PEMBAHASAN
2.1 KONSEP MEDIS
A. Definisi
Laringitis adalah inflamasi laring (ensiklopedia keperawatan). Laringitis adalah
peradangan yang terjadi pada pita suara karena terlalu banyak digunakan, karena iritasi
atau karena adanya infeksi. Pita suara adalah suatu susunan yang terdiri dari tulang
rawan, otot dan membran mukosa yang membentuk pintu masuk dari batang tenggorok
(trachea). Di dalam kotak suara terdapat pita suara—dua buah membran mukosa yang
terlipat dua membungkus otot dan tulang rawan.
Biasanya pita suara akan membuka dan menutup dengan lancar, membentuk suara
melalui pergerakan dan getaran yang terbentuk. Tapi bila terjadi laringitis, pita suara
akan meradang atau terjadi iritasi pada pita suara. Pita suara tersebut akan membengkak,
menyebabkan terjadinya perubahan suara yang diproduksi oleh udara yang lewat
melalui celah diantara keduanya. Akibatnya, suara akan terdengar serak. Pada beberapa
kasus laringitis, suara akan menjadi sangat lemah sehingga tidak terdengar.
Laringitis dapat berlangsung dalam waktu singkat (akut) atau berlansung lama
(kronis) lebih dari 3 minggu. Meskipun laringitis akut biasanya hanya karena terjadinya
iritasi dan peradagnan akibat virus, suara serak yang sering terjadi dapat menjadi tanda
adanya masalah yang lebih serius.
B. Anatomi Laring
Laring merupakan bagian terbawah dari saluran nafas bagian atas. Berikut ini akan
ditampilkan laring secara anatomi.
3
Gambar 1.1.
Anatomi Laring
Bentuk laring menyerupai limas segitiga terpancung dengan bagian atas lebih
terpancung dan bagian atas lebih besar daripada bagian bawah. Batas atas laring adalah
aditus laring sedangkan batas kaudal kartilago krikoid. Struktur kerangka laring terdiri
dari satu tulang (os hioid) dan beberapa tulang rawan, baik yang berpasangan ataupun
tidak. Komponen utama pada struktur laring adalah kartilago tiroid yang berbentuk
seperti perisai dan kartilago krikoid. Os hioid terletak disebelah superior dengan bentuk
huruf U dan dapat dipalapsi pada leher depan serta lewat mulut pada dinding faring
lateral. Dibagian bawah os hioid ini bergantung ligamentum tirohioid yang terdiri dari
dua sayap / alae kartilago tiroid. Sementara itu kartilago krikoidea mudah teraba
dibawah kulit yang melekat pada kartilago tiroidea lewat kartilago krikotiroid yang
berbentuk bulat penuh. Pada permukaan superior lamina terletak pasangan kartilago
aritinoid yang berbentuk piramid bersisi tiga. Pada masing-masing kartilago aritinoid ini
mempunyai dua buah prosesus yakni prosessus vokalis anterior dan prosessus
muskularis lateralis. Pada prossesus vokalis akan membentuk 2/5 bagian belakang dari
korda vokalis sedangakan ligamentum vokalis membentuk bagian membranosa atau
bagian pita suara yang dapat bergetar. Ujung bebas dan permukaan superior korda
vokalis suara membentuk glotis. Kartilago epiglotika merupakan struktur garis tengah
tunggal yang berbentuk seperti bola pimpong yang berfungsi mendorong makanan yang
ditelan kesamping jalan nafas laring. Selain itu juga teradpat dua pasang kartilago kecil
didalam laring yang mana tidak mempunyai fungsi yakni kartilago kornikulata dan
kuneiformis.
Gambar 1.2
Anatomi Laring
Gerakan laring dilakukan oleh kelompok otot-otot ekstrinsik dan intrisik. Otot ekstinsik
bekerja pada laring secara keseluruhan yang terdiri dari otot ekstrinsik suprahioid
(m.digastrikus, m.geniohioid, m.stilohioid dan m.milohioid) yang berfungsi menarik
laring ke atas. otot ekstinsik infrahioid (m.sternihioid, m.omohioid, m.tirohioid). Otot
intrisik laring menyebabkan gerakan antara berbagai struktur laring sendiri, seperti otot
vokalis dan tiroaritenoid yang membentuk tonjolan pada korda vokalis dan berperan
dalam membentuk teganagan korda vokalis, otot krikotiroid berfungsi menarik kartilago
tiroid kedepan, meregang dan menegangkan korda vokalis. Laring disarafi oleh cabang-
cabang nervus vagus yakni nervus laringeus superior dan nervus laringeus inferior
(n.laringeus rekurens). Kedua saraf ini merupakan campuran saraf motorik dan sensorik.
