Anda di halaman 1dari 62

PITSTOP SKP

2021
(PPA)

UPTD RSUD TARAKAN


PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN
UTARA
2021
SALAM KESELAMATAN
PASIEN
6 (ENAM) SASARAN KESELAMATAN
PASIEN

1 Identifikasi Pasien Secara Akurat

2 Meningkatkan Komunikasi yang Efektif

Meningkatkan Keamanan Penggunaan Obat Yang


3 perlu diwaspadai (HIGH Alert medication)
Kepastian Tepat Lokasi, Tepat Prosedur dan Tepat
4 Pasien Operasi
Mengurangi Risiko Infeksi Terkait Pelayanan
5
Kesehatan

6 Mengurangi Risiko Pasien Cedera karena Jatuh


Pasien beresiko cedera akibat pelayanan
medis, yang mengakibatkan luka permanen,
keluar-masuk rumah sakit berulang, masa
rawat inap lebih lama di Rumah Sakit dan
bahkan kematian.

MENGAPA Kejadian Tidak Diharapkan terjadi bukan


ANDA HARUS karena tenaga medis sengaja melukai pasien,
tapi karena kompleksitas sistem pelayanan
MENERAPKA kesehatan

N
KESELAMATA RS memiliki Profesional Pemberi Asuhan
yang bervariasi yang terlibat dalam
N PASIEN? pemberian pelayanan kesehatan, sehingga
RS harus memiliki system yang dapat
mengakomodir pertukaran informasi yang
tepat dalam memberikan pelayanan pasien.
SKP 1
IDENTIFIKASI PASIEN
SECARA AKURAT
PENERAPAN IDENTIFIKASI PASIEN

Perempuan

Laki-Laki

• Klip penanda resiko yang


• Penggunaan Gelang Identitas pada
dipasang pada Gelang Identitas
pasien rawat inap dan pasien rawat
pasien utk pasien beresiko :
jalan yang menjalani tindakan invasive
• Pasien DNR (Klip Ungu)
(HD, Endoscopy, Klinik Gigi, prosedur
• Pasien dengan riwayat Alergi
Radiologi diagnostik /dengan kontras)
(Klip Merah)
• Gelang biru untuk pasien laki2
• Pasien Beresiko Tinggi Jatuh
• Gelang Merah muda ( pink) utk pasien
(Klip Kuning)
perempuan.
 Siapa yang melakukan IDENTIFIKASI PASIEN ?

PPA : Non PPA:


(Profesional Pemberi Asuhan) Petugas Gizi (yang
Staf klinis profesional yang mendistribusi
lansung memberikan asuhan makanan di Ranap
kepada pasien Petugas
Pendaftaran Pertama

Perawat Pasien / TP3 (Rekam


Apoteker Psikologi
Bidan Medis)
Analis Klinis
Dokter
Radiografer Fisioterafis
Nutrisionis
PENERAPAN IDENTIFIKASI PASIEN
Identitas pasien

4 IDENTITAS Saat melakukan harus ada dan


Tidak
tercetak pada
PASIEN : identifikasi , diperkenankan
setiap
1. Nama Lengkap gunakan melakukan
Formulir
(Sesuai E-KTP) minimal 2 dari identifikasi rekam medis,
4 identitas pasien dengan Formulir
2. Tanggal Lahir
pasien yang menggunakan permintaan
3. Nomor Rekam tercetak pada Nomor Kamar, pemeriksaan

Medis Nomor Tempat penunjang,


Gelang
Hasil
4. Nomor Induk identitas Tidur, dan
pemeriksaan
KTP (NIK) Berkas rekam Nomor
penunjang dan
medis pasien Antrian.
R esep.
PENERAPAN IDENTIFIKASI PASIEN

CONTOH IDENTIFIKASI PASIEN SECARA VERBAL :


1. Secara Verbal
• PPA harus memperkenalkan diri kepada pasien.
(Kontak Pertama) • Gunakan pertanyaan terbuka, seperti : “Bapak /

2. Secara Visual ibu, tolong sebutkan Nama Lengkap dan tanggal


lahir, atau nomor rekam medis bapak/ibu…”
(Kontak selanjutnya)
• Cocokan dengan rekam medis, formulir dan
gelang identitas pasien.
PENERAPAN IDENTIFIKASI PASIEN

