Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

BRONCHIOLITIS

Oleh: YANNE ROSARI,S.Kep

Nim: 19.10.120.901.330

CI Akademik CI Lapangan

( ) ( )

Praktek Profesi Ners


Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Nan Tongga
Lubuk Alung Tahun 2020
LAPORAN PENDAHULUAN
BRONCHIOLITIS

A. Definisi

Bronchitis akut adalah radang pada bronchus yang biasanya mengenai trachea dan laring,
sehingga sering dinamai juga dengan laringotracheobronchitis. Radang ini dapat timbul
sebagai kelainan jalan napas tersendiri atau sebagai bagian dari penyakit sistemik misalnya
pada morbili, pertusis, difteri, dan tipus abdominalis.

Istilah bronchitis kronis menunjukkan kelainan pada bronchus yang sifatnya menahun
(berlangsung lama) dan disebabkan oleh berbagai faktor, meliputi faktor yang berasal dari
luar bronchus maupun dari bronchus itu sendiri. Bronkhitis kronis merupakan keadaan yang
berkaitan dengan produksi mucus trakheobronkhial yang berlebihan, sehingga menimbulkan
batuk yang terjadi paling sedikit selama tiga bulan dalam waktu satu tahun untuk lebih dari
dua tahun berturut-turut.

Bronchitis kronis bukanlah merupakan bentuk manahun dari bronchitis akut. Walaupun
demikian, seiring dengan waktu, dapat ditemukan periode akut pada paenyakit bronchitis
kronis. Hal tersebut menunjukkan adanya serangan bakteri pada dinding bronchus yang tidak
normal. Infeksi sekunder oleh bakteri dapat menimbulkan kerusakan yang lebih banyak
sehingga akan meperburuk keadaan. 

B. Etiologi

Ada 3 faktor utama yang mempengaruhi timbulnya bronchitis yaitu rokok, infeksi dan
polusi. Selain itu terdapat pula hubungan dengan faktor keturunan dan status sosial.

1. Rokok

Menurut buku Report of the WHO Expert Comite on Smoking Control, rokok adalah
penyebab utama timbulnya bronchitis. Terdapat hubungan yang erat antara merokok dan
penurunan VEP (volume ekspirasi paksa) 1 detik. Secara patologis rokok berhubungan
dengan hiperplasia kelenjar mukus bronkus dan metaplasia skuamus epitel saluran
pernafasan juga dapat menyebabkan bronkostriksi akut.

2. Infeksi

Eksaserbasi bronchitis disangka paling sering diawali dengan infeksi virus yang
kemudian menyebabkan infeksi sekunder bakteri. Bakteri yang diisolasi paling banyak
adalah Hemophilus influenza dan streptococcus pneumonie.
3. Polusi

Polusi tidak begitu besar pengaruhnya sebagai faktor penyebab, tetapi bila ditambah
merokok resiko akan lebih tinggi. Zat – zat kimia dapat juga menyebabkan bronchitis
adalah zat – zat pereduksi seperti O2, zat – zat pengoksida seperti N2O, hidrokarbon,
aldehid, ozon.

4. Keturunan

Belum diketahui secara jelas apakah faktor keturunan berperan atau tidak, kecuali
pada penderita defisiensi alfa – 1 – antitripsin yang merupakan suatu problem, dimana
kelainan ini diturunkan secara autosom resesif. Kerja enzim ini menetralisir enzim
proteolitik yang sering dikeluarkan pada peradangan dan merusak jaringan, termasuk
jaringan paru.

5. Faktor sosial ekonomi

Kematian pada bronchitis ternyata lebih banyak pada golongan sosial ekonomi
rendah, mungkin disebabkan faktor lingkungan dan ekonomi yang lebih jelek.

Bronkhitis akut dapat merupakan komplikasi kelainan patologik pada beberapa alat tubuh,
yaitu:

1. Penyakit jantung menahun, yang disebabkan oleh kelainan patologik pada katup maupun
miokardia. Kongesti menahun pada dinding bronchus melemahkan daya tahan sehingga
infeksi bakteri mudah terjadi.
2. Infeksi sinus paranasalis dan rongga mulut, area infeksi merupakan sumber bakteri yang
dapat menyerang dinding bronchus.
3. Dilatasi bronkus (bronkhiektasi), menyebabkan gangguan susunan dan fungsi dinding
bronkus sehingga infeksi bakterinmudah terjadi.
4. Rokok dapat menimbulkan kelumpuhan bulu getar selaput lendir bronchus sehingga
drainase lendir terganggu. Kempulan lendir tersebut merupakan media yang baik untuk
pertumbuhan bakteri.

Menurut Gunadi Santoso dan Makmuri (1994), tanda dan gejala yang ada yaitu :

1. Biasanya tidak demam, walaupun ada tetapi rendah


2. Keadaan umum baik, tidak tampak sakit, tidak sesak
3. Mungkin disertai nasofaringitis atau konjungtivitis
4. Pada paru didapatkan suara napas yang kasar.
C. Patofisiologi

Serangan bronchitis akut dapat timbul dalam serangan tunggal atau dapat timbul kembali
sebagai eksaserbasi akut dari bronchitis kronis. Pada umumnya virus merupakan awal dari
serangan bronchitis akut pada infeksi saluran napas bagian atas. Dokter akan mendiagnosis
bronchitis kronis jika pasien mengalami batuk atau mengalami produksi sputum selama
kurang lebih tiga bulan dalam satu tahun atau paling sedikit dalam dua tahun berturut-turut.

