I.
DEFINISI
Bronkitis adalah suatu peradangan pada saluran bronkial atau bronki. Peradangan tersebut
disebabkan oleh virus, bakteri, merokok, atau polusi udara (Samer Qarah, 2007).
Bronkitis akut adalah batuk dan kadang-kadang produksi dahak tidak lebih dari tiga
minggu (Samer Qarah, 2007).
Bronkitis kronis adalah batuk disertai sputum setiap hari selama setidaknya 3 bulan dalam
setahun selama paling sedikit 2 tahun berturut-turut.
Bronkhitis adalah hipersekresi mukus dan batuk produktif kronis berulang-ulang minimal
selama 3 bulan pertahun atau paling sedikit dalam 2 tahun berturut-turut pada pasien yang
diketahui tidak terdapat penyebab lain (Perawatan Medikal Bedah 2, 1998, hal : 490).
Penyakit ini biasanya bersifat ringan dan pada akhirnya akan sembuh sempurna. Tetapi pada
penderita yang memiliki penyakit menahun (misalnya penyakit jantung atau penyakit paruparu) dan pada usia lanjut, bronkitis bisa bersifat serius.
Macam-macam Bronchitis
Bronchitis terbagi menjadi 2 jenis sebagai berikut.
Bronchitis akut. Yaitu, bronchitis yang biasanya datang dan sembuh hanya dalam waktu
2 hingga 3 minggu saja. Kebanyakan penderita bronchitis akut akan sembuh total tanpa
masalah yang lain.
Bronchitis kronis. Yaitu, bronchitis yang biasanya datang secara berulang-ulang dalam
jangka waktu yang lama. Terutama, pada perokok. Bronchitis kronis ini juga berarti
menderita batuk yang dengan disertai dahak dan diderita selama berbulan-bulan hingga
tahunan.
II.
ETIOLOGI
Hemophilus influenza dan streptococcus pneumonie dan organisme lain seperti Mycoplasma
pneumonia.
Defisiensi alfa-1 antitripsin adalah gangguan resesif yang terjadi pada sekitar 5% pasien
emfisema (dan sekitar 20% dari kolestasis neonatorum) karena protein alfa-1 antitripsin ini
memegang peranan penting dalam mencegah kerusakan alveoli oleh neutrofil elastase
(Rubenstein, et al., 2007).
Terdapat hubungan dengan kelas sosial yang lebih rendah dan lingkungan industri banyak
paparan debu, asap (asam kuat, amonia, klorin, hidrogen sufilda, sulfur dioksida dan bromin),
gas-gas kimiawi akibat kerja.
Riwayat infeksi saluran napas. Infeksi saluran pernapasan bagian atas pada penderita
bronkitis hampir selalu menyebabkan infeksi paru bagian bawah, serta menyebabkan
kerusakan paru bertambah.
Bronkhitis kronis dapat merupakan komplikasi kelainan patologik pada beberapa alat tubuh,
yaitu:
a.
Penyakit jantung menahun, yang disebabkan oleh kelainan patologik pada katup
maupun miokardia. Kongesti menahun pada dinding bronkhus melemahkan daya tahan
sehingga infeksi bakteri mudah terjadi.
b. Infeksi sinus paranasalis dan rongga mulut, area infeksi merupakan cumber bakteri yang
dapat menyerang dinding bronkhus.
c.
III.
PATOFISIOLOGI
Serangan bronkhitis akut dapat timbul dalam serangan tunggal atau dapat timbul kembali
sebagai eksaserbasi akut dari bronkhitis kronis. Pada umumnya, virus merupakan awal dari
serangan bronkhitis akut pada infeksi saluran napas bagian atas. Dokter akan mendiagnosis
bronkhitis kronis jika pasien mengalami batuk atau mengalami produksi sputum selama
kurang lebih tiga bulan dalam satu tahun atau paling sedikit dalam dua tahun berturut-turut.
Serangan bronkhitis disebabkan karena tubuh terpapar agen infeksi maupun non infeksi
(terutama rokok). Iritan (zat yang menyebabkan iritasi) akan menyebabkan timbulnya respons
inflamasi yang akan menyebabkan vasodilatasi, kongesti, edema mukosa, dan bronkospasme.
Tidak seperti emfisema, bronkhitis lebih memengaruhi jalan napas kecil dan besar
dibandingkan alveoli. Dalam keadaan bronkhitis, aliran udara masih memungkinkan tidak
mengalami hambatan.
Pasien dengan bronkhitis kronis akan mengalami:
a.
Peningkatan ukuran dan jumlah kelenjar mukus pada bronkhus besar sehingga
c.
Pada keadaan normal, paru-paru memiliki kemampuan yang disebut mucocilliary defence,
yaitu sistem penjagaan paru-paru yang dilakukan oleh mukus dan siliari. Pada pasien dengan
bronkhitis akut, sistem mucocilliary defence paru-paru mengalami kerusakan sehingga lebih
mudah terserang infeksi. Ketika infeksi timbul, kelenjar mukus akan menjadi hipertropi dan
hiperplasia (ukuran membesar dan jumlah bertambah) sehingga produksi mukus akan
meningkat. infeksi juga menyebabkan dinding bronkhial meradang, menebal (sering kali
sampai dua kali ketebalan normal), dan mengeluarkan mukus kental. Adanya mukus kental
dari dinding bronkhial dan mukus yang dihasilkan kelenjar mukus dalam jumlah banyak akan
menghambat beberapa aliran udara kecil dan mempersempit saluran udara besar. Bronkhitis
kronis mula-mula hanya memengaruhi bronkhus besar, namun lambat laun akan
memengaruhi seluruh saluran napas.
Mukus yang kental dan pembesaran bronkhus akan mengobstruksi jalan napas terutama
selama ekspirasi. Jalan napas selanjutnya mengalami kolaps dan udara terperangkap pada
bagian distal dari paru-paru. Obstruksi ini menyebabkan penurunan ventilasi alveolus,
hipoksia, dan acidosis. Pasien mengalami kekurangan 02, iaringan dan ratio ventilasi perfusi
abnormal timbul, di mana terjadi penurunan PO2 Kerusakan ventilasi juga dapat
meningkatkan nilai PCO,sehingga pasien terlihat sianosis. Sebagai kompensasi dari
hipoksemia, maka terjadi polisitemia (produksi eritrosit berlebihan).
Pada saat penyakit bertambah parah, sering ditemukan produksi sejumlah sputum yang hitam,
biasanya karena infeksi pulmonari. Selama infeksi, pasien mengalami reduksi pada FEV
dengan peningkatan pada RV dan FRC. Jika masalah tersebut tidak ditanggulangi,
hipoksemia akan timbul yang akhirnya menuiu penyakit cor pulmonal dan CHF (Congestive
Heart Failure).
IV.
Gejalanya berupa:
Batuk, mulai dengan batuk batuk pagi hari, dan makin lama batuk makin berat, timbul
Dahak, sputum putih/mukoid. Bila ada infeksi, sputum menjadi purulen atau
Sesak bila timbul infeksi, sesak napas akan bertambah, kadang kadang disertai tanda
tanda payah jantung kanan, lama kelamaan timbul kor pulmonal yang menetap.
Pada sebagian besar pasien ( 50 % kasus ) ditemukan keluhan sesak nafas. Timbul dan
beratnya sesak nafas tergantung pada seberapa luasnya bronchitis kronik yang terjadi dan
seberapa jauh timbulnya kolap paru dan destruksi jaringan paru yang terjadi sebagai akibat
infeksi berulang ( ISPA ), yang biasanya menimbulkan fibrosis paru dan emfisema yang
menimbulkan sesak nafas. Kadang ditemukan juga suara mengi ( wheezing ), akibat adanya
obstruksi bronkus. Wheezing dapat local atau tersebar tergantung pada distribusi kelainannya
sesak nafas ketika melakukan olah raga atau aktivitas ringan
sering menderita infeksi pernafasan (misalnya flu)
bengek
lelah
pembengkakan pergelangan kaki, kaki dan tungkai kiri dan kanan
wajah, telapak tangan atau selaput lendir yang berwarna kemerahan
pipi tampak kemerahan
sakit kepala
gangguan penglihatan.
Bronkitis infeksiosa seringkali dimulai dengan gejala seperti pilek, yaitu hidung meler, lelah,
menggigil, sakit punggung, sakit otot, demam ringan dan nyeri tenggorokan. Batuk biasanya
merupakan tanda dimulainya bronkitis. Pada awalnya batuk tidak berdahak, tetapi 1-2 hari
kemudian akan mengeluarkan dahak berwarna putih atau kuning. Selanjutnya dahak akan
bertambah banyak, berwarna kuning atau hijau.
Pada bronkitis berat, setelah sebagian besar gejala lainnya membaik, kadang
terjadi demam tinggi selama 3-5 hari dan batuk bisa menetap selama beberapa minggu. Sesak
nafas terjadi jika saluran udara tersumbat. Sering ditemukan bunyi nafas mengi, terutama
setelah batuk. Bisa terjadipneumonia.
V.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
: Meningkat.
: Kultur untuk
: Disritmia atrial,
VI.
KOMPLIKASI
Ada beberapa komplikasi bronchitis yang dapat dijumpai pada pasien, antara lain :
a.
Bronchitis kronik
b.
berulang biasanya sekunder terhadap infeksi pada saluran nafas bagian atas. Hal ini sering
terjadi pada mereka drainase sputumnya kurang baik.
c.
e.
Abses metastasis diotak, akibat septikemi oleh kuman penyebab infeksi supuratif pada
f.