Dilakukan dalam setiap keadaan terkait


IDENTIFIKASI
intervensi kepada pasien. Misalnya
PASIEN
IDENTIFIKASI PASIEN SEBELUM
Digunakan di semua area
memberikan radioterapi, memberikan
layanan RS seperti di
cairan intravena, pengambilan darah atau
Rawat Jalan, Rawat Inap,
specimen lain utk pemeriksaan klinis,
IGD, OK, Unit layanan
kateterisasi jantung, prosedur diagnostic,
diagnostic dan lainnya.
prosedur radiologi diagnostic dan
identifikasi pada pasien koma.
SKP 1 #IDENTIFIKASI
PASIEN

PASIEN DG KONDISI KHUSUS


 Pasien tidak sadar
 Pasien dalam kondisi tersedasi

 Pasien koma
DAPAT
 Pasien yang tidak dapat berbicara /
DILAKUKAN
afasia IDENTIFIKA
 Pasien terpasang ventilator
SI PASIEN
 Pasien yang menggunakan trakeostomi SECARA
 Pasien psikiatri VISUAL
 Pasien dengan gangguan mental
organik
 Bayi baru lahir
Identifikasi pasien yg tidak
mungkin di pasang Gelang
Identitas

1.Pasien Luka bakar luas


2.Pasien tanpa anggota gerak
3.Pasien sakit jiwa
4.Pasien tanpa Identitas
5.Pasien alergi bahan gelang
identitas
Cocokkan wajah pasien Hasil foto diletakkan pada:
dengan foto pada status 1. Halaman pertama rekam medis pasien
di rekammedis 2. Kotak obat pasien.
SKP 2
MENINGKATKAN
KOMUNIKASI YANG
EFEKTIF
Standarisasi Metode
Serah terima dengan
menggunakan SBAR
SBAR• adalah pola/tehnik komunikasi
yang harus
dilakukan untuk melapor atau
Definisi berkomunikasi dengan seprofesi atau
SBAR antar profesi - interdisiplin ilmu untuk
menghindari kesalahan komunikasi dan
bertujuan agar dapat memberikan
pelayanan yang baik bagi pasien.
WAKTU
PENERAPAN
SBAR
• Saat Visite dokter
• Saat ada perubahan kondisi
Pasien / pelaporan kondisi pasien
kritis
• Saat pertukaran shif
• Saat berkomunikasi dengan
bagian/tenaga kesehatan lain.
• Saat transfer pasien ke unit lain

Serah Terima (Handover) adalah proses
pengalihan wewenang dan tanggung jawab
utama untuk memberikan perawatan klinis kepada
pasien dari satu pemberi asuhan kepada
pemberi asuhan yang lain untuk menjamin
kontinuitas perawatan melalui proses pertukaran
informasi dan transfer tanggungjawab atas
perawatan pasien (Riedel & Ayala, 2017).
SERAH TERIMA ASUHAN PASIEN

1. Antar PPA seperti Staf medis dan staf medis, antara staf
medis dan staf keperawatan atau dengan staf klinis lainnya,
atau antara PPA dan PPA lainnya saat pertukaran shift.

2. Antarberbagai tingkat pelayanan di dalam Rumah sakit yang


sama seperti jika pasien dipindah dari unit intensif ke unit
perawatan atau dari unit darurat ke kamar operasi; dan

3. Dari unit rawat inap ke unit layanan diagnostic atau unit


tindakan seperti radiologi atau rehabilitasi medic.
KOMUNIKASI YG SERING SALAH DAN MEMBAHAYAKAN PASIEN:
LISAN/LEWAT TELEPON

Dr DPJP
LAPORAN
KONDISI PASIEN TERKINI

SBAR

Memberikan
perintah
Pengobatan / TBaK / TULBAKON
tindakan

Dr Jaga/ Perawat
PELAPORAN HASIL TES KRITIS
 Pelaporan hasil kritis disampaikan dari unit Laboratorium,
Radiologi dan Kardiologi ke Unit Rawat Inap, Unit Rawat Jalan
dan IGD.

