Anda di halaman 1dari 9

RESUME BROCHITIS

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Gerontik

Dosen Pengampu : Lilis Lismayanti., M. Kep.

Disusun Oleh :

Sifa Nur Fauziah C1914201003

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TASIKMALAYA


A. Konsep dasar bronchitis
1. Definisi bronchitis
Bronkitis adalah suatu infeksi saluran pernafasan yang menyebabkan inflamasi
yang mengenai trakea, bronkus utama dan menengah yang bermanifestasi sebagai
batuk, dan biasanya akan membaik tanpa terapi dalam dua minggu. Bronkitis
umumnya disebabkan oleh virus seperti rhinovirus , RSV , virus influenza, virus para
influenza, adenovirus , virus rubeola dan paramixovirus dan bronkitis karena bakteri
biasanya dikaitkan dengan mycoplasma pneumonia,bordetella pertussis atau
corynebacterium diptheria (Raharjoe, 2012)
Bronkitis merupakan penyakit infeksi pada saluran nafas yang menyerang
bronkus. Penyakit ini banyak menyerang anak – anak yang lingkungannya banyak
polutan, misalnya orang tua yang merokok dirumah, asap kendaraan bermotor, asap
hasil pembakaran pada saat masak yang menggunakan bahan bakar kayu. Di
indonesia masih banyak keluarga yang setiap hari menghirup polutan ini, kondisi ini
menyebabkan angka kejadian penyakit bronkitis sangat tinggi (Marni, 2014).
Br corynebacteryum diptheriaeonkitis dibagi menjadi dua :
a. Bronkitis akut
Merupakan infeksi saluran pernafasan akut bawah. Ditandai dengan awitan
gejala yang mendadak dan berlangsung lebih singkat. Pada bronkitis jenis ini,
inflamasi (peradangan bronkus biasanya disebabkan oleh infeksi virus atau
bakteri, dan kondisinya diperparah oleh pemaparan terhadap iritan,seperti asap
rokok, udara kotor,debu, asap kimiawi, dll
b. Bronkitis kronis
Ditandai dengan gejala yang berlangsung lama (3 bulan dalam setahun
selama 2 tahun berturut – turut ). Pada bronkitis kronik peradangan bronkus
tetap berlanjut selama beberapa waktu dan terjadi obstruksi/hambatan pada
aliran udara yang normal dalam bronkus.
2. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala pada bronkitis akut biasanya batuk, terdengar ronki, suara
yang berat dan kasar, wheezing, menghilang dalam 10-14 hari, demam, produksi
sputum. Kemudian untuk tanda dan gejala bronkitis kronis yaitu: batuk yang parah
pada pagi hari dan pada kondisi lembab, aering mengalami infeksi saluran nafas (
seperti pilek atau flu ) yang dibarengi dengan batuk, gejala bronkitis akut lebih dari
2-3 hari minggu, demam tinggi, sesak nafas jika saluran tersumbat, produksi dahak
bertambah banyak berwarna kuning atau hijau.Klasifikasi
Menurut Juanidi (2010) bronkitis terbagi menjadi 2 jenis sebagai berikut:
a. Bronkitis krronik karena infeksiosa, disebabkan oleh inveksius dan bakteri atau
organisme lainnyang menyerupai bakteri ( mycoplasma pnemoniae dan
clamydia ) serangan ini berulang bisa terjadi pada perokok, penderita penyakit
paru – paru dan saluran pernafasan menahun. Infeksi berulang bisa terjadi
akibat sinusitis kronis , bronkhietasis , alergi pembesaran amandel dan andenoid
.
b. Bronkitis iriliatif karena disebabkan oleh zat atau benda yang bersifat iriliatif
seperti debu, asap ( dari asam kuat, amonia sejumlah pelarut organik klorin,
hidrogen,sulfida, sulfur dioksida).
3. Etiologi
Menyebabkan pemigkatan produksi sekret dan penyempitan atau penyumbatan
jalan nafas . seiring berlanjutnya proses inflamasi perubahan pada sel – sel yang
