Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN BRONKITIS

I.             DEFINISI
  Bronkitis adalah suatu peradangan pada saluran bronkial atau bronki. Peradangan tersebut
disebabkan oleh virus, bakteri, merokok, atau polusi udara (Samer Qarah, 2007).
  Bronkitis akut adalah batuk dan kadang-kadang produksi dahak tidak lebih dari tiga minggu
(Samer Qarah, 2007).
  Bronkitis kronis adalah batuk disertai sputum setiap hari selama setidaknya 3 bulan dalam setahun
selama paling sedikit 2 tahun berturut-turut.
  Bronkhitis adalah hipersekresi mukus dan batuk produktif kronis berulang-ulang minimal selama 3
bulan pertahun atau paling sedikit dalam 2 tahun berturut-turut pada pasien yang diketahui tidak
terdapat penyebab lain (Perawatan Medikal Bedah 2, 1998, hal : 490).
Penyakit ini biasanya bersifat ringan dan pada akhirnya akan sembuh sempurna. Tetapi pada
penderita yang memiliki penyakit menahun (misalnya penyakit jantung atau penyakit paru-paru)
dan pada usia lanjut, bronkitis bisa bersifat serius.

Macam-macam Bronchitis
Bronchitis terbagi menjadi 2 jenis sebagai berikut.
       Bronchitis akut. Yaitu, bronchitis yang biasanya datang dan sembuh hanya dalam waktu 2
hingga 3 minggu saja. Kebanyakan penderita bronchitis akut akan sembuh total tanpa masalah
yang lain.
       Bronchitis kronis. Yaitu, bronchitis yang biasanya datang secara berulang-ulang dalam jangka
waktu yang lama. Terutama, pada perokok. Bronchitis kronis ini juga berarti menderita batuk
yang dengan disertai dahak dan diderita selama berbulan-bulan hingga tahunan.

II.          ETIOLOGI
1. Merokok merupakan satu-satunya penyebab kausal yang terpenting. Peningkatan
resiko mortalitas akibat bronkitis hampir berbanding lurus dengan jumlah rokok yang
dihisap setiap hari (Rubenstein, et al., 2007).
2. Polusi udara yang terus menerus juga merupakan predisposisi infeksi rekuren
karena polusi memperlambat aktivitas silia dan fagositosis. Zat-zat kimia yang dapat juga
menyebabkan bronkitis adalah O2, N2O, hidrokarbon, aldehid, ozon.
3. Infeksi. Eksaserbasi bronchitis disangka paling sering diawali dengan infeksi
virus yang kemudian menyebabkan infeksi sekunder bakteri. Bakteri yang diisolasi
paling banyak adalah Hemophilus influenza dan streptococcus pneumonie dan organisme
lain seperti Mycoplasma pneumonia.
4. Defisiensi alfa-1 antitripsin adalah gangguan resesif yang terjadi pada sekitar 5%
pasien emfisema (dan sekitar 20% dari kolestasis neonatorum) karena protein alfa-1
antitripsin ini memegang peranan penting dalam mencegah kerusakan alveoli oleh
neutrofil elastase (Rubenstein, et al., 2007).
5. Terdapat hubungan dengan kelas sosial yang lebih rendah dan lingkungan industri
banyak paparan debu, asap (asam kuat, amonia, klorin, hidrogen sufilda, sulfur dioksida
dan bromin), gas-gas kimiawi akibat kerja.
6. Riwayat infeksi saluran napas. Infeksi saluran pernapasan bagian atas pada
penderita bronkitis hampir selalu menyebabkan infeksi paru bagian bawah, serta
menyebabkan kerusakan paru bertambah.

Bronkhitis kronis dapat merupakan komplikasi kelainan patologik pada beberapa alat tubuh,
yaitu:
a.       Penyakit jantung menahun, yang disebabkan oleh kelainan patologik pada katup maupun
miokardia. Kongesti menahun pada dinding bronkhus melemahkan daya tahan sehingga
infeksi bakteri mudah terjadi.
b.   Infeksi sinus paranasalis dan rongga mulut, area infeksi merupakan cumber bakteri yang
dapat menyerang dinding bronkhus.
c.    Dilatasi bronkhus (bronkInektasi), menyebabkan gangguan susunan dan fungsi dinding
bronkhus sehingga infeksi bakteri mudah terjadi.
d.   Rokok dapat menimbulkan kelumpuhan bulu getar selaput lendir bronkhus sehingga
drainase lendir terganggu. Kumpulan lendir tersebut merupakan media yang baik untuk
pertumbuhan bakteri.