 Petugas yang melaporkan hasil kritis harus mencatat TANGGAL


dan WAKTU menelpon, KEPADA SIAPA panggilan dibuat
(nama lengkap) dan SIAPA YANG MENELPON (nama
lengkap)

 Petugas yang menerima laporan hasil test kritis lewat telpon,


harus menerapkan TBAK (Tulis Baca Kembali)
SKP 3
MENINGKATKAN
KEAMANAN OBAT YANG
PERLU DI WASPADAI
(HIGH ALERT
MEDICATIONS)
PENGERTIAN HIGH ALERT
MEDICATIONS

Obat yang perlu diwaspadai (High


Alert Medications) adalah obat yang
memiliki risiko lebih tinggi
membahayakan jika terdapat
kesalahan penggunaan (dosis, interval,
dan pemilihannya) dan memiliki
persentase tinggi dalam menyebabkan
terjadinya kesalahan dan atau kejadian
sentinel (sentinel event).
OBAT YANG PERLU DIWASPADAI
1. Obat risiko tinggi (High Risk) adalah
H IGH A LER T
obat yang bila terjadi kesalahan (error) dapat
menimbulkan kematian atau kecacatan seperti
insulin, heparin, atau kemoterapeutik.
Contoh di RSUD :
OBAT YANG PERLU DIWASPADAI
2. Obat LASA (Look-Alike Sound-Alike)/ Nama
Obat Rupa Ucapan Mirip (NORUM) adalah obat
yang nama, kemasan, label, penggunaan klinis
tampak/kelihatan sama (look alike), bunyi ucapan
 
LASA
sama (sound alike) seperti Ceftriaxon dan
Cefotaxim, Ambroxol dan Paracetamol Sirup,
Amoxsan Forte dan Amoxsan.
Contoh di RSUD :
OBAT YANG PERLU DIWASPADAI
3. Elektrolit konsentrat seperti
potassium fosfat (K3Po4) dengan
konsentrasi sama atau lebih besar dari 3
  mmol/mL dan natrium klorida (NaCl)
ELEKTROLIT
dengan konsentrasi lebih dari 0,9% dan
PEKAT
magnesium sulfat (MgSo4) dengan
konsentrasi 50% atau lebih.
Contoh di RSUD :
OBAT YANG PERLU DIWASPADAI
4. Elektrolit dengan
konsentrasi tertentu seperti
potasium klorida (KCl) dengan
ELEKTROLIT
KONSENTRASI konsentrasi 1 mEq/mL atau lebih
TERTENTU
dan magnesium sulfat (MgSo4)
dengan konsentrasi 20%, 40% atau
lebih.

Contoh di RSUD :
PELABELAN

 Semua obat yang telah diencerkan harus diberi label dengan


mencantumkan nama dan konsentrasi obat segera setelah
pengenceran.
 

NAMA OBAT :
 
KONSENTRASI : ……….. mg dalam ……. ml
………….

TGL PENCAMPURAN : TGL KADALUARSA


JAM : :

NAMA PASIEN :
NO. RM :

DISIAPKAN OLEH : DICEK OLEH :


PENYIMPANAN
Instalasi Farmasi
• Diletakkan di tempat terpisah dari obat
lainnya di lemari khusus dan diberikan
selotip merah pada sekeliling tempat
sesuai dengan daftar obat yang perlu
diwaspadai (High Alert Medications) di
RSUD Tarakan.
• Obat narkotik, kemoterapuetik dan
antidiabetik disimpan terpisah dari
obat yang perlu diwaspadai (High Alert
Medications) lainnya.
• Obat yang perlu diwaspadai (High
Alert Medications) yang memerlukan
suhu dingin disimpan dalam lemari
pendingin yang terpisah dari obat-obat
lainnya.
PENYIMPANAN
Ruang Perawatan Instalasi Farmasi
Obat LASA (Look Alike Sound
Obat risiko tinggi (High Alike) HARUS diselingi dengan
Risk) disimpan terpisah minimal 1 (satu) obat non-LASA di
dari obat lainnya yaitu antara atau di tengahnya.
pada lemari khusus.
Elektrolit konsentrat
dan elektrolit dengan
konsentrasi tertentu
TIDAK BOLEH
disimpan
di ruang perawatan
PERESEPAN
 Dokter tidak diperbolehkan memberikan
instruksi secara verbal mengenai High
Alert Medications, kecuali pada keadaan
emergensi medis (misalnya: kondisi
Instruksi harus
mengancam nyawa yang bersifat gawat
darurat), dan harus dilakukan konfirmasi JELAS
ulang untuk memastikan instruksi yang TERBACA
diberikan, nama obat beserta dosisnya.
hindari
PENYIAPAN DI FARMASI
 Semua penyiapan obat yang melibatkan obat-
obat High Alert harus dilakukan dengan sistem
double check (pengecekan ganda) oleh petugas
farmasi yang berbeda.

