Definisi Laringitis
Laringitis adalah peradangan yang terjadi pada pita suara karena terlalu banyak
digunakan, karena iritasi atau karena adanya infeksi. Pita suara adalah suatu susunan yang
terdiri dari tulang rawan, otot dan membran mukosa yang membentuk pintu masuk dari
batang tenggorok (trachea). Di dalam kotak suara terdapat pita suaradua buah membran
mukosa yang terlipat dua membungkus otot dan tulang rawan
Biasanya pita suara akan membuka dan menutup dengan lancar, membentuk suara
melalui pergerakan dan getaran yang terbentuk. Tapi bila terjadi laringitis, pita suara akan
meradang atau terjadi iritasi pada pita suara. Pita suara tersebut akan membengkak,
menyebabkan terjadinya perubahan suara yang diproduksi oleh udara yang lewat melalui
celah diantara keduanya. Akibatnya, suara akan terdengar serak. Pada beberapa kasus
laringitis, suara akan menjadi sangat lemah sehingga tidak terdengar.
Laringitis dapat berlangsung dalam waktu singkat (akut) atau berlansung lama
(kronis) lebih dari 3 minggu. Meskipun laringitis akut biasanya hanya karena terjadinya
iritasi dan peradagnan akibat virus, suara serak yang sering terjadi dapat menjadi tanda
adanya masalah yang lebih serius.
Anatomi Laring
Laring merupakan bagian terbawah dari saluran nafas bagian atas. Berikut ini akan
Anatomi Laring
Bentuk laring menyerupai limas segitiga terpancung dengan bagian atas lebih
terpancung dan bagian atas lebih besar daripada bagian bawah. Batas atas laring adalah aditus
laring sedangkan batas kaudal kartilago krikoid. Struktur kerangka laring terdiri dari satu
tulang (os hioid) dan beberapa tulang rawan, baik yang berpasangan ataupun tidak.
Komponen utama pada struktur laring adalah kartilago tiroid yang berbentuk seperti perisai
dan kartilago krikoid. Os hioid terletak disebelah superior dengan bentuk huruf U dan dapat
dipalapsi pada leher depan serta lewat mulut pada dinding faring lateral. Dibagian bawah os
hioid ini bergantung ligamentum tirohioid yang terdiri dari dua sayap / alae kartilago tiroid.
Sementara itu kartilago krikoidea mudah teraba dibawah kulit yang melekat pada kartilago
tiroidea lewat kartilago krikotiroid yang berbentuk bulat penuh. Pada permukaan superior
lamina terletak pasangan kartilago aritinoid yang berbentuk piramid bersisi tiga. Pada
masing-masing kartilago aritinoid ini mempunyai dua buah prosesus yakni prosessus vokalis
anterior dan prosessus muskularis lateralis. Pada prossesus vokalis akan membentuk 2/5
bagian belakang dari korda vokalis sedangakan ligamentum vokalis membentuk bagian
membranosa atau bagian pita suara yang dapat bergetar. Ujung bebas dan permukaan superior
korda vokalis suara membentuk glotis. Kartilago epiglotika merupakan struktur garis tengah
tunggal yang berbentuk seperti bola pimpong yang berfungsi mendorong makanan yang
ditelan kesamping jalan nafas laring. Selain itu juga teradpat dua pasang kartilago kecil
didalam laring yang mana tidak mempunyai fungsi yakni kartilago kornikulata dan
kuneiformis.