III.       PATOFISIOLOGI
Serangan bronkhitis akut dapat timbul dalam serangan tunggal atau dapat timbul
kembali sebagai eksaserbasi akut dari bronkhitis kronis. Pada umumnya, virus merupakan
awal dari serangan bronkhitis akut pada infeksi saluran napas bagian atas. Dokter akan
mendiagnosis bronkhitis kronis jika pasien mengalami batuk atau mengalami produksi
sputum selama kurang lebih tiga bulan dalam satu tahun atau paling sedikit dalam dua
tahun berturut-turut.
Serangan bronkhitis disebabkan karena tubuh terpapar agen infeksi maupun non
infeksi (terutama rokok). Iritan (zat yang menyebabkan iritasi) akan menyebabkan timbulnya
respons inflamasi yang akan menyebabkan vasodilatasi, kongesti, edema mukosa, dan
bronkospasme. Tidak seperti emfisema, bronkhitis lebih memengaruhi jalan napas kecil dan
besar dibandingkan alveoli. Dalam keadaan bronkhitis, aliran udara masih memungkinkan
tidak mengalami hambatan.
Pasien dengan bronkhitis kronis akan mengalami:
a.    Peningkatan ukuran dan jumlah kelenjar mukus pada bronkhus besar sehingga
meningkatkan produksi mukus.
b.    Mukus lebih kental
c.    Kerusakan fungsi siliari yang dapat menunjukkan mekanisme pembersihan mukus.
Pada keadaan normal, paru-paru memiliki kemampuan yang disebut mucocilliary
defence, yaitu sistem penjagaan paru-paru yang dilakukan oleh mukus dan siliari. Pada
pasien dengan bronkhitis akut, sistem mucocilliary defence paru-paru mengalami
kerusakan sehingga lebih mudah terserang infeksi. Ketika infeksi timbul, kelenjar mukus
akan menjadi hipertropi dan hiperplasia (ukuran membesar dan jumlah bertambah)
sehingga produksi mukus akan meningkat. infeksi juga menyebabkan dinding bronkhial
meradang, menebal (sering kali sampai dua kali ketebalan normal), dan mengeluarkan
mukus kental. Adanya mukus kental dari dinding bronkhial dan mukus yang dihasilkan
kelenjar mukus dalam jumlah banyak akan menghambat beberapa aliran udara kecil dan
mempersempit saluran udara besar. Bronkhitis kronis mula-mula hanya memengaruhi
bronkhus besar, namun lambat laun akan memengaruhi seluruh saluran napas.
Mukus yang kental dan pembesaran bronkhus akan mengobstruksi jalan napas
terutama selama ekspirasi. Jalan napas selanjutnya mengalami kolaps dan udara
terperangkap pada bagian distal dari paru-paru. Obstruksi ini menyebabkan penurunan
ventilasi alveolus, hipoksia, dan acidosis. Pasien mengalami kekurangan 02, iaringan dan
ratio ventilasi perfusi abnormal timbul, di mana terjadi penurunan PO2 Kerusakan ventilasi
juga dapat meningkatkan nilai PCO,sehingga pasien terlihat sianosis. Sebagai kompensasi
dari hipoksemia, maka terjadi polisitemia (produksi eritrosit berlebihan).
Pada saat penyakit bertambah parah, sering ditemukan produksi sejumlah sputum
yang hitam, biasanya karena infeksi pulmonari. Selama infeksi, pasien mengalami reduksi
pada FEV dengan peningkatan pada RV dan FRC. Jika masalah tersebut tidak
ditanggulangi, hipoksemia akan timbul yang akhirnya menuiu penyakit cor pulmonal dan
CHF (Congestive Heart Failure).

IV.       TANDA DAN GEJALA


Gejalanya berupa:
      Batuk, mulai dengan batuk – batuk pagi hari, dan makin lama batuk makin berat, timbul
siang hari maupun malam hari, penderita terganggu tidurnya.
Batuk pada bronchitis mempunyai ciri antara lain batuk produktif berlangsung kronik dan
frekuensi mirip seperti pada bronchitis kronis, jumlah seputum bervariasi, umumnya
jumlahnya banyak terutama pada pagi hari sesudah ada perubahan posisi tidur atau
bangun dari tidur. Kalau tidak ada infeksi skunder sputumnya mukoid, sedang apabila
terjadi infeksi sekunder sputumnya purulen, dapat memberikan bau yang tidak sedap.
Apabila terjadi infeksi sekunder oleh kuman anaerob, akan menimbulkan sputum sangat
berbau, pada kasus yang sudah berat, misalnya pada saccular type bronchitis, sputum
jumlahnya banyak sekali, puruen, dan apabila ditampung beberapa lama, tampak terpisah
menjadi 3 bagian
Lapisan teratas agak keruh, Lapisan tengah jernih, terdiri atas saliva ( ludah )
Lapisan terbawah keruh terdiri atas nanah dan jaringan nekrosis dari bronkus yang rusak
( celluler debris ).
      Dahak, sputum putih/mukoid. Bila ada infeksi, sputum menjadi purulen atau mukopuruen
dan kental.
      Sesak bila timbul infeksi, sesak napas akan bertambah, kadang – kadang disertai tanda –
tanda payah jantung kanan, lama kelamaan timbul kor pulmonal yang menetap.
Pada sebagian besar pasien ( 50 % kasus ) ditemukan keluhan sesak nafas. Timbul dan
beratnya sesak nafas tergantung pada seberapa luasnya bronchitis kronik yang terjadi dan
seberapa jauh timbulnya kolap paru dan destruksi jaringan paru yang terjadi sebagai akibat
infeksi berulang ( ISPA ), yang biasanya menimbulkan fibrosis paru dan emfisema yang
menimbulkan sesak nafas. Kadang ditemukan juga suara mengi ( wheezing ), akibat
adanya obstruksi bronkus. Wheezing dapat local atau tersebar tergantung pada distribusi
kelainannya
 sesak nafas ketika melakukan olah raga atau aktivitas ringan
 sering menderita infeksi pernafasan (misalnya flu)
 bengek
 lelah
 pembengkakan pergelangan kaki, kaki dan tungkai kiri dan kanan
 wajah, telapak tangan atau selaput lendir yang berwarna kemerahan
 pipi tampak kemerahan
 sakit kepala
 gangguan penglihatan.
Bronkitis infeksiosa seringkali dimulai dengan gejala seperti pilek, yaitu hidung meler, lelah,
menggigil, sakit punggung, sakit otot, demam ringan dan nyeri tenggorokan. Batuk biasanya
merupakan tanda dimulainya bronkitis. Pada awalnya batuk tidak berdahak, tetapi 1-2 hari
kemudian akan mengeluarkan dahak berwarna putih atau kuning. Selanjutnya dahak akan
bertambah banyak, berwarna kuning atau hijau.
Pada bronkitis berat, setelah sebagian besar gejala lainnya membaik, kadang
terjadi demam tinggi selama 3-5 hari dan batuk bisa menetap selama beberapa minggu. Sesak
nafas terjadi jika saluran udara tersumbat. Sering ditemukan bunyi nafas mengi, terutama setelah
batuk. Bisa terjadipneumonia.

