KEPERAWATAN PADA
GANGGUAN
TENGGOROKAN
Aulia Rahmi
Maradona
Pitri Elvina
Silvia Intan Suri
Sri Rahmi Putri
GANGGUAN PADA TENGGOROKAN
Kanker Nasofaring
Faringitis
Tonsilitis
Kanker Larin
CA NASOFARING
Karsinoma nasofaring merupakan
tumor ganas yang tumbuh di daerah
nasofaring dengan predileksi di fossa
Rossenmuller dan atap nasofaring.
Karsinoma nasofaring merupakan
tumor ganas daerah kepala dan leher
yang terbanyak ditemukan di
Indonesia.
Etiologi
Insidenskarsinoma nasofaring yang tinggi ini
dihubungkan dengan kebiasaan makan,
lingkungan dan virus Epstein-Barr
(Sjamsuhidajat, 1997). Selain itu faktor
geografis, rasial, jenis kelamin, genetik,
pekerjaan, kebiasaan hidup, kebudayaan, sosial
ekonomi, infeksi kuman atau parasit juga
sangat mempengaruhi kemungkinan timbulnya
tumor ini. Tetapi sudah hampir dapat dipastikan
bahwa penyebab karsinoma nasofaring adalah
virus Epstein-barr, karena pada semua pasien
nasofaring didapatkan titer anti-virus EEB yang
cukup tinggi (Efiaty & Nurbaiti, 2001).
Tanda dan Gejala
Gejala nasofaring
Gejala nasofaring dapat berupa epistaksis
ringan atau sumbatan hidung.
Gangguan pada telinga
Merupakan gejala dini karena tempat asal
tumor dekat muara tuba Eustachius (fosa
Rosenmuller). Gangguan yang timbul akibat
sumbatan pada tuba eustachius seperti
tinitus, tuli, rasa tidak nyaman di telinga
sampai rasa nyeri di telinga (otalgia)
Gangguan mata dan syaraf
Karena dekat dengan rongga tengkorak maka
terjadi penjalaran melalui foramen laserum yang
akan mengenai saraf otak ke III, IV, VI sehingga
dijumpai diplopia, juling, eksoftalmus dan saraf
ke V berupa gangguan motorik dan sensorik.
Karsinoma yang lanjut akan mengenai saraf
otak ke IX, X, XI dan XII jika penjalaran melalui
foramen jugulare yang sering disebut sindrom
Jackson. Jika seluruh saraf otak terkena disebut
sindrom unialteral.
Metastasis ke kelenjar leher
Yaitu dalam bentuk benjolan medial terhadap
muskulus sternokleidomastoid yang akhirnya
membentuk massa besar hingga kulit mengkilat.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan CT-Scan daerah kepala dan
leher untuk mengetahui keberadaan tumor
sehingga tumor primer yang tersembunyi
pun akan ditemukan.
Pemeriksaan Serologi IgA anti EA dan IgA
anti VCA untuk mengetahui infeksi virus E-B.
Untuk diagnosis pasti ditegakkan dengan
Biopsi nasofaring dapat dilakukan dengan
dua cara yaitu dari hidung dan mulut.
Dilakukan dengan anestesi topikal dengan
Xylocain 10 %.
Penatalaksanaan Medis
Pengkajian
Data Dasar
Riwayat Kesehatan.
Pemeriksaan Fisik
Pada faringitis kronis , pengkajian
head to toe yang dilakukan lebih
difokuskan pada:
Sistem pernafasan : Batuk, sesak
Diagnosa Keperawatan
Serak
Dispneu dan stridor.
Nyeri tenggorok.
Disfagia adalah
Batuk dan hemoptisis.
Gejala lain berupa nyeri alih ke telinga
ipsilateral, halitosis, batuk hemoptisis
Pembesaran kelenjar getah bening leher
dipertimbangkan sebagai metastasis
Nyeri tekan laring adalah gejala lanjut yang
disebabkan oleh komplikasi
Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan
pemeriksaan klinis.