Serangan bronchitis disebbabkan karena tubuh terpapar agen infeksi maupun noninfeksi
(terurtama rokok). Iritan (zat yang menyebabkan iritasi) akan menyebabkan timbulnya respon
inflamasi yang akan menyebabkan vasodilatasi, kongesti, edema mukosa, dan bronkopasme.
Tidak seperti emfisema, bronchitis lebih memengaruhi jalan napas kecil dan besar
dibandingkan alveoli. Dalam keadaan bronchitis, aliran udara masih memungkinkan tidak
mengalami hambatan.

Pasien dengan bronchitis kronis akan mengalami:

1. Peningkatan ukuran dan jumlah kelenjar mucus pada bronchus besar sehingga


meningkatkan produksi mucus.
2. Mucus lebih kental
3. Kerusakan fungsi siliari yang dapat menurunkan mekanisme pembersihan mucus.

Pada keadaan normal, paru-paru memiliki kemampuan yang disebut ‘mucocilliary


defence’, yaitu system penjagaan paru-paru yang dilakukan oleh mucus dan siliari. Pada
pasien dengan bronchitis akut, system mucocilliary sefence paru-paru mengalami kerusakan
sehingga lebih mudah terserang infeksi. Ketika infeksi timbul, kelenjar mucus akan menjadi
hipertropi dan hyperplasia (ukuran membesar dan jumlah bertambah) sehingga produksi
mucus akan meningkat. Infeksi juga menyebabkan dinding bronchial meradang, menebal
(sering kali sampai dua kali ketebalan normal), dan mengeluarkan mucus kental. Adanya
mucus kental dari dinding bronchial dan mucus yang dihasilkan kelenjar mucus dalam
jumlah banyak akan menghambat beberapa aliran udara kecil dan mempersempit saluran
udara besar. Bronchitis kronis mula-mula hanya memengaruhi bronchus besar, namun lambat
laun akan memengaruhi seluruh saluran napas.

Mucus yang kental dan pembesaran bronchus akan mengobtruksi jalan napas terutama
selama ekspirasi. Jalan napas selanjutnya mengalami kolaps dan udara terperangkap pada
bagian distal dari paru-paru. Obstruksi ini menyebabkan penurunan ventilasi alveolus,
hipoksia dan asidosis. Pasien mengalami kekurangan O2, jaringan dan ratio ventilasi perfusi
abnormal timbul, di mana terjadi penurunan PO2. Kerusakan ventilasi juga dapat
meningkatkan nilai PCO2 sehingga pasien terlihat sianosis. Sebagian kompensasi dari
hipoksemia, maka terjadi polisitemia (produksi eritrosit berlebihan). Virus : (penyebab
tersering infeksi) - Masuk saluran pernapasan - Sel mukosa dan sel silia - Berlanjut - Masuk
saluran pernapasan(lanjutan) - Menginfeksi saluran pernapasan - Bronkitis - Mukosa
membengkak dan menghasilkan lendir - Pilek 3 – 4 hari - Batuk (mula-mula kering kemudian
berdahak) - Riak jernih - Purulent - Encer - Hilang - Batuk - Keluar - Suara ronchi basah atau
suara napas kasar - Nyeri subsernal - Sesak napas - Jika tidak hilang setelah tiga minggu -
Kolaps paru segmental atau infeksi paru sekunder (pertahanan utama) (Sumber : dr.Rusepno
Hasan, Buku Kuliah 3 Ilmu Kesehatan Anak, 1981).

Pada saat penyakit bertambah parah, sering ditemukan produksi sejumlah sputum yang
hitam, biasanya karena infeksi pulmonary. Selama infeksi, pasien mengalami reduksi pada
FEV dengan peningkatan pada RV dan FRC. Jika masalah tersebut tidak ditanggulangi,
hipoksemia akan timbul yang akhirnya menuju penyakit cor pulmonal dan CHF (Congestive
Heart Failure).