V.          PEMERIKSAAN PENUNJANG
    Sinar x dadaDapat menyatakan hiperinflasi paru – paru, mendatarnya diafragma,
peningkatan area udara retrosternal, hasil normal selama periode remisi.  Tes fungsi paruUntuk
menentukan penyebab dispnoe, melihat obstruksi, memperkirakan derajat
disfungsi.  TLC                 : Meningkat.
  Volume residu : Meningkat.  FEV1/FVC     : Rasio volume meningkat.  GDA               :PaO2
dan PaCO2 menurun, pH Normal.  BronchogramMenunjukkan di latasi silinder bronchus saat
inspirasi, pembesaran duktus mukosa.  Sputum            : Kultur untuk menentukan adanya
infeksi, mengidentifikasi patogen.  EKG                : Disritmia atrial, peninggian gelombang P
pada lead II, III, AVF

VI.       KOMPLIKASI
Ada beberapa komplikasi bronchitis yang dapat dijumpai pada pasien, antara lain :
a.       Bronchitis kronik
b.      Pneumonia dengan atau tanpa atelektaksis, bronchitis sering mengalami infeksi berulang
biasanya sekunder terhadap infeksi pada saluran nafas bagian atas. Hal ini sering terjadi
pada mereka drainase sputumnya kurang baik.
c.       Pleuritis. Komplikasi ini dapat timbul bersama dengan timbulnya pneumonia. Umumnya
pleuritis sicca pada daerah yang terkena.
d.      Efusi pleura atau empisema
e.       Abses metastasis diotak, akibat septikemi oleh kuman penyebab infeksi supuratif pada
bronkus. Sering menjadi penyebab kematian
f.        Haemaptoe terjadi kerena pecahnya pembuluh darah cabang vena ( arteri pulmonalis ) ,
cabang arteri ( arteri bronchialis ) atau anastomisis pembuluh darah. Komplikasi haemaptoe
hebat dan tidak terkendali merupakan tindakan beah gawat darurat.
g.      Sinusitis merupakan bagian dari komplikasi bronchitis pada saluran nafas
h.      Kor pulmonal kronik pada kasus ini bila terjadi anastomisis cabang-cabang arteri dan vena
pulmonalis pada dinding bronkus akan terjadi arterio-venous shunt, terjadi gangguan
oksigenasi darah, timbul sianosis sentral, selanjutnya terjadi hipoksemia. Pada keadaan
lanjut akan terjadi hipertensi pulmonal, kor pulmoner kronik,. Selanjutnya akan terjadi gagal
jantung kanan.
i.        Kegagalan pernafasan merupakan komlikasi paling akhir pada bronchitis yang berat da
luas
j.        Amiloidosis keadaan ini merupakan perubahan degeneratif, sebagai komplikasi klasik dan
jarang terjadi. Pada pasien yang mengalami komplikasi ini dapat ditemukan pembesaran
hati dan limpa serta proteinurea.

VII.    PENATALAKSANAAN MEDIS
Untuk mengurangi demam dan rasa tidak enak badan, kepada penderita dewasa bisa
diberikan aspirin atau acetaminophen; kepada anak-anak sebaiknya hanya diberikan
acetaminophen. Dianjurkan untuk beristirahat dan minum banyak cairan.
Antibiotik diberikan kepada penderita yang gejalanya menunjukkan bahwa
penyebabnya adalah infeksi bakteri (dahaknya berwarna kuning atau hijau dan demamnya
tetap tinggi) dan penderita yang sebelumnya memiliki penyakit paru-paru. Kepada penderita
dewasa diberikan trimetoprim-sulfametoksazol, tetracyclin atau ampisilin. Erythromycin
diberikan walaupun dicurigai penyebabnya adalah Mycoplasma pneumoniae. Kepada
penderita anak-anak diberikan amoxicillin. Jika penyebabnya virus, tidak diberikan
antibiotik.
Jika gejalanya menetap atau berulang atau jika bronkitisnya sangat berat, maka
dilakukan pemeriksaan biakan dari dahak untuk membantu menentukan apakah perlu
dilakukan penggantian antibiotik.
a.       Pengelolaan umum
a)      Pengelolaan umum ditujukan untuk semua pasien bronchitis,  meliputi :
Menciptakan lingkungan yang baik dan tepat untuk pasien :
Contoh :
   Membuat ruangan hangat, udara ruangan kering.
   Mencegah / menghentikan rokok
   Mencegah / menghindari debu,asap dan sebagainya.
b)      Memperbaiki drainase secret bronkus, cara yang baik untuk dikerjakan adalah sebagai
berikut :
 Melakukan drainase postural
Pasien dilelatakan dengan posisi tubuh sedemikian rupa sehingga dapat dicapai drainase
sputum secara maksimum. Tiap kali melakukan drainase postural dilakukan selama 10 – 20
menit, tiap hari dilakukan 2 sampai 4 kali. Prinsip drainase postural ini adalah usaha
mengeluarkan sputum ( secret bronkus ) dengan bantuan gaya gravitasi. Posisi tubuh saat
dilakukan drainase postural harus disesuaikan dengan letak kelainan bronchitisnya, dan
dapat dibantu dengan tindakan memberikan ketukan padapada punggung pasien dengan
punggung jari.
 Mencairkan sputum yang kental
Dapat dilakukan dengan jalan, misalnya inhalasi uap air panas, mengguanakan obat-obat
mukolitik dan sebagainya.Mengatur posisi tepat tidur pasien
Sehingga diperoleh posisi pasien yang sesuai untuk memudahkan drainase sputum.
 Mengontrol infeksi saluran nafas.
Adanya infeksi saluran nafas akut ( ISPA ) harus diperkecil dengan jalan mencegah
penyebaran kuman, apabila telah ada infeksi perlu adanya antibiotic yang sesuai agar
infeksi tidak berkelanjutan.
b.      Pengelolaan khusus.
   Kemotherapi pada bronchitis
Kemotherapi dapat digunakan secara continue untuk mengontrol infeksi bronkus ( ISPA )
untuk pengobatan aksaserbasi infeksi akut pada bronkus/paru atau kedua-duanya
digunakan Kemotherapi menggunakan obat-obat antibiotic terpilih, pemkaian antibiotic
antibiotic sebaikya harus berdasarkan hasil uji sensivitas kuman terhadap antibiotic secara
empiric.
Walaupun kemotherapi jelas kegunaannya pada pengelolaan bronchitis, tidak pada
setiap pasien harus diberikan antibiotic. Antibiotik diberikan jika terdapat aksaserbasi infeki
akut, antibiotic diberikan selama 7-10 hari dengan therapy tunggal atau dengan beberapa
antibiotic, sampai terjadi konversi warna sputum yang semula berwarna kuning/hijau
menjadi mukoid ( putih jernih ). Kemotherapi dengan antibiotic ini apabila berhasil akan
dapat mengurangi gejala batuk, jumlah sputum dan gejala lainnya terutama pada saat
terjadi aksaserbasi infeksi akut, tetapi keadaan ini hanya bersifat sementara. Drainase
secret dengan bronkoskop. Cara ini penting dikerjakan terutama pada saat permulaan
perawatan pasien. Keperluannya antara lain:
o   Menentukan dari mana asal secret
o   Mengidentifikasi lokasi stenosis atau obstruksi bronkus
o   Menghilangkan obstruksi bronkus dengan suction drainage daerah obstruksi.
         Pengobatan simtomatik
Pengobatan ini diberikan jika timbul simtom yang mungkin mengganggu atau mebahayakan
pasien.
         Pengobatan obstruksi bronkus
Apabila ditemukan tanda obstruksi bronkus yang diketahui dari hasil uji faal paru (%FEV 1
< 70% ) dapat diberikan obat bronkodilator.
         Pengobatan hipoksia.
Pada pasien yang mengalami hipoksia perlu diberikan oksigen.
         Pengobatan haemaptoe.
Tindakan yang perlu segera dilakukan adalah upaya menghentikan perdarahan. Dari
berbagai penelitian pemberian obat-obatan hemostatik dilaporkan hasilnya memuaskan
walau sulit diketahui mekanisme kerja obat tersebut untuk menghentikan perdarahan.
         Pengobatan demam.
Pada pasien yang mengalami eksaserbasi inhalasi akut sering terdapat demam, lebih-lebih
kalau terjadi septikemi. Pada kasus ini selain diberikan antibiotic perlu juga diberikan obat
antipiretik.
         Pengobatan pembedahan
Tujuan pembedahan : mengangkat ( reseksi ) segmen/ lobus paru yang terkena.
o   Indikasi pembedahan :
Pasien bronchitis yang yang terbatas dan resektabel, yang tidak berespon yang tidak
berespon terhadap tindakan-tindakan konservatif yang adekuat. Pasien perlu
dipertimbangkan untuk operasi
Pasien bronchitis yang terbatas tetapi sering mengaami infeksi berulang atau haemaptoe
dari daerakh tersebut. Pasien dengan haemaptoe massif seperti ini mutlak perlu tindakan
operasi.
o   Kontra indikasi
Pasien bronchitis dengan COPD, Pasien bronchitis berat, Pasien bronchitis dengan
koplikasi kor pulmonal kronik dekompensasi.
o   Syarat-ayarat operasi.
-          Kelainan ( bronchitis ) harus terbatas dan resektabel
-          Daerah paru yang terkena telah mengalami perubahan ireversibel
-          Bagian paru yang lain harus masih baik misalnya tidak ada bronchitis atau bronchitis
kronik.
o   Cara operasi.
-          Operasi elektif : pasien-pasien yang memenuhi indikasi dan tidak terdaat kontra indikasi,
yang gagal dalam pengobatan konservatif dipersiapkan secara baik utuk operasi.
Umumnya operasi berhasil baik apabila syarat dan persiapan operasinya baik.
-          Operasi paliatif : ditujukan pada pasien bronchitis yang mengalami keadaan gawat darurat
paru, misalnya terjadi haemaptoe masif ( perdarahan arterial ) yang memenuhi syarat-
syarat dan tidak terdapat kontra indikasi operasi.
o   Persiapan operasi :
-          Pemeriksaan faal paru : pemeriksaan spirometri,analisis gas darah, pemeriksaan
broncospirometri ( uji fungsi paru regional )
-          Scanning dan USG
-          Meneliti ada atau tidaknya kontra indikasi operasi pada pasien
Memperbaiki keadaan umum pasien.