Perdarahan pada laring terdiri dari dua cabang yakni arteri laringeus superior dan ateri
laringeus inferior yang kemudian akan bergabung dengan vena tiroid superior dan
inferior. (Cohen JL 1997,369-76)
C. Fisiologi Laring
Laring berfungsi sebagai proteksi, batuk, respirasi, sirkulasi, respirasi, sirkulasi,
menelan, emosi dan fonasi. Fungsi laring untuk proteksi adalah untuk mencegah agar
makanan dan benda asing masuk kedalam trakea dengan jalan menutup aditus laring
dan rima glotis yang secara bersamaan. Benda asing yang telah masuk ke dalam trakea
dan sekret yang berasal dari paru juga dapat dikeluarkan lewat reflek batuk. Fungsi
respirasi laring dengan mengatur mengatur besar kecilnya rima glotis. Dengan
terjadinya perubahan tekanan udara maka didalam traktus trakeo-bronkial akan dapat
mempengaruhi sirkulasi darah tubuh. Oleh karena itu, laring juga mempunyai fungsi
sebagai alat pengatur sirkulasi darah. Fungsi laring dalam proses menelan mempunyai
tiga mekanisme yaitu gerakan laring bagian bawah keatas, menutup aditus laringeus,
serta mendorong bolus makanan turun ke hipofaring dan tidak mungkin masuk kedalam
laring. Laring mempunyai fungsi untuk mengekspresikan emosi seperti berteriak,
mengeluh, menangis dan lain-lain yang berkaitan dengan fungsinya untuk fonasi dengan
membuat suara serta mementukan tinggi rendahnya nada. (Cohen JL 1997,369-76)
D. Etiologi
Inflamasi laring sering terjadi sebagai akibat terlalu banyak menggunakan suara,
pemajanan terhadap debu, bahan kimiawi, asap, dan polutan lainnya, atau sebagai
bagian dari infeksi saluran nafas atas. Kemungkinan juga disebabkan oleh infeksi yang
terisolasi yang hanya mengenai pita suara.
Sebagian besar kasus laringitis sementara dipicu oleh infeksi virus atau regangan vokal
dan tidak serius. Tapi suara serak kadang-kadang merupakan tanda yang lebih serius
dari kondisi medis yang mendasari. Sebagian besar kasus laringitis berakhir kurang dari
beberapa minggu dan disebabkan cuaca dingin.
Penyebab yang paling sering adalah infeksi virus pada saluran pernafasan bagian atas
(misalnya common cold). Laringitis juga bisa menyertai bronkitis, pneumonia,
influenza, pertusis, campak dan difteri.
(Hermani B,Kartosudiro S & Abdurrahman B, 2003,190 – 200)
1. Laringitis Akut
Pada laringitis akut biasanya penyebabnya oleh infeksi virus. Infeksi bakteri seperti
difteri juga dapat menjadi penyebabnya, tapi hal ini jarang terjadi. Laringitis akut
dapat juga terjadi saat anda menderita suatu penyakit atau setelah anda sembuh dari
suatu penyakit, seperti selesma, flu atau radang paru-paru (pneumonia).
a. Laringitis akut ini dapat terjadi dari kelanjutan infeksi saluran nafas seperti
influenza atau common cold. infeksi virus influenza (tipe A dan B), parainfluenza
(tipe 1,2,3), rhinovirus dan adenovirus. Penyebab lain adalah Haemofilus
influenzae, Branhamella catarrhalis, Streptococcus pyogenes, Staphylococcus
aureus dan Streptococcus pneumoniae.
b. Penyakit ini dapat terjadi karena perubahan musim / cuaca
c. Pemakaian suara yang berlebihan
d. Trauma
e. Bahan kimia
f. Merokok dan minum-minum alkohol
g. Alergi
2. Laringitis Kronik
Kasus yang sering terjadi pada laringitis kronis termasuk juga iritasi yang terus
menerus terjadi karena penggunaan alkohol yang berlebihan, banyak merokok atau
asam dari perut yang mengalir kembali ke dalam kerongkongan dan tenggorokan,
suatu kondisi yang disebut gastroesophageal reflux disease (GERD).