Haemaptoe terjadi kerena pecahnya pembuluh darah cabang vena ( arteri pulmonalis ) ,
cabang arteri ( arteri bronchialis ) atau anastomisis pembuluh darah. Komplikasi haemaptoe
hebat dan tidak terkendali merupakan tindakan beah gawat darurat.
g.
h.
Kor pulmonal kronik pada kasus ini bila terjadi anastomisis cabang-cabang arteri dan
vena pulmonalis pada dinding bronkus akan terjadi arterio-venous shunt, terjadi gangguan
oksigenasi darah, timbul sianosis sentral, selanjutnya terjadi hipoksemia. Pada keadaan lanjut
akan terjadi hipertensi pulmonal, kor pulmoner kronik,. Selanjutnya akan terjadi gagal
jantung kanan.
i.
Kegagalan pernafasan merupakan komlikasi paling akhir pada bronchitis yang berat da
luas
j.
dan jarang terjadi. Pada pasien yang mengalami komplikasi ini dapat ditemukan pembesaran
hati dan limpa serta proteinurea.
VII.
PENATALAKSANAAN MEDIS
Untuk mengurangi demam dan rasa tidak enak badan, kepada penderita dewasa bisa
diberikan aspirin atau acetaminophen; kepada anak-anak sebaiknya hanya diberikan
acetaminophen. Dianjurkan untuk beristirahat dan minum banyak cairan.
Antibiotik diberikan kepada penderita yang gejalanya menunjukkan bahwa penyebabnya
adalah infeksi bakteri (dahaknya berwarna kuning atau hijau dan demamnya tetap tinggi) dan
penderita yang sebelumnya memiliki penyakit paru-paru. Kepada penderita dewasa diberikan
trimetoprim-sulfametoksazol, tetracyclin atau ampisilin. Erythromycin diberikan walaupun
dicurigai penyebabnya adalah Mycoplasma pneumoniae. Kepada penderita anak-anak
diberikan amoxicillin. Jika penyebabnya virus, tidak diberikan antibiotik.
Jika gejalanya menetap atau berulang atau jika bronkitisnya sangat berat, maka dilakukan
pemeriksaan biakan dari dahak untuk membantu menentukan apakah perlu dilakukan
penggantian antibiotik.
a.
Pengelolaan umum
a)
Memperbaiki drainase secret bronkus, cara yang baik untuk dikerjakan adalah sebagai
berikut :
Melakukan drainase postural
Pasien dilelatakan dengan posisi tubuh sedemikian rupa sehingga dapat dicapai drainase
sputum secara maksimum. Tiap kali melakukan drainase postural dilakukan selama 10 20
menit, tiap hari dilakukan 2 sampai 4 kali. Prinsip drainase postural ini adalah usaha
mengeluarkan sputum ( secret bronkus ) dengan bantuan gaya gravitasi. Posisi tubuh saat
dilakukan drainase postural harus disesuaikan dengan letak kelainan bronchitisnya, dan dapat
dibantu dengan tindakan memberikan ketukan padapada punggung pasien dengan punggung
jari.
Mencairkan sputum yang kental
Dapat dilakukan dengan jalan, misalnya inhalasi uap air panas, mengguanakan obat-obat
mukolitik dan sebagainya.Mengatur posisi tepat tidur pasien
Sehingga diperoleh posisi pasien yang sesuai untuk memudahkan drainase sputum.
Mengontrol infeksi saluran nafas.
Adanya infeksi saluran nafas akut ( ISPA ) harus diperkecil dengan jalan mencegah
penyebaran kuman, apabila telah ada infeksi perlu adanya antibiotic yang sesuai agar infeksi
tidak berkelanjutan.
b.
Pengelolaan khusus.
Kemotherapi dapat digunakan secara continue untuk mengontrol infeksi bronkus ( ISPA )
untuk pengobatan aksaserbasi infeksi akut pada bronkus/paru atau kedua-duanya digunakan
Kemotherapi menggunakan obat-obat antibiotic terpilih, pemkaian antibiotic antibiotic
sebaikya harus berdasarkan hasil uji sensivitas kuman terhadap antibiotic secara empiric.
Walaupun kemotherapi jelas kegunaannya pada pengelolaan bronchitis, tidak pada setiap
pasien harus diberikan antibiotic. Antibiotik diberikan jika terdapat aksaserbasi infeki akut,
antibiotic diberikan selama 7-10 hari dengan therapy tunggal atau dengan beberapa antibiotic,
sampai terjadi konversi warna sputum yang semula berwarna kuning/hijau menjadi mukoid (
putih jernih ). Kemotherapi dengan antibiotic ini apabila berhasil akan dapat mengurangi
gejala batuk, jumlah sputum dan gejala lainnya terutama pada saat terjadi aksaserbasi infeksi
akut, tetapi keadaan ini hanya bersifat sementara. Drainase secret dengan bronkoskop. Cara
ini penting dikerjakan terutama pada saat permulaan perawatan pasien. Keperluannya antara
lain:
o Menentukan dari mana asal secret
o Mengidentifikasi lokasi stenosis atau obstruksi bronkus
o Menghilangkan obstruksi bronkus dengan suction drainage daerah obstruksi.
Pengobatan simtomatik
Pengobatan ini diberikan jika timbul simtom yang mungkin mengganggu atau mebahayakan
pasien.
Apabila ditemukan tanda obstruksi bronkus yang diketahui dari hasil uji faal paru (%FEV 1 <
70% ) dapat diberikan obat bronkodilator.
Pengobatan hipoksia.
Pengobatan haemaptoe.
Tindakan yang perlu segera dilakukan adalah upaya menghentikan perdarahan. Dari berbagai
penelitian pemberian obat-obatan hemostatik dilaporkan hasilnya memuaskan walau sulit
diketahui mekanisme kerja obat tersebut untuk menghentikan perdarahan.
Pengobatan demam.
Pada pasien yang mengalami eksaserbasi inhalasi akut sering terdapat demam, lebih-lebih
kalau terjadi septikemi. Pada kasus ini selain diberikan antibiotic perlu juga diberikan obat
antipiretik.
Pengobatan pembedahan
Bagian paru yang lain harus masih baik misalnya tidak ada bronchitis atau bronchitis
kronik.
o Cara operasi.
-
Operasi elektif : pasien-pasien yang memenuhi indikasi dan tidak terdaat kontra
indikasi, yang gagal dalam pengobatan konservatif dipersiapkan secara baik utuk operasi.
Umumnya operasi berhasil baik apabila syarat dan persiapan operasinya baik.
Operasi paliatif : ditujukan pada pasien bronchitis yang mengalami keadaan gawat
darurat paru, misalnya terjadi haemaptoe masif ( perdarahan arterial ) yang memenuhi syaratsyarat dan tidak terdapat kontra indikasi operasi.
o Persiapan operasi :
-
Aktivitas/istirahat
Gejala
Gejala
Tanda
berat, Distensi vena leher, Edema dependent, Bunyi jantung redup, Warna kulit/membran
mukosa normal/cyanosis Pucat, dapat menunjukkan anemi.
Integritas Ego
Gejala
Tanda
Makanan/cairan
Gejala
palpitasiabdomen.
Hygiene
Gejala
Tanda
Pernafasan
Gejala
bulan berturut turut tiap tahun sedikitnya 2 tahun, Episode batuk hilang timbul.
Tanda
Bentuk barel chest, gerakan diafragma minimal, Bunyi nafas ronchi, Perkusi hyperresonan
pada area paru, Warna pucat dengan cyanosis bibir dan dasar kuku, abu abu keseluruhan.
Keamanan
Seksualitas
Interaksi sosial.
IX.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1)
Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sekret.
2)
Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan obstruksi jalan nafas oleh sekresi,
spasme bronchus.
3)
4)
penyakit kronis.
6)
7)
8)
X.
RENCANA KEPERAWATAN
DIAGNOSA
NO
TUJUAN DAN
CRITERIA HASIL
INTERVENSI (NIC)
KEPERAWATAN
(NOC)
NOC :
NIC :
v Respiratory status :
Airway suction
Efektif
Ventilation
Definisi : Ketidakmampuan
v Respiratory status :
Airway patency
v Aspiration Control
tracheal suctioning
Auskultasi suara nafas
sebelum dan sesudah
suctioning.
mempertahankan kebersihan
jalan nafas.
Kriteria Hasil :
v Mendemonstrasikan
Batasan Karakteristik :
-
Dispneu, Penurunan
suara nafas
-
Orthopneu
Cyanosis
lips)
(rales, wheezing)
Berikan O2 dengan
menggunakan nasal untuk
memfasilitasi suksion
nasotrakeal
Gunakan alat yang steril
sitiap melakukan tindakan
v Menunjukkan jalan
-
Kesulitan berbicara
Mata melebar
Produksi sputum
pernafasan dalam
dari nasotrakeal
abnormal)
-
Gelisah
Ajarkan keluarga
v Mampu
Perubahan frekuensi
mengidentifikasikan dan
nafas
Faktor-faktor yang
pasien menunjukkan
berhubungan:
bradikardi, peningkatan
Lingkungan :
infeksi
-
Fisiologis : disfungsi
neuromuskular, hiperplasia
dinding bronkus, alergi jalan
nafas, asma.