Gambar 1.2
Anatomi Laring
Gerakan laring dilakukan oleh kelompok otot-otot ekstrinsik dan intrisik. Otot
ekstinsik bekerja pada laring secara keseluruhan yang terdiri dari otot ekstrinsik suprahioid
(m.digastrikus, m.geniohioid, m.stilohioid dan m.milohioid) yang berfungsi menarik laring ke
atas. otot ekstinsik infrahioid (m.sternihioid, m.omohioid, m.tirohioid). Otot intrisik laring
menyebabkan gerakan antara berbagai struktur laring sendiri, seperti otot vokalis dan
tiroaritenoid yang membentuk tonjolan pada korda vokalis dan berperan dalam membentuk
teganagan korda vokalis, otot krikotiroid berfungsi menarik kartilago tiroid kedepan,
meregang dan menegangkan korda vokalis. Laring disarafi oleh cabang-cabang nervus vagus
yakni nervus laringeus superior dan nervus laringeus inferior (n.laringeus rekurens). Kedua
saraf ini merupakan campuran saraf motorik dan sensorik. Perdarahan pada laring terdiri dari
dua cabang yakni arteri laringeus superior dan ateri laringeus inferior yang kemudian akan
bergabung dengan vena tiroid superior dan inferior.
(Cohen JL 1997,369-76)
Fisiologi Laring
Laring berfungsi sebagai proteksi, batuk, respirasi, sirkulasi, respirasi, sirkulasi,
menelan, emosi dan fonasi. Fungsi laring untuk proteksi adalah untuk mencegah agar
makanan dan benda asing masuk kedalam trakea dengan jalan menutup aditus laring dan rima
glotis yang secara bersamaan. Benda asing yang telah masuk ke dalam trakea dan sekret yang
berasal dari paru juga dapat dikeluarkan lewat reflek batuk. Fungsi respirasi laring dengan
mengatur mengatur besar kecilnya rima glotis. Dengan terjadinya perubahan tekanan udara
maka didalam traktus trakeo-bronkial akan dapat mempengaruhi sirkulasi darah tubuh. Oleh
karena itu, laring juga mempunyai fungsi sebagai alat pengatur sirkulasi darah. Fungsi laring
dalam proses menelan mempunyai tiga mekanisme yaitu gerakan laring bagian bawah keatas,
menutup aditus laringeus, serta mendorong bolus makanan turun ke hipofaring dan tidak
mungkin masuk kedalam laring. Laring mempunyai fungsi untuk mengekspresikan emosi
seperti berteriak, mengeluh, menangis dan lain-lain yang berkaitan dengan fungsinya untuk
fonasi dengan membuat suara serta mementukan tinggi rendahnya nada.
(Cohen JL 1997,369-76)
4
Etiologi
Inflamasi laring sering terjadi sebagai akibat terlalu banyak menggunakan suara,
pemajanan terhadap debu, bahan kimiawi, asap, dan polutan lainnya, atau sebagai bagian dari
infeksi saluran nafas atas. Kemungkinan juga disebabkan oleh infeksi yang terisolasi yang
hanya mengenai pita suara.
Sebagian besar kasus laringitis sementara dipicu oleh infeksi virus atau regangan
vokal dan tidak serius. Tapi suara serak kadang-kadang merupakan tanda yang lebih serius
dari kondisi medis yang mendasari. Sebagian besar kasus laringitis berakhir kurang dari
beberapa minggu dan disebabkan cuaca dingin.
Penyebab yang paling sering adalah infeksi virus pada saluran pernafasan bagian atas
(misalnya common cold). Laringitis juga bisa menyertai bronkitis, pneumonia, influenza,
pertusis, campak dan difteri.
1
Laringitis Akut
Pada laringitis akut biasanya penyebabnya oleh infeksi virus. Infeksi bakteri seperti
difteri juga dapat menjadi penyebabnya, tapi hal ini jarang terjadi. Laringitis akut
dapat juga terjadi saat anda menderita suatu penyakit atau setelah anda sembuh dari
suatu penyakit, seperti selesma, flu atau radang paru-paru (pneumonia).
(http://www.klinikindonesia.com/)
1
Laringitis akut ini dapat terjadi dari kelanjutan infeksi saluran nafas seperti
influenza atau common cold. infeksi virus influenza (tipe A dan B),
parainfluenza (tipe 1,2,3), rhinovirus dan adenovirus. Penyebab lain adalah
Haemofilus influenzae, Branhamella catarrhalis, Streptococcus pyogenes,
Staphylococcus aureus dan Streptococcus pneumoniae.
