I. DEFINISI
Bronkitis adalah suatu peradangan pada saluran bronkial atau bronki. Peradangan tersebut
disebabkan oleh virus, bakteri, merokok, atau polusi udara (Samer Qarah, 2007).
Bronkitis akut adalah batuk dan kadang-kadang produksi dahak tidak lebih dari tiga minggu
(Samer Qarah, 2007).
Bronkitis kronis adalah batuk disertai sputum setiap hari selama setidaknya 3 bulan dalam
setahun selama paling sedikit 2 tahun berturut-turut.
Bronkhitis adalah hipersekresi mukus dan batuk produktif kronis berulang-ulang minimal
selama 3 bulan pertahun atau paling sedikit dalam 2 tahun berturut-turut pada pasien yang
diketahui tidak terdapat penyebab lain (Perawatan Medikal Bedah 2, 1998, hal : 490).
Penyakit ini biasanya bersifat ringan dan pada akhirnya akan sembuh sempurna. Tetapi pada
penderita yang memiliki penyakit menahun (misalnya penyakit jantung atau penyakit paru-
paru) dan pada usia lanjut, bronkitis bisa bersifat serius.
Macam-macam Bronchitis
· Bronchitis akut. Yaitu, bronchitis yang biasanya datang dan sembuh hanya dalam waktu
2 hingga 3 minggu saja. Kebanyakan penderita bronchitis akut akan sembuh total tanpa
masalah yang lain.
· Bronchitis kronis. Yaitu, bronchitis yang biasanya datang secara berulang-ulang dalam
jangka waktu yang lama. Terutama, pada perokok. Bronchitis kronis ini juga berarti
menderita batuk yang dengan disertai dahak dan diderita selama berbulan-bulan hingga
tahunan.
II. ETIOLOGI
Polusi udara yang terus menerus juga merupakan predisposisi infeksi rekuren karena polusi
memperlambat aktivitas silia dan fagositosis. Zat-zat kimia yang dapat juga menyebabkan
bronkitis adalah O2, N2O, hidrokarbon, aldehid, ozon.
Infeksi. Eksaserbasi bronchitis disangka paling sering diawali dengan infeksi virus yang
kemudian menyebabkan infeksi sekunder bakteri. Bakteri yang diisolasi paling banyak adalah
Hemophilus influenza dan streptococcus pneumonie dan organisme lain seperti Mycoplasma
pneumonia.
Defisiensi alfa-1 antitripsin adalah gangguan resesif yang terjadi pada sekitar 5% pasien
emfisema (dan sekitar 20% dari kolestasis neonatorum) karena protein alfa-1 antitripsin ini
memegang peranan penting dalam mencegah kerusakan alveoli oleh neutrofil elastase
(Rubenstein, et al., 2007).
Terdapat hubungan dengan kelas sosial yang lebih rendah dan lingkungan industri banyak
paparan debu, asap (asam kuat, amonia, klorin, hidrogen sufilda, sulfur dioksida dan bromin),
gas-gas kimiawi akibat kerja.
Riwayat infeksi saluran napas. Infeksi saluran pernapasan bagian atas pada penderita
bronkitis hampir selalu menyebabkan infeksi paru bagian bawah, serta menyebabkan
kerusakan paru bertambah.
Bronkhitis kronis dapat merupakan komplikasi kelainan patologik pada beberapa alat tubuh,
yaitu:
a. Penyakit jantung menahun, yang disebabkan oleh kelainan patologik pada katup
maupun miokardia. Kongesti menahun pada dinding bronkhus melemahkan daya tahan
sehingga infeksi bakteri mudah terjadi.
b. Infeksi sinus paranasalis dan rongga mulut, area infeksi merupakan cumber bakteri yang
dapat menyerang dinding bronkhus.
c. Dilatasi bronkhus (bronkInektasi), menyebabkan gangguan susunan dan fungsi dinding
bronkhus sehingga infeksi bakteri mudah terjadi.
d. Rokok dapat menimbulkan kelumpuhan bulu getar selaput lendir bronkhus sehingga
drainase lendir terganggu. Kumpulan lendir tersebut merupakan media yang baik untuk
pertumbuhan bakteri.
III. PATOFISIOLOGI
Serangan bronkhitis akut dapat timbul dalam serangan tunggal atau dapat timbul kembali
sebagai eksaserbasi akut dari bronkhitis kronis. Pada umumnya, virus merupakan awal dari
serangan bronkhitis akut pada infeksi saluran napas bagian atas. Dokter akan mendiagnosis
bronkhitis kronis jika pasien mengalami batuk atau mengalami produksi sputum selama
kurang lebih tiga bulan dalam satu tahun atau paling sedikit dalam dua tahun berturut-turut.
Serangan bronkhitis disebabkan karena tubuh terpapar agen infeksi maupun non infeksi
(terutama rokok). Iritan (zat yang menyebabkan iritasi) akan menyebabkan timbulnya respons
inflamasi yang akan menyebabkan vasodilatasi, kongesti, edema mukosa, dan bronkospasme.
Tidak seperti emfisema, bronkhitis lebih memengaruhi jalan napas kecil dan besar
dibandingkan alveoli. Dalam keadaan bronkhitis, aliran udara masih memungkinkan tidak
mengalami hambatan.
a. Peningkatan ukuran dan jumlah kelenjar mukus pada bronkhus besar sehingga
meningkatkan produksi mukus.
Pada keadaan normal, paru-paru memiliki kemampuan yang disebut mucocilliary defence,
yaitu sistem penjagaan paru-paru yang dilakukan oleh mukus dan siliari. Pada pasien dengan
bronkhitis akut, sistem mucocilliary defence paru-paru mengalami kerusakan sehingga lebih
mudah terserang infeksi. Ketika infeksi timbul, kelenjar mukus akan menjadi hipertropi dan
hiperplasia (ukuran membesar dan jumlah bertambah) sehingga produksi mukus akan
meningkat. infeksi juga menyebabkan dinding bronkhial meradang, menebal (sering kali
sampai dua kali ketebalan normal), dan mengeluarkan mukus kental. Adanya mukus kental
dari dinding bronkhial dan mukus yang dihasilkan kelenjar mukus dalam jumlah banyak akan
menghambat beberapa aliran udara kecil dan mempersempit saluran udara besar. Bronkhitis
kronis mula-mula hanya memengaruhi bronkhus besar, namun lambat laun akan
memengaruhi seluruh saluran napas.
Mukus yang kental dan pembesaran bronkhus akan mengobstruksi jalan napas terutama
selama ekspirasi. Jalan napas selanjutnya mengalami kolaps dan udara terperangkap pada
bagian distal dari paru-paru. Obstruksi ini menyebabkan penurunan ventilasi alveolus,
hipoksia, dan acidosis. Pasien mengalami kekurangan 02, iaringan dan ratio ventilasi perfusi
abnormal timbul, di mana terjadi penurunan PO2 Kerusakan ventilasi juga dapat
meningkatkan nilai PCO,sehingga pasien terlihat sianosis. Sebagai kompensasi dari
hipoksemia, maka terjadi polisitemia (produksi eritrosit berlebihan).