membentuk dinding traktus respirratorius aka mengakibatkan resistensi jalan nafas
yang kecil dan tidak seimbangan ventilasi-perfusi yang berat sehingga menimbulkan
penurunan oksigenasi daerah arteri. Efek tambahan lainya meliputi inflamasi yang
menyebar luas, penyempitan jalan nafas dan penumukan mucus dijalan nafas.
Dinding bronkus mengalami inflamasi dan penebalan akibat edem.
Serta penumpukan sel – sel inflamasi. Selanjutnya efek bronkospasme otot polos
akan mempersempit lumen bronkus. Awalnya hanya bronkus besar yang terlibat
inflamasi ini , tetapi kemudian semua saluran nafas turut terkena. Jalan nafas
menjadi tersumbat dan terjadi penutupan khususnya pada saat ekspirasi. Dengan
demikian , udara nafas akan terperangkap dibagian distal paru. Pada keadaan ini
akan terjadi hipoventlasi yang menyebabkan ketidak cocokan dan akibatnya timbul
hipoksemia dan hiperkapnia terjadi sekunder karena hipoventilasi membuat arteri
pulmonalis menyempit. Inflamasi alveolus menyebabkan sessak nafas.
4. Patofisiologi
Menurut kowalak (2011) bronkitis kronik terjadi karena respiratori synyctial
virus (RSV), Virus Influenza, virus para influenza, asap rokok, polusi udara yang
dihirup selama masa inkubasi virus kurang lebi 5 sampai 8 hari. Unsur – unsur iritan
ini menimbulkan inflamasi pada percabangan trakeobronkial, yang menyebabkan
peningkatan produksi sekret dan penyempitan atau penyumbatan jalan nafas.
Seiring berlanjutnya proses inflamasi perubahan pada sel – sel yang membentuk
dinding trakus respiratorius akan mengakibatkan resistensi jalan nafas yang kecil
dan ketidak seimbangan ventilasi – pervusi yang berat sehingga menimbulkan
penurunan oksigenasi daerah arteri. Efek tambahan lainya meliputi inflamasi yang
menyebar luas, peneyempitan jalan nafas dan penumpukan muccus di dalam jalanm
nafas. Dinding bronkus mengalami inflamasi dan penebalan akibat edema Serta
penumpukan sel – sel inflamasi.
Selanjutnya efek bronskopasme otot polos akan mempersempit lumen bronkus.
Pada awalnya hanya bronkus besar yang terlihat inflamasi ini, tetapi kemudian
semua saluran nafas turut terkena. Jalan nafas jadi tersumbat dan terjadi penutupan,
khusunya pada saat terjadi ekspirasi. Dengan demikian, udara nafas akan
terperangkap dibagian distal paru. Pada keadaan ini akan terjadi hipoventilasi yanhg
menyebabkan ketidak cocokan dan akibatnya. Timbul hipoksemia. Hipoksemia dan
hiperkapnasi terjadi sekunder karena hipoventilasi. Resistensi vaskuler paru
meningkat ketika vasokontriksi yang terjadi karena inflamasi dan konpensasi pada
daerah – daerah yang mengalami hipoventilasi membuat arteri pulmonalis
menyempit inflamasi alveolus menyebabkan sesak nafas.
5. Komplikasi
Menurut marni (2014) komplikasi bronkhitis dengan kondisi kesehatan yang jelek,
antara lain :
- Sinisitis
- Otitis media
- PPOK (Penyakit Paru Obstruksi Cronik )
- Gagal nafas
- Bronkhiteasis
6. Penatalaksanaan
Karena penyebab broncitis pada umunya virus maka belum ada obat kasual.
Antibiotik tidak berguna . obat yang diberikan biasanya untuk penurunan demam,
banyak minum terutama buah – buahan, obta penekan batuk tidak diberikan pada
batuk yang banyak lender , lebih baik diberi banyak minum .
Bila batuk tetap ada dan tidak ada perbaikan setelah 2 minggu maka perlu
dicurigai adanya infeksi bakteri sekunder dan antibiotic boleh diberikan , asal sudah