Trauma
Bahan kimia
Alergi
Laringitis Akut
2
Laringitis Kronik
Kasus yang sering terjadi pada laringitis kronis termasuk juga iritasi yang terus
menerus terjadi karena penggunaan alkohol yang berlebihan, banyak merokok atau asam dari
perut yang mengalir kembali ke dalam kerongkongan dan tenggorokan, suatu kondisi yang
disebut gastroesophageal reflux disease (GERD).
Laringitis kronis adalah inflamasi dari membran mukosa laring yang berlokasi di
saluran nafas atas, bila terjadi kurang dari 3 minggu dinamakan akut dan disebut kronis bila
terjadi lebih dari 3 minggu.
Beberapa pasien mungkin telah mengalami serangan laringitis akut berulang, terpapar
debu atau asap iritatif atau menggunakan suara tidak tepat dalam konteks neuromuskular.
Merokok dapat menyebabkan edema dan eritema laring.
Laringitis Kronis Spesifik
Yang termasuk dalam laringitis kronis spesifik ialah laringitis tuberkulosis dan
laringitis luetika.
1
Laringitis tuberkulosis
Penyakit ini hampir selalu akibat tuberkulosis paru. Biasanya pasca
pengobatan, tuberkulosis paru sembun tetapi laringitis tuberkulosis menetap.
Hal ini terjadi karena struktur mukosa laring yang melekat pada kartilago serta
vaskularisasinya yang tidak sebaik paru sehingga bila infeksi sudah mengenai
kartilago maka tatalaksananya dapat berlangsung lama.
Stadium ulserasi, ulkus yang timbul pada akhir stadium infiltrasi membesar. Ulkus
diangkat, dasarnya ditutupi perkijuan dan dirasakan sangat nyeri.
Laringitis luetika
Radang menahun ini jarang dijumpai Dalam 4 stadium lues yang paling
berhubungan dengan laringitis kronis ialah lues stadium tersier dimana terjadi
pembentukan gumma yang kadang menyerupai keganasan laring. Apabila
guma pecah akan timbul ulkus yang khas yaitu ulkus sangat dalam, bertepi
dengan dasar keras, merah tua dengan eksudat kekuningan. Ulkus ini tidak
nyeri tetapi menjalar cepat
Perbedaan Laringitis Akut dan Kronik
laringitis akut
Rhinovirus
1.
Laringitis kronis
Infeksi bakteri
Parainfluenza virus
2.
Infeksi tuberkulosis
Adenovirus
3.
Sifilis
Virus mumps
4.
Leprae
5.
Virus
6.
Jamur
7.
Actinomycosis
8.
9.
Alergi
Alergi
10.
Streptococcus grup A
10
Moraxella catarrhalis
11
Gastroesophageal refJluks
debu
11.
12.
Alkohol
13.
Gatroesophageal refluks
Patofisiologi
Hampir semua penyebab inflamasi ini adalah virus. Invasi bakteri mungkin sekunder.
Laringitis biasanya disertai rinitis atau nasofaringitis. Awitan infeksi mungkin berkaitan
dengan pemajanan terhadap perubahan suhu mendadak, defisiensi diet, malnutrisi, dan tidak
ada immunitas. Laringitis umum terjadi pada musim dingin dan mudah ditularkan. Ini terjadi
seiring dengan menurunnya daya tahan tubuh dari host serta prevalensi virus yang meningkat.
Laringitis ini biasanya didahului oleh faringitis dan infeksi saluran nafas bagian atas lainnya.
Hal ini akan mengakibatkan iritasi mukosa saluran nafas atas dan merangsang kelenjar mucus
untuk memproduksi mucus secara berlebihan sehingga menyumbat saluran nafas. Kondisi
tersebut akan merangsang terjadinya batuk hebat yang bisa menyebabkan iritasi pada laring.