Pada saat penyakit bertambah parah, sering ditemukan produksi sejumlah sputum yang hitam,
biasanya karena infeksi pulmonari. Selama infeksi, pasien mengalami reduksi pada FEV
dengan peningkatan pada RV dan FRC. Jika masalah tersebut tidak ditanggulangi,
hipoksemia akan timbul yang akhirnya menuiu penyakit cor pulmonal dan CHF (Congestive
Heart Failure).
Gejalanya berupa:
· Batuk, mulai dengan batuk – batuk pagi hari, dan makin lama batuk makin berat, timbul
siang hari maupun malam hari, penderita terganggu tidurnya.
Batuk pada bronchitis mempunyai ciri antara lain batuk produktif berlangsung kronik dan
frekuensi mirip seperti pada bronchitis kronis, jumlah seputum bervariasi, umumnya
jumlahnya banyak terutama pada pagi hari sesudah ada perubahan posisi tidur atau bangun
dari tidur. Kalau tidak ada infeksi skunder sputumnya mukoid, sedang apabila terjadi infeksi
sekunder sputumnya purulen, dapat memberikan bau yang tidak sedap. Apabila terjadi infeksi
sekunder oleh kuman anaerob, akan menimbulkan sputum sangat berbau, pada kasus yang
sudah berat, misalnya pada saccular type bronchitis, sputum jumlahnya banyak sekali,
puruen, dan apabila ditampung beberapa lama, tampak terpisah menjadi 3 bagian
Lapisan teratas agak keruh, Lapisan tengah jernih, terdiri atas saliva ( ludah )
Lapisan terbawah keruh terdiri atas nanah dan jaringan nekrosis dari bronkus yang rusak
( celluler debris ).
· Dahak, sputum putih/mukoid. Bila ada infeksi, sputum menjadi purulen atau
mukopuruen dan kental.
· Sesak bila timbul infeksi, sesak napas akan bertambah, kadang – kadang disertai tanda –
tanda payah jantung kanan, lama kelamaan timbul kor pulmonal yang menetap.
Pada sebagian besar pasien ( 50 % kasus ) ditemukan keluhan sesak nafas. Timbul dan
beratnya sesak nafas tergantung pada seberapa luasnya bronchitis kronik yang terjadi dan
seberapa jauh timbulnya kolap paru dan destruksi jaringan paru yang terjadi sebagai akibat
infeksi berulang ( ISPA ), yang biasanya menimbulkan fibrosis paru dan emfisema yang
menimbulkan sesak nafas. Kadang ditemukan juga suara mengi ( wheezing ), akibat adanya
obstruksi bronkus. Wheezing dapat local atau tersebar tergantung pada distribusi kelainannya
bengek
lelah
sakit kepala
gangguan penglihatan.
Bronkitis infeksiosa seringkali dimulai dengan gejala seperti pilek, yaitu hidung meler, lelah,
menggigil, sakit punggung, sakit otot, demam ringan dan nyeri tenggorokan. Batuk biasanya
merupakan tanda dimulainya bronkitis. Pada awalnya batuk tidak berdahak, tetapi 1-2 hari
kemudian akan mengeluarkan dahak berwarna putih atau kuning. Selanjutnya dahak akan
bertambah banyak, berwarna kuning atau hijau.
Pada bronkitis berat, setelah sebagian besar gejala lainnya membaik, kadang
terjadi demam tinggi selama 3-5 hari dan batuk bisa menetap selama beberapa minggu. Sesak
nafas terjadi jika saluran udara tersumbat. Sering ditemukan bunyi nafas mengi, terutama
setelah batuk. Bisa terjadipneumonia.
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Ada beberapa komplikasi bronchitis yang dapat dijumpai pada pasien, antara lain :
a. Bronchitis kronik
e. Abses metastasis diotak, akibat septikemi oleh kuman penyebab infeksi supuratif pada
bronkus. Sering menjadi penyebab kematian
f. Haemaptoe terjadi kerena pecahnya pembuluh darah cabang vena ( arteri pulmonalis ) ,
cabang arteri ( arteri bronchialis ) atau anastomisis pembuluh darah. Komplikasi haemaptoe
hebat dan tidak terkendali merupakan tindakan beah gawat darurat.
h. Kor pulmonal kronik pada kasus ini bila terjadi anastomisis cabang-cabang arteri dan
vena pulmonalis pada dinding bronkus akan terjadi arterio-venous shunt, terjadi gangguan
oksigenasi darah, timbul sianosis sentral, selanjutnya terjadi hipoksemia. Pada keadaan lanjut
akan terjadi hipertensi pulmonal, kor pulmoner kronik,. Selanjutnya akan terjadi gagal
jantung kanan.
i. Kegagalan pernafasan merupakan komlikasi paling akhir pada bronchitis yang berat da
luas
VII. PENATALAKSANAAN MEDIS
Untuk mengurangi demam dan rasa tidak enak badan, kepada penderita dewasa bisa
diberikan aspirin atau acetaminophen; kepada anak-anak sebaiknya hanya diberikan
acetaminophen. Dianjurkan untuk beristirahat dan minum banyak cairan.
Jika gejalanya menetap atau berulang atau jika bronkitisnya sangat berat, maka dilakukan
pemeriksaan biakan dari dahak untuk membantu menentukan apakah perlu dilakukan
penggantian antibiotik.
a. Pengelolaan umum
Contoh :
b) Memperbaiki drainase secret bronkus, cara yang baik untuk dikerjakan adalah sebagai
berikut :
Pasien dilelatakan dengan posisi tubuh sedemikian rupa sehingga dapat dicapai drainase
sputum secara maksimum. Tiap kali melakukan drainase postural dilakukan selama 10 – 20
menit, tiap hari dilakukan 2 sampai 4 kali. Prinsip drainase postural ini adalah usaha
mengeluarkan sputum ( secret bronkus ) dengan bantuan gaya gravitasi. Posisi tubuh saat
dilakukan drainase postural harus disesuaikan dengan letak kelainan bronchitisnya, dan dapat
dibantu dengan tindakan memberikan ketukan padapada punggung pasien dengan punggung
jari.
Dapat dilakukan dengan jalan, misalnya inhalasi uap air panas, mengguanakan obat-obat
mukolitik dan sebagainya.Mengatur posisi tepat tidur pasien
Sehingga diperoleh posisi pasien yang sesuai untuk memudahkan drainase sputum.
Adanya infeksi saluran nafas akut ( ISPA ) harus diperkecil dengan jalan mencegah
penyebaran kuman, apabila telah ada infeksi perlu adanya antibiotic yang sesuai agar infeksi
tidak berkelanjutan.
b. Pengelolaan khusus.
Kemotherapi dapat digunakan secara continue untuk mengontrol infeksi bronkus ( ISPA )
untuk pengobatan aksaserbasi infeksi akut pada bronkus/paru atau kedua-duanya digunakan
Kemotherapi menggunakan obat-obat antibiotic terpilih, pemkaian antibiotic antibiotic
sebaikya harus berdasarkan hasil uji sensivitas kuman terhadap antibiotic secara empiric.