Pemeriksaan laring dapat dilakukan dengan cara
tidak langsung menggunakan kaca laring atau
langsung dengan mengguinakkn laringoskop.
Pemeriksssaan penunjang yang diperlukan selain
pemeriksaan laboratorium darah, juga
pemeriksaan radiologik. Foto thorak diperlukan
untuk menilai keadaan paru, ada tidaknya proses
spesifik dan metastasis di paru. CT Scan laring
dapat memperlihatkan keadaan tumor pada tulang
rawan tiroid adan daerah pre-epiglotis serta
metastasis kelenjar getah beningleher.
Diagnosis paasti ditegakkan dengan pemeriksaan
patologik anatomik dari bahan biopsi laring, dan
biopsi jarum halus pada pembesaran kelenjar
getah bening di leher. Hasil atologi anatomik yang
terbanyak adalah karsinoma sel skuamosa.
KLASIFIKASI TUMOR GANAS
LARING
A. TUMOR PRIMER
SUPRAGLOTIS
Tis Karsinoma insitu
T1 Tumor terdapat pada satu sisi suara/pita suara
palsu (gerakan masih baik).
T2 Tumor sudah menjalar ke 1 dan 2 sisi daaerah
supra glotis dan glotis masih bisa bergerak
(tidak terfiksir).
T3 Tumor terbatas pada laring dan sudah
terfiksir atau meluas ke daerah krikoid bagian
belakang, dinding medial daari sinus piriformis,
dan arah ke rongga pre epiglotis.
T4 Tumor sudah meluas ke luar laring,
menginfiltrasi orofaring jaringan lunak pada leher
atau sudah merusak tulang rawan tiroid.
GLOTIS
Tis Karsinoma insitu.
T1 Tumor mengenai satu atau dua sisi pita
suara, tetapi gerakan pita suara masih baik,
atau tumor sudah terdapat pada komisura
anterior atau posterior.
T2 Tumor meluas ke daerah supraglotis atau
subglotis, pita suara masih dapat bergerak
atau sudah terfiksir (impaired mobility).
T3 Tumor meliputi laring dan pita suara
sudah terfiksir.
T4 Tumor sangat luas dengan kerusakan
tulang rawan tiroid atau sudah keluar dari
laring.
SUBGLOTIS
Tis karsinoma insitu
T1 Tumor terbatas pada daerah
subglotis.
T2 Tumor sudah meluas ke pita, pita
suara masih dapat bergerak atau sudah
terfiksir.
T3 Tumor sudah mengenai laring dan
pita suara sudah terfiksir.
T4 Tumor yang luas dengan destruksi
tulang rawan atau perluasan keluar
laring atau kedua-duanya.
PENGOBATAN
Setelah diagnosis dan stadium tumor
ditegakkan , maka ditentukan tindakan yang
akan diambil sebagai penenggulangannya.
Ada 3 cara penanggulangan yang lazim
dilakukan
Pembedahan
Radiasi
obat sitostatiska ataupun kombinasi
daripadanya, tergantung pada stadium
penyakit dan keadaan umum pasien.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d gangguan
kemampuan unutk bernafas,batuk dan
menelan, sekresi banyak dan kental
Hasil yang diharapkan : - Mempertahankan
kepatenan jalan nafas
- Mengeluarkan /
membersihkan sekret
Intervensi :
- Awasi frekuensi / kedalaman pernfasan, catat
kemudagan bernafas, selidiki dyspneu.
Tinggikan kepala 30-45 derajat.
Dorong menelan bila klien mampu.
Dorong batuk efektif dan dalam.
Perubahan membran mukosa oral b / d tak
adanya masukkan oral, kebersihan oral
buruk/ tak adekuat, kesulitan menelan, defisit
nutrisi :
mulut kering, ketidaknyamanan di mulut, saliva
kental dan banyak, halitosis.
Mengidentifikasi intervensi khusus untuk
meningkatkan kebesihan mukosa oral
Hasil yang diharapkan : Menunjukkan
penurunan gejala