disingkirkan adanya asma atau pertussis. Pemberian antibiotic yang serasi untuk
M.pneumonia dan H.influenza sebagai bakteri penyerang sekunder
misalnya amoxicilin,cotrimoxazole dan golongan makrolid. Antibiotik diberikan
7-10 hari dan bila tidak berhasil maka perlu dilakukan foto thoraks untuk
menyingkirkan kemungkinan kolaps paru segmenental dan lobaris, benda asing
dalam saluran nafas, dan tuberkulosis .
Klien dengan bronchitis tidak dirawat dirumah sakit kecuali ada komplikasi
yang menurut dokter perlu perawatan dirumah sakit, oleh karenanya peraewatan
lebih ditunjukan sebagai petunjuk pada orang tua. Masalah yang perlu diperhatikan
adalah akibat batuk yang lama dan resiko terjadi komplikasi.
a. Akibat batuk yang lama
Pada bronkitis gejala batuk sangat menonjol, dan sering terjadi siang dan malam
terutama pagin – pagi sekali yang menyebabkan pasien kurang istirahat atau tidur ,
klien akan terganggu rasa aman dan nyamannya. Akibat lain adalah terjadinya daya
tahan tubuh klien menurun, anoreksia , seingga berat badannya sukar naik. Padsa anak
yang lenih besar batuk – batuk yang terus menerus akan mengganggu kesenangannya
bermain, dan bagi anak yang sudah sekolah batuk menganggu konsentrasinya belajar
bagi dirinya sendiri, saudara, maupun teman – temannya. untuk mengurangi gangguan
tersebut perlu diusahakan agar batuk tidak bertambah banyak dengan memberikan
obat secara benar dan membatasi aktivitas anak untuk mencegah keluar banyak
keringat, karena jika baju basah akan menyebabkan batuk – batuk (karena dingin ).
Untuk mengurangi batuk pada malam hari berikan obat terakhir sebelum tidur. Anak
yang batuk apalagi bhronchitis lebih baik tidak tidur dikamar yang ber AC atau memakai
kipas angin. Jika suhu udaranya dingin dipakaikan baju yang hangat dan dapat tidur
tenang. Bila batuk tidak segera berhenti berikan minum hangat tidak manis . Pada anak
yang sudah agak besar jika ada dahak di dalam tenggorokannya beritahu dibuang
karena adanya dahak tersebut juga merangsang batuk mengurangi batuk dengan
menghindari makanan yang merangsang seperti gorengan – gorengan, permen atau
minum es. Jangan memandikan anak terlalu pagi atau terlalu sore, dan memandikan
dengan air hangat.
b. Terjadi komplikasi
Bronchitis akut yang tidak diobati secara benar cenderung menjadi
bronchitis ender, sedangkan endertis ender memungkinkan anak mendapat infeksi.
Gangguan oernafasan secara langsung sebagai akibat bronchitis ender ialah bila lender
tetap tinggal didalam paru akan menyebabkan terjadinya atelectasis atau bronkiektasis
kelainan ini akan menambah penderitaan klien lebih lama. Untuk menghindari
terjadinya komplikasi ini pasien endertis harus mendapatkan pengobatan dan
perawatan yang benar sehingga ender tidak selalu tertinggal dalam paru. Berikan
banyak ,minum untuk membantu mengencerkan ender , berikan buah dan makanan
yang bergizi untuk mempertinggi daya tahan tubuh. Pada anak yang sudah mengerti
memberitahukan bagaimana sikapnya jika ia sedang batuk dan apa yang harus
dilakukan.
Pada bayi batuk – batuk yang keras sering diakhiri dengan muntah, biasanya
tercampur dengan ender. Setelah muntah bayi menjadi agak tenang , tetapi bila muntah
berkelanjutan, maka dengan keluarnya makanan dapat menyebabkan bayi menjadi
kurus serta menurunkan day tahan tubuh .untuk mengurangi kemungkinan tersebut
setelah bayi muntah dan tenang di berikan minum susu dan makanan lain.