Walaupun kemotherapi jelas kegunaannya pada pengelolaan bronchitis, tidak pada setiap
pasien harus diberikan antibiotic. Antibiotik diberikan jika terdapat aksaserbasi infeki akut,
antibiotic diberikan selama 7-10 hari dengan therapy tunggal atau dengan beberapa antibiotic,
sampai terjadi konversi warna sputum yang semula berwarna kuning/hijau menjadi mukoid
( putih jernih ). Kemotherapi dengan antibiotic ini apabila berhasil akan dapat mengurangi
gejala batuk, jumlah sputum dan gejala lainnya terutama pada saat terjadi aksaserbasi infeksi
akut, tetapi keadaan ini hanya bersifat sementara. Drainase secret dengan bronkoskop. Cara
ini penting dikerjakan terutama pada saat permulaan perawatan pasien. Keperluannya antara
lain:
· Pengobatan simtomatik
Pengobatan ini diberikan jika timbul simtom yang mungkin mengganggu atau mebahayakan
pasien.
Apabila ditemukan tanda obstruksi bronkus yang diketahui dari hasil uji faal paru (%FEV 1 <
70% ) dapat diberikan obat bronkodilator.
· Pengobatan hipoksia.
· Pengobatan haemaptoe.
Tindakan yang perlu segera dilakukan adalah upaya menghentikan perdarahan. Dari berbagai
penelitian pemberian obat-obatan hemostatik dilaporkan hasilnya memuaskan walau sulit
diketahui mekanisme kerja obat tersebut untuk menghentikan perdarahan.
· Pengobatan demam.
Pada pasien yang mengalami eksaserbasi inhalasi akut sering terdapat demam, lebih-lebih
kalau terjadi septikemi. Pada kasus ini selain diberikan antibiotic perlu juga diberikan obat
antipiretik.
· Pengobatan pembedahan
Tujuan pembedahan : mengangkat ( reseksi ) segmen/ lobus paru yang terkena.
o Indikasi pembedahan :
Pasien bronchitis yang yang terbatas dan resektabel, yang tidak berespon yang tidak berespon
terhadap tindakan-tindakan konservatif yang adekuat. Pasien perlu dipertimbangkan untuk
operasi
Pasien bronchitis yang terbatas tetapi sering mengaami infeksi berulang atau haemaptoe dari
daerakh tersebut. Pasien dengan haemaptoe massif seperti ini mutlak perlu tindakan operasi.
o Kontra indikasi
Pasien bronchitis dengan COPD, Pasien bronchitis berat, Pasien bronchitis dengan koplikasi
kor pulmonal kronik dekompensasi.
o Syarat-ayarat operasi.
- Bagian paru yang lain harus masih baik misalnya tidak ada bronchitis atau bronchitis
kronik.
o Cara operasi.
- Operasi elektif : pasien-pasien yang memenuhi indikasi dan tidak terdaat kontra
indikasi, yang gagal dalam pengobatan konservatif dipersiapkan secara baik utuk operasi.
Umumnya operasi berhasil baik apabila syarat dan persiapan operasinya baik.
- Operasi paliatif : ditujukan pada pasien bronchitis yang mengalami keadaan gawat
darurat paru, misalnya terjadi haemaptoe masif ( perdarahan arterial ) yang memenuhi syarat-
syarat dan tidak terdapat kontra indikasi operasi.
o Persiapan operasi :
VIII. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
· Aktivitas/istirahat
Gejala : Keletihan, kelelahan, malaise, Ketidakmampuan melakukan aktivitas sehari–
hari,Ketidakmampuan untuk tidur, Dispnoe pada saat istirahat.
· Sirkulasi
Gejala : Pembengkakan pada ekstremitas bawah.
· Integritas Ego
· Makanan/cairan
Gejala : Mual/muntah, Nafsu makan buruk/anoreksia, Ketidakmampuan untuk
makan,Penurunan berat badan, peningkatan berat badan.
· Hygiene
Gejala : Penurunan kemampuan/peningkatan kebutuhan.
· Keamanan
Gejala : Riwayat reaksi alergi terhadap zat/faktor lingkungan, Adanya/berulangnya infeksi.
· Seksualitas
Gejala : Penurunan libido.
· Interaksi sosial.
IX. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sekret.
2) Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan obstruksi jalan nafas oleh sekresi,
spasme bronchus.
X. RENCANA KEPERAWATAN
· Lakukan fisioterapi
dada jika perlu
· Keluarkan sekret
dengan batuk atau suction
· Auskultasi suara
nafas, catat adanya suara
tambahan
· Berikan bronkodilator
bila perlu
· Berikan pelembab
udara Kassa basah NaCl
Lembab
· Monitor kelelahan
otot diagfragma (gerakan
paradoksis)
· Auskultasi suara
nafas, catat area penurunan /
tidak adanya ventilasi dan
suara tambahan
· Tentukan kebutuhan
suction dengan
mengauskultasi crakles dan
ronkhi pada jalan napas
utama
v Respiratory status :
Ventilation Airway Management
- Kelainan bentuk
dinding dada
§ Monitor pucat,
kemerahan, dan kekeringan
jaringan konjungtiva
Infection Protection
(proteksi terhadap infeksi)
· Monitor tanda dan
gejala infeksi sistemik dan
lokal
· Monitor hitung
granulosit, WBC
· Monitor kerentanan
terhadap infeksi
· Batasi pengunjung
· Saring pengunjung
terhadap penyakit menular
· Partahankan teknik
aspesis pada pasien yang
beresiko
· Pertahankan teknik
isolasi k/p
· Berikan perawatan
kuliat pada area epidema
· Dorong masukkan
nutrisi yang cukup
· Dorong masukan
cairan
· Dorong istirahat
· Instruksikan pasien
untuk minum antibiotik
sesuai resep
· Ajarkan cara
menghindari infeksi
· Laporkan kecurigaan
infeksi
· Laporkan kultur
positif
v Bantu untu
mengidentifikasi aktivitas
yang disukai
v Bantu pasien/keluarga
untuk mengidentifikasi
kekurangan dalam
beraktivitas
v Sediakan penguatan
positif bagi yang aktif
beraktivitas
· Instruksikan pasien
menggunakan teknik
relaksasi
9. Diskusikan perubahan
gaya hidup yang mungkin
diperlukan untuk mencegah
komplikasi di masa yang
akan datang dan atau proses
pengontrolan penyakit
10. Diskusikan pilihan
terapi atau penanganan
12. Eksplorasi
kemungkinan sumber atau
dukungan, dengan cara yang
tepat
14. Instruksikan pasien
mengenai tanda dan gejala
untuk melaporkan pada
pemberi perawatan
kesehatan, dengan cara yang
tepat
DAFTAR PUSTAKA
http://botol-infus.blogspot.com/2010/07/askep-bronkitis.html
http://medicastore.com/penyakit/14/Bronkitis.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Bronkitis
Askep Bronkhitis
ANUTAPURA PALU
DI SUSUN
OLEH :
RIFKY PEBRIANZAH
200901018
TAHUN 2011/2012
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Bronkhitis penyakit saluran pernafasan , biasanya penyakit ini didahului oleh infeksi saluran
nafas atas, bronkhitis seringkali diderita oleh masyarakat paa pengantian musim, dari musim
hujan kemusim panas.banyak polusi udara jugamenjadi faktor ekstrinsik bronkhitis, dimulai
dari invasi lewas nafas dan mulut, kuman bakteri virus masuk kedalam tubuh (saluran
pernafasan) didukung dengan keadaan imunitas tubuh yang menuru, maka terjadi pada
inflamasi pada bronkus, sehingga timbul gejalah dini seperti suara serat, stridor, dan nafas
berbunyi.