Posisikan pasien
untuk memaksimalkan
ventilasi
Identifikasi pasien
perlu
Lakukan fisioterapi
Keluarkan sekret
Auskultasi suara
mayo
Berikan bronkodilator
bila perlu
Berikan pelembab
cairan mengoptimalkan
keseimbangan.
status O2
NOC :
NIC :
v Respiratory Status :
Airway Management
Gas exchange
v Respiratory Status :
ventilation
karbondioksida di dalam
membran kapiler alveoli
Kriteria Hasil :
Posisikan pasien
untuk memaksimalkan
ventilasi
v Mendemonstrasikan
Batasan karakteristik :
Gangguan penglihatan
Penurunan CO2
Takikardi
Hiperkapnia
Keletihan
peningkatan ventilasi
dan oksigenasi yang
adekuat
v Memelihara
kebersihan paru paru
nasal faring
AGD Normal
sianosis
dyspneu (mampu
(pucat, kehitaman)
perlu
mayo
Auskultasi suara
tambahan
lips)
Keluarkan sekret
Lakukan fisioterapi
mengeluarkan sputum,
Dyspnoe
tanda distress
v Mendemonstrasikan
kebingungan
somnolen
Hypoxia
Identifikasi pasien
pernafasan
Iritabilitas
Berika bronkodilator
bial perlu
Barikan pelembab
udara
Hipoksemia
hiperkarbia
sakit kepala ketika bangun
cairan mengoptimalkan
keseimbangan.
status O2
ketidakseimbangan perfusi
ventilasi
Catat pergerakan
dada,amati kesimetrisan,
perubahan membran
kapiler-alveolar
seperti dengkur
bradipena, takipenia,
kussmaul, hiperventilasi,
cheyne stokes, biot
Monitor kelelahan
Auskultasi suara
Tentukan kebutuhan
suction dengan
mengauskultasi crakles dan
ronkhi pada jalan napas
utama
NOC :
NIC :
v Respiratory status :
Airway Management
Ventilation
v Respiratory status :
tidak adekuat
Airway patency
Batasan karakteristik :
Kriteria Hasil :
- Penurunan tekanan
v Mendemonstrasikan
inspirasi/ekspirasi
- Penurunan pertukaran
udara per menit
untuk memaksimalkan
ventilasi
- Menggunakan otot
mengeluarkan sputum,
perlu
pernafasan tambahan
- Nasal flaring
lips)
- Dyspnea
v Menunjukkan jalan
- Orthopnea
- Perubahan penyimpangan
Identifikasi pasien
dyspneu (mampu
Posisikan pasien
Lakukan fisioterapi
Keluarkan sekret
Auskultasi suara
dada
- Nafas pendek
- Assumption of 3-point
position
- Pernafasan pursed-lip
- Tahap ekspirasi
berlangsung sangat lama
pernafasan dalam
rentang normal, tidak
ada suara nafas
abnormal)
v Tanda Tanda vital
dalam rentang normal
tambahan
mayo
Berikan bronkodilator
bila perlu
Berikan pelembab
pernafasan)
- Peningkatan diameter
anterior-posterior
- Pernafasan ratarata/minimal
Bayi : < 25 atau > 60
cairan mengoptimalkan
keseimbangan.
status O2
Terapi Oksigen
- Kedalaman pernafasan
Dewasa volume tidalnya
500 ml saat istirahat
Bayi volume tidalnya 6-8
ml/Kg
- Timing rasio
v Monitor adanya
kecemasan pasien terhadap
Hiperventilasi
Deformitas tulang
Kelainan bentuk
dinding dada
-
Penurunan
energi/kelelahan
-
Perusakan/pelemahan
muskulo-skeletal
-
Obesitas
Posisi tubuh
Kelelahan otot
pernafasan
oksigenasi
Hipoventilasi sindrom
Nyeri
Kecemasan
setelah aktivitas
Disfungsi
Neuromuskuler
-
Kerusakan
persepsi/kognitif
-
Perlukaan pada
Imaturitas Neurologis
Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh
NOC :
NIC :
v Nutritional Status :
Nutrition Management
Batasan karakteristik :
- Berat badan 20 % atau
lebih di bawah ideal
- Dilaporkan adanya intake
makanan yang kurang dari
RDA (Recomended Daily
Allowance)
- Membran mukosa dan
konjungtiva pucat
- Kelemahan otot yang
digunakan untuk
menelan/mengunyah
-
rongga mulut
Kriteria Hasil :
makanan
v Adanya peningkatan
dengan tujuan
badan
meningkatkan intake Fe
v Mampu
mengidentifikasi
kebutuhan nutrisi
vitamin C
malnutrisi
v Tidak terjadi
yang berarti
konstipasi
Berikan makanan yang
terpilih ( sudah
dikonsultasikan dengan ahli
gizi)
Ajarkan pasien
bagaimana membuat catatan
makanan harian.
Monitor jumlah nutrisi
dan kandungan kalori
Berikan informasi tentang
kebutuhan nutrisi
Kaji kemampuan pasien
untuk mendapatkan nutrisi
yang dibutuhkan
- Kehilangan BB dengan
makanan cukup
- Keengganan untuk makan
Nutrition Monitoring
BB pasien dalam batas
normal
Monitor adanya
- Kurangnya informasi,
misinformasi
perubahan pigmentasi
Monitor turgor kulit
Faktor-faktor yang
Monitor kekeringan,
berhubungan :
Ketidakmampuan pemasukan
atau mencerna makanan atau
Ht
ekonomi.
Monitor makanan
kesukaan
Monitor pertumbuhan dan
perkembangan
Monitor pucat,
kemerahan, dan kekeringan
jaringan konjungtiva
Monitor kalori dan intake
nuntrisi
Catat adanya edema,
hiperemik, hipertonik papila
lidah dan cavitas oral.
Catat jika lidah berwarna
magenta, scarlet
Resiko infeksi
NOC :
NIC :
Infection Control (Kontrol
v Immune Status
infeksi)
v Knowledge :
Kriteria Hasil :
Prosedur Infasif
Ketidakcukupan
pengetahuan untuk
Trauma
Kerusakan jaringan
Ruptur membran
amnion
-
Agen farmasi
(imunosupresan)
-
Malnutrisi
Peningkatan paparan
lingkungan patogen
Imonusupresi
Ketidakadekuatan
imum buatan
-
Tidak adekuat
pertahanan sekunder
(penurunan Hb, Leukopenia,
Pertahankan teknik
isolasi
Batasi pengunjung
bila perlu
Instruksikan pada
Gunakan sabun
mencegah timbulnya
infeksi
v Jumlah leukosit
dalam batas normal
v Menunjukkan
perilaku hidup sehat
tindakan kperawtan
Bersihkan lingkungan
Pertahankan
Tidak adekuat
intermiten untuk
menurunkan infeksi
kandung kencing
nutrisi
Gunakan kateter
Tingktkan intake
Berikan terapi
Penyakit kronik
Infection Protection
(proteksi terhadap infeksi)
Monitor hitung
granulosit, WBC
Monitor kerentanan
terhadap infeksi
Batasi pengunjung
Saring pengunjung
Partahankan teknik
Pertahankan teknik
isolasi k/p
Berikan perawatan
insisi bedah
Dorong masukkan
Dorong masukan
cairan
Dorong istirahat
Instruksikan pasien
Ajarkan cara
menghindari infeksi
Laporkan kecurigaan
infeksi
Laporkan kultur
positif
v Energy conservation
NIC :
Energy Management
v Berpartisipasi dalam
RR
v Mampu melakukan
v Observasi adanya
pembatasan klien dalam
melakukan aktivitas
v Dorong anal untuk
mengungkapkan perasaan
terhadap keterbatasan
v Kaji adanya factor yang
menyebabkan kelelahan
Definisi : Ketidakcukupan
hari.
kardivaskuler terhadap
aktivitas
Batasan karakteristik :
a.
melaporkan secara
kelemahan.
b.
ketidaknyamanan saat
Activity Therapy
v Kolaborasikan dengan
Tenaga Rehabilitasi Medik
dalammerencanakan
progran terapi yang tepat.
v Bantu klien untuk
mengidentifikasi aktivitas
yang mampu dilakukan
beraktivitas.
berhubungan :
dan social
v Bantu untuk
imobilisasi
Kelemahan
menyeluruh
mengidentifikasi dan
mendapatkan sumber yang
diperlukan untuk aktivitas
yang diinginkan
Ketidakseimbangan
dipertahankan.
v Bantu untu
mengidentifikasi aktivitas
yang disukai
v Bantu klien untuk
membuat jadwal latihan
diwaktu luang
v Bantu pasien/keluarga
untuk mengidentifikasi
kekurangan dalam
beraktivitas
v Sediakan penguatan
positif bagi yang aktif
beraktivitas
v Bantu pasien untuk
mengembangkan motivasi
diri dan penguatan
NOC :
NIC :
v Anxiety control
Anxiety Reduction
v Coping
v Impulse control
permanen.
Kriteria Hasil :
Definisi :
v Mengidentifikasi,
mengungkapkan dan
menunjukkan tehnik
untuk mengontol cemas
perasaan keprihatinan
disebabkan dari antisipasi
normal
merupakan peringatan
adanya ancaman yang akan
datang dan memungkinkan
individu untuk mengambil
langkah untuk menyetujui
terhadap tindakan
Ditandai dengan
Nyatakan dengan
pelaku pasien
cemas
yang menenangkan
mengidentifikasi dan
Gunakan pendekatan
mengungkapkan gejala
v Klien mampu
(penurunan kecemasan)
Jelaskan semua
Pahami prespektif
Berikan informasi
berkurangnya
kecemasan
Gelisah
rub
Insomnia
Dorong keluarga
Dengarkan dengan
Resah
penuh perhatian
Ketakutan
Sedih
Kekhawatiran
menimbulkan kecemasan
Cemas
Identifikasi tingkat
kecemasan
Bantu pasien
mengungkapkan perasaan,
ketakutan, persepsi
Instruksikan pasien
menggunakan teknik
relaksasi
mengurangi kecemasan
NOC :
NIC :
v Kowlwdge : disease
process
1.