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
Yaitu suatu pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan untuk
mengumpulkan informasi atau data tentang pasien, agar dapat mengidentifikasi,
mengenali masalah-masalah, kebutuhan kesehatan dan keperawatan pasien baik
fisik, mental, social dan lingkungan (Dermawan, 2012).
 Data Umum
Meliputi nama, umur, agama, alamat, jenis keamin, nomor register, status
perkawinan, pendidikan, bahasa yang digunakan, golongan darah, asuransi,
tanggal MRS, diagnose medis (Wahid, 2013). Bronkitis rentan terjadi pada anak
dengan kondisi lingkungan yang terdapat polutan, seperti orang tua yang
merokok dan orang yang memasak menggunakan kayu bakar.
 Keluhan Utama
Penderita bronkitis yang sering dirasakan adalah sulit untuk bernafas atau
sesak nafas, batuk secara terus menerus, adanya suara nafas tambahann seperti
wheezing.
 Riwayat penyakit sekarang
Riwayat pada kesehatan sekarang meliputi cerita tentang berlangsungnya
penyakit yang dialami oleh pasien dari munculya keluhan pertama kali
kemudian pasien dibawa ke rumah sakit kemudian saat masuk rumah sakit.
apakah pernahkan pasien diperiksakan ke klinik lainnya selain ke rumah sakit
yang saat ini ditempatinya, serta pengobatan apa yang telah dierikan kepada
pasien dan apa perubahan yang dirasakan saaat menerima pegobatan tersebut,
hal ini didapatka pada saat melakukan pengkajian pada pasien.
 Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat pada masalah kesehatan dahulu apakah anak pernah memiliki penyakit
yang berkaitan dengan pernafasan, atau penyakit keturunan dari keluarga yang
memiliki penyakit pernafasan.
 Riwayat penyakit keluarga
Dalam riwayat penyakit keluarga ini menyebutkan ada tidaknya keluarga atau
kerabat yang memiliki penyakit genetik seperti penyakit pernafasan.
 Pengkajian Pola Fungsi Kesehatan
Pola fungsi kesehatan pada klien:
- Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat Adanya tindakan medis dan
perawatan di rumah sakit mempengaruhi perubahan persepsi tentang
kesehatan, tapi kadang memunculkan persepsi yang salah terhadap
pemeliharaan kesehatan. Kemungkinan adanya riwayat kebiasaan merokok,
minum alcohol dan penggunaan obat-obatan bisa menjadi faktor predisposisi
timbulnya penyakit.
- Pola nutrisi dan metabolism Mengukur tinggi badan dan berat badan untuk
mengetahui status nutrisi pasien, selain itu perlu juga ditanyakan kebiasaan
makan dan minum sebelum dan sesudah MRS. Penderita bronkitis biasanya
nafsu makan menurun dikarenakan akibat terganggunya saluran prnafasan.
- Pola eliminasi Pada pengkajian eliminasi yang ditanyakan mengenai kebiasaan
sebelum dan sesudah MRS defekasi klien.
- Pola tidur dan istirahat Klien akan susah tidur dikarenakan mengalami
gangguan pada saluran nafas.
- Pola aktifitas Menggambaran pola latihan, aktifitas, fungsi pernafasan saat
aktifitas, irama pernafasan saat beraktifitas, frekuensi saat aktifitas, dan
kedalaman pernafasan.
 Pemeriksaan Fisik Head to Toe
a. Keadaan umum Klien dengan bronkitis akan mengalami keluhan batuk, sesak
nafas dan tiak dapat mengeluarkan dahaknya.