Pada kasus bronkhitis, virus merupakan penyebab utama bronkhitis misalnya; rhinovirus,
respiratory sinityal virus (RSU), halmophilus influenza, adeno virus dan ccoxacie virus.
Faktor pridisposisi terjadinya bronkhitis adalah alergi, perbahan cuaca, polusi udara, dan
infeksi saluran pernafasan atas.
Biasanya penyakit ini diderita anak umur 3 tahun, banyak faktor penyebabanya, tapai
penyakit ini jarangterjadi pada anak ekonoki tinggi. Penyakit ini merupakan penyebaba
kematian urutan kelima oleh karena itu dengan mempelajari secarah lebih detail lagi mudah-
mudahan dapat menambah wawasan kita serta mengetahui bagaimana cara mengetasi
masalah pada gangguan saluran pernafasan khususnya bronkhitis., sehingga angka penderita
dan kematian yang disebabkan oleh penyakit ini dapat ditekan.
Dengan adanya penyakit bronkhitis yang diderita oleh klien perawat dapat memberi tindakan
perawatan berdasarkan prioritas masalah yang dialami klien sehingga penyakit yang diderita
klien bisa diatasi dengan baik.
B. TUJUAN
1. Tujuan umum
Mampu menerapkan asuhan keperawatan pada klien Tn “R” dengan diagnsa medis
bronkhitis melalui pendekatan proses perawtan.
2. Tujuan khusus
3. Mampu membuat rencana tindakan keperawatan pada Tn “R” dengan diagnosa medis
bronkhitis
5. Mengevaluasi hasil tindakan keperatan yang telah dlaksanakan sesuai dengan tujuan
yang telah diterapkan
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian bronkhitis
Bronkhitis adalah hipersekresi mukus dan batuk produktif kronis berulang-ulang minimal
selama 3 bulan pertahun atau paling sedikit dalam 2 tahun berturut-turut pada pasien yang
diketahui tidak terdapat penyebab lain (Perawatan Medikal Bedah 2, 1998, hal : 490).
a. Rongga hidung
Rongga hidung dilapisi dengan membran mukosa yang sangat banyak mengandung vaskular
yang disebut mukosa hidung. Lendir disekresi secara terus menerus oleh sel – sel goblet yang
melapisi permukaan mukosa hidung dan bergerak ke belakang ke nasofaring oleh gerakan
silia. Hidung berfungsi sebagai penyaring kotoran, melembabkan serta menghangatkan udara
yang dihirup ke dalam paru – paru.
b. Faring
Adalah struktur yang menghubungkan hidung dengan rongga mulut ke laring. Faring dibagi
menjadi tiga region ; nasofaring, orofaring, dan laringofaring. Fungsi utamanya adalah untuk
menyediakan saluran pada traktus respiratoriun dan digestif.
c. Laring
Adalah struktur epitel kartilago yang menghubungkan faring dan trakhea. Fungsi
utamanya adalah untuk memungkinkan terjadinya lokalisasi. Laring juga melindungi jalan
nafas bawah dari obstruksi benda asing dan memudahkan batuk.
a. Trakhea
Disokong oleh cincin tulang rawan yang berbentuk seperti sepatu kuda yang panjangnya
kurang lebih 5 inci, tempat dimana trakea bercabang menjadi bronkus utama kiri dan kanan
dikenal sebagai karina. Karina memiliki banyak saraf dan dapat menyebabkan bronkospasme
dan batuk yang kuat jika dirangsang.
b. Bronkus
Broncus terdiri atas 2 bagian yaitu broncus kanan dan kiri. Broncus kanan lebih pendek dan
lebar, merupakan kelanjutan dari trakhea yang arahnya hampir vertikal. Bronchus kiri lebih
panjang dan lebih sempit, merupakan kelanjutan dari trakhea dengan sudut yang lebih tajam.
Cabang utama bronchus kanan dan kiri bercabang menjadi bronchus lobaris kemudian
bronchus segmentaliis. Bronkus dan bronkiolus dilapisi oleh sel – sel yang permukaannya
dilapisi oleh rambut pendek yang disebut silia, yang berfungsi untuk mengeluarkan lendir dan
benda asing menjauhi paru menuju laring.Bronkiolus membentuk percabangan menjadi
bronkiolus terminalis yang tidak mempunyai kelenjar lendir dan silia. Bronkiolus terminalis
kemudian menjadi bronkiolus respiratori yang menjadi saluran transisional antara jalan udara
konduksi dan jalan udara pertukaran gas.
c. Alveoli
Paru terbentuk oleh sekitar 300 juta alveoli. Terdapat tiga jenis sel – sel alveolar, sel alveolar
tipe I adalah sel epitel yang membentuk dinding alveolar. Sel alveolar tipe II sel – sel yang
aktif secara metabolik, mensekresi surfactan, suatu fosfolipid yang melapisi permukaan
dalam dan mencegah alveolar agar tidak kolaps. Sel alveolar tipe III adalah makrofag yang
merupakan sel – sel fagositosis yang besar yang memakan benda asing dan bekerja sebagai
mekanisme pertahanan penting.
Pernafasan luar yaitu proses penyerapan oksigen (O2) dan pengeluaran carbondioksida (CO2)
secara keseluruhan. Pernafasan dalam yaitu proses pertukaran gas antara sel jaringan dengan
cairan sekitarnya (penggunaan oksigen dalam sel).
D. Etiologi
Adalah 3 faktor utama yang mempengaruhi timbulnya bronchitis yaitu rokok, infeksi dari
polusi. Selain itu terdapat pula hubungan dengan faktor keturunan dan status sosial.
Rokok
Menurut buku Report of the WHO Expert Comite on Smoking Control, rokok adalah
penyebab utama timbulnya bronchitis. Terdapat hubungan yang erat antara merokok dan
penurunan VEP (volume ekspirasi paksa) 1 detik. Secara patologis rokok berhubungan
dengan hiperplasia kelenjar mukus bronkus dan metaplasia skuamus epitel saluran pernafasan
juga dapat menyebabkan bronkostriksi akut.
Infeksi
Eksaserbasi bronchitis disangka paling sering diawali dengan infeksi virus yang kemudian
menyebabkan infeksi sekunder bakteri. Bakteri yang diisolasi paling banyak adalah
Hemophilus influenza dan streptococcus pneumonie.
Polusi
Pulusi tidak begitu besar pengaruhnya sebagai faktor penyebab, tetapi bila ditambah merokok
resiko akan lebih tinggi. Zat – zat kimia dapat juga menyebabkan bronchitis adalah zat – zat
pereduksi seperti O2, zat – zat pengoksida seperti N2O, hidrokarbon, aldehid, ozon.
Keturunan
Belum diketahui secara jelas apakah faktor keturunan berperan atau tidak, kecuali pada
penderita defisiensi alfa – 1 – antitripsin yang merupakan suatu problem, dimana kelainan ini
diturunkan secara autosom resesif. Kerja enzim ini menetralisir enzim proteolitik yang sering
dikeluarkan pada peradangan dan merusak jaringan, termasuk jaringan paru.