Berikan penilaian
v Kowledge : health
Behavior
Kriteria Hasil :
v Pasien dan keluarga
Definisi :
Tidak adanya atau kurangnya
informasi kognitif
sehubungan dengan topic
spesifik.
menyatakan pemahaman
tentang penyakit,
kondisi, prognosis dan
program pengobatan
v Pasien dan keluarga
Jelaskan patofisiologi
Batasan karakteristik :
memverbalisasikan adanya
mampu melaksanakan
prosedur yang
yang tepat
4.
Gambarkan proses
masalah, ketidakakuratan
mampu menjelaskan
tepat
tidak sesuai.
5.
Identifikasi
kemungkinan penyebab,
dengna cara yang tepat
keterbatasan kognitif,
6.
interpretasi terhadap
7.
Sediakan informasi
kosong
8.
Sediakan bagi
Diskusikan perubahan
Diskusikan pilihan
mengeksplorasi atau
mendapatkan second
opinion dengan cara yang
Eksplorasi
Instruksikan pasien
DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth,
alihbahasa; Agung Waluyo, editor; Monica Ester, Edisi 8. EGC: Jakarta.
Carolin, Elizabeth J. 2002. Buku Saku Patofisiologi. EGC: Jakarta.
Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan
dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, alih bahasa; I Made Kariasa, editor;Monica Ester,
Edisi 3. EGC: Jakarta.
Tucker, Susan Martin. 1998. Standar Perawatan Pasien; Proses Keperawatan, Diagnosis dan
Evaluasi, Edisi 5. EGC. Jakarta.
Soeparman, Sarwono Waspadji. 1998. Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II. Penerbit FKUI: Jakarta.
Long, Barbara C. 1998. Perawatan Medikal Bedah. EGC: Jakarta.
http://botol-infus.blogspot.com/2010/07/askep-bronkitis.html
http://medicastore.com/penyakit/14/Bronkitis.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Bronkitis
Askep Bronkhitis
DI SUSUN
OLEH :
RIFKY PEBRIANZAH
200901018
TAHUN 2011/2012
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Bronkhitis penyakit saluran pernafasan , biasanya penyakit ini didahului oleh infeksi saluran
nafas atas, bronkhitis seringkali diderita oleh masyarakat paa pengantian musim, dari musim
hujan kemusim panas.banyak polusi udara jugamenjadi faktor ekstrinsik bronkhitis, dimulai
dari invasi lewas nafas dan mulut, kuman bakteri virus masuk kedalam tubuh (saluran
pernafasan) didukung dengan keadaan imunitas tubuh yang menuru, maka terjadi pada
inflamasi pada bronkus, sehingga timbul gejalah dini seperti suara serat, stridor, dan nafas
berbunyi.
Pada kasus bronkhitis, virus merupakan penyebab utama bronkhitis misalnya; rhinovirus,
respiratory sinityal virus (RSU), halmophilus influenza, adeno virus dan ccoxacie virus.
Faktor pridisposisi terjadinya bronkhitis adalah alergi, perbahan cuaca, polusi udara, dan
infeksi saluran pernafasan atas.
Biasanya penyakit ini diderita anak umur 3 tahun, banyak faktor penyebabanya, tapai
penyakit ini jarangterjadi pada anak ekonoki tinggi. Penyakit ini merupakan penyebaba
kematian urutan kelima oleh karena itu dengan mempelajari secarah lebih detail lagi mudahmudahan dapat menambah wawasan kita serta mengetahui bagaimana cara mengetasi
masalah pada gangguan saluran pernafasan khususnya bronkhitis., sehingga angka penderita
dan kematian yang disebabkan oleh penyakit ini dapat ditekan.
Dengan adanya penyakit bronkhitis yang diderita oleh klien perawat dapat memberi tindakan
perawatan berdasarkan prioritas masalah yang dialami klien sehingga penyakit yang diderita
klien bisa diatasi dengan baik.
B.
TUJUAN
1.
Tujuan umum
Tujuan khusus
1.
2.
3.
bronkhitis
4.
bronkhitis
5.
Mengevaluasi hasil tindakan keperatan yang telah dlaksanakan sesuai dengan tujuan
BAB II
TINJAUAN TEORI
A.
Pengertian bronkhitis
Bronkhitis adalah hipersekresi mukus dan batuk produktif kronis berulang-ulang minimal
selama 3 bulan pertahun atau paling sedikit dalam 2 tahun berturut-turut pada pasien yang
diketahui tidak terdapat penyebab lain (Perawatan Medikal Bedah 2, 1998, hal : 490).
B.
a.
Rongga hidung
Rongga hidung dilapisi dengan membran mukosa yang sangat banyak mengandung vaskular
yang disebut mukosa hidung. Lendir disekresi secara terus menerus oleh sel sel goblet yang
melapisi permukaan mukosa hidung dan bergerak ke belakang ke nasofaring oleh gerakan
silia. Hidung berfungsi sebagai penyaring kotoran, melembabkan serta menghangatkan udara
yang dihirup ke dalam paru paru.
b.
Faring
Adalah struktur yang menghubungkan hidung dengan rongga mulut ke laring. Faring dibagi
menjadi tiga region ; nasofaring, orofaring, dan laringofaring. Fungsi utamanya adalah untuk
menyediakan saluran pada traktus respiratoriun dan digestif.
c.
Laring
Adalah struktur epitel kartilago yang menghubungkan faring dan trakhea. Fungsi
utamanya adalah untuk memungkinkan terjadinya lokalisasi. Laring juga melindungi jalan
nafas bawah dari obstruksi benda asing dan memudahkan batuk.
2.
a.
Trakhea
Disokong oleh cincin tulang rawan yang berbentuk seperti sepatu kuda yang panjangnya
kurang lebih 5 inci, tempat dimana trakea bercabang menjadi bronkus utama kiri dan kanan
dikenal sebagai karina. Karina memiliki banyak saraf dan dapat menyebabkan bronkospasme
dan batuk yang kuat jika dirangsang.
b.
Bronkus
Broncus terdiri atas 2 bagian yaitu broncus kanan dan kiri. Broncus kanan lebih pendek dan
lebar, merupakan kelanjutan dari trakhea yang arahnya hampir vertikal. Bronchus kiri lebih
panjang dan lebih sempit, merupakan kelanjutan dari trakhea dengan sudut yang lebih tajam.
Cabang utama bronchus kanan dan kiri bercabang menjadi bronchus lobaris kemudian
bronchus segmentaliis. Bronkus dan bronkiolus dilapisi oleh sel sel yang permukaannya
dilapisi oleh rambut pendek yang disebut silia, yang berfungsi untuk mengeluarkan lendir dan
benda asing menjauhi paru menuju laring.Bronkiolus membentuk percabangan menjadi
bronkiolus terminalis yang tidak mempunyai kelenjar lendir dan silia. Bronkiolus terminalis
kemudian menjadi bronkiolus respiratori yang menjadi saluran transisional antara jalan udara
konduksi dan jalan udara pertukaran gas.
c.
Alveoli
Paru terbentuk oleh sekitar 300 juta alveoli. Terdapat tiga jenis sel sel alveolar, sel alveolar
tipe I adalah sel epitel yang membentuk dinding alveolar. Sel alveolar tipe II sel sel yang
aktif secara metabolik, mensekresi surfactan, suatu fosfolipid yang melapisi permukaan
dalam dan mencegah alveolar agar tidak kolaps. Sel alveolar tipe III adalah makrofag yang
merupakan sel sel fagositosis yang besar yang memakan benda asing dan bekerja sebagai
mekanisme pertahanan penting.
C.
D.
Etiologi
Adalah 3 faktor utama yang mempengaruhi timbulnya bronchitis yaitu rokok, infeksi dari
polusi. Selain itu terdapat pula hubungan dengan faktor keturunan dan status sosial.
Rokok
Menurut buku Report of the WHO Expert Comite on Smoking Control, rokok adalah
penyebab utama timbulnya bronchitis. Terdapat hubungan yang erat antara merokok dan
penurunan VEP (volume ekspirasi paksa) 1 detik. Secara patologis rokok berhubungan
dengan hiperplasia kelenjar mukus bronkus dan metaplasia skuamus epitel saluran pernafasan
juga dapat menyebabkan bronkostriksi akut.
Infeksi
Eksaserbasi bronchitis disangka paling sering diawali dengan infeksi virus yang kemudian
menyebabkan infeksi sekunder bakteri. Bakteri yang diisolasi paling banyak adalah
Hemophilus influenza dan streptococcus pneumonie.
Polusi
Pulusi tidak begitu besar pengaruhnya sebagai faktor penyebab, tetapi bila ditambah merokok
resiko akan lebih tinggi. Zat zat kimia dapat juga menyebabkan bronchitis adalah zat zat
pereduksi seperti O2, zat zat pengoksida seperti N2O, hidrokarbon, aldehid, ozon.
Keturunan
Belum diketahui secara jelas apakah faktor keturunan berperan atau tidak, kecuali pada
penderita defisiensi alfa 1 antitripsin yang merupakan suatu problem, dimana kelainan ini
diturunkan secara autosom resesif. Kerja enzim ini menetralisir enzim proteolitik yang sering
dikeluarkan pada peradangan dan merusak jaringan, termasuk jaringan paru.
Faktor sosial ekonomi
Kematian pada bronchitis ternyata lebih banyak pada golongan sosial ekonomi rendah,
mungkin disebabkan faktor lingkungan dan ekonomi yang lebih jelek.
E.