Dan memacu terjadinya inflamasi pada laring tersebut. Inflamasi ini akan menyebabkan nyeri
akibat pengeluaran mediator kimia darah yang jika berlebihan akan merangsang peningkatan
suhu tubuh.
Manifestasi Klinis
Gejala lokal seperti suara parau dimana digambarkan pasien sebagai suara yang kasar
atau suara yang susah keluar atau suara dengan nada lebih rendah dari suara yang
biasa / normal dimana tOerjadi gangguan getaran serta ketegangan dalam pendekatan
kedua pita suara kiri dan kanan sehingga menimbulkan suara menjadi parau bahkan
sampai tidak bersuara sama sekali (afoni).
2
Gejala commmon cold seperti bersin-bersin, nyeri tenggorok hingga sulit menelan,
sumbatan hidung (nasal congestion), nyeri kepala, batuk dan demam dengan
temperatur yang tidak mengalami peningkatan dari 38 derajat celsius.
Pada pemeriksaan fisik akan tampak mukosa laring yang hiperemis, membengkak
terutama dibagian atas dan bawah pita suara dan juga didapatkan tanda radang akut
dihidung atau sinus paranasal atau paru
Obstruksi jalan nafas apabila ada udem laring diikuti udem subglotis yang terjadi
dalam beberapa jam dan biasanya sering terjadi pada anak berupa anak menjadi
gelisah, air hunger, sesak semakin bertambah berat, pemeriksaan fisik akan ditemukan
retraksi suprasternal dan epigastrium yang dapat menyebabkan keadaan darurat medik
yang dapat mengancam jiwa anak.
1
Laringitis Akut
Demam, malaise, gelaja rinigaringitis, suara parau sampai afoni, nyeri ketika
menelan atau berbicara, rasa kering ditenggorokan, batuk kering yang kelamaan
disertau
dahak
kental,
gejala
sumbatan
laring
sampai
sianosis.
Laringitis Kronik
Laringitis tuberkulosis
Terdapat gejala demam, keringat malam, penurunan berat badan, rasa kering, panas,
dan tertekan di daerah laring, suara parau beriminggu-minggu dan pada stadium
lanjut dapat afoni, bentuk produktif, gemoptisis, nyeri menelan yang lebih hebat
bila gejala-gejala proses aktif pada paru. Dapat timbul sumbatan jalan napas karena
edema: tumberkuloma, atau paralysis pita suara.
Sesuai dengan stadium dari penyakit, pada laringoskop akan terlihat:
1
Stadium infiltrasi
Mukosa laring membengkak, hiperemis (bagian posterior), dan pucar.
Terbentuk tuberkel di daerah submukosa, tampak sebagai bintik-bintik
kebiruan. Tuberkel membesar, menyatu sehingga mukosa di atasnya meregang.
Bila pecah akan timbul ulkus.
Stadium ulserasi
Ulkus membesar, dangkal, dasarnya ditutupi perkijuan dan terasa.
Stadium perikondritis
Ulkus makin dalam mengenai kartilago laring, kartilagi aritenoid, dan
epiglottis/ terbentuk nanah yang berbau sampai terbentuk sekuester. Keadaan
umum pasien sangat buruk, dapat fibrotuberkulosis pada dinding posterior,
pita suara, dan subglotik.
Pemeriksaan Penunjang
Foto rontgen leher AP : bisa tampak pembengkakan jaringan subglotis (Steeple sign).
Tanda ini ditemukan pada 50% kasus.
Pada pemeriksaan laringoskopi indirek akan ditemukan mukosa laring yang sangat
sembab, hiperemis dan tanpa membran serta tampak pembengkakan subglotis yaitu
pembengkakan jaringan ikat pada konus elastikus yang akan tampak dibawah pita
suara.
Laringitis Akut
Pemeriksaan apusan dari laring untuk kultur dan uji resistensi pada kasus yang
lama atau sering residif.