D. Manifestasi Klinis

Tanda-tanda dan gejala infeksi RSV biasanya kelihatan pada empat hingga enam hari
setelah terjadi paparan terhadap infeksi virus. Pada orang dewasa dan anak-anak yang berusia
lebih dari 3 tahun, RSV biasanya menyebabkan terjadinya tanda-tanda seperti selesma ringan
dan gejala yang mirip dengan gejala yang ada pada infeksi saluran pernapasan atas. Tanda-
tanda ini adalah :

1. Hidung mampet atau berlendir


2. Batuk kering
3. Demam dengan suhu yang tidak terlalu tinggi
4. Sakit leher
5. Sakit kepala ringan
6. Rasa tidak nyaman dan gelisah (malaise)

Pada anak-anak berusia kurang lebih dari 3 tahun, RSV dapat menyebabkan timbulnya
penyakit pada saluran pernapasan bagian bawah seperti radang paru atau bronchiolitis-
peradangan pada saluran udara yang kecil-kecil pada paru-paru. Gejala dan tanda-tandanya
adalah :

1. Demam dengan suhu tinggi


2. Batuk yang parah
3. Tersengal-sengal – ada suara ngik yang biasanya terdengar saat menghembuskan napas
4. Napasnya cepat atau sulit untuk bernapas, yang mungkin akan menyebabkan anak lebih
memilih untuk duduk daripada berbaring
5. Warna kebiruan pada kulit yang disebabkan oleh kekurangan oksigen
Akibat paling parah akibat infeksi RSV akan diderita oleh bayi dan balita. Pada bayi dan
balita yang menderita infeksi RSV, tanda-tandanya akan terlihat jelasa saat mereka menarik
otot dada dan kulit di sekitar tulang iga, yang menandakan bahwa mereka mengalami
kesulitan bernapas, dan napas mereka mungkin pendek, dangkal dan cepat. Atau mereka
mungkin tidak menunjukkan adanya infeksi saluran napas, tapi mereka tidak mau makan dan
biasanya lemas dan rewel.

Kebanyakan anak-anak dan orang dewasa akan membaik dalam delapan hingga 15 hari.
Tapi pada bayi-bayi yang usianya masih sangat muda, bayi yang terlahir premature, atau bayi
atau orang dewasa yang memiliki masalah pada jantung dan paru-paru , virus ini akan
menyebabkan infeksi lebih berat – seringkali mengancam keselamatan jiwa – yang
membutuhkan perawatan di rumah sakit.

E. Penatalaksanaan

Pengobatan utama ditujukan untuk mencegah, mengontrol infeksi, dan meningkatkan


drainase bronchial menjadi jernih. Pengobatan yang diberikan adalah sebagai berikut:

1. Antimicrobial
2. Postural drainase
3. Bronchodilator
4. Aerosolized Nebulizer
5. Surgical Intervention

Penggunaan antibiotik, yang diresepkan oleh dokter untuk mengobati infeksi bakteri,
tidak berguna untuk mengobati RSV karena RSV disebabkan oleh infeksi virus. Meskipun
demikian, dokter anda mungkin akan tetap memberikan antibiotic bila terjadi komplikasi
bakteri, seperti infeksi di telinga bagian tengah, atau radang paru karena bakteri. Bila tidak
ada komplikasi, maka dokter anda mungkin akan merekomendasikan obat-obatan yang dapat
dibeli secara bebas seperti asetaminofen (Tylenol, dll) atau ibuprofen (Advil, Motrin, dll),
yang dapat mengurangi demam tapi tidak dapat mengobati infeksi tersebut sembuh lebih
cepat.

Pada kasus infeksi berat, penderita mungkin perlu dirawat di rumah sakit agar dapat
diberikan cairan melalui vena (infus) dan oksigen. Bayi dan anak-anak yang dirawat di rumah
sakit mungkin perlu menggunakan ventilasi mekanik-sebuah alat Bantu pernapasan- agar
dapat memudahkan mereka untuk bernapas.

Pada kasus-kasus infeksi RSV yang parah, bronkodilator untuk nebulasi seperti albuterol
(Proventil, Ventolin) dapat digunakan untuk melegakan napas. Pengobatan ini dilakukan
untuk membuka saluran pernapasan di paru-paru. Nebulasi maksudnya obat diberikan dalam
bentuk uap yang dapat dihirup. Kadang-kadang, ribavirin (Rebetol) dalam bentuk nebulasi,
sebagai obat antivirus, mungkin dapat diberikan. Dokter anda juga mungkin
merekomendasikan suntikan epinephrine atau bentuk lain dari epinephrine yang dapat
diinhalasi dengan alat nebulasi (racenic epinephrine) u tuk mengurangi gejala yang timbul
dari infeksi RSV.

PENCEGAHAN

Tidak ada vaksin untuk mencegah terjadinya infeksi RSV. Tapi bila kita bertindak secara
rasional dan berhati-hati, kita dapat mencegah tersebarnya infeksi virus ini :

1. Sering-sering mencuci tangan. Lakukan hal tersebut terutama sebelum anda menyentuh
anak anda, dan ajarkan pada anak-anak anda pentingnya mencuci tangan.
2. Hindari paparan terhadap infeksi RSV. Batasi kontak antara bayi anda dengan orang-
orang yang sedang mengalami demam dan selesma.
3. Jagalah kebersihan. Pastikan agar rak-rak selalu dalam keadaan bersih terutama rak yang
terdapat di dapur dan kamar mandi, terutama bila ada anggota keluarga yang sedang
selesma. Segera buang tisu bekas pakai.
4. Jangan menggunakan gelas yang sudah digunakan oleh orang lain. Gunakan gelas anda
sendiri atau gunakan gelas sekali pakai bila anda atau orang lain sedang sakit.
5. Jangan merokok. Bayi yang terkena paparan tembakau memiliki resiko lebih tinggi
terkena infeksi RSV dan berpotensi lebih besar terkena gejala yang lebih parah.
 Cuci boneka secara rutin. Lakukan pencucian terutama bila anak anda atau kawan
bermain anak anda sedang sakit. Masa inkubasi (waktu infeksi sampai permulaan gejala)
jarak dari beberapa hari sampai beberapa minggu tergantung dari mudahnya infeksi
bronkhiolitis.