Patofisiologi
Penemuan patologis dari bronchitis adalah hipertropi dari kelenjar mukosa bronchus dan
peningkatan sejumlah sel goblet disertai dengan infiltrasi sel radang dan ini mengakibatkan
gejala khas yaitu batuk produktif. Batuk kronik yang disertai peningkatan sekresi bronkus
tampaknya mempengaruhi bronchiolus yang kecil kecil sedemikian rupa sampai
bronchiolus tersebut rusak dan dindingnya melebar. Faktor etiologi utama adalah merokok
dan polusi udara lain yang biasa terdapat pada daerah industri. Polusi tersebut dapat
memperlambat aktifitas silia dan pagositosis, sehingga timbunan mukus meningkat
sedangkan mekanisme pertahanannya sendiri melemah.
Mukus yang berlebihan terjadi akibat displasia. Sel sel penghasil mukus di bronkhus. Selain
itu, silia yang melapisi bronkus mengalami kelumpuhan atau disfungsional serta metaplasia.
Perubahan perubahan pada sel sel penghasil mukus dan sel sel silia ini mengganggu
sistem eskalator mukosiliaris dan menyebabkan penumpukan mukus dalam jumlah besar
yang sulit dikeluarkan dari saluran nafas.
F.
Hemophilus influenza
streptococuspnompnemonie
Penyimpangan KDM
Alergen
Etiologi
Aktivasi Ig. E
Fenomeni infeksi
Peningkatan pelepasan
histamin
Hipertermi
Batuk Produktif
Demam
Malaise
Nyeri
Nafas pendek
Gangguan keseimbangan
Intoleransi aktivitas
Resiko tinggi
infeksi
Ansietas
Bronkiulos melebar
Kerusakan bronkiolus
Batuk darah
KEMATIAN
G.
Manifestasi klinis
Keluhan
Batuk, mulai dengan batuk batuk pagi hari, dan makin lama batuk makin berat, timbul siang
hari maupun malam hari, penderita terganggu tidurnya.
Dahak, sputum putih/mukoid. Bila ada infeksi, sputum menjadi purulen atau mukopuruen dan
kental. Sesak bila timbul infeksi, sesak napas akan bertambah, kadang kadang disertai tanda
tanda payah jantung kanan, lama kelamaan timbul kor pulmonal yang menetap.
Pemeriksaan fisik
Pada stadium ini tidak ditemukan kelainan fisis. Hanya kadang kadang terdengar ronchi
pada waktu ekspirasi dalam. Bila sudah ada keluhan sesak, akan terdengar ronchi pada waktu
ekspirasi maupun inspirasi disertai bising mengi. Juga didapatkan tanda tanda overinflasi
paru seperti barrel chest, kifosis, pada perkusi terdengar hipersonor, peranjakan hati
mengecil, batas paru hati lebih ke bawah, pekak jantung berkurang, suara nafas dan suara
jantung lemah, kadang kadang disertai kontraksi otot otot pernafasan tambahan.
H.
Pemeriksaan diagnostik
1.
Pemeriksaan radiologis
Tubular shadow atau traun lines terlihat bayangan garis yang paralel, keluar dari hilus menuju
apeks paru. bayangan tersebut adalah bayangan bronchus yang menebal. Corak paru
bertambah
2.
1,1
4,2 liter, KTP (kapasitas total paru) : normal (normal KRF (kapasitas residu fungsional) :
sedikit naik atau normal (normal 2,2 liter). 1,8 liter,
3.
Penanganganan
1.
Tindakan suportif
Menghindari merokok
Bronchodilator
Antimikroba
Kortikosteroid
Terapi pernafasan
Terapi aerosol
Terapi oksigen
Penyesuaian fisik
Latihan relaksasi
Meditasi
Menahan nafas
Rehabilitasi
J.
Komplikasi
Kegagalan pennafasan
Sinusitis
K.
Prognosis
Prognosis jangka panjang maupun jangka pendek bergantung pada umur dan gejala klinik
waktu berobat.
L.
1.
Pengkajian.
a.
Aktivitas/istirahat
Gejala :
Keletihan, kelelahan, malaise.
Ketidakmampuan melakukan aktivitas sehari hari.
Ketidakmampuan untuk tidur.
Dispnoe pada saat istirahat.
Tanda :
Keletihan
Gelisah, insomnia.
Kelemahan umum/kehilangan massa otot.
b.
Sirkulasi
Gejala :
Pembengkakan pada ekstremitas bawah.
Tanda :
Peningkatan tekanan darah, peningkatan frekuensi jantung/takikardia berat.
Distensi vena leher.
Edema dependent
Bunyi jantung redup.
Warna kulit/membran mukosa normal/cyanosis
Pucat, dapat menunjukkan anemi.
c.
Integritas Ego
Gejala :
Makanan/cairan
Gejala :
Mual/muntah.
Nafsu makan buruk/anoreksia
Ketidakmampuan untuk makan
Penurunan berat badan, peningkatan berat badan
Tanda :
Turgor kulit buruk, edema dependen, berkeringat.
Penurunan berat badan, palpitasi abdomen
e.
Hygiene
Gejala :
Penurunan kemampuan/peningkatan kebutuhan
Tanda :
Kebersihan buruk, bau badan.
f.
Pernafasan
Gejala :
Batuk menetap dengan produksi sputum setiap hari selama minimun 3 bulan berturut turut
tiap tahun sedikitnya 2 tahun.
Episode batuk hilang timbul.
Tanda :
Pernafasan biasa cepat.
Penggunaan otot bantu pernafasan
Bentuk barel chest, gerakan diafragma minimal.
Bunyi nafas ronchi
Perkusi hyperresonan pada area paru.
Warna pucat dengan cyanosis bibir dan dasar kuku, abu abu keseluruhan.
g.
Keamanan
Gejala :
Riwayat reaksi alergi terhadap zat/faktor lingkungan.
Adanya/berulangnya infeksi.
h.
Seksualitas
Gejala :
Penurunan libido
i.
Interaksi sosial
Gejala :
Hubungan ketergantungan
Kegagalan dukungan/terhadap pasangan/orang dekat
Penyakit lama/ketidakmampuan membaik.
Tanda :
Diagnosa keperawatan
1.
Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sekret.
2.
3.
Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan obstruksi jalan nafas oleh sekresi,
spasme bronchus.
4.
5.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan dispnoe, anoreksia, mual
muntah.
6.
Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan menetapnya sekret, proses penyakit
kronis.
7.
8.
Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit dan
perawatan dirumah.
O.
a.
Perencanaan Keperawatan
Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sekret.
Tujuan :
Mempertahankan jalan nafas paten.
Rencana Tindakan:
1.
Rasional : Beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan nafas dan dapat
dimanifestasikan dengan adanya bunyi nafas.
2.
Rasional : Tachipnoe biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat ditemukan selama /
adanya proses infeksi akut.
3.
Rasional : Memberikan cara untuk mengatasi dan mengontrol dispoe dan menurunkan
jebakan udara.
4.
Rasional : Batuk dapat menetap tetapi tidak efektif, khususnya pada lansia, penyakit akut atau
kelemahan
5.
b.
Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan obstruksi jalan nafas oleh sekresi,
spasme bronchus.
Tujuan :
Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan yang adekuat dengan GDA dalam
rentang normal dan bebas gejala distress pernafasan.
Rencana Tindakan:
1.
Rasional : Berguna dalam evaluasi derajat distress pernafasan dan kronisnya proses penyakit.
2.
Rasional : Pengiriman oksigen dapat diperbaiki dengan posisi duduk tinggi dan latihan nafas
untuk menurunkan kolaps jalan nafas, dispenea dan kerja nafas.
3.
Rasional : Bunyi nafas makin redup karena penurunan aliran udara atau area konsolidasi
4.
Rasional : Takikardia, disritmia dan perubahan tekanan darah dapat menunjukkan efek
hipoksemia sistemik pada fungsi jantung.
5.
Awasi GDA
Rasional : PaCO2 biasanya meningkat, dan PaO2 menurun sehingga hipoksia terjadi derajat
lebih besar/kecil.
6.
Rasional : Membantu pasien memperpanjang waktu ekspirasi. Dengan teknik ini pasien akan
bernafas lebih efisien dan efektif.
2.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan dispnoe, anoreksia, mual
muntah.
Tujuan :
Menunjukkan peningkatan berat badan.
Rencana Tindakan:
1.
Rasional : Pasien distress pernafasan akut, anoreksia karena dispnea, produksi sputum.
2.
Rasional : Rasa tidak enak, bau adalah pencegahan utama yang dapat membuat mual dan
muntah.
4.
Rasional : Berguna menentukan kebutuhan kalori dan evaluasi keadekuatan rencana nutrisi.
5.
Rasional : Kebutuhan kalori yang didasarkan pada kebutuhan individu memberikan nutrisi
maksimal.
e.
Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan menetapnya sekret, proses penyakit
kronis.
Awasi suhu.
Rasional : Malnutrisi dapat mempengaruhi kesehatan umum dan menurunkan tekanan darah
terhadap infeksi.
5.
Rasional : Dapat diberikan untuk organisme khusus yang teridentifikasi dengan kultur.
f.
Tujuan :
Menunjukkan perbaikan dengan aktivitas intoleran
Rencana tindakan:
1.
2.
Rasional : Dukungan yang baik memberikan semangat tinggi untuk menerima keadaan
penyakit yang dialami.
3.
Rasional : Mengungkapkan masalah yang dirasakan akan mengurangi beban pikiran yang
dirasakan
4.
Rasional : Penjelasan yang tepat dan memahami penyakitnya sehingga mau bekerjasama
dalam tindakan perawatan dan pengobatan.