VIII. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Data dasar pengkajian pada pasien dengan bronchitis :
         Aktivitas/istirahat
Gejala     : Keletihan, kelelahan, malaise, Ketidakmampuan melakukan aktivitas sehari–
hari,Ketidakmampuan untuk tidur, Dispnoe pada saat istirahat.
Tanda     : Keletihan, Gelisah, insomnia, Kelemahan umum/kehilangan massa otot.
         Sirkulasi
Gejala     : Pembengkakan pada ekstremitas bawah.
Tanda     : Peningkatan tekanan darah, peningkatan frekuensi jantung/takikardia berat, Distensi
vena leher, Edema dependent, Bunyi jantung redup, Warna kulit/membran mukosa
normal/cyanosis Pucat, dapat menunjukkan anemi.
         Integritas Ego
Gejala     : Peningkatan faktor resiko Perubahan pola hidup
Tanda     : Ansietas, ketakutan, peka rangsang.
         Makanan/cairan
Gejala     : Mual/muntah, Nafsu makan buruk/anoreksia, Ketidakmampuan untuk
makan,Penurunan berat badan, peningkatan berat badan.
Tanda     : Turgor kulit buruk, edema dependen, berkeringat, Penurunan berat badan,
palpitasiabdomen.
         Hygiene
Gejala     : Penurunan kemampuan/peningkatan kebutuhan.
Tanda     : Kebersihan buruk, bau badan.
         Pernafasan
Gejala     : Batuk menetap dengan produksi sputum setiap hari selama minimun 3 bulan berturut
– turut tiap tahun sedikitnya 2 tahun, Episode batuk hilang timbul.
Tanda     : Pernafasan biasa cepat, Penggunaan otot bantu pernafasan,
Bentuk barel chest, gerakan diafragma minimal, Bunyi nafas ronchi, Perkusi hyperresonan pada
area paru, Warna pucat dengan cyanosis bibir dan dasar kuku, abu – abu keseluruhan.
         Keamanan
Gejala : Riwayat reaksi alergi terhadap zat/faktor lingkungan, Adanya/berulangnya infeksi.
         Seksualitas
Gejala : Penurunan libido.
         Interaksi sosial.
Gejala : Hubungan ketergantungan, Kegagalan dukungan/terhadap pasangan/orang
dekat,Penyakit lama/ketidakmampuan membaik.
Tanda : Ketidakmampuan untuk mempertahankan suara karena distress pernafasan, Keterbatasan
mobilitas fisik, Kelalaian hubungan dengan anggota keluarga lain.

IX.       DIAGNOSA KEPERAWATAN
1)         Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sekret.
2)         Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan obstruksi jalan nafas oleh sekresi,
spasme bronchus.
3)         Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan broncokontriksi, mukus.
4)         Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan dispnoe,
anoreksia, mual muntah.
5)         Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan menetapnya sekret, proses penyakit
kronis.
6)         Intoleransi aktifitas berhubungan dengan insufisiensi ventilasi dan oksigenasi.
7)         Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
8)         Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit
dan perawatan dirumah.