DURASI

Yang khas pada penyakit bronkhiolitis berakhir selama 7 hari, tetapi pada anak-anak
dengan penyakit berat dapat batuk sampai beberapa minggu. Pada umumnya puncak
penyakit terjadi pada hari kedua sampai ketiga setelah anak batuk dan sulit bernapas dan
berangsur-angsur pulih.

PENGOBATAN SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN

Sebagai tambahan, ada obat yang disebut palivisumab (Synagis) yang dapat


membantu melindungi anak-anak berusia kurang dari 2 tahun yang memiliki resiko
mengalami komplikasi serius bila mereka terjangkit RSV,seperti anak-anak yang terlahir
premature atau anak-anak yang memiliki kelainan jantung atau paru bawaan.

Synagis bekerja dengan menyediakan antibody yang diperlukan untuk melindungi


tuguh dari RSV.Diperlukan satu kali suntikan tiap bulan yang disuntikkan ke dalam otot
pada bagian paha setiap puncak musim RSV,yang dimulai pada musim gugur dan
dilakukan secara terus menerus selama lima bulan . Suntikan ini diulangi lagi setiap tahun
hingga si anak tidak lagi dalama kondisi yang berisiko tinggi.Pemberian obat tidak akan
mempengaruhi jadwal vaksinasi anak.Penggunaan terapi seperti ini mengurangi
frekwensi dan lama perawatan di rumah karena infeksi RSV. Tapi karena biayanya yang
tinggi penggunaan pengobatan seperti ini dibatasi hanya pada mereka yang memiliki
resiko paling tinggi mengalami komplikasi karena infeksi RSV. Pengobatan ni tidak akan
berguna untuk mengobati infeksi RSV yang sudah terjadi. Diskusikan dengan dokter anda
bila menurut anda memerlukan terapi obat seperti ini.
Para ilmuwan tengah bekerja untuk menemukan vaksin yang dapat mencegah terjadinya
infeksi RSV tidak hanya kepada bayi tapi juga pada orang dewasa dan orang dewasa yang
berisiko tinggi. 

PERAWATAN DI RUMAH

Anda mungkin tidak dapat mengurangi lamanya infeksi RSV, taapi anda dapat mencoba
untuk mengurangi tanda-tanda dan gejalanya.

Bila anak anda mengalami infeksi, lakukan yang terbaik yang dapat anda lakukan untuk
menyamankan atau mengalihkan perhatiannya-peluk dia, bacakan buku atau bermain dengan
tenang. Berikut ini ada beberapa kiat yang dapat anda gunakan untuk meredakan gejala
RSV :

1. Ciptakan udara yang lembab untuk dihirup. Buat agar ruangan atau kamar anak
anda dalam keadaan hangat tapi tidak terlalu panas Bila udaranya kering, gunakan
pelembab ruangan (humidifier) atau vaporizer yang dapat melembabkan udara dan
membantu melegakan napas dan batuk. Yakinkan agar alat pelembab udara dalam
keadaan kering untuk mencegah timbulnya bakteri dan kuman.
2. Duduk dengan posisi tegak. Duduk dengan posisi tegak dapat membuat bernapas
lebih mudah. Menempatkan bayi anda di carseat mungkin akan dapat membantu.
3. Minum cairan. Cairan hangat, seperti sup kegemaran anak anda, mungkin dapat
melegakan dan membantu dan mengencerkan dahak yang mengental. Bila anak
anda suka es loli, sekarang adalah waktu yang terbaik untuk memberikan
makanan spesial yang dingin.
4. Coba berikan tetesan larutan garam. Larutan garam yang dijual bebas cukup aman
dan efektif untuk melegakan hidung yang mampet, bahkan untuk anak-anak.
Berikan beberapa tetes di setiap lubang hidung untuk mengencerkan lender yang
mengental, lalu segera sedot lubang yang telah ditetesi larutan garam tadi, dengan
menggunakan alat khusus yang bentuknya seperti pipet. Ulangi proses yang sama
untuk lubang hidung yang satu lagi.
5. Gunakan obat penghilang rasas sakit yang dijual bebas. Obat pereda rasas sakit
yang dijual bebas seperti asetaminofen (Tylenol, dll) mungkin dapat mengurangi
demam, meredakan tenggorokan yang sakit dan meningkatkan kemampuan anak
untuk minum cairan.
6. Kurangi atau hilangkan paparan terhadap asap rokok. Menjauhlah dari asap rokok
karena asap rokok dapat memperburuk gejala yang ada.