b. Tanda-tanda vital Repirasi rate cenderung meningkat karena sesak nafas.
c. Pemeriksaan kepala
- Inspeksi : lesi tidak tampak, odem pada kepala tidak tampak, kepala simetris.
- Palpasi : dikepala tidak teraba benjolan, nyeri tekan tidak ada, turgor kulit
elastis.
d. Pemeriksaan rambut Inspeksi : warna rambut hitam, pertumbuhn rambut
merata, rambut pendek, bersih, tidak ada ketombe ataupun kutu. Palpasi :
rambut halus, tidak rontok.
e. Pemeriksaan wajah Inspeksi : wajah tammpa simetris, lesi tidak ada, bentuk
wajah bulat. Palpasi : massa tidak teraba, nyeri saat ditekan tidak ada.
f. Pemeriksaan mata Inspeksi : kedua mata sama, tidak terdapat lesi dikelopak
mata, reflek kedip baik, konjungtifa anemis, pergerakan bola mata baik. Palpasi :
mata tidak teraba benjolan, tidak adanya nyeri saat ditekan.
g. Pemeriksaan hidung Inspeksi : lubang hidung sama, tidak kotor, tidak terdapat
lesi, tidak terlihat adanya penumpukan secret pada hidung, pernafasan cuping
hidung, terpasang alat bantu nafas. Palpasi : nyeri tekan tidak ada, tidak teraba
massa.
h. Pemeriksaan mulut dan faring Inspeksi : kelainan kongenial seperti bibir
sumbing tidak ada, mukosa kering, mulut simetris, tidak terdapat lesi, mulut bau,
ovula tepat berada ditengah, tidak ada pembengkakan pada tonsil. Palpasi :
tumor atau benjolan pada mulut tidak teraba, nyeri tekan pada area mulut dan
pipi tidak ada. i. Pemeriksaan telinga Inspeksi : kedua telingan simetris, bentuk
telingan normal sama besar, tidak ada lesi, tidak terpasang alat bantu
pendengaran. Palpasi : tidak terdapat massa/tumor pada kedua telinga, tidak
terdapt nyeri tekan.
i. Pemeriksaan thoraks
- Pemerksaan paru Inspeksi : pernafasan tidak teratur, pergerakan dinding dada
sama antara kanan dan kiri, pergerakan dinding dada cepat. Palpasi : vocal
fremitus menurun Perkusi : Suara sonor. Auskultasi : terdengar suara tambaha
seperti ronki.
- Pemeriksaan jantung Inspeksi : tampak Ictus cordis. Palpasi : Ictus cordis teraba
di ICS 5 midclavikula. Perkusi : Suara pekak. Auskultasi: Suara tunggal. k.
Pemerikaan abdomen Inspeksi : perut simetris, perut datar, warna kulit merata,
tidak ada lesi. Auskultasi : Peristaltik pada usus terdengar normal (5-35
x/menit) Palpasi : nyeri tekan tidak ditemukan, massa/benjolan tidak teraba.
Perkusi : terengar tympan
j. Ekstermitas Inspeksi : ekstermitas kiri dan kanan sama, lesi tidak tampak, akral
hangat. Palpasi : nyeri tekan pada ektermitas atas maupun bawah tidak ada,
tidak ada benjolan pada estermitas bawah ataupun atas.
2. Diagnosa Keperawatan
a. D.0001 Bersihan jalan nafas tidak efektif
Definisi: Keadaan dimana seseorang tidak dapat membersihkan sputum atau
sumbatan pada saluran pernafasan untuk mempertahankan bersihan jalan nafas
yang paten.
Penyebab:
Fisiologis:
- Benda asing dalam jalan pernafasan.
- Spasme jalan nafas.
- Tidak berfungsinya neuromuskuler.
- Hipersekresi jalan nafas.
- Adanya jalan nafas buatan.
- Proses infeksi.
- Sekresi yang tertahan.
- Hyperplasia dinding jalan nafas,
- Respon alergi
- Efek agen farmakologis (mis. anastesi).