 Petugas farmasi pertama yang menyiapkan


resep obat dan petugas farmasi kedua yang
tidak menyiapkan resep obat harus melakukan
pengecekan (double check). Petugas farmasi
membubuhkan paraf dan nama di kolom double
check pada lembar resep sebagai bukti telah
dilakukan double check.
PEMBERIAN OBAT DI RUANG PERAWATAN

 Pemberian Obat yang Perlu Diwaspadai (High Alert


Medications) harus menerapkan PRINSIP 5 BENAR
 Pemberian elektrolit konsentrat dan elektrolit dengan
konsentrasi tertentu harus dengan pengenceran dan
diberi label.
 Biasakan mengeja nama obat dengan kategori obat
LASA / NORUM, saat memberi / menerima instruksi.
 Sebelum perawat memberikan obat yang perlu
diwaspadai (High Alert Medications) kepada pasien
maka perawat lain harus melakukan pengecekan
ganda,
PEMBERIAN OBAT DI RUANG
PERAWATAN
 Perawat pertama menyiapkan obat-obatan pasien beserta label
obat, rekam medis pasien, rekam pemberian obat (RPO) pasien,
atau resep / instruksi tertulis dokter, serta obat yang hendak
diberikan lengkap dengan labelnya. Kemudian menuliskan jam
pemberian dan paraf di kolom perawat satu pada rekam pemberian
obat (RPO)
 Perawat kedua (perawat lain selain perawat pertama)
memastikan obat telah disiapkan dan sesuai dengan instruksi.
Perawat kedua melakukan verifikasi ketepatan nama pasien, nama
obat, dosis, rute pemberian, frekuensi pemberian, informasi dan
dokumentasi yang menerima obat serta membubuhkan paraf di
kolom double check pada rekam pemberian obat (RPO)
MONITORING DAN EVALUASI

 Petugas farmasi melakukan supervisi obat High Alert


Medications di internal farmasi dan ruang perawatan
satu kali per bulan.

 Petugas farmasi mengisi formulir checklist pemantauan


pengelolaan obat High Alert Medications

 Apoteker melakukan pengolahan data dan analisis


untuk menentukan persentase kepatuhan dan ketepatan
pengelolaan obat High Alert Medications di RSUD
Tarakan.
SKP 4
TEPAT LOKASI, TEPAT
PROSEDUR , TEPAT
PASIEN OPERASI)
SKP 4 #PENINGKATAN TEPAT-LOKASI, TEPAT-
PROSEDUR, TEPAT-PASIEN

1. Komunikasi yg tdk efektif dan tdk adekuat


antar anggota tim
2. Tidak ada keterlibatan pasien utk memastikan
ketepatan lokasi operasi dan tidak ada prosedur
SALAH-
verifikasi
LOKASI,
SALAH- 3. Asesmen pasien tdk lengkap
PROSEDUR,
4. Catatan rekam medis tdk lengkap
SALAH-
PASIEN dapat 5. Budaya yg tdj mendukung komunikasi terbuka
terjadi akibat
antaranggota tim
6. Masalah yg terkait dg tulisan yg tidak terbaca,
tdk jelas, dan tdk lengkap
7. Penggunaan singkatan yg tdk standarisasi dan
dilarang.
Penandaan Lokasi Operasi
(Site Marking)
Penandaan Lokasi
Melibatkan Operasi dilakukan
pada SEMUA
Pasien dan / atau Dilakukan oleh
Menggunakan KASUS
keluarga Dokter OPERASI,
tanda ceklis /
Operator, tidak termasuk pada sisi
centang pada lateral, daerah
Dilaksanakan boleh
lokasi operasi struktur multiple,
pada saat pasien didelegasikan
jari tangan, jari
masih sadar kaki, lesi atau
tulang belakang
PROSES VERIFIKASI
PRAOPERASI
Memastikan
bahwa semua Memastikan
Memastikan dokumen tersedia
ketepatan terkait, foto peralatan Dapat dilakukan
imajing, dan sebelum pasien
tempat,
hasil medic khusus tiba di tempat
prosedur, dan dan atau praoperasi
pemeriksaan yg
pasien. relevan diberi implant yg
label dg benar dibutuhkan
dan tersaji
SKP 5
Mengurangi Risiko Infeksi
Terkait Pelayanan
Kesehatan