F. Pemeriksaan Penunjang dan Diagnosis

Dokter anda mungkin akan mencurigai adanya infeksi RSV berdasarkan pemeriksaan
fisik dan pertimbangan waktu saat infeksi ini mungkin terjadi. Selama pemeriksaan, ia
mungkin akan mendengarkan suara di paru-paru dengan stetoskop untuk memeriksa adanya
suara ngik atau adanya suara-suara yang abnormal, yang dapat membantu untuk menentukan
adanya kesulitan untuk bernapas. Sebuah tes di kulit yang tidak menyakitkan akan dilakukan
untuk mengecek apakah tingkat oksigen yang erdapat dalam aliran darah lebih rendah dari
yang seharusnya. Dokter anda mungkin juga akan melakukan tes darah untuk memeriksa
hitungan sel darah putih atau untuk melihat adanya virus, bakteri atau organisme lainnya.
Pemeriksaan rongga dada dengan sinar X mungkin akan dilakukan untuk memeriksa adanya
radang paru (pneumonia). Sebagai tambahan, dokter anda mungkin juga akan mengambil
cairan di saluran pernapasan dari hidung anda untuk melihat adanya virus melalui
pemeriksaan di lab.

G. Komplikasi
1. Bronkitis kronis yang tidak ditangani cenderung menjadi Bronkitis Kronik
2. Pada anak yang sehat jarang terjadi komplikasi, tetapi pada anak dengan gizi kurang
dapat terjadi Othithis Media, Sinusitis dan Pneumonia
3. Bronkitis Kronik menyebabkan mudah terserang infeksi
4. Bila sekret tetap tinggal, dapat menyebabkan atelektasisi atau Bronkietaksis.
ASKEP

A. PENDAHULUAN

Bronchiolitis adalah suatu inflamasi infeksi virus pada bronkiolus, yang menyebabkan
obstruksi akut jalan nafas dan penurunan pertukaran gas dalam alveoli. Lebih sering
disebabkan oleh respiratory syncytial virus (RSV), gangguan ini biasanya terjadi pada anak
usia 2 sampai 12 bulan, terutama selama musim dingin dan awal musim semi.

Infeksi ditandai adanya edema mukosa, peningkatan sekresi mukus, obstruksi bronkiolus,
dan peregangan yang berlebihan dari alveoli. Kemungkinan komplikasi dari gangguan ini
mencakup penyakt paru kronik dan bahkan menyebabkan kematian.

B. PENGKAJIAN
Pernafasan
1. Takipneu
2. Retraksi
3. Nasal flaring
4. Dispea
5. Pernafasan dangkal
6. Penurunan bunyi nafas
7. Crakel
8. Wheezing
9. Ekspirasi yang memanjang
10. Batuk

Kardiovaskuler : Takipnea

Neurologis : Iritabilitas, Kesulitan tidur

Gastrointestinal : Kesulitan makan

Integumen : Peningkatan temperature, Sianosis

Psikososial : Cemas

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN INTERVENSI

Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan edema bronkial dan peningkatan


produksi mucus

Hasil yang diharapkan :

Anak akan meningkat petukaran gas yang ditandai bernafas secara mudah dan warna kulit
merah muda.
Intervensi
1. Ciptakan lingkungan dengan tinggi kelembabannya dengan cara menempatkan anak
dalam tenda lembab atau alat dengan humidifikasi yang dingin.

Rasional : Kelembaban yang dingin dari tenda atau Croupette akan membantu
mengencerkan lendir dan mengurangi edema bronkiolus
2. Berikan oksigen melalui sungkup muka, kanule hidung, atau oksigen tenda, sesuai
petunjuk.

Rasional : Oksigen akan membantu mengurangi kegelisahan berhubungan dengan


kesukaran pernafasan dan hipoksia

3. Posisikan anak dengan kepala dan dada lebih tinggi dan leher agak enstensi.

Rasinonal : Posisi ini mempertahankan terbukanya jalan nafas dan memudahkan respirasi
oleh karena menurnnya tekanan diaphragm

4. Lakukan fisioterapi dada setiap 4 jam, atau sesuai petunjuk.


Rasional : Fisoterapi dada membantu menghilangkan dan mengeluarkan mukus yang
dapat menghambat jalan nafas yang lebih kecil

5. Berikan bronkodilator sesuai petunjuk


Rasional : Walaupun sering digunakan untuk menangani spasme otot, bronkodilator juga
secara efektif mengobatan edema bronkiolus

6. Lakukan pengisapan lendir sesuai kebutuhan untun mengeluarkan secret


Rasional : Mengeluarkan lendir akan membantu membersihkan bronkiolus, akan
meningkat pertukaran gas.

7. berikan obat antivirus sesuai petunjuk.


Rasional : Obat anti virus, seperti respiratory syncytial virus immune globulin
(RespiGam), digunakan untuk pengobati RSV, ribavirin (Virasole) juga digunakan,
walaupun kemanjuran dapat dipertanyakan.