Faktor sosial ekonomi
Kematian pada bronchitis ternyata lebih banyak pada golongan sosial ekonomi rendah,
mungkin disebabkan faktor lingkungan dan ekonomi yang lebih jelek.
E. Patofisiologi
Penemuan patologis dari bronchitis adalah hipertropi dari kelenjar mukosa bronchus dan
peningkatan sejumlah sel goblet disertai dengan infiltrasi sel radang dan ini mengakibatkan
gejala khas yaitu batuk produktif. Batuk kronik yang disertai peningkatan sekresi bronkus
tampaknya mempengaruhi bronchiolus yang kecil – kecil sedemikian rupa sampai
bronchiolus tersebut rusak dan dindingnya melebar. Faktor etiologi utama adalah merokok
dan polusi udara lain yang biasa terdapat pada daerah industri. Polusi tersebut dapat
memperlambat aktifitas silia dan pagositosis, sehingga timbunan mukus meningkat
sedangkan mekanisme pertahanannya sendiri melemah.
Mukus yang berlebihan terjadi akibat displasia. Sel – sel penghasil mukus di bronkhus. Selain
itu, silia yang melapisi bronkus mengalami kelumpuhan atau disfungsional serta metaplasia.
Perubahan – perubahan pada sel – sel penghasil mukus dan sel – sel silia ini mengganggu
sistem eskalator mukosiliaris dan menyebabkan penumpukan mukus dalam jumlah besar
yang sulit dikeluarkan dari saluran nafas.
F.
Hemophilus influenza
streptococuspnompnemonie
Penyimpangan KDM
Alergen
Etiologi
Aktivasi Ig. E
Fenomeni infeksi
Peningkatan pelepasan
histamin
Hipertermi
Batuk Produktif
Demam
Malaise
Nyeri
Nafas pendek
Gangguan keseimbangan
Intoleransi aktivitas
infeksi
Ansietas
Bronkiulos melebar
Kerusakan bronkiolus
Batuk darah
KEMATIAN
G. Manifestasi klinis
Keluhan
Batuk, mulai dengan batuk – batuk pagi hari, dan makin lama batuk makin berat, timbul siang
hari maupun malam hari, penderita terganggu tidurnya.
Dahak, sputum putih/mukoid. Bila ada infeksi, sputum menjadi purulen atau mukopuruen dan
kental. Sesak bila timbul infeksi, sesak napas akan bertambah, kadang – kadang disertai tanda
– tanda payah jantung kanan, lama kelamaan timbul kor pulmonal yang menetap.
Pemeriksaan fisik
Pada stadium ini tidak ditemukan kelainan fisis. Hanya kadang – kadang terdengar ronchi
pada waktu ekspirasi dalam. Bila sudah ada keluhan sesak, akan terdengar ronchi pada waktu
ekspirasi maupun inspirasi disertai bising mengi. Juga didapatkan tanda – tanda overinflasi
paru seperti barrel chest, kifosis, pada perkusi terdengar hipersonor, peranjakan hati
mengecil, batas paru hati lebih ke bawah, pekak jantung berkurang, suara nafas dan suara
jantung lemah, kadang – kadang disertai kontraksi otot – otot pernafasan tambahan.
H. Pemeriksaan diagnostik
1. Pemeriksaan radiologis
Tubular shadow atau traun lines terlihat bayangan garis yang paralel, keluar dari hilus menuju
apeks paru. bayangan tersebut adalah bayangan bronchus yang menebal. Corak paru
bertambah
4,2 liter, KTP (kapasitas total paru) : normal (normal KRF (kapasitas residu fungsional) :
sedikit naik atau normal (normal 2,2 liter).± 1,8 liter, ±
Eritropoesis bertambah.
I. Penanganganan
1. Tindakan suportif
· Bronchodilator
· Antimikroba
· Kortikosteroid
· Terapi pernafasan
· Terapi aerosol
· Terapi oksigen
· Penyesuaian fisik
· Latihan relaksasi
· Meditasi
· Menahan nafas
· Rehabilitasi
J. Komplikasi
· Kegagalan pennafasan
· Sinusitis
K. Prognosis
Prognosis jangka panjang maupun jangka pendek bergantung pada umur dan gejala klinik
waktu berobat.
1. Pengkajian.
a. Aktivitas/istirahat
Gejala :
Tanda :
Keletihan
Gelisah, insomnia.
Gejala :
Tanda :
Edema dependent
c. Integritas Ego
Gejala :
Tanda :
d. Makanan/cairan
Gejala :
Mual/muntah.
e. Hygiene
Gejala :
Tanda :
f. Pernafasan
Gejala :
Batuk menetap dengan produksi sputum setiap hari selama minimun 3 bulan berturut – turut
tiap tahun sedikitnya 2 tahun.
Tanda :
Warna pucat dengan cyanosis bibir dan dasar kuku, abu – abu keseluruhan.
g. Keamanan
Gejala :
Adanya/berulangnya infeksi.
h. Seksualitas
Gejala :
Penurunan libido
i. Interaksi sosial
Gejala :
Hubungan ketergantungan
Tanda :
M. Pemeriksaan diagnostik :
Tes fungsi paru : Untuk menentukan penyebab dispnoe, melihat obstruksi, memperkirakan
derajat disfungsi.
TLC : Meningkat
N. Diagnosa keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sekret.
3. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan obstruksi jalan nafas oleh sekresi,
spasme bronchus.
5. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan dispnoe, anoreksia, mual
muntah.
6. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan menetapnya sekret, proses penyakit
kronis.
O. Perencanaan Keperawatan
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sekret.
Tujuan :
Rencana Tindakan:
Rasional : Tachipnoe biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat ditemukan selama /
adanya proses infeksi akut.
Rasional : Batuk dapat menetap tetapi tidak efektif, khususnya pada lansia, penyakit akut atau
kelemahan
b. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan obstruksi jalan nafas oleh sekresi,
spasme bronchus.
Tujuan :
Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan yang adekuat dengan GDA dalam
rentang normal dan bebas gejala distress pernafasan.
Rencana Tindakan:
Rasional : Berguna dalam evaluasi derajat distress pernafasan dan kronisnya proses penyakit.
Rasional : Pengiriman oksigen dapat diperbaiki dengan posisi duduk tinggi dan latihan nafas
untuk menurunkan kolaps jalan nafas, dispenea dan kerja nafas.
3. Auskultasi bunyi nafas.
Rasional : Bunyi nafas makin redup karena penurunan aliran udara atau area konsolidasi
5. Awasi GDA
Rasional : PaCO2 biasanya meningkat, dan PaO2 menurun sehingga hipoksia terjadi derajat
lebih besar/kecil.
Rasional : Membantu pasien memperpanjang waktu ekspirasi. Dengan teknik ini pasien akan
bernafas lebih efisien dan efektif.
d. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan dispnoe, anoreksia, mual
muntah.
Tujuan :
Rencana Tindakan:
Rasional : Rasa tidak enak, bau adalah pencegahan utama yang dapat membuat mual dan
muntah.
Rasional : Berguna menentukan kebutuhan kalori dan evaluasi keadekuatan rencana nutrisi.
Rasional : Kebutuhan kalori yang didasarkan pada kebutuhan individu memberikan nutrisi
maksimal.
e. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan menetapnya sekret, proses penyakit
kronis.