DIBAHAS DI PPI
SKP 6
MENGURANGI RESIKO
CEDERA KARENA
PASIEN JATUH
FAKTA TENTANG JATUH

0 SETIAP TAHUN
DIPERKIRAKAN
0 SETIAP TAHUN
TERJADI 37,3 JUTA
KEJADIAN JATUH
1 646.000 ORANG
MENINGGAL 2 YANG CUKUP
PARAH SEHINGGA
KARENA JATUH MEMBUTUHKAN
PERHATIAN MEDIS

SECARA GLOBAL

0 80% DARI
KEJADIAN 0 700 RBU HINGGA
MENINGGL 1 JUTA PSIEN
3 AKIBAT JATUH
TERJADI
4 RAWAT INAP
JATUH SETIAP
DINEGARA YANG TAHUN
BERPENGHASIL
AN RENDAH Sumber WHO 2018, fALLS
DAN MENENGAH
FAKTOR RESIKO JATUH
Penyebab Pasien Faktor Intrinsik (Berhubungan dengan Faktor Ekstrinsik (Berhubungan
Jatuh Kondisi Pasien) dengan Lingkungan)

Dapat  Riwayat jatuh sebelumnya  Lantai basah / silau, ruang


 Tidak mampu menahan berkemih, diare. berantakan, pencahayaan kurang,
Diantisipasi /
 Gangguan kognitif / psikologis. kabel longgar / lepas
dapat dicegah  Gangguan keseimbangan / mobilitas.  Alas kaki tidak pas dan licin.
 Usia > 65 tahun  Dudukan toilet yang rendah
 Osteoporosis / Pengeroposan Tulang  Kursi atau tempat tidur beroda
 Status kesehatan yang buruk  Rawat inap berkepanjangan
 Peralatan yang tidak aman
 Peralatan rusak
 Tempat tidur ditinggalkan dalam
posisi tinggi

Tidak dapat di  Kejang  Reaksi individu terhadap obat –


 Gangguan irama jantung obatan.
antisipasi /
 Stroke
dicegah  Pingsan
PENILAIAN RISIKO JATUH
RAWAT JALAN YAITU
Rapid Assessment menggunakan
teknik modifikasi Get Up & Go
Test.
PENILAIAN
RISIKO JATUH
RAWAT INAP
PENILAIAN RISIKO JATUH
RAWAT INAP

SKALA
MORSE

DIGUNAKAN
PADA PASIEN
DEWASA, USIA
18 – 59 TAHUN.
PENILAIAN RISIKO JATUH
RAWAT INAP

SKALA
HUMPTY DUMPTY
DIGUNAKAN
UNTUK
MENGUKUR
KLASIFIKASI
RESIKO JATUH
PADA PASIEN
ANAK 0 – 17
TAHUN
PENILAIAN RISIKO JATUH
RAWAT INAP

SKALA
GERIATRI
DIGUNAKAN
PADA PASIEN
LANSIA YANG
BERUSIA 60
TAHUN
KEATAS.
PENILAIAN RISIKO JATUH
RAWAT INAP

SKALA EDMOSON
DIGUNAKAN
PADA PASIEN
PSIKIATRI YANG
DI RAWAT DI
RUANG
PERAWATAN
(TERATAI).
TATALAKSANA
RISIKO JATUH PASIEN
RAJAL