X.          RENCANA KEPERAWATAN
DIAGNOSA TUJUAN DAN CRITERIA
NO INTERVENSI (NIC)
KEPERAWATAN HASIL (NOC)
1 Bersihan Jalan Nafas tidak Efektif NOC : NIC :
  Respiratory status : Ventilation Airway suction
Definisi : Ketidakmampuan untuk   Respiratory status : Airway Pastikan kebutuhan oral / tracheal
membersihkan sekresi atau patency suctioning
obstruksi dari saluran pernafasan   Aspiration Control  Auskultasi suara nafas sebelum dan
untuk mempertahankan kebersihan sesudah suctioning.
jalan nafas. Kriteria Hasil : Informasikan pada klien dan
  Mendemonstrasikan batuk keluarga tentang suctioning
Batasan Karakteristik : efektif dan suara nafas yang Minta klien nafas dalam sebelum
        Dispneu, Penurunan suara nafas bersih, tidak ada sianosis dan suction dilakukan.
        Orthopneu dyspneu (mampu Berikan O2 dengan menggunakan
        Cyanosis mengeluarkan sputum, nasal untuk memfasilitasi suksion
        Kelainan suara nafas (rales, mampu bernafas dengan nasotrakeal
wheezing) mudah, tidak ada pursed lips) Gunakan alat yang steril sitiap
        Kesulitan berbicara   Menunjukkan jalan nafas yang melakukan tindakan
        Batuk, tidak efekotif atau tidak ada paten (klien tidak merasa Anjurkan pasien untuk istirahat dan
        Mata melebar tercekik, irama nafas, napas dalam setelah kateter
        Produksi sputum frekuensi pernafasan dalam dikeluarkan dari nasotrakeal
        Gelisah rentang normal, tidak ada Monitor status oksigen pasien
        Perubahan frekuensi dan irama suara nafas abnormal) Ajarkan keluarga bagaimana cara
nafas   Mampu mengidentifikasikan melakukan suksion
dan mencegah factor yang Hentikan suksion dan berikan
Faktor-faktor yang berhubungan: dapat menghambat jalan nafas oksigen apabila pasien
        Lingkungan : merokok, menghirup menunjukkan bradikardi,
asap rokok, perokok pasif-POK, peningkatan saturasi O2, dll.
infeksi
        Fisiologis : disfungsi Airway Management
neuromuskular, hiperplasia dinding        Buka jalan nafas, guanakan teknik
bronkus, alergi jalan nafas, asma. chin lift atau jaw thrust bila perlu
        Obstruksi jalan nafas : spasme        Posisikan pasien untuk
jalan nafas, sekresi tertahan, memaksimalkan ventilasi
banyaknya mukus, adanya jalan        Identifikasi pasien perlunya
nafas buatan, sekresi bronkus, pemasangan alat jalan nafas
adanya eksudat di alveolus, adanya buatan
benda asing di jalan nafas.        Pasang mayo bila perlu
       Lakukan fisioterapi dada jika
perlu
       Keluarkan sekret dengan batuk
atau suction
       Auskultasi suara nafas, catat
adanya suara tambahan
       Lakukan suction pada mayo
       Berikan bronkodilator bila perlu
       Berikan pelembab udara Kassa
basah NaCl Lembab
       Atur intake untuk cairan
mengoptimalkan keseimbangan.
       Monitor respirasi dan status O2

2 Gangguan Pertukaran gas NOC : NIC :


  Respiratory Status : Gas Airway Management
Definisi : Kelebihan atau exchange        Buka jalan nafas, guanakan teknik
kekurangan dalam oksigenasi dan   Respiratory Status : ventilation chin lift atau jaw thrust bila perlu
atau pengeluaran karbondioksida di  Vital Sign Status        Posisikan pasien untuk
dalam membran kapiler alveoli Kriteria Hasil : memaksimalkan ventilasi
  Mendemonstrasikan        Identifikasi pasien perlunya
Batasan karakteristik : peningkatan ventilasi dan pemasangan alat jalan nafas
 Gangguan penglihatan oksigenasi yang adekuat buatan
 Penurunan CO2   Memelihara kebersihan paru        Pasang mayo bila perlu
 Takikardi paru dan bebas dari tanda        Lakukan fisioterapi dada jika
 Hiperkapnia tanda distress pernafasan perlu
 Keletihan Mendemonstrasikan batuk        Keluarkan sekret dengan batuk
 somnolen efektif dan suara nafas yang atau suction
 Iritabilitas bersih, tidak ada sianosis dan        Auskultasi suara nafas, catat
 Hypoxia dyspneu (mampu adanya suara tambahan
 kebingungan mengeluarkan sputum,        Lakukan suction pada mayo
 Dyspnoe mampu bernafas dengan        Berika bronkodilator bial perlu
 nasal faring mudah, tidak ada pursed lips)        Barikan pelembab udara
 AGD Normal Tanda tanda vital dalam rentang        Atur intake untuk cairan
 sianosis normal mengoptimalkan keseimbangan.
 warna kulit abnormal (pucat,        Monitor respirasi dan status O2
kehitaman)
 Hipoksemia Respiratory Monitoring
 hiperkarbia        Monitor rata – rata, kedalaman,
 sakit kepala ketika bangun irama dan usaha respirasi
frekuensi dan kedalaman nafas        Catat pergerakan dada,amati
abnormal kesimetrisan, penggunaan otot
tambahan, retraksi otot
Faktor faktor yang berhubungan : supraclavicular dan intercostal
 ketidakseimbangan perfusi        Monitor suara nafas, seperti
ventilasi dengkur
 perubahan membran kapiler-        Monitor pola nafas : bradipena,
alveolar takipenia, kussmaul,
hiperventilasi, cheyne stokes, biot
       Catat lokasi trakea
       Monitor kelelahan otot
diagfragma (gerakan paradoksis)
       Auskultasi suara nafas, catat area
penurunan / tidak adanya ventilasi
dan suara tambahan
       Tentukan kebutuhan suction
dengan mengauskultasi crakles
dan ronkhi pada jalan napas utama
       auskultasi suara paru setelah
tindakan untuk mengetahui
hasilnya