8. Berikan istirahat yang adekuat dengan mengurangi kegaduhan dan pencahayaan dan
berikan kehangatan dan kenyamanan
Rasional : Meningkatkan istirahat akan mengurangi kesukaran pernafasan yang
berhubungan dengan bronkiolitis.
9. Kaji frekuensi pernafasan anak dan iramanya setiap jam. Jika anak mengalami gangguan
pernafasan, auskultasi bunyi nafas, lakukan fisioterapi dada, dan informasikan
pengobatan pernafasan
Rasional : Pengkajian yang sering akan menjamin fungsi pernafasan yang adekuat.

10. monitor denyut apikal pada anak; jika mendeteksi adanya takikardia (dasarkan pada usia
anak), laporkan pada dokter kejadian tersebut
Rasional : Takikardia dapat disebabkan adanya hipoksia atau pengaruh penggunaan
bronkodilator.

DIAGNOSA KEPERAWATAN

Risiko penurunan volume cairan berhubunga dengan kehilangan cairan melalui ekshalasi
dan penurunan asupan cairan.

Hasil yang diharapkan

1. Berikan cairan melalui infus sesuai petunjuk

Rasional : Cairan via I.V. digunakan untuk hidrasi hingga anak melewati saat kritis.

2. Yakinkan bahwa anak istirahat adekuat


Rasional : Istirahat memungkinkan frekuensi pernafasan anak kembali pada batas normal,
akan mengurangi jumlah kehilangan cairan melalui ekshalasi

3. monitor asupan cairan pada anak dan luaran cairan secara hati-hati
Rasional : Hati-hati melakukan monitoring yang menjamin hidrasi adekuat. Jika haluaran
urine berkurang, anak dapat dipertimbangkan untuk penambahan cairan

4. Kaji tanda-tanda dehidrasi, termasuk kehilangan berat badan, pucat, turgor kulit jelek,
membran mukosa kering, oliguria, dan peningkatan frekuensi nadi.
Rasional : Tanda-tanda ini menunjukkan bahwa anak tidak menerima cairan yang cukup.

5. Tingkatkan asupan cairan melalui mulut saat serangan akut terjadi.


Rasional : Cairan membantu mengencerkan lendir.
DIAGNOSA KEPERAWATAN

Hipertermi berhubungan dengan infeksi\

Hasil yang diharapkan

Anak akan mempertahankan temperatur tubuhnya kurang dari 100º F (37,8ºC). (Temperatur
secara khusus bergantung pada metoda yang digunakan dalam pengambilan temperatur).

Intervensi

1. Pertahankan lingkungan yang sejuk melalui penggunaan piyama sinar kuat dan selimut
dan pertahankan temperatur ruangan antara 72º dan 75ºF (22º dan 24º C).
Rasional : Lingkungan yang sejuk akan membantu menurunkan temperatur tubuh melalui
kehilangan panas melalui radiasi.

2. Berikan antipiretik sesuai petunjuk.


Rasional : Antipiretika seperti acetaminophen (Tyleno), efektif menurunkan demam

3. monitor temperatur anak setiap 1 sampai 2 jam bila terjadi peningkatan secara tiba-tiba
Rasional : Peningkatan temperatur secara tiba-tiba akan mengakibatkan kejang-kejang

4. Berikan antimikroba, jika disarankan


Rasional : Antimikroba sesuai dengan petunjuk guna mengobati organisma penyebab.
Antibiotik biasanya tidak disarnkan untuk mengobati RSV.

5. Berikan kompres pada anak (98,6º F [37ºC]) guna menurunkan demam


Rasional : Kompres air efektif menyebabkan tubuh menjadi dingin melalui peristiwa
konduksi.

DIAGNOSA KEPERAWATAN

Isolasi sosial berhubungan dengan pencegahan isolasi

Hasil yang diharapkan :

Anak akan mempertahankan kontak sosial walaupun ia diisolasi akibat kondisi pernafasan

Intervensi

1. Jelaskan pada anak (jika perlu) dan orang tua tujuan dan sifat isolasi, termasuk detail
tentang hal disekitar yang kurang familiar dan gunakan masker dan celemek.
Rasional : Penjelasan diperlukan guna menghindari ketakutan pada anak

2. Perkenalkan diri anda saat masuk kedalam ruang anak.

Rasional : Anak dan orang tua sering kesulitan membedakan petugas karena penggunaan
pakaian isolasi.

3. Ajarkan orang tua dan anak (jika perlu) bagaimana menggunakan call system.
Rasional : Call system memungkinkan keluarga berkomunikasi untuk meminta bantuan

4. Kaji anak setiap jam untuk mengetahui perobahan yang terkadi pada kondisi anak
Rasional : Kebutuhan anak untuk monitoring secara ketat guna mendeteksi perubahan
perlu difikirkan dalam ruang isolasi

5. Jika perlu, berikan aktifitas yang bervariasi, seperti permainan, baca buku, televisi, dan
musik. Jika anak menerima oksigen, hindari permainan yang dapat menimbulkan cetusan
listrik (contoh berbagai permainan yang menggunakan elektronik)
Rasional : Aktifitas yang bervariasi memungkinkan anak terstimulasi dan tertarik selama
diisolasi. Permainan dengan alat-alat elektronik dan mengakibatkan bahaya kebakaran

6. Anjurkan orang tua untuk ikut serta mengambil bagian dalam perawatan anak.
Rasional : Orang tua merupakan sumber-sumber utama sosialisasi pada anak yang
diisolasi.