○ Resiko Rendah, tidak ada


tindakan
○ Resiko Sedang, pasien dan
keluarga yang mendampingi
diberikan edukasi terkait
pencegahan jatuh oleh petugas
skrining rawat jalan.
Resiko Tinggi :
● Security harus segera memberikan alat penopang tubuh
kepada pasien (kursi roda atau brankar)
● Petugas admisi atau securitysegera mengikatkan pita
kuning pada pergelangan tangan pasien, pita kuning
tidak boleh tertutup pakaian pasien. Pada pasien yang
mengalami kondisi khusus (tidak memiliki lengan) pita
kuning dapat dikalungkan di leher pasien. Pita kuning
dilepas setelah pasien mengakhiri pelayanan di Rumah
Sakit (pada saat akan pulang).
● Petugas skrining rawat jalan memberikan edukasi
kepada pasien dan keluarga yang mendampingi terkait
pencegahan jatuh.
ASESMEN AWAL RESIKO JATUH
DI INSTALASI GAWAT
DARURAT

● Asesmen Awal Resiko Jatuh di Instalasi Gawat Darurat


● Petugas Keamanan melakukan Rapid Assessment
menggunakan modifikasi Get Up & Go Test terkait
penilaian resiko jatuh.
● Penilaian awal resiko jatuh pasien di Instalasi Gawat
Darurat menggunakan Skala Morse untuk pasien
dewasa, Skala Geriatri untuk pasien lansia, dan skala
Humpty Dumpty untuk pasien anak. Ketiga skala ini
akan dijelaskan pada asesmen resiko jatuh pasien rawat
inap. Penilaian awal dilakukan oleh perawat, pada saat
pasien menerima proses penanganan / pengobatan di
IGD.
ASESMEN ULANG
RESIKO JATUH DI
INSTALASI
GAWAT DARURAT
● Penilaian ulang resiko jatuh dilakukan ketika pasien

akan diantar ke rawat inap dan 4 jam setelah observasi di

IGD.
ASESMEN ULANG RESIKO
JATUH DI INSTALASI GAWAT
DARURAT
○ Resiko Rendah, tidak ada tindakan
○ Resiko Sedang, pasien dan keluarga yang mendampingi
diberikan edukasi terkait pencegahan jatuh oleh petugas.
○ Resiko Tinggi :
1. Security atau perawat / dokter jaga IGD harus
segera memberikan alat penopang tubuh kepada
pasien (kursi roda atau brankar)
2. Pada pasien yang akan rawat inap, dilakukan
pemasangan klip penanda resiko jatuh pada gelang
identitas pasien.
3. Lakukan intervensi pencegahan jatuh.
ASESMEN JATUH PASIEN
HEMODIALISA
Asesmen Awal Resiko Jatuh di Unit
Hemodialisa
● Penilaian awal resiko jatuh di unit Asesmen Ulang Resiko Jatuh di Unit
hemodialisa dilakukan segera Hemodialisa

pada saat pasien diterima di Unit ● Asesmen ulang dilakukan

Hemodialisa. Asesmen awal 15 – 30 menit setelah mesin

dilakukan oleh perawat yang Hemodialisa terpasang pada pasien,

menerima pasien. Penilaian awal kemudian dilanjutkan 3 jam setelah

menggunakan Skala Morse, Skala mesin hemodialisa terpasang

Geriatri dan
● Skala Humpty Dumpty.
PENATALAKSANAAN
PENCEGAHAN JATUH RANAP

○ Kategori risiko jatuh (Resiko


rendah, risiko sedang, risiko
tinggi)
○ Kebutuhan dan keterbatasan
pasien
○ Riwayat jatuh sebelumnya dan
○ Penggunaan alat bantu
berjalan /pengaman
○ Asesmen harian
ASESMEN ULANG
RESIKO JATUH RANAP

● Asesmen ulang resiko jatuh dilakukan


pada :
○ Setiap shift
○ Pasien Pindah ruangan perawatan.
○ Terdapatperubahan kondisi pasien seperti
penurunan kesadaran,serta post operasi.
○ Adanya kejadian jatuh pada pasien.
○ Terdapat perubahan pengobatan / terapi
yang diberikan kepada pasien.
TERIM
A
KASIH

Anda mungkin juga menyukai