Situasional:

- Merokok pasif
- Merokok aktif.
- Terpajan polutan

Gejala dan tanda mayor:

Subjektif: tidak tersedia

Objekti:

- Tidak mampu batuk.


- Batuk tidak efektif.
- Sputum berlebih
- Meconium di jalan nafas pada neonatum

Gejala dan tanda minor:

Subjektif:
- Sulit bicara
- Dyspnea.
- Ortopnea.
Objektif:
- Bunyi nafas menurun.
- Gelisah.
- Frekuensi nafas berubah.
- Sianosis.
- Pola mafas berubah.
3. Intervensi Keperawatan
Yaitu suatu rencana keperawatan yang bertujuan untuk merubah stimulus vocal,
konstektual serta residual. Pelaksanaannya juga ditunjukkan kepada kemampuan
klien dalam menggunakan koping secara luas, supaya stimulus secara keseluruhan
dapat terjadi pada klien (Nursalam).
Intervensi Utama: Manajemen Jalan Nafas
Observasi :
a. Monitoring pola nafas (kedalaman, frekuensi, usaha nafas)
b. Monitoring adanya bunyi nafas tambahan (mis. ronkhi, mengi, wheezing)
c. Monitoring sekret(jumlah, warna, aroma)

Terapeutik:

a. Pertahankan kepatenan jalan nafas dengan head-tilt dan chin-lift (jaw-thrust jika
curiga fraktur)
b. Posisikan semi-fowler atau fowler
c. Berikan minuman hangat
d. Lakukan fisioterapi dada
e. Lakukan penghisapan lendirkurang dari 15 detik
f. Lakukan hiperoksigenasi sebelum penghisapan endotrakeal
g. Keluarkan sumbatan benda padat dengan forsept McGill
h. Berikan oksigen, jika perlu

Edukasi

a. Anjurkan asupan cairan/hari, jika tidak ada kontraindikasi


b. Ajarkan teknik batuk efektif

Kolaborasi:

a. Kolaborasi pemberian bronchodilator, ekspektoran, mukolitik jika perlu.


4. Implementasi dan evaluasi
Evaluasi keperawatan Evaluasi atau taham penilaian meupakan tindakan
perbandingan yang sistematis dan terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan
yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara bersambungan dengan melibatkan
klien, keluarga dan tenaga kesehatan. Tujuan evaluasi adalah untuk melihat
kemampuan klien menapai tujuan yang disesuaikan dengan kriteria hasil pada tahap
perencnaan (Sri Wahyuni,2016).
Teknik penulisan SOAP menurut Zaidin Ali (2009) adalah sebagai berikut:
a. S (Subjective) : data subjektif atau informasi didapatkan dari pasien setelah
mendapatkan tindakan, seperti saat klien menjelaskan tanda sakit atau
menyatakan keinginannya untuk mengetahui tentang pengobatan. Ada
tidaknya data sujektif dalam catatan perkembangan tergantung pada
keakutan penyakit klien.
b. O (Objective) : informasi yang didapatkan dari hasil pengamatan, penilaian,
pengukuran yang dilakukan perawat setelah tindakan. Misalnya hasil
laboratorium, pemeriksaan fisik, hasil observasi atau hasil radiologi.
c. A (Assessment) :membandingkan antara informasi subjektif dengan
informasi objektif dengan tujuan dan kriteria hasil yang kemudian dapat 31
ditarik kesimpulan bahwa masalah teratasi, masalah teratasi sbagian atau
masalah tidak teratasi.
d. P (planning) : perencanaan bergantung pada pengkajian situasi yang
dilakukan olrh tenaga kesehatan. Rencana dapat meliputi instruksi untuk
mengatasi masalah klien, pendidikan klien bagi individu atau keluarga dan
tujuan asuhan. Rencana yang terdengan dalam evaluasi atau catatan SOAP
dibandinngkan dengan rencana pada catatan terdahulu, kemudian dapat
ditarik keputusan untuk merevisi, memodifikasi atau meneruskan tindakan
yang lalu.
Rencana tindak lanjut dapat berupa : rencana diteruskan apabila
masalah tidak berubah, rencana dimodifikasi apabila masalah tetap dan
semua tindakan telah dijalankan tetapi hasil belum memuaskan, rencana
dibatalkan apabila muncul masalah baru dan bertolak belakang dengan
masalah yang ada serta diagnose lama dibatalkan, rencana atau diagnose
selesai ika tujuan sudah tercapai dan yang diperlukan adalah memelihara
dan mempertahankan kondisi yang baru (Hermanus, 2015).

REFERENSI :

http://eprints.umpo.ac.id/8499/3/BAB%202.pdf

http://eprints.kertacendekia.ac.id/79/1/KTI%20ALFIAN.pdf

Anda mungkin juga menyukai