Laringitis tuberkulosis
Pemeriksaan laboratorium hasil tahan asam dari sputum atau bilasan lambung, foto
toraks menunjukkan tanda proses spesifik baru, laringoskopi langsung/tak
langsung, dan pemeriksaan PA.
8
Prognosis
Prognosis untuk penderita laringitis akut ini umumnya baik dan pemulihannya selama satu
minggu. Namun pada anak khususnya pada usia 1-3 tahun penyakit ini dapat menyebabkan
udem laring dan udem subglotis sehingga dapat menimbulkan obstruksi jalan nafas dan bila
hal ini terjadi dapat dilakukan pemasangan endotrakeal atau trakeostomiaik.
9
Penatalaksanaan Medis
Laringitis Akut
Terapi pada laringitis akut berupa mengistirahatkan pita suara, antibiotik, menambah
kelembaban, dan menekan batuk. Obat-obatan dengan efek samping yang menyebabkan
kekeringan harus dihindari. Penyayi dan para profesional yang mengandalkan suara perlu
dinasehati agar membiarkan proses radang mereda sebelum melanjutkan karier mereka.
Usaha bernyayi selama proses radang berlangsung dapat mengakibatkan perdarahan pada
laring dan perkembangan nodul korda vokalis selanjutnya. Terapi pada laringitis kronis terdiri
dari menghilangkan penyebab, koreksi gangguan yang dapat diatasi, dan latihan kembali
kebiasaan menggunakan vocal dengan terapi bicara. Antibiotik dan terapi singkat steroid
dapat mengurangi proses radang untuk sementara waktu, namun tidak bermanfaat untuk
rehabilitasi jangka panjang. Eliminasi obat-obat dengan efek samping juga dapat membantu.
Pada pasien dengan gastroenteriris refluks dapat diberikan reseptor H2 antagonis, pompa
proton inhibitor. Juga diberikan hidrasi, meningkatkan kelembaban, menghindari polutan.
Terapi pembedahan bila terdapat sekuester dan trakeostomi bila terjadi sumbatan laring.
Hindari iritasi pada laring dan faring. Untuk terapi mendikamentosa diberikan
antibiotic penisilin anak 3 x 0 kg BB dan dewasa 3 x 500 mg. bila alergi dapat diganti
eritromisin atau basitrasin. Dan diberikan kortikosteroid untuk mengatasi edema. Dipasang
pipa endotrakea atau trakeostomi bila terdapat sumbatan laring.
Laringitis Kronik
Diminta untuk tidak banyak bicara dan mengonati peradangan di hitung, faring, serta bronkus
yang mungkin menjadi penyebab. Diberikan antibiotik bila terdapat tanda infeksi dan
ekspektoran. Untuk jangka pendek dapat diberikan steroid.
Laringitis kronis yang berlangsung lebih dari beberapa minggu dan tidak berhubungan
dengan penyakit sistemik, sebagian besar berhubungan dengan pemajanan rekuren dari iritan.
Asap rokok merupakan iritan inhalasi yang paling sering memicu laringitis kronis tetapi
laringitis juga dapat terjadi akibat menghisap kanabis atau inhalasi asap lainnya. Pada kasus
ini, pasien sebaiknya dijauhkan dari faktor pemicunya seperti dengan menghentikan
kebiasaan merokok.
Laringitis Tuberkulosis
Pengobatan dengan mengistirahatkan pita suara dan dengan pemberian obat anti nyeri
biasanya telah mencukupi. Pemberian obat antituberkulosis primer dan skunder. Pada infeksi
bakteri, antibiotik yang tepat harus diberikan.Trakeostomi bila timbul sumbatan jalan napas.
2.2 LANDASAN TEORITIS ASUHAN KEPERAWATAN
1
Pengkajian
1
Pasien (diisi lengkap): nama, jenis kelamin, umur, status perkawinan, agama,
pekerjaan, alamat, tanggal masuk RS.
Pemeriksaan Fisik
1.
Keadaan umum
2.