5.
Rasional : Diharapkan kesabaran yang tinggi untuk menjalani perawatan dan menyerahkan
pada TYME atas kesembuhannya.
h.
Instruksikan untuk latihan afas, batuk efektif dan latihan kondisi umum.
Rasional : Nafas bibir dan nafas abdominal membantu meminimalkan kolaps jalan nafas dan
meningkatkan toleransi aktivitas
3.
Diskusikan faktor individu yang meningkatkan kondisi misalnya udara, serbuk, asap
tembakau.
Rasional : Faktor lingkungan dapat menimbulkan iritasi bronchial dan peningkatan produksi
sekret jalan nafas.
P.
Impelementasi
Pada tahap ini untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas yang telah dicatat dalam rencana
perawatan pasien. Agar implementasi/pelaksanaan perencanaan ini dapat tepat waktu dan
efektif maka perlu mengidentifikasi prioritas perawatan, memantau dan mencatat respon
pasien terhadap setiap intervensi yang dilaksanakan serta mendokumentasikan pelaksanaan
perawatan. Pada pelaksanaan keperawatan diprioritaskan pada upaya untuk mempertahankan
jalan nafas, mempermudah pertukaran gas, meningkatkan masukan nutrisi, mencegah
komplikasi, memperlambat memperburuknya kondisi, memberikan informasi tentang proses
penyakit (Doenges Marilynn E, 2000, Remcana Asuhan Keperawatan)
Q.
Evaluasi.
Pada tahap akhir proses keperawatan adalah mengevaluasi respon pasien terhadap perawatan
yang diberikan untuk memastikan bahwa hasil yang diharapkan telah dicapai,
Evaluasi merupakan proses yang interaktif dan kontinyu, karena setiap tindakan keperawatan,
respon pasien dicatat dan dievaluasi dalam hubungannya dengan hasil yang diharapkan
kemudian berdasarkan respon pasien, revisi, intervensi keperawatan/hasil pasien yang
mungkin diperlukan. Pada tahap evaluasi mengacu pada tujuan yang telah ditetapkan yaitu :
jalan nafas efektif, pola nafas efektif, pertukaran gas adekuat, masukan nutrisi adekuat,
infeksi tidak terjadi, intolerans aktivitas meningkat, kecemasan berkurang/hilang, klien
memahami kondisi penyakitnya. (Keliat Budi Anna, 1994, Proses Keperawatan)
BAB III
TINJAUAN KASUS
PENGKAJIAN
I.
DATA DEMOGRAFI
A.
BIODATA
Nama
: TnR
Usia
: 33 Tahun
Jenis kelamin
: laki-laki
Alamat
: Desa Sambo
Suku/Bangsa
: Kaili/Idonesia
Status Pernikahan
: Kawin
Agama
: Islam
Pekerjaan
: Tani
Diagnosa medis
: Bronkhitis
: 29-02-2012
B.
PENAGGUNG JAWAB
Nama
: NyJ
Usia
: 58 Tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Pekerjaan
: URT
II.
KELUHAN UTAMA
Awal munculnya tiba-tiba klien merasa panas, batuk dan muntah. Usaha yang
dilakukan untuk mengurangi keluhan dengan kompres air hangat, banyak minum air putih
dan banyak istirahat tetapi keluhan belum teratasi dan klien merasa kurang nafsu makan
sehingga klien dibawah kerumah sakit.
-
Keadan penyakit pada saat dikaji, panas masih ada, pusing, sakit dada klien merasa
P : klien mengeluh nyeri dada karena adanya refleks batuk dikarenakan penumpukan sekret
di jalan nafas sehingga bersihan jalan nafas tidak efekti.
Q : nyeri dirasakan seperti tertekan, klien tidak pernah merasakan nyeri seperti itu
sebelumnya,
R : keluhan dapat lebih baik jika klien mengatur posisi dengan semifowler
S : dengan menggunakan skala nyeri 0 10, nyeri terdapat pada angka 6
T : keluhan nyeri dirasakan pada saat klien batuk.
B.
Klien mengatakan tidak pernah menderita penyakit yang sama sebelumnya dan tidak pernah
dirawat di rumah sakit yang sama dan klien juga mengatakan tidak memiliki riwayat alergi
obat.
C.
Klien mengatakan tidak ada anggota keluarganya yang pernah mengalami penyakit yang
sama dengan klien (bronkhitis) dan tidak ada memiliki penyakit keturunan.
D.
Genogram
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Klien
: Meninggal
: tinggal Serumah
RIWAYAT SPRITUAL
Sebelum sakit klien mengatakan sering beribadah, setelah sakit klien hanya sering berdoa
dalam hati agar cepat di beri kesembuhan oleh Tuhan.
penyakitnya.
-
Penampilan : Baik
Kesadaran : Komposmentis
B.
Tanda-tanda vital
TD :110/90 mmhg
Nadi : 92 x/ mnt
Suhu : 37,5
RR : 24 x / mnt
C.
-
Sistem pernafasan
Hidung : keadaan suptum nasal simetris antara kanan dan kiri tidak terdapat sekret,
tidak ada pernapasan cuping hidung fungsi penciuman baik dapat membedakan bau tidak
terdapat nyeri tekan pada sinus etmoidali, maksilaris dan frontalis.
-
Leher : tidak terjadi pembesaran pada kelenjar tiroid atau tumor, tidak ada
Dada: Bentuk dada datar simetris antara kiri dan kanan, terdapat nyeri pada dada
bagian tengah pada saat batuk, ekspansi dada seimbang antara kanan dan kiri, terdengar
bunyi nafas bronkial, nafas tambahan ronkhi, retraksi dada minimal, perkusi hyperresonan
pada area paru dan tidak terdapat clubbing finger.
D.
Sistem Cardiovaskuler
menutupnya katub aorta, ICS 3 4 parasternal sinistra merrupakan bunyi jantung II yaitu
menutupnya katub pulmonal, ICS 5 6 parasternal sinistra merupakan bunyi jantung I yaitu
menutupnya katub antriventrikuler
-
Ukuran jantung manusia mendekati ukuran kepalan tangannya atau dengan ukuran
E.
Sistem Pencernaan
Bibir kering
Mulut : tidak terjadi stomatitis, jumlah gigi lengkap 32 buah, fungsi menelan baik,
Gaster: tidak kembung, bunyi timpani, tidak ada nyeri tekan epigastrium
Abdomen: bentuk abdomen datar, peristaltik usus 10 x/menit, tidak terdapat adanya
luka dan tidak nampak asites. Pada kuadran kanan atas dilpalpasi tidak terdapat nyeri tekan
dan nyeri lepas serta tidak terdapat pembesaran hepar, kuadran kiri atas tidak terdapat nyeri
tekan dan nyeri lepas serta tidak terdapat pembesaran limfe, kuadran kanan bawah tidak ada
nyeri tekan pada daerah appendik dan kuadran kiri bawa tidak terdapat massa.
-
F.
Sistem Indra
1.
Mata : Bentuk mata simetris kiri dan kanan, konjungtiva tidak anemis sclera tidak
ikterus, fungsi penglihatan baik tidak terdapat nyeri tekan, pupil isokor.
2.
Hidung : fungsi penciuman baik, bentuk simetris, hidung dalam bersih dan tidak ada
pengeluaran sekret, dapat membedakan bau serta tidak ada nyeri tekan pada daerah hidung.
3.
Telinga : Simetris kiri dan kanan, bentuk seperti huruf C, kebersihan telinga baik,
membran timpani dan fungsi pendengaran baik, dan tidak terdapat nyeri tekan pada mastoid.
G.
Sistem Saraf
1.
Funsi cerebral
a.
b.
Kesadaran : komposmentis
c.
Bicara : ekspresive dan resiptive : kurang baik ( seperti terlihat gagap, apa yang
a.
b.
Oftikus : saraf penglihatan, infut refleks fokusing, dan kontraksi pupil dilimbidik ( baik
)
c.
Okulomotorius : Mengatur peergerakan bola mata, elepasi alis, konstriksi pupil dan
e.
Trigeminus :
o S. Input dari kornea, rongga hidung bagian atas,, kulit kepala bagian frontal, dahi, bagian
atas alis, konjungtiva, kelenjar airmata (baik)
o S. Maksilaris, saraf input dari dagu, bibir atas, gigi atas, mukosa rongga hidung, platum,
faring (baik)
o Saraf mandibularis, saraf yang mengatur inful dari lidah (bukan pengecapan) gigi bawah,
kulit dibawah dagu mengunyah baik
f.
g.
kurang baik tampak pada wajah terjadi ketegangan pada otot wajah)
h.
Glusofaringeus : Saraf mengatur penyerapan, sensasi lain dari lidah salivasi, dan
menelan (baik)
j.
Vagus : saraf mengatur menelan, monitor kadar O2 dan CO2, tekanan darah, kegiatan
Aksesirius : mengatur produksi suara dilaring, pergerrakan kepala dan bahu, muskule
sense (baik)
l.
Hipoglosius : Mengatur pergerakan lidah saat biscara ( kurang baik, karena nampak
Fungsi Motorik ( masa, tonus, dan kekuatan) kurang baik karena klien tidak mampu
4
4
4.
5.
Fungsi cerebellum : kurang baik (kordinasi dan keseimbangan) karena klien tidak
7.
H.
Sistem Muskuloskeletal
1.
2.
3.
Pelvis (normal)
4.
Lutut (nirmal)
ROM :
-
Kaki simetris antara kiri dan kanan, jumlah jari lengkap 10 buah/jari. Rom: Inpersi
Keadaan tangan simetris kiri dan kanan, jumlah jari lengkap 10 buah terpasang infus
I.