Rencana Tindakan:
1. Awasi suhu.
Rasional : Malnutrisi dapat mempengaruhi kesehatan umum dan menurunkan tekanan darah
terhadap infeksi.
5. Berikan anti mikroba sesuai indikasi
Rasional : Dapat diberikan untuk organisme khusus yang teridentifikasi dengan kultur.
Tujuan :
Rencana tindakan:
Rasional : Penjelasan yang tepat dan memahami penyakitnya sehingga mau bekerjasama
dalam tindakan perawatan dan pengobatan.
5. Beri dorongan spiritual
Rasional : Diharapkan kesabaran yang tinggi untuk menjalani perawatan dan menyerahkan
pada TYME atas kesembuhannya.
2. Instruksikan untuk latihan afas, batuk efektif dan latihan kondisi umum.
Rasional : Nafas bibir dan nafas abdominal membantu meminimalkan kolaps jalan nafas dan
meningkatkan toleransi aktivitas
3. Diskusikan faktor individu yang meningkatkan kondisi misalnya udara, serbuk, asap
tembakau.
Rasional : Faktor lingkungan dapat menimbulkan iritasi bronchial dan peningkatan produksi
sekret jalan nafas.
P. Impelementasi
Pada tahap ini untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas yang telah dicatat dalam rencana
perawatan pasien. Agar implementasi/pelaksanaan perencanaan ini dapat tepat waktu dan
efektif maka perlu mengidentifikasi prioritas perawatan, memantau dan mencatat respon
pasien terhadap setiap intervensi yang dilaksanakan serta mendokumentasikan pelaksanaan
perawatan. Pada pelaksanaan keperawatan diprioritaskan pada upaya untuk mempertahankan
jalan nafas, mempermudah pertukaran gas, meningkatkan masukan nutrisi, mencegah
komplikasi, memperlambat memperburuknya kondisi, memberikan informasi tentang proses
penyakit (Doenges Marilynn E, 2000, Remcana Asuhan Keperawatan)
Q. Evaluasi.
Pada tahap akhir proses keperawatan adalah mengevaluasi respon pasien terhadap perawatan
yang diberikan untuk memastikan bahwa hasil yang diharapkan telah dicapai,
Evaluasi merupakan proses yang interaktif dan kontinyu, karena setiap tindakan keperawatan,
respon pasien dicatat dan dievaluasi dalam hubungannya dengan hasil yang diharapkan
kemudian berdasarkan respon pasien, revisi, intervensi keperawatan/hasil pasien yang
mungkin diperlukan. Pada tahap evaluasi mengacu pada tujuan yang telah ditetapkan yaitu :
jalan nafas efektif, pola nafas efektif, pertukaran gas adekuat, masukan nutrisi adekuat,
infeksi tidak terjadi, intolerans aktivitas meningkat, kecemasan berkurang/hilang, klien
memahami kondisi penyakitnya. (Keliat Budi Anna, 1994, Proses Keperawatan)
BAB III
TINJAUAN KASUS
PENGKAJIAN
I. DATA DEMOGRAFI
A. BIODATA
Nama : Tn”R”
B. PENAGGUNG JAWAB
II. KELUHAN UTAMA
Klien masuk rumah sakit dengan keluhan panas ± 6 hari
III. RIWAYAT KESEHATAN
- Awal munculnya tiba-tiba klien merasa panas, batuk dan muntah. Usaha yang
dilakukan untuk mengurangi keluhan dengan kompres air hangat, banyak minum air putih
dan banyak istirahat tetapi keluhan belum teratasi dan klien merasa kurang nafsu makan
sehingga klien dibawah kerumah sakit.
- Keadan penyakit pada saat dikaji, panas masih ada, pusing, sakit dada klien merasa
sakit-sakit bagian tubuh serta batuk-batuk berdahak
P : klien mengeluh nyeri dada karena adanya refleks batuk dikarenakan penumpukan sekret
di jalan nafas sehingga bersihan jalan nafas tidak efekti.
Q : nyeri dirasakan seperti tertekan, klien tidak pernah merasakan nyeri seperti itu
sebelumnya,
R : keluhan dapat lebih baik jika klien mengatur posisi dengan semifowler
Klien mengatakan tidak pernah menderita penyakit yang sama sebelumnya dan tidak pernah
dirawat di rumah sakit yang sama dan klien juga mengatakan tidak memiliki riwayat alergi
obat.
C. Riwayat kesehatan keluarga
Klien mengatakan tidak ada anggota keluarganya yang pernah mengalami penyakit yang
sama dengan klien (bronkhitis) dan tidak ada memiliki penyakit keturunan.
D. Genogram
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Klien
: Meninggal
Klien mengatakan ingi cepat sembuh dan cepat pulang kerumah klien juga mengatakan
hubungan dengan keluarga dan tetanggahnya baik serta interaksi klien dengan perawat baik.
V. RIWAYAT SPRITUAL
Sebelum sakit klien mengatakan sering beribadah, setelah sakit klien hanya sering berdoa
dalam hati agar cepat di beri kesembuhan oleh Tuhan.
VI. PEMERIKSAAN FISIK
- Penampilan : Baik
- Kesadaran : Komposmentis
B. Tanda-tanda vital
TD :110/90 mmhg
Nadi : 92 x/ mnt
Suhu : 37,5
RR : 24 x / mnt
C. Sistem pernafasan
- Hidung : keadaan suptum nasal simetris antara kanan dan kiri tidak terdapat sekret,
tidak ada pernapasan cuping hidung fungsi penciuman baik dapat membedakan bau tidak
terdapat nyeri tekan pada sinus etmoidali, maksilaris dan frontalis.
- Leher : tidak terjadi pembesaran pada kelenjar tiroid atau tumor, tidak ada
peningkatan vena jagularis, dan arteri carotis teraba
- Dada: Bentuk dada datar simetris antara kiri dan kanan, terdapat nyeri pada dada
bagian tengah pada saat batuk, ekspansi dada seimbang antara kanan dan kiri, terdengar
bunyi nafas bronkial, nafas tambahan ronkhi, retraksi dada minimal, perkusi hyperresonan
pada area paru dan tidak terdapat clubbing finger.
D. Sistem Cardiovaskuler
E. Sistem Pencernaan
- Bibir kering
- Mulut : tidak terjadi stomatitis, jumlah gigi lengkap 32 buah, fungsi menelan baik,
fungsi mengunyah baik tidak terdapat pembesaran tonsil.
- Gaster: tidak kembung, bunyi timpani, tidak ada nyeri tekan epigastrium
- Abdomen: bentuk abdomen datar, peristaltik usus 10 x/menit, tidak terdapat adanya
luka dan tidak nampak asites. Pada kuadran kanan atas dilpalpasi tidak terdapat nyeri tekan
dan nyeri lepas serta tidak terdapat pembesaran hepar, kuadran kiri atas tidak terdapat nyeri
tekan dan nyeri lepas serta tidak terdapat pembesaran limfe, kuadran kanan bawah tidak ada
nyeri tekan pada daerah appendik dan kuadran kiri bawa tidak terdapat massa.
F. Sistem Indra
1. Mata : Bentuk mata simetris kiri dan kanan, konjungtiva tidak anemis sclera tidak
ikterus, fungsi penglihatan baik tidak terdapat nyeri tekan, pupil isokor.