GCS
3.
4.
Kesadaran
Apakah makan dan minum klien berkurang karena sakit tenggorokan dan
sakit saat menelan?
Pola eliminasi
1
5
4
Kaji perubahan pola tidur klien, berapa lama klien tidur dalam sehari?
Kaji tingkat kesadaran klien, apakah klien mengalami gangguan pada panca
indra?
Kaji bagaimana peran fungsi klien dalam keluarga sebelum dan selama
dirawat di Rumah Sakit dan bagaimana hubungan sosial klien dengan
masyarakat sekitarnya?
Apa klien mengalami sulit bersosialisasi dengan orang lain karena kesulitan
komunikasi yang dirasakannya?
10
11
NOC
NOC : Bersihan jalan1 Airway
nafas
efektif
(Pengaturan
Defenisi: Ketidakmampuan
napas) (p.95)
Aktivitas :
proses
penghalang
tidak
inflamasi
(p. 308)
Definisi
penghalang
untuk
mempertahankan
untuk
jelas
atau
dari
saluran
pernafasan
jalan
jalan
1 Sputum berlebih
trust
Status
membutuhkan aktual /
pernapasan:Jalan
napas paten
nafas
Indikator :
Batasan karakteristik:
untuk 1
mempertahankan
jalan
pernafasan
Ketidakmampuan
sekresi
dari
NIC
management
Mengeluarkan
secret
dengan
3 Kesulitan bersuara
napas
suctioning
4 Kelebihan dahak
5 Batuk yang tidak efektif
batuk
7 instruksikan
bagaimana
Pain
Indicator:
laring
sekunder
akibat1 Mengenali
infeksi.
faktor
yang
berhubungan
management
Aktivitas:
secara
termasuk
lokasi
psikospiritual,
karakteristik,
durasi,
lingkungan
Batasan karakteristik:
Gejala
penyakit
berhubungan
Gangguan pola tidur
Melaporkan
ketidaknyamanan
Melaporkan gelisah
nonanalgesik
komprehensif
yang
untuk
mengetahui pengalaman
nyeri pasien
4 Kaji
budaya
yang
mempengaruhi
respion
nyeri
5 Determinasi
akibat
nyeri
mencari
dan
menemukan dukungan
7 Control ruangan yang dapat
mempengaruhi nyeri
8 Kurangi
factor
presipitasi
nyeri
9 Pilih
dan
lakukan
penanganan nyeri
10 Ajarkan
pasien
untuk
memonitor nyeri
11 Kaji tipe dan sumber nyeri
untuk
menentukan
intervensi
12 Berikan
analgetik
untuk
mengurangi nyeri
13 Evaluasi keefektifan control
nyeri
14 Tingkatkan istirahat
15 Kolaborasikan dengan dokter
jika ada keluhan dan
tindakan
nyeri
tidak
berhasil
16 Monitor penerimaan pasien
tentang manajemen nyeri
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman MH. 2006. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak, Edisi ke2. Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Jakarta.
Becker W, Nauman HH & Pfalt CR. 2007. Acute laryngitis in Ear nose and Throath Desease,
New york, Thieme medical publisher.
Brooker, Chris. 2008. Ensiklopedia Keperawatan. Jakarta :EGC
Cohen JL. 2007. Anatomi dan Fisiologi Laring. Dalam BOIES-Buku Ajar Penyakit
THT.Edisi ke6.Jakarta:EGC.
Corwin, Elizabeth J. 2000. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta:EGC
Hermani B,Kartosudiro S & Abdurrahman B. 2006. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga
Hidung Tenggorok Kepala Leher, edisi ke 5. Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Jakarta.
Jhon SD & Maves MD. 2006. Surgical Anatomyof the Head and Neck. In Byron-Head and
Neck surgery Otolaryngology.ed3.Vol I,USA.Wilkins Publisher.
Mansjoer, Arif. 1999. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi-3, Jilid-1. Jakarta; Media
Aesculapius.