Sistem Integumen
Penyebaran rambut merata, tekstur rambut berwarna hitam, kulit kepala /rambut kotor.
Tekstur kulit kasar, warna sawo matang, kulit lembab tidak ada perubahan warna, berkeringat
berlebihan. Warna kuku merah muda, kotor dan tidak mudah patah.
J.
Sistem Endokrin
K.
Sistem Perkemihan
L.
Sistem Imun
No
Jenis kegiatan
Nutrisi
-
Jenis makanan
Frekwensi
Porsi makan
Sebelum sakit/dirumah
Saat sakit/ di RS
3x sehari
porsi tidak
lauk
-
3x sehari
Porsi makan
dihabiskan
dihabiskan
2
Nafsu makan
Baik
Air putih
8 gelas / hari
2x/ hari
Kuning
Khas
Padat
4x sehari
Kuning
Amoniak
Tidak menentu
Cairan
-
Jenis minuman
Frekuensi
minum
Kurang baik
Air putih
8 gelas / hari
Tidak menentu
Kuning
Khas
Padat
Tidak menetu
Eliminasi
BAB:
-
Frekuensi
Warna
Bau
konsistensi
BAK:
Frekuensi
Warna
Bau
Pola istirahat
Kuning
Amoniak
Tidur siang
Tidur malam
Tidak menentu
Olah raga
Tidak menentu
Tidak menentu
Program olah
raga
6
Tidak menentu
Tidak menentu
Tidak ada
Tidak ada
Berapa lama
melakukan
Rokok/ alkohol/ obatobatan
Merokok
Merokok
Tidak pernah
Tidak pernah
Alkohol
Tidak pernah
Tidak pernah
Obat-obatan
Tidak
Tidak pernah
Kecandauan
Tidak
kopi
Personal hygene
Mandi
Cuci rambut
Sikat gigi
Gunting kuku
Aktivitas/ mobilitas
2x / hari
2 hari sekali
Tidak pernah
2x / hari
Tidak pernah
2x / bulan
Tidak pernah
Tidak pernah
Dengan bantuan
Tidak ada
Tampa bantuan
fisik
-
Kegiatan sehari-
hari
-
Pengaturan
Tiap hari
jadwal harian
-
Tidak
Penggunaan alat
Tidak ada
bantu
-
Kesulitan
Tidak
Iya
dilakukan untuk
Iya, biasa
Tidak
rekreasi
melakukan rekreasi
pergerakan
9
Rekreasi
-
Waktu luang
kepantai Dengan
keluarga
VIII.
-
TES DIAGNOSTIK
Hasil pemeriksaan LAB
Nama : Tn R
Umur : 33 Tahun
RESULT
UNIT
HGB
13.5
g/dl
14 18
HCT
40.1
42 52
MCV
78.6
Fl
80 94
MCH
26.5
Pg
27 31
RPW-CV
15.0 +
11.5 14.5
DIFFERELNTIAL
MICROCOPY
MXD %
3.4
4 18
MONO
LYMP #
3.9
103/ul
1 3,7
BASO
KIMIA DARAH
HASIL
NILAI RUJUKAN
SGOT
78
6 30 u/i
SGPT
94
7 32 u/i
FAAL GINJAL
IX.
Skala nyeri 6
TTV
RR : 24x/mnt
Berkeringat
KLAFIKASI DATA
Data subjektif
Data objektif
panas
-
sputum
Klien mengatakan nyeri dada
bagian tengah
-
berdahak
Skala nyeri 6
TTV :
R : 24 x / menit
bantuan
-
Berkeringat
ANALISA DATA
NO DATA
PENYEBAB
MASALAH
1.
Hemophilus Influenza,
DS :
Klien mengatakan batuk-
Streptococus Pneumoni
batuk berdahak
DO :
-
Saluran nafas
Inflamasi bronkus
Keadaan Umum
Lemah
-
Terpasang IVFD RL
20 tts/mnt
-
TTV
TD : 110/90 mmhg
Suhu : 37,5oC
Nadi : 64x/mnt
Peningkatan sekret
Penumpukan sputum jalan
nafas
Tidak efektif
RR : 24x/mnt
-
Suara nafas
bronkhial
-
ronki
-
Restraksi dada
minimal
-
Berkeringat
DS :
Peningkatan sekret
nafas
DO :
-
Ekspresi wajah
tampak meringis
-
Skala nyeri 6
Kegiatan sehari-
hari
dengan bantuan
TTV :
TD : 110/90 mmhg, S :
Iritasi
Gangguan rasa
nyaman nyeri
37,50C
N : 64 x / menit,
R:
Nyeri dada
24 x / menit
PRIORITAS MASALAH
1.
Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sekret.
2.
Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan adanya peradangan pada pleura.
1.
Diagnosa
Tujuan
Intervensi
Rasional
Setelah
1.
Sebagai indikator
tidak efektif
dilakukan
untuk melanjutkan
berhubungan dengan
tindakan
intervensi berikutnya
peningkatan produksi
keperawatan
2x24 jam
DS :
Obsevasi TTV
diharapkan
mesalah
2.
Ajarkan Klien
pengeluaran sekret
keperawatan
untuk melakukan
batuk berdahak
bersihan janan
batuk efektif
didalam
nafas tidak
DO :
efektif dapat
Memberikan cara
teratasi dengan
kriteria hasil :
mengontrol dispnue
Keadaan Umum
Lemah
-
dapat
Terpasang IVFD RL
20 tts/mnt
-
Sekret
TTV
TD : 110/90 mmhg
Suhu : 37,5oC
3.
Dorong/bantu
dikeluarkan
-
dan menurunkan
Jalan
4.
TTV
dalam batas
Tingkatkan
masukan cairan
sampai 3000 ml/hari
normal
RR : 24x/mnt
-
Suara nafas
bronkhial
-
menurunkan
dan mempermudah
pengeluaran
Pengiriman O2
dapat diperbaiki
Nadi : 64x/mnt
-
Hidrasi membantu
kekentalan sekret
nafas bersih
-
jebakan udara
Suara
napas tambahan
5.
(-)
klien senyaman
nafas untuk
mungkin
menurunkan kolaps
Atur posisi
KU: Baik
Suara nafas
tamban ronki
Mengurangi keluhan
-
Restraksi dada
dan mempermudah
minimal
-
Berkeringat
Perkusi lapang
paru Hiperresonan
proses penyembuhan
6.
Kolaborasi
2.
Setelah
1.
dilakukan
nyeri
tindakan
keperawatan
Kaji tingkat
2x24 jam
DS :
diharapkan
Untuk mengetahui
perkembangan
2.
Observasi TTV
masalah
keperawatan
Untuk memberikan
gangguan rasa
kenyamanan pada
nyeri dapat
klien
DO :
teratasi denga
3.
tampak meringis
kriteria hasil:
Skala nyeri 6
4.
Kegiatan sehari-
Ekspresi wajah
Nyeri
berkurang atau
Berikan Klien
terfokus pada rasa
Ajarkan
Untuk membantu
proses penyembuhan
skala 0-1
-
5.
TTV :
-
Ekspresi
TD : 110/90 mmhg, S :
wajah tidak
37,50C
meringis
N : 64 x / menit,
24 x / menit
R:
TTV
dalam batas
normal
Anjurkan
klien
nyeri
tekhnik relaksasi
hilang dengan
Kolaborasi
Untuk mengurangi
keluhan dan
mempermudah
proses penyembuhan
IMLEMENTASI
Tanggal
Jam
No DP
Imlementasi
Hasil
07/03/2012 06.00
1.
Mengukur TTV
TD : 110/80 mmhg
N : 74 x/mnt
S : 36,50C
R : 22x/mnt
Klien batuk dengan
2.
07.00
efektif dengan
menekan bagian
bawah/perut
Klien dapat
bernapas dengan
mulut
3.
Klien menambah
porsi dan frekwensi
minum perhari
07.05
4.
Klien merasa
nyaman dengan
posisi semifowler
5.
Klien terpasang
infus RL 20
tetes/menit
07.10
6.
07.15
01.00
08/03/2012 07.00
II
1.
Melayani Injeksi
2.
mengobservasi TTV
18.00
3.
18.30
Klien merasa
yang nyaman
nyaman
4.
Mengurangi rasa
Mengajarkanjarkan
dalam
18.35
5.
menganjurkan keluarga
Melayani Injeksi
19.00
didekat keluarganya
Klien terpasang
Infus RL 20 tts/mnt
CATATAN PERKEMBANGAN
Tanggal
No DP
08/03/2012 I
Jam
Evaluasi
08.00
S:
Klien mengatakan batuk menetap
O:
-
A:
Masalah bersihan jalan nafas belum teratasi
sepenuhnya
P:
Intervensi 2 dan 4 Dilanjutkan
1.
efektif
2.
21.00
S:
Klien mengatakan nyeri berkurang
O:
Keadaan umum membaik, ekspresi wajah tampak
rileks skala nyeri 0-1 Vital sign (TD: 110/80 mmhg,
N: 74 x/menit, S: 36,5oC, R: 22 x/menit)
A:
Masalah belum teratasi sepenuhnya
P:
Lanjutkan intervensi 2 dan 6
1.
Observasi TTV
2.
obat/terapy
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada aplikasi asuhan keperawatan pada klien Tn R dengan kasus Bronkhitis di Rumah
SakitUmum Anutapura palu ditemukan adanya kesenjangan antara teori dengan aplikasi
askep :
A.