3 Pola Nafas tidak efektif NOC : NIC :


  Respiratory status : Ventilation Airway Management
Definisi : Pertukaran udara inspirasi
  Respiratory status : Airway        Buka jalan nafas, guanakan teknik
dan/atau ekspirasi tidak adekuat patency chin lift atau jaw thrust bila perlu
  Vital sign Status        Posisikan pasien untuk
Batasan karakteristik : Kriteria Hasil : memaksimalkan ventilasi
-    Penurunan tekanan   Mendemonstrasikan batuk        Identifikasi pasien perlunya
inspirasi/ekspirasi efektif dan suara nafas yang pemasangan alat jalan nafas
-    Penurunan pertukaran udara per bersih, tidak ada sianosis dan buatan
menit dyspneu (mampu        Pasang mayo bila perlu
-    Menggunakan otot pernafasan mengeluarkan sputum,        Lakukan fisioterapi dada jika
tambahan mampu bernafas dengan perlu
-    Nasal flaring mudah, tidak ada pursed lips)        Keluarkan sekret dengan batuk
-    Dyspnea   Menunjukkan jalan nafas yang atau suction
-    Orthopnea paten (klien tidak merasa        Auskultasi suara nafas, catat
-    Perubahan penyimpangan dada tercekik, irama nafas, adanya suara tambahan
-    Nafas pendek frekuensi pernafasan dalam        Lakukan suction pada mayo
-    Assumption of 3-point position rentang normal, tidak ada        Berikan bronkodilator bila perlu
-    Pernafasan pursed-lip suara nafas abnormal)        Berikan pelembab udara Kassa
-    Tahap ekspirasi berlangsung sangat
  Tanda Tanda vital dalam basah NaCl Lembab
lama rentang normal (tekanan        Atur intake untuk cairan
-    Peningkatan diameter anterior- darah, nadi, pernafasan) mengoptimalkan keseimbangan.
posterior        Monitor respirasi dan status O2
-    Pernafasan rata-rata/minimal
Bayi : < 25 atau > 60 Terapi Oksigen
Usia 1-4 : < 20 atau > 30   Bersihkan mulut, hidung dan secret
Usia 5-14 : < 14 atau > 25 trakea
Usia > 14 : < 11 atau > 24   Pertahankan jalan nafas yang paten
-    Kedalaman pernafasan   Atur peralatan oksigenasi
Dewasa volume tidalnya 500 ml saat   Monitor aliran oksigen
istirahat   Pertahankan posisi pasien
Bayi volume tidalnya 6-8 ml/Kg   Onservasi adanya tanda tanda
-    Timing rasio hipoventilasi
-    Penurunan kapasitas vital   Monitor adanya kecemasan pasien
terhadap oksigenasi
Faktor yang berhubungan :
        Hiperventilasi

        Deformitas tulang Vital sign Monitoring


        Kelainan bentuk dinding dada  Monitor TD, nadi, suhu,
dan RR
        Penurunan energi/kelelahan  Catat adanya fluktuasi
        Perusakan/pelemahan muskulo- tekanan darah
 Monitor VS saat pasien
skeletal berbaring, duduk, atau berdiri
        Obesitas  Auskultasi TD pada
        Posisi tubuh kedua lengan dan bandingkan
 Monitor TD, nadi, RR,
        Kelelahan otot pernafasan sebelum, selama, dan setelah
        Hipoventilasi sindrom aktivitas
 Monitor kualitas dari nadi
        Nyeri
 Monitor frekuensi dan
        Kecemasan irama pernapasan
        Disfungsi Neuromuskuler  Monitor suara paru
 Monitor pola pernapasan
        Kerusakan persepsi/kognitif abnormal
        Perlukaan pada jaringan syaraf  Monitor suhu, warna, dan
kelembaban kulit
tulang belakang  Monitor sianosis perifer
        Imaturitas Neurologis  Monitor adanya cushing
triad (tekanan nadi yang melebar,
bradikardi, peningkatan sistolik)
 Identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign

4 Ketidakseimbangan nutrisi kurang NOC : NIC :


dari kebutuhan tubuh   Nutritional Status : food and Nutrition Management
Fluid Intake Kaji adanya alergi makanan
Definisi : Intake nutrisi tidak cukup Kriteria Hasil : Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
untuk keperluan metabolisme   Adanya peningkatan berat menentukan jumlah kalori dan
tubuh. badan sesuai dengan tujuan nutrisi yang dibutuhkan pasien.
  Berat badan ideal sesuai Anjurkan pasien untuk meningkatkan
Batasan karakteristik : dengan tinggi badan intake Fe
-    Berat badan 20 % atau lebih di   Mampu mengidentifikasi Anjurkan pasien untuk meningkatkan
bawah ideal kebutuhan nutrisi protein dan vitamin C
-    Dilaporkan adanya intake makanan  Tidak ada tanda tanda Berikan substansi gula
yang kurang dari RDA malnutrisi Yakinkan diet yang dimakan
(Recomended Daily Allowance)   Tidak terjadi penurunan berat mengandung tinggi serat untuk
-    Membran mukosa dan konjungtiva badan yang berarti mencegah konstipasi
pucat Berikan makanan yang terpilih
-    Kelemahan otot yang digunakan ( sudah dikonsultasikan dengan
untuk menelan/mengunyah ahli gizi)
-    Luka, inflamasi pada rongga mulut Ajarkan pasien bagaimana membuat
-    Mudah merasa kenyang, sesaat catatan makanan harian.
setelah mengunyah makanan Monitor jumlah nutrisi dan
-    Dilaporkan atau fakta adanya kandungan kalori
kekurangan makanan Berikan informasi tentang kebutuhan
-    Dilaporkan adanya perubahan nutrisi
sensasi rasa Kaji kemampuan pasien untuk
-    Perasaan ketidakmampuan untuk mendapatkan nutrisi yang
mengunyah makanan dibutuhkan
-    Miskonsepsi
-    Kehilangan BB dengan makanan Nutrition Monitoring
cukup BB pasien dalam batas normal
-    Keengganan untuk makan Monitor adanya penurunan berat
-    Kram pada abdomen badan
-    Tonus otot jelek Monitor tipe dan jumlah aktivitas
-    Nyeri abdominal dengan atau tanpa yang biasa dilakukan
patologi Monitor interaksi anak atau orangtua
-    Kurang berminat terhadap makanan selama makan
-    Pembuluh darah kapiler mulai Monitor lingkungan selama makan
rapuh Jadwalkan pengobatan  dan tindakan
-    Diare dan atau steatorrhea tidak selama jam makan
-    Kehilangan rambut yang cukup Monitor kulit kering dan perubahan
banyak (rontok) pigmentasi
-    Suara usus hiperaktif Monitor turgor kulit
-    Kurangnya informasi, misinformasi Monitor kekeringan, rambut kusam,
dan mudah patah
Faktor-faktor yang berhubungan : Monitor mual dan muntah
Ketidakmampuan pemasukan atau Monitor kadar albumin, total protein,
mencerna makanan atau Hb, dan kadar Ht
mengabsorpsi zat-zat gizi Monitor makanan kesukaan
berhubungan dengan faktor Monitor pertumbuhan dan
biologis, psikologis atau ekonomi. perkembangan
Monitor pucat, kemerahan, dan
kekeringan jaringan konjungtiva
Monitor kalori dan intake nuntrisi
Catat adanya edema, hiperemik,
hipertonik papila lidah dan cavitas
oral.
Catat jika lidah berwarna magenta,
scarlet