DIAGNOSA KEPERAWATAN

Kelelahan berhubungan dengan gangguan pernafasan

Hasil yang diharapkan

Anak akan isitirahat paling sedikit 1 jam pada pagi dan siang hari

Intervensi

1. Membantu menurunkan kelelahan pada anak, berikan istirahat secara teratur setiap 2 jam.
Juga mengganti seprei saat anak mandi, dan lakukan pengkajian neurologis selama
kunjungan guna mencegah istirahat yang terganggu.
Rasional : Kebutuhan istirahat anak yang adekuat mencegah kelelahan akibat peningkatan
gangguan pernafasan
2. Ciptakan lngkungan yang tenang.
Rasional : Kegaduhan yang tidak dikehendaki dan aktifitas yang menyebabkan kelelahan
pada anak akan meningkatkan terjadinya gangguan pernafasan

DIAGNOSA KEPERAWATAN

Gangguan nutrisi: kurang dari kebutuhan berhubungan dengan peningkatan kebutuhan


metabolik.

Hasil yang diharapkan

Anak akan meningkat asupan nutrisi ditandai dengan anak mengkonsumsi paling sedikit 80 %
pada setiap kali makan

Intervensi

1. Berikan makan sedikit, tapi sering pada makanan yang dapat diterima anak.
Rasional : Makan yang sedikit tapi sering memerlukan sedikit pengeluaran energi dan
penggunaan pernafasan. Anak makan banyak pada setiap kali makan termasuk makanan
kesukaannya.

2. Berikan diet tinggi kalori dan protein.

Rasional : Diet tinggi protein,tinggi kalori diperlukan anak untuk meningkatkan


kebutuhan metabolik.

DIAGNOSA KEPERAWATAN

Kecemasan (anak dan orang tua) berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang
kondisi anak.
Hasil yang diharapkan

Anak dan orang tua akan berkurang kecemasannya yang ditandai mengekspresikan
pemahamannnya tentang kondisi anak.

Intervensi

1. Kaji pengetahuan orang tua dan (jika perlu) anak tentang kondisi anak dan program
pengobatan yang diberikan.
Rasional : Pengkajian sebagai dasar memulai pengajaran.
2. Dorong orang tua tinggal bersama anak
Rasional : Tinggal bersama dengan anak memungkinkan orang tua memberikan
dukungan dan membantu mengurangi kecemasan pada keduanya yaitu anak dan orang tua

3. Jelaskan semua prosedur sesuai dengan perkembangan anak


Rasional : Memberikan penjelasan sebelum prosedur dan selama tinggal di rumah sakit
akan menurunkan kecemasan akibat kesalahan pemahaman dan kuirangnya pengetahuan.

4. Berikan dukungan emosional pada orang tua selama tinggal dirumah sakit.
Rasional : Hospitalisasi menimbulkan krisis situasi. Mendengarkan perhatian orang tua
serta perasannnya akan membantu dia untuk menangani krisis yang dialami

DIAGNOSA KEPERAWATAN

Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan perawatan dirumah.

Hasil yang diharapkan

Orang tua akan mengekspresikan pemahamannya tentang pentunjuk perawatan dirumah.


Intervensi

1. Ajarkan orang tua dan anak (jika perlu) bagaimana dan kapan pemberian pengobatan,
termasuk uraian tentang dosis dan reaksi nya.
Rasional : Pemahaman diperlukan untuk mempertahankan program pengobatan yang
teraur yang dapat membantu orang tua berada dengan anak selama pengobatan.
Mengetahui akibat lanjut pengobatan diharapkan orang tua segera meminta bantua seuai
kebutuhan.

2. Jelaskan tanda tanda dan gejala-gejala kesukaran pernafasan dan infeksi, termasuk
demam, dispnea, takipnea, perubahan warna sputum, dan adanya wheezing.
Rasional : Pengetahuan yang tepat pada orang tua akan memberikan perhatian pada saran
dokter saat diperlukan

3. Jelaskan pentingnya istirahat yang adekuat pada anak.


Rasional : Setelah infeksi,anak akan isitirahat secara teratur merupakan alat untuk
kembali pulih dan mencegah kambuhnya infeksi.

4. Ajarkan perlunya nutrisi yang adekuat dan hidrasi, tekankan pada kebutuhan cairan yang
cukup dan diet tinggi kalori.
Rasional : Pemberian cairan akan mengencerkan lendir. Diet tinggi kalori akan membantu
mengembalikan kalori yang diperlukan dalam melawan penyakit.
5. Ajarkan perlunya menciptakan lingkungan yang lembab dan sejuk.
Rasional : Udara yang lembab membantu mengencerkan lendir. Uidara yang lembab dan
sejuk yang berasal dari tenda yang terpasang pada anak akan menjamin penguapan dan
udara yang hangat, yang dapat menyebabkan kebakaran.