Pengkajian
Dalam melakukan pengkajian, data seharusnya diperoleh melalui data primer (langsung dari
klien) dan data sekunder yang diperoleh melalui keluarga dan tenaga kesehatan. Namun
dalam melakukan pengkajian ini, data yang kami peroleh lebih pada data primer yaitu
keterangan dari klien tapi lebih banyak pada data sekunder yaitu keluarga. Ini
dikarenakan klien belum mampu untuk berbicara banyak dan masih dibantu oleh
keluarganya. Pemeriksaan fisik dilakukan dengan cara persistem mulai dari inspeksi,
auskultasi, palpasi, perkusi.
B.
Diagnosa
C.
Perencanaan
D.
Imlementasi
Implementasi yang dilakukan disesuaikan dengan rencana keperawatan yang telah disusun
serta kondisi klien saat ini. Perawat melakukan intervensi dan melaporkan hasil yang
diperoleh. Kegiatan ini dilakukan selama 2 hari dan secara kontinue untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan, sehingga setiap implementasi yang telah dilakukan mendatangkan
kebaikan bagi klien.
E.
Evaluasi
Hal yang dievaluasi adalah keberhasilan tindakan-tindakan keperawatan yang dilakukan pada
klien dan dinilai secara subjektif maupun objektif. Evaluasi ini dilakukan setiap hari setelah
implementasi untuk menetapkan rencana keperawatan hari berikutnya. Bagi diagnosa yang
masalahnya telah teratasi, maka rencana tidak perlu ditulis lagi untuk diimplementasikan.
BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Bronkhitis penyakit saluran pernafasan , biasanya penyakit ini didahului oleh infeksi saluran
nafas atas, bronkhitis seringkali diderita oleh masyarakat paa pengantian musim, dari musim
hujan kemusim panas.banyak polusi udara jugamenjadi faktor ekstrinsik bronkhitis, dimulai
dari invasi lewas nafas dan mulut, kuman bakteri virus masuk kedalam tubuh (saluran
pernafasan) didukung dengan keadaan imunitas tubuh yang menuru, maka terjadi pada
inflamasi pada bronkus, sehingga timbul gejalah dini seperti suara serat, stridor, dan nafas
berbunyi.
Bronchitis merupakan radang pada bronkus (bagian system pernafasan yang mengangkut
oksigen ke paru-paru sehingga mengeluarkan lender. Lendir akan memicu terjadinya batukbatuk untuk menyingkirkan kelebihan lender. Bronkitis ditandai dengan batuk yang terusmenerus disertai dengan dahak dan bercak darah.
Bronkhitis akut, disebabkan oleh pilek dan flu, yang umumnya akan sembuh dalam 1-2
minggu, sedangkan penyebab bronchitis kronis adalah zat iritan, rokok, infeksi saluran
pernafasan, atau alaergi.
B.
Saran
1.
Agar selalu dapat meningkatkan pelayanan kesehatan yang lebih baik khususnnya dalam
peroses pemberian asuhan keperawatan serta selalu memberi perawatan yang intensif
khususnya pada penderita bronkhitis
2.
Untuk mahasiswa
Mahasiswa harus lebih memperdalam ilmu pengetahuan serta keterampilan dengan cara
terus membaca dan berlatih agar kualitas asuhan yang diberikan pada klien lebih baik.
3.
Pihak akademik diharapkan dapat menyediakan buku sumber yang lebih lengkap untuk
mempermudah mahasiswa mencari literatur yang diperlukan dalam meningkatkan ilmu
pengetahuannya.terutama buku sumber yang berkaitan dengan kasus Bronkhitis.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Suddarth, ; alih bahasa, Agung Waluyo; editor Monica Ester, Edisi 8, EGC; Jakarta.
2.
3.
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, ; alih bahasa, I Made Kariasa ; editor,
Monica Ester, Edisi 3, EGC ; Jakarta.
4.
Tucker, Susan Martin, 1998, Standar Perawatan Pasien; Proses Keperawatan, Diagnosis
Soeparman, Sarwono Waspadji, 1998, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, Penerbit FKUI,
Jakarta.
6.
7.
PRICE, Sylvia Anderson, 1994, Patofisiologi; Konsep Klinis Proses Proses Penyakit,
EGC, Jakarta.
8.
LAMPIRAN OBAT
Ranitidine
Komposisi : ranitidine 150 mg/tab. 25 mg/Ampul
Indikasi : Pemgobatan jangka pendek tukaka duodenum aktif, tukaka lambung aktif,
mengurangi gejala refluks oesofagitis, terapi pemeliharaaan setelah penyembuha tukaka
duodenum dan lambung sindroma zolingger-ellison.
Dosis : tukaka duodenum: sehari 2x150 mg (pagi dan malam) atau sehari1x300 mg sudah
makan malam atau sebelumt tidur selama, 4-8 minggu,tukaka lambung aktif : sehari 2x150
mg (pagi dan malam) selama 2 minggu. Tetapai pemeliharaan penyembuhan tukak duodenum
dan tukak lambung : 150 mg malam sebelum tidur. Sindroma zolliger-ellison. Sehari 2x150
mg. Dosis hingga 6 g sehari dapat diberikan pada penyakit yang berat. Refluks gastro
esofagitis: sehari 2x150 mg esofagitis erosif: sehari 4x150 mg. Pemeliharaan dan
penyembuhan eso fagitis erosif: sehari 2x150 mg. Dosis pada penderita pada gangguan
fungsi ginjal : bersihan kreatinin < 50 ml/mnt: 150 mg/24 jam. Bila perlu dosis dapat
ditingkatkan secara hati-hati setiap 12 jam atau kurang tergantung kondisis penderita. Inj 50
mg im/iv suntikan lambat /iv infus setiap 6-8 jam.
Kemasan : Dus 100 tab 150 mg, ampul 50 mg/2 ml
Ceftriaxone
Komposisi : seftriaksone Na 1g
Indikasi : infeksi yang disebabkan oleh bakteri patogen pada saluran nafas, THT, sepsis,
maningitis, tulang, sendi dan jaringan lunak, intra abdominal, genital, profilaksis prioperatif
dan infeksi pada pasien dengan gangguan kekebalan tubuh.
Dosis : dewasa dan anak >12 tahun dan anak dengan BB>50 kg: sehari 1x1-2 g, dapat
dinaikan sampai sehari 4 g: bayi s/d 14 hari: 1x20-50 mg /kg BB, tidak boleh lebih dari 50
mg/kg BB, bayi 15 hari s/d anak 12 tahun: sehari 1x20-80 mg/kg BB. Dosis iv 50 mg/kg/BB
atau lebih, harus di berikan melalui infus paling cepat 30 menit.
Kemasan : 2xvial 10 ml.
Pacetik (PCT)
Komposisi : Paracetamol 600 mg
Indikasi : Meringankan rasa sakit kepala, gigi dan menurunkan demam
Dosis : Dewasa 3-4 x 1 / hari, anak-anak 3-4 x -1 tablet/hari
Kemasan : Dus 10x10 tab.
Riwayat penyakit pasien : 2 minggu sebelum masuk RS pasien mengeluh batuk disertai
pengeluaran secret. Sebelumnya pasien sudah berobat ke puskesmas dan rutin minum obat.
Namun pasien masih mengeluh batuk berdahak.
Riwayat kesehatan masa lalu : Sejak kecil pasien sering sakit flu dan batuk. Pasien
merupakan perokok yang bisa menghabiskan rokok 1bungkus dalam sehari.
Pemeriksaan fisik : Meliputi keadaan umum, tingkat kesadaran, tanda-tanda vital (suhu,
tekenan darah, respirasi rate, denyut nadi. Temuan pemeriksaan fisik pada bronkitis akut
dapat bervariasi dari yang normal cenderung faring eritema, limfadenopati lokal, dan
Rhinorrhea untuk ronki kasar dan mengi bahwa perubahan lokasi dan intensitas setelah batuk
dalam dan produktif. Mengi menyebar, bernada tinggi suara terus menerus, dan penggunaan
otot aksesori dapat diamati pada kasus berat. Kadang-kadang, penurunan menyebar asupan
udara atau stridor inspirasi terjadi; temuan ini menunjukkan obstruksi dari saluran pernapasan
besar atau trakea, yang membutuhkan batuk berurutan kuat, penyedotan, dan, mungkin,
intubasi atau bahkan trakeostomi. Suara mengalun berkepanjangan sepanjang perbatasan
sternum kiri menunjukkan hipertrofi ventrikel kanan sekunder terhadap bronkitis kronis.
Clubbing sianosis pada digit dan perifer menunjukkan cystic fibrosis. Myringitis bulosa
mungkin menyarankan pneumonia mikoplasma. Konjungtivitis, adenopati, dan Rhinorrhea
menunjukkan infeksi adenovirus.
Pemeriksaan Penunjang : Biasanya dilakukan foto thorax, Analisa Gas Darah (GDO),
Pemeriksaan fungsi paru, Pemeriksaan EKG
DIAGNOSA KEPERAWATAN BRONKITIS KRONIS
Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksisputum dan
bronkospasme
Gangguan pertukaran gas dengan perubahan suplai oksigen
Gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan dispnea dananoreksia
Kurangnya pengetahuan tentang penyakit bronchitis dan perawatannyaberhubungan dengan
kurangnya informasi
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai oksigen
INTERVENSI BRONKITIS KRONIS
No
Tujuan/kriteria hasil
Intervensi
DX
1 &2 Pasien bisa menunjukanjalan nafas Kaji frekuensi, kedalaman pernapasan, dan
yang efektif dengan criteria:- Bunyi geakan dada
napas bersih- Tidak ada dipsneaBunyi napas dan frekuensi napas
normal
3.
nafsu makan
4.