2. Hidung : fungsi penciuman baik, bentuk simetris, hidung dalam bersih dan tidak ada
pengeluaran sekret, dapat membedakan bau serta tidak ada nyeri tekan pada daerah hidung.
3. Telinga : Simetris kiri dan kanan, bentuk seperti huruf C, kebersihan telinga baik,
membran timpani dan fungsi pendengaran baik, dan tidak terdapat nyeri tekan pada mastoid.
G. Sistem Saraf
1. Funsi cerebral
b. Kesadaran : komposmentis
c. Bicara : ekspresive dan resiptive : kurang baik ( seperti terlihat gagap, apa yang
diucapkan kurang jelas ).
c. Okulomotorius : Mengatur peergerakan bola mata, elepasi alis, konstriksi pupil dan
memfokuskan lensa (baik)
e. Trigeminus :
o S. Input dari kornea, rongga hidung bagian atas,, kulit kepala bagian frontal, dahi, bagian
atas alis, konjungtiva, kelenjar airmata (baik)
o S. Maksilaris, saraf input dari dagu, bibir atas, gigi atas, mukosa rongga hidung, platum,
faring (baik)
o Saraf mandibularis, saraf yang mengatur inful dari lidah (bukan pengecapan) gigi bawah,
kulit dibawah dagu mengunyah baik
i. Glusofaringeus : Saraf mengatur penyerapan, sensasi lain dari lidah salivasi, dan
menelan (baik)
j. Vagus : saraf mengatur menelan, monitor kadar O2 dan CO2, tekanan darah, kegiatan
organ viseral lai ( baik )
k. Aksesirius : mengatur produksi suara dilaring, pergerrakan kepala dan bahu, muskule
sense (baik)
l. Hipoglosius : Mengatur pergerakan lidah saat biscara ( kurang baik, karena nampak
kaku saat berbicara) mengunyah muskule sense (baik)
3. Fungsi Motorik ( masa, tonus, dan kekuatan) kurang baik karena klien tidak mampu
menggenggam tangan perawat 4 4
4 4
5. Fungsi cerebellum : kurang baik (kordinasi dan keseimbangan) karena klien tidak
mempu melakukan gerakan dengan seimbang.
H. Sistem Muskuloskeletal
3. Pelvis (normal)
4. Lutut (nirmal)
ROM :
5. Kaki simetris antara kiri dan kanan, jumlah jari lengkap 10 buah/jari. Rom: Inpersi
memutar telapak kaki kesamping dalam, rentang 10o
epersi memutar telapak kaki kesamping luar, rentang 10o ulang gerakan berturut-turut
sebanyak 4 kali
6. Keadaan tangan simetris kiri dan kanan, jumlah jari lengkap 10 buah terpasang infus
RL 20 tetes/menit pada punggung tangan sebelah kanan.
I. Sistem Integumen
Penyebaran rambut merata, tekstur rambut berwarna hitam, kulit kepala /rambut kotor.
Tekstur kulit kasar, warna sawo matang, kulit lembab tidak ada perubahan warna, berkeringat
berlebihan. Warna kuku merah muda, kotor dan tidak mudah patah.
J. Sistem Endokrin
K. Sistem Perkemihan
L. Sistem Imun
1 Nutrisi
- Jenis minuman
- Air putih
- Air putih
- Frekuensi
- ± 8 gelas / hari
minum
3 Eliminasi - ± 8 gelas / hari
BAB:
BAK: - Padat
- Merokok - Merokok
- Kecandauan
kopi - Tidak - Tidak pernah
- Kegiatan sehari-
- Tampa bantuan
hari
- Dengan bantuan
- Pengaturan
jadwal harian - Tiap hari
Rekreasi
- Tidak - Iya
- Waktu luang
9 dilakukan untuk
rekreasi
HCT 40.1 – % 42 – 52
MCV 78.6 – Fl 80 – 94
MCH 26.5 – Pg 27 – 31
FAAL GINJAL
SGOT 78 6 – 30 u/i
SGPT 94 7 – 32 u/i
IX. THERAPY SAAT INI
- PCT 3x1
PENGUMPULAN DATA
- Skala nyeri 6
- TTV
- Berkeringat
- TTV :
- Berkeringat
ANALISA DATA
DO : Saluran nafas
- TTV
Peningkatan sekret
TD : 110/90 mmhg
Suhu : 37,5oC Penumpukan sputum jalan
nafas
Nadi : 64x/mnt
RR : 24x/mnt
Bersihan jalan nafas tidak
- Suara nafas
efektif
bronkhial
- Restraksi dada
minimal
- Berkeringat
DO :
- Skala nyeri 6
- TTV :
Iritasi
TD : 110/90 mmhg, S :
37,50C
Nyeri dada
N : 64 x / menit, R :
24 x / menit
PRIORITAS MASALAH
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sekret.
2. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan adanya peradangan pada pleura.
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
- Perkusi lapang
paru Hiperresonan
6. Kolaborasi
dengan tim medis
dalam pemberian
obat/ terapy
S : 36,50C
R : 22x/mnt
Klien dapat
bernapas dengan
mulut
18.00 N : 78x/menit
S : 36,5oC
R : 22 x/menit
Klien merasa
senang berada
18.35 5. menganjurkan keluarga didekat keluarganya
klien untuk mendampingi klien
Klien terpasang
6. Melayani Injeksi Infus RL 20 tts/mnt
CATATAN PERKEMBANGAN
08/03/2012 I 08.00 S:
O:
A:
08/03/2012 II 21.00 S:
O:
A:
P:
1. Observasi TTV
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada aplikasi asuhan keperawatan pada klien Tn “R” dengan kasus Bronkhitis di Rumah
SakitUmum Anutapura palu ditemukan adanya kesenjangan antara teori dengan aplikasi
askep :
A. Pengkajian
Dalam melakukan pengkajian, data seharusnya diperoleh melalui data primer (langsung dari
klien) dan data sekunder yang diperoleh melalui keluarga dan tenaga kesehatan. Namun
dalam melakukan pengkajian ini, data yang kami peroleh lebih pada data primer yaitu
keterangan dari klien tapi lebih banyak pada data sekunder yaitu keluarga. Ini
dikarenakan klien belum mampu untuk berbicara banyak dan masih dibantu oleh
keluarganya. Pemeriksaan fisik dilakukan dengan cara persistem mulai dari inspeksi,
auskultasi, palpasi, perkusi.
B. Diagnosa
C. Perencanaan
D. Imlementasi
Implementasi yang dilakukan disesuaikan dengan rencana keperawatan yang telah disusun
serta kondisi klien saat ini. Perawat melakukan intervensi dan melaporkan hasil yang
diperoleh. Kegiatan ini dilakukan selama 2 hari dan secara kontinue untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan, sehingga setiap implementasi yang telah dilakukan mendatangkan
kebaikan bagi klien.
E. Evaluasi
Hal yang dievaluasi adalah keberhasilan tindakan-tindakan keperawatan yang dilakukan pada
klien dan dinilai secara subjektif maupun objektif. Evaluasi ini dilakukan setiap hari setelah
implementasi untuk menetapkan rencana keperawatan hari berikutnya. Bagi diagnosa yang
masalahnya telah teratasi, maka rencana tidak perlu ditulis lagi untuk diimplementasikan.
