus vocal yaitu letakkan kedua tangan pada dada
pasien sehingga kedua ibu jari pemriksa terletakdi garis tengah diatas
sternum, ketika pasien menarik napas dalam, maka kedua ibu jari
tangan harus bergerak secara simetris dan terpisah satu sama lain
dengan jarak minimal 5cm. Getaran yang terasa oleh tangan pada saat
dilakukan pemeriksaan palpasi disebabkan oleh adanya dahak dalam
bronkus yang bergetar pada saat proses inspirasi dan ekspirasi.
Perkusi
Pengetukan dada atau perkusi akan menghasilkan vibrasi pada dinding
8
dada dan organ paru – paru yang ada dibawahnya, akan dipantulkan dan
diterima oleh pendengaran pemeriksa. Cara pemeriksa perkusi dengan
cara permukaan jari tengah diletakkan pada daerah dinding dada diatas
sels – sela iga selanjutnya diketuk dengan jari tengah lainnya.
Auskultasi
Auskultasi adalag mendengarkan suara yang berasal dari dalam tubuh
dengan cara menempelkan telinga ke dekat sumber bunyi atau dengan
menggunakan stetoskop. Pemeriksaan auskultasi berfungsi untuk
mengkaji aliran udara dan menevaluasi adanya cairan atau obstruksi
padat dalam struktur paru. Untuk mengetahui kondisi paru – paru, yang
dilakukan saat melakukan pemeriksaan auskultasi yaitu mendengar
bunyi napas normal dan bunyi napas tambahan.
f. Data pasien bersihan jalan napas tidak efektif termasuk dalam kategori
fisiologis subkategori respirasi, perawat harus mengkaji data gejala dan
tanda mayor minor (PPNI,2017):
a. Gejala dan tanda mayor
1. Subjektif : tidak tersedia
2. Objektif : batuk tidak efektif, tidak mampu batuk, sputum berlebih,
mengi, wheezing, dana tau ronki kering.
b. Gejala dan tanda minor
1.Subjektif : dyspnea, sulit bicara, ortopnea
2.Objektif : gelisah, sianosis, bunyi napas menurun, frekuensi napas
berubah, pola napas berubah.
9
yang merupakan label diagnosis keperawatan yang menggambarkaninti dari
respon pasien terhadap kondisi kesehatan,dan indikator diagnostik yang
terdiri atas penyebab, tanda/gejal dan faktor resiko. Pada diagnosis aktual,
indikator diagnostik hanya terdiri atas penyebab dan tanda/gejala. Bersihan
jalan napas tidak efektif termasuk dalam jenis kategori diagnosis keperawatan
negatif. Diagnosis negatif menunjukkan bahwa pasien alam kondisi sakit
sehingga penegakan diagnosa ini akan mengarah pada pemberian intervensi
yang bersifat penyembuhan (PPNI,2017).
Intervensi keperawatan adalah langkah ketiga yang juga amat penting untuk
menentukan berhasi atau tidaknya proses asuha keperawatan. Jenis luaran
keperawatan dibagi menjadi luaran positi yaitu menunjukkan kondisi,
perilaku yang sehat dan luaran negatif yaitu kondisi atau perilaku yang tidak
sehat. Komponen dari luaran keperawatan terdiri dari label, ekspetasi, dan
kriteria hasil. Label luaran keperawatan merupakan kondisi, perilaku, dan
persepsi pasien dapat di ubah, diatasi dengan intervensi keperawatan.
Ekspetasi adalah penilaian taerhadap hasil yang diharapkan tercapai yang
terdiri dari tiga kemungkinan yaitu meningkat, menurun, dan membaik.
Kriteria hasil adalah karakteristik pasien yang dapat diamati atau diukur
perawat dan menjadi dasar untuk menilai pencapaian hasil intervensi.
10
kata kunci untuk memperoleh informasi terkait intervensi tersebut. Label
terdiri atas satu atau beberapa kata yang diawali dengan kata benda (nomina)
yang berfungsi sebagai deskriptor.
c. Mengi menurun
d. Wheezing menurun
e. Dispnea menurun
f. Gelisah menurun
Observasi
11
Monitor bunyi napas tambahan ( mis , mengi, wheezing, ronkhi kering,
gurgling )
Monitor sputum
Teraupetik
Kolaborasi
Edukasi
a. Pemantauan respirasi
Observasi :
12
Auskultasi bunyi napas
13
PENGARUH CHEST PHYSIOTHERAPY TERHADAP PENURUNAN
FREKUENSI BATUK PADA BALITA DENGAN BRONKITIS AKUT DI
BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT SURAKARTA
ABSTRAK Latar Belakang: Bronkitis akut adalah salah satu infeksi sistem
pernapasan yang paling umum terjadi dan bertahan selama dua hingga tiga minggu.
Bronkitis akut paling sering menyerang anak-anak berusia di bawah 5 tahun.
Penyebab utama pada kasus bronkitis akut adalah 95% karena infeksi virus dan 5%
karena infeksi bakteri. Tanda dan gejala yang terjadi pada bronkitis akut adalah batuk
dan pilek. Berdasarkan permasalahan ini, fisioterapi sebagai tenaga kesehatan ikut
berperan dalam menangani kasus bronkitis akut dengan tujuan untuk mengembalikan
fungsi paru dan mengurangi problematika yang ada. Penelitian ini penulis
mengunakan modalitas chest physiotherapy yang berupa postural drainage,
tappotement dan vibrasi. Chest physiotherapy adalah suatu cara fisioterapi yang
sangat efektif dalam upaya mengeluarkan sekret dan memperbaiki ventilasi pada
pasien dengan fungsi paru yang terganggu.
Hasil Penelitian: Dari hasil uji statistik dengan uji Paired T Test mendapatkan nilai
signifikan p < 0,05 (p = 0,012) dan data hasil uji beda pengaruh antara kelompok
kontrol dan kelompok perlakuan dengan menggunakan Independent T Test
didapatkan hasil yang signifikan dengan nilai p < 0,05 (p = 0,0001).
14
DAFTAR PUSTAKA
15