ASKEP II

ASUHAN KEPERAWATAN

a.      Pengkajian

a)      Aktivitas/istirahat

Gejala : Keletihan, kelelahan, malaise, Ketidakmampuan melakukan


aktivitas sehari – hari, Ketidakmampuan untuk tidur, Dispnoe
pada saat istirahat.

Tanda : Keletihan, Gelisah, insomnia, Kelemahan umum/kehilangan


massa otot.

b)      Sirkulasi

Gejala : Pembengkakan pada ekstremitas bawah.

Tanda : Peningkatan tekanan darah, peningkatan frekuensi


jantung/takikardia berat, Distensi vena leher, Edema dependent,
Bunyi jantung redup, Warna kulit/membran mukosa
normal/cyanosis, Pucat, dapat menunjukkan anemi.

c)      Integritas Ego

Gejala : Peningkatan faktor resiko, Perubahan pola hidup

Tanda : Ansietas, ketakutan, peka rangsang.

d)     Makanan/cairan

Gejala : Mual/muntah, nafsu makan buruk/anoreksia, ketidakmampuan


untuk makan, penurunan berat badan, peningkatan berat badan.

Tanda : Turgor kulit buruk, edema dependen, berkeringat, penurunan


berat badan, palpitasi abdomen.

e)      Hygiene
Gejala : Penurunan kemampuan/peningkatan kebutuhan

Tanda : Kebersihan buruk, bau badan.

f)       Pernafasan

Gejala : Batuk menetap dengan produksi sputum setiap hari selama


minimun 3 bulan berturut – turut tiap tahun sedikitnya 2 tahun,
episode batuk hilang timbul.

Tanda : Pernafasan biasa cepat, penggunaan otot bantu pernafasan,


bentuk barel chest, gerakan diafragma minimal, bunyi nafas
ronchi, perkusi hyperresonan pada area paru, warna pucat
dengan cyanosis bibir dan dasar kuku, abu – abu keseluruhan.

g)       Keamanan

Gejala : Riwayat reaksi alergi terhadap zat/faktor lingkungan, adanya /


berulangnya infeksi.

h)      Seksualitas

Gejala : Penurunan libido

i)        Interaksi social

Gejala : Hubungan ketergantungan, kegagalan dukungan/terhadap


pasangan/orang dekat, penyakit lama/ketidakmampuan membaik

Tanda : Ketidakmampuan untuk mempertahankan suara karena distress


pernafasan. Keterbatasan mobilitas fisik, kelalaian hubungan
dengan anggota keluarga lain.

b.      Pemeriksaan Diagnostik

1. Sinar x dada: Dapat menyatakan hiperinflasi paru – paru, mendatarnya diafragma,


peningkatan area udara retrosternal, hasil normal selama periode remisi.
2. Tes fungsi paru: Untuk menentukan penyebab dispnoe, melihat obstruksi, memperkirakan
derajat disfungsi.
3. TLC: Meningkat   
4. Volume residu: Meningkat.
5. FEV1/FVC: Rasio volume meningkat.
6. GDA: PaO2 dan PaCO2 menurun, pH Normal.
7. Bronchogram: Menunjukkan di latasi silinder bronchus saat inspirasi, pembesaran duktus
mukosa.
8. Sputum : Kultur untuk menentukan adanya infeksi, mengidentifikasi patogen.
9. EKG : Disritmia atrial, peninggian gelombang P pada lead II, III, AVF.
10. Analisa gas darah memperlihatkan penurunan oksigen arteri dan peningkatan karbon
dioksida arteri.
11. Polisetemia (peningkatan konsentrasi sel darah merah) terjadi akibat hipoksia kronik yang
disertai sianosis, menyebabkan kulit berwarna kebiruan.

c.       Pemeriksaan Fisik

Pada stadium ini tidak ditemukan kelainan fisis. Hanya kadang – kadang terdengar
ronchi pada waktu ekspirasi dalam. Bila sudah ada keluhan sesak, akan terdengar ronchi
pada waktu ekspirasi maupun inspirasi disertai bising mengi. Juga didapatkan tanda –
tanda overinflasi paru seperti barrel chest, kifosis, pada perkusi terdengar hipersonor,
peranjakan hati mengecil, batas paru hati lebih ke bawah, pekak jantung berkurang, suara
nafas dan suara jantung lemah, kadang – kadang disertai kontraksi otot – otot pernafasan
tambahan.

d.      Pemeriksaan Radiologis

Tubular shadow atau traun lines terlihat bayangan garis yang paralel, keluar dari hilus
menuju apeks paru. bayangan tersebut adalah bayangan bronchus yang menebal. Corak
paru bertambah

e.       Diagnosa Keperawatan

1.      Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d peningkatan produksi sekret.

2.      Kerusakan pertukaran gas b.d obstruksi jalan nafas oleh sekresi, spasme bronchus.

3.      Pola nafas tidak efektif b.d broncokontriksi, mukus.

4.      Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d dispnoe, anoreksia, mual muntah.

5.      Resiko tinggi terhadap infeksi b.d menetapnya sekret, proses penyakit kronis.

Anda mungkin juga menyukai