5 Resiko infeksi NOC : NIC :


  Immune Status Infection Control (Kontrol
Definisi : Peningkatan resiko   Knowledge : Infection control infeksi)
masuknya organisme patogen   Risk control        Bersihkan lingkungan setelah
Kriteria Hasil : dipakai pasien lain
Faktor-faktor resiko :   Klien bebas dari tanda dan        Pertahankan teknik isolasi
        Prosedur Infasif gejala infeksi        Batasi pengunjung bila perlu
        Ketidakcukupan pengetahuan   Mendeskripsikan proses        Instruksikan pada pengunjung
untuk menghindari paparan patogen penularan penyakit, factor untuk mencuci tangan saat
        Trauma yang mempengaruhi berkunjung dan setelah berkunjung
        Kerusakan jaringan dan penularan serta meninggalkan pasien
peningkatan paparan lingkungan penatalaksanaannya,        Gunakan sabun antimikrobia
        Ruptur membran amnion   Menunjukkan kemampuan untuk cuci tangan
        Agen farmasi (imunosupresan) untuk mencegah timbulnya        Cuci tangan setiap sebelum dan
        Malnutrisi infeksi sesudah tindakan kperawtan
        Peningkatan paparan lingkungan   Jumlah leukosit dalam batas        Gunakan baju, sarung tangan
patogen normal sebagai alat pelindung
        Imonusupresi   Menunjukkan perilaku hidup        Pertahankan lingkungan aseptik
        Ketidakadekuatan imum buatan sehat selama pemasangan alat
        Tidak adekuat pertahanan sekunder        Ganti letak IV perifer dan line
(penurunan Hb, Leukopenia, central dan dressing sesuai dengan
penekanan respon inflamasi) petunjuk umum
        Tidak adekuat pertahanan tubuh        Gunakan kateter intermiten untuk
primer (kulit tidak utuh, trauma menurunkan infeksi kandung
jaringan, penurunan kerja silia, kencing
cairan tubuh statis, perubahan        Tingktkan intake nutrisi
sekresi pH, perubahan peristaltik)        Berikan terapi antibiotik bila perlu
        Penyakit kronik
Infection Protection (proteksi
terhadap infeksi)
       Monitor tanda dan gejala infeksi
sistemik dan lokal
       Monitor hitung granulosit, WBC
       Monitor kerentanan terhadap
infeksi
       Batasi pengunjung
       Saring pengunjung terhadap
penyakit menular
       Partahankan teknik aspesis pada
pasien yang beresiko
       Pertahankan teknik isolasi k/p
       Berikan perawatan kuliat pada
area epidema
       Inspeksi kulit dan membran
mukosa terhadap kemerahan,
panas, drainase
       Ispeksi kondisi luka / insisi bedah
       Dorong masukkan nutrisi yang
cukup
       Dorong masukan cairan
       Dorong istirahat
       Instruksikan pasien untuk minum
antibiotik sesuai resep
       Ajarkan pasien dan keluarga tanda
dan gejala infeksi
       Ajarkan cara menghindari infeksi
       Laporkan kecurigaan infeksi
       Laporkan kultur positif

6 Intoleransi aktivitas b/d curah NOC : NIC :


jantung yang rendah,   Energy conservation Energy Management
ketidakmampuan memenuhi   Self Care : ADLs   Observasi adanya pembatasan klien
metabolisme otot rangka, kongesti Kriteria Hasil : dalam melakukan aktivitas
pulmonal yang menimbulkan   Berpartisipasi dalam aktivitas   Dorong anal untuk mengungkapkan
hipoksinia, dyspneu dan status fisik tanpa disertai perasaan terhadap keterbatasan
nutrisi yang buruk selama sakit peningkatan tekanan darah,   Kaji adanya factor yang
nadi dan RR menyebabkan kelelahan
Intoleransi aktivitas b/d fatigue   Mampu melakukan aktivitas   Monitor nutrisi  dan sumber energi
Definisi : Ketidakcukupan energu sehari hari (ADLs) secara tangadekuat
secara fisiologis maupun psikologis mandiri   Monitor pasien akan adanya
untuk meneruskan atau kelelahan fisik dan emosi secara
menyelesaikan aktifitas yang berlebihan
diminta atau aktifitas sehari hari.   Monitor respon kardivaskuler 
terhadap aktivitas
Batasan karakteristik :   Monitor pola tidur dan lamanya
a.       melaporkan secara verbal adanya tidur/istirahat pasien
kelelahan atau kelemahan.
b.       Respon abnormal dari tekanan Activity Therapy
darah atau nadi terhadap aktifitas   Kolaborasikan dengan Tenaga
c.        Perubahan EKG yang Rehabilitasi Medik
menunjukkan aritmia atau iskemia dalammerencanakan progran
d.       Adanya dyspneu atau terapi yang tepat.
ketidaknyamanan saat beraktivitas.   Bantu klien untuk mengidentifikasi
aktivitas yang mampu dilakukan
Faktor factor yang berhubungan :   Bantu untuk memilih aktivitas
       Tirah Baring atau imobilisasi konsisten yangsesuai dengan
       Kelemahan menyeluruh kemampuan fisik, psikologi dan
       Ketidakseimbangan antara suplei social
oksigen dengan kebutuhan   Bantu untuk mengidentifikasi dan
       Gaya hidup yang dipertahankan. mendapatkan sumber yang
diperlukan untuk aktivitas yang
diinginkan
  Bantu untuk mendpatkan alat
bantuan aktivitas seperti kursi
roda, krek
  Bantu untu mengidentifikasi
aktivitas yang disukai
  Bantu klien untuk membuat jadwal
latihan diwaktu luang
  Bantu pasien/keluarga untuk
mengidentifikasi kekurangan
dalam beraktivitas
  Sediakan penguatan positif bagi
yang aktif beraktivitas
  Bantu pasien untuk
mengembangkan motivasi diri dan
penguatan
  Monitor respon fisik, emoi, social
dan spiritual