BAB IV
P E N U T U P
A. Kesimpulan
Bronkhitis penyakit saluran pernafasan , biasanya penyakit ini didahului oleh infeksi saluran
nafas atas, bronkhitis seringkali diderita oleh masyarakat paa pengantian musim, dari musim
hujan kemusim panas.banyak polusi udara jugamenjadi faktor ekstrinsik bronkhitis, dimulai
dari invasi lewas nafas dan mulut, kuman bakteri virus masuk kedalam tubuh (saluran
pernafasan) didukung dengan keadaan imunitas tubuh yang menuru, maka terjadi pada
inflamasi pada bronkus, sehingga timbul gejalah dini seperti suara serat, stridor, dan nafas
berbunyi.
Bronchitis merupakan radang pada bronkus (bagian system pernafasan yang mengangkut
oksigen ke paru-paru sehingga mengeluarkan lender. Lendir akan memicu terjadinya batuk-
batuk untuk menyingkirkan kelebihan lender. Bronkitis ditandai dengan batuk yang terus-
menerus disertai dengan dahak dan bercak darah.
Bronkhitis akut, disebabkan oleh pilek dan flu, yang umumnya akan sembuh dalam 1-2
minggu, sedangkan penyebab bronchitis kronis adalah zat iritan, rokok, infeksi saluran
pernafasan, atau alaergi.
B. Saran
Agar selalu dapat meningkatkan pelayanan kesehatan yang lebih baik khususnnya dalam
peroses pemberian asuhan keperawatan serta selalu memberi perawatan yang intensif
khususnya pada penderita bronkhitis
2. Untuk mahasiswa
Pihak akademik diharapkan dapat menyediakan buku sumber yang lebih lengkap untuk
mempermudah mahasiswa mencari literatur yang diperlukan dalam meningkatkan ilmu
pengetahuannya.terutama buku sumber yang berkaitan dengan kasus Bronkhitis.
DAFTAR PUSTAKA
4. Tucker, Susan Martin, 1998, Standar Perawatan Pasien; Proses Keperawatan, Diagnosis
dan Evaluasi, Edisi 5, EGC, Jakarta.
5. Soeparman, Sarwono Waspadji, 1998, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, Penerbit FKUI,
Jakarta.
LAMPIRAN OBAT
Ø Ranitidine
Indikasi : Pemgobatan jangka pendek tukaka duodenum aktif, tukaka lambung aktif,
mengurangi gejala refluks oesofagitis, terapi pemeliharaaan setelah penyembuha tukaka
duodenum dan lambung sindroma zolingger-ellison.
Dosis : tukaka duodenum: sehari 2x150 mg (pagi dan malam) atau sehari1x300 mg sudah
makan malam atau sebelumt tidur selama, 4-8 minggu,tukaka lambung aktif : sehari 2x150
mg (pagi dan malam) selama 2 minggu. Tetapai pemeliharaan penyembuhan tukak duodenum
dan tukak lambung : 150 mg malam sebelum tidur. Sindroma zolliger-ellison. Sehari 2x150
mg. Dosis hingga 6 g sehari dapat diberikan pada penyakit yang berat. Refluks gastro
esofagitis: sehari 2x150 mg esofagitis erosif: sehari 4x150 mg. Pemeliharaan dan
penyembuhan eso fagitis erosif: sehari 2x150 mg. Dosis pada penderita pada gangguan
fungsi ginjal : bersihan kreatinin < 50 ml/mnt: 150 mg/24 jam. Bila perlu dosis dapat
ditingkatkan secara hati-hati setiap 12 jam atau kurang tergantung kondisis penderita. Inj 50
mg im/iv suntikan lambat /iv infus setiap 6-8 jam.
Ø Ceftriaxone
Komposisi : seftriaksone Na 1g
Indikasi : infeksi yang disebabkan oleh bakteri patogen pada saluran nafas, THT, sepsis,
maningitis, tulang, sendi dan jaringan lunak, intra abdominal, genital, profilaksis prioperatif
dan infeksi pada pasien dengan gangguan kekebalan tubuh.
Dosis : dewasa dan anak >12 tahun dan anak dengan BB>50 kg: sehari 1x1-2 g, dapat
dinaikan sampai sehari 4 g: bayi s/d 14 hari: 1x20-50 mg /kg BB, tidak boleh lebih dari 50
mg/kg BB, bayi 15 hari s/d anak 12 tahun: sehari 1x20-80 mg/kg BB. Dosis iv 50 mg/kg/BB
atau lebih, harus di berikan melalui infus paling cepat 30 menit.
Ø Pacetik (PCT)
PENGKAJIAN
Riwayat penyakit pasien : 2 minggu sebelum masuk RS pasien mengeluh batuk disertai
pengeluaran secret. Sebelumnya pasien sudah berobat ke puskesmas dan rutin minum obat.
Namun pasien masih mengeluh batuk berdahak.
Riwayat kesehatan masa lalu : Sejak kecil pasien sering sakit flu dan batuk. Pasien
merupakan perokok yang bisa menghabiskan rokok 1bungkus dalam sehari.
Pemeriksaan fisik : Meliputi keadaan umum, tingkat kesadaran, tanda-tanda vital (suhu,
tekenan darah, respirasi rate, denyut nadi. Temuan pemeriksaan fisik pada bronkitis akut
dapat bervariasi dari yang normal cenderung faring eritema, limfadenopati lokal, dan
Rhinorrhea untuk ronki kasar dan mengi bahwa perubahan lokasi dan intensitas setelah batuk
dalam dan produktif. Mengi menyebar, bernada tinggi suara terus menerus, dan penggunaan
otot aksesori dapat diamati pada kasus berat. Kadang-kadang, penurunan menyebar asupan
udara atau stridor inspirasi terjadi; temuan ini menunjukkan obstruksi dari saluran pernapasan
besar atau trakea, yang membutuhkan batuk berurutan kuat, penyedotan, dan, mungkin,
intubasi atau bahkan trakeostomi. Suara mengalun berkepanjangan sepanjang perbatasan
sternum kiri menunjukkan hipertrofi ventrikel kanan sekunder terhadap bronkitis kronis.
Clubbing sianosis pada digit dan perifer menunjukkan cystic fibrosis. Myringitis bulosa
mungkin menyarankan pneumonia mikoplasma. Konjungtivitis, adenopati, dan Rhinorrhea
menunjukkan infeksi adenovirus.
Pemeriksaan Penunjang : Biasanya dilakukan foto thorax, Analisa Gas Darah (GDO),
Pemeriksaan fungsi paru, Pemeriksaan EKG
Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksisputum dan
bronkospasme
Gangguan pertukaran gas dengan perubahan suplai oksigen
Gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan dispnea dananoreksia
1 &2 Pasien bisa menunjukanjalan nafas Kaji frekuensi, kedalaman pernapasan, dan
yang efektif dengan criteria:- Bunyi geakan dada
napas bersih- Tidak ada dipsnea-
Auskultasi area paru, catat adanya perubahan
Bunyi napas dan frekuensi napas
aliran udara dan adanya bunyi napas ronkhi,
normal
mengi,dan kreker