7 Cemas b/d penyakit kritis, takut NOC : NIC :


kematian atau kecacatan, perubahan
  Anxiety control Anxiety Reduction (penurunan
peran dalam lingkungan social atau  Coping kecemasan)
ketidakmampuan yang permanen.   Impulse control        Gunakan pendekatan yang
Kriteria Hasil : menenangkan
Definisi :   Klien mampu mengidentifikasi        Nyatakan dengan jelas harapan
Perasaan gelisah yang tak jelas dari dan mengungkapkan gejala terhadap pelaku pasien
ketidaknyamanan atau ketakutan cemas        Jelaskan semua prosedur dan apa
yang disertai respon autonom   Mengidentifikasi, yang dirasakan selama prosedur
(sumner tidak spesifik atau tidak mengungkapkan dan        Pahami prespektif pasien terhdap
diketahui oleh individu); perasaan menunjukkan tehnik untuk situasi stres
keprihatinan disebabkan dari mengontol cemas        Temani pasien untuk memberikan
antisipasi terhadap bahaya. Sinyal   Vital sign dalam batas normal keamanan dan mengurangi takut
ini merupakan peringatan adanya   Postur tubuh, ekspresi wajah,        Berikan informasi faktual
ancaman yang akan datang dan bahasa tubuh dan tingkat mengenai diagnosis, tindakan
memungkinkan individu untuk aktivitas menunjukkan prognosis
mengambil langkah untuk berkurangnya kecemasan        Dorong keluarga untuk menemani
menyetujui terhadap tindakan anak
Ditandai dengan        Lakukan back / neck rub
        Gelisah        Dengarkan dengan penuh
        Insomnia perhatian
        Resah        Identifikasi tingkat kecemasan
        Ketakutan        Bantu pasien mengenal situasi
        Sedih yang menimbulkan kecemasan
        Fokus pada diri        Dorong pasien untuk
        Kekhawatiran mengungkapkan perasaan,
        Cemas ketakutan, persepsi
       Instruksikan pasien menggunakan
teknik relaksasi
       Barikan obat untuk mengurangi
kecemasan

8 Kurang pengetahuan b/d NOC : NIC :


keterbatasan pengetahuan   Kowlwdge : disease process Teaching : disease Process
penyakitnya, tindakan yang   Kowledge : health Behavior 1.       Berikan penilaian tentang tingkat
dilakukan, obat obatan yang Kriteria Hasil : pengetahuan pasien tentang proses
diberikan, komplikasi yang   Pasien dan keluarga penyakit yang spesifik
mungkin muncul dan perubahan menyatakan pemahaman 2.       Jelaskan patofisiologi dari
gaya hidup tentang penyakit, kondisi, penyakit dan bagaimana hal ini
prognosis dan program berhubungan dengan anatomi dan
Definisi : pengobatan fisiologi, dengan cara yang tepat.
Tidak adanya atau kurangnya   Pasien dan keluarga mampu 3.       Gambarkan tanda dan gejala yang
informasi kognitif sehubungan melaksanakan prosedur yang biasa muncul pada penyakit,
dengan topic spesifik. dijelaskan secara benar dengan cara yang tepat
  Pasien dan keluarga mampu 4.       Gambarkan proses penyakit,
Batasan karakteristik : menjelaskan kembali apa dengan cara yang tepat
memverbalisasikan adanya masalah, yang dijelaskan perawat/tim 5.       Identifikasi kemungkinan
ketidakakuratan mengikuti kesehatan lainnya. penyebab, dengna cara yang tepat
instruksi, perilaku tidak sesuai. 6.       Sediakan informasi pada pasien
tentang kondisi, dengan cara yang
Faktor yang berhubungan : tepat
keterbatasan kognitif, interpretasi 7.       Hindari harapan yang kosong
terhadap informasi yang salah, 8.       Sediakan bagi keluarga atau SO
kurangnya keinginan untuk mencari informasi tentang kemajuan pasien
informasi, tidak mengetahui dengan cara yang tepat
sumber-sumber informasi. 9.       Diskusikan perubahan gaya hidup
yang mungkin diperlukan untuk
mencegah komplikasi di masa
yang akan datang dan atau proses
pengontrolan penyakit
10.    Diskusikan pilihan terapi atau
penanganan
11.    Dukung pasien untuk
mengeksplorasi atau mendapatkan
second opinion dengan cara yang
tepat atau diindikasikan
12.    Eksplorasi kemungkinan sumber
atau dukungan, dengan cara yang
tepat
13.    Rujuk pasien pada grup atau
agensi di komunitas lokal, dengan
cara yang tepat
14.    Instruksikan pasien mengenai
tanda dan gejala untuk melaporkan
pada pemberi perawatan
kesehatan, dengan cara yang tepat

DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth, 
alihbahasa; Agung Waluyo, editor; Monica Ester, Edisi 8. EGC: Jakarta.

Carolin, Elizabeth J. 2002. Buku Saku Patofisiologi. EGC: Jakarta.

Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan dan


Pendokumentasian Perawatan Pasien, alih bahasa; I Made Kariasa, editor;Monica Ester,
Edisi 3. EGC: Jakarta.

Tucker, Susan Martin. 1998. Standar Perawatan Pasien; Proses Keperawatan, Diagnosis dan


Evaluasi, Edisi 5. EGC. Jakarta.

Soeparman, Sarwono Waspadji. 1998. Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II. Penerbit FKUI: Jakarta.

Long, Barbara C. 1998. Perawatan Medikal Bedah. EGC: Jakarta.

http://botol-infus.blogspot.com/2010/07/askep-bronkitis.html
http://medicastore.com/penyakit/14/Bronkitis.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Bronkitis

Anda mungkin juga menyukai