Laringitis kronis adalah inflamasi dari membran mukosa laring yang berlokasi di
saluran nafas atas, bila terjadi kurang dari 3 minggu dinamakan akut dan disebut
kronis bila terjadi lebih dari 3 minggu.
b. Laringitis luetika
Radang menahun ini jarang dijumpai Dalam 4 stadium lues yang paling
berhubungan dengan laringitis kronis ialah lues stadium tersier dimana terjadi
pembentukan gumma yang kadang menyerupai keganasan laring. Apabila guma
pecah akan timbul ulkus yang khas yaitu ulkus sangat dalam, bertepi dengan
dasar keras, merah tua dengan eksudat kekuningan. Ulkus ini tidak nyeri tetapi
menjalar cepat
Perbedaan Laringitis Akut dan Kronik
E. Patofisiologi
Hampir semua penyebab inflamasi ini adalah virus. Invasi bakteri mungkin sekunder.
Laringitis biasanya disertai rinitis atau nasofaringitis. Awitan infeksi mungkin berkaitan
dengan pemajanan terhadap perubahan suhu mendadak, defisiensi diet, malnutrisi, dan
tidak ada immunitas. Laringitis umum terjadi pada musim dingin dan mudah ditularkan.
Ini terjadi seiring dengan menurunnya daya tahan tubuh dari host serta prevalensi virus
yang meningkat. Laringitis ini biasanya didahului oleh faringitis dan infeksi saluran
nafas bagian atas lainnya. Hal ini akan mengakibatkan iritasi mukosa saluran nafas atas
dan merangsang kelenjar mucus untuk memproduksi mucus secara berlebihan sehingga
menyumbat saluran nafas. Kondisi tersebut akan merangsang terjadinya batuk hebat
yang bisa menyebabkan iritasi pada laring. Dan memacu terjadinya inflamasi pada
laring tersebut. Inflamasi ini akan menyebabkan nyeri akibat pengeluaran mediator
kimia darah yang jika berlebihan akan merangsang peningkatan suhu tubuh.
(Elizabeth J. Corwin 2000 , 432)
F. Manifestasi Klinis
1. Gejala lokal seperti suara parau dimana digambarkan pasien sebagai suara yang kasar
atau suara yang susah keluar atau suara dengan nada lebih rendah dari suara yang
biasa / normal dimana terjadi gangguan getaran serta ketegangan dalam pendekatan
kedua pita suara kiri dan kanan sehingga menimbulkan suara menjadi parau bahkan
sampai tidak bersuara sama sekali (afoni).
2. Sesak nafas dan stridor
3. Nyeri tenggorokan seperti nyeri ketika menalan atau berbicara.
4. Gejala radang umum seperti demam, malaise
5. Batuk kering yang lama kelamaan disertai dengan dahak kental
6. Gejala commmon cold seperti bersin-bersin, nyeri tenggorok hingga sulit menelan,
sumbatan hidung (nasal congestion), nyeri kepala, batuk dan demam dengan
temperatur yang tidak mengalami peningkatan dari 38 derajat celsius.
7. Gejala influenza seperti bersin-bersin, nyeri tenggorok hingga sulit menelan,
sumbatan hidung (nasal congestion), nyeri kepala, batuk, peningkatan suhu yang
sangat berarti yakni lebih dari 38 derajat celsius, dan adanya rasa lemah, lemas yang
disertai dengan nyeri diseluruh tubuh .
8. Pada pemeriksaan fisik akan tampak mukosa laring yang hiperemis, membengkak
terutama dibagian atas dan bawah pita suara dan juga didapatkan tanda radang akut
dihidung atau sinus paranasal atau paru
9. Obstruksi jalan nafas apabila ada udem laring diikuti udem subglotis yang terjadi
dalam beberapa jam dan biasanya sering terjadi pada anak berupa anak menjadi
gelisah, air hunger, sesak semakin bertambah berat, pemeriksaan fisik akan
ditemukan retraksi suprasternal dan epigastrium yang dapat menyebabkan keadaan
darurat medik yang dapat mengancam jiwa anak.
a. Laringitis Akut
Demam, malaise, gelaja rinigaringitis, suara parau sampai afoni, nyeri ketika
menelan atau berbicara, rasa kering ditenggorokan, batuk kering yang kelamaan
disertau dahak kental, gejala sumbatan laring sampai sianosis.
Pada pemeriksaan, tampak mukosa laring hiperemis, membengkak, terutama di
atas dan bahwa pita suara. Biasanya tidak terbatas di laring, juga ada tanda radang
akut dihitung sinus peranasak, atau paru.
b. Laringitis Kronik
Suara parau yang menetap, rasa tersangkut di tenggorok sehingga sering
mendehem tanpa sekret. Pada pemeriksaan tampak mukosa laring hiperemis.
Tidak rata, dan menebal. Bila tumor dapat dilakukan biopsi.
c. Laringitis tuberkulosis
Terdapat gejala demam, keringat malam, penurunan berat badan, rasa kering,
panas, dan tertekan di daerah laring, suara parau beriminggu-minggu dan pada
stadium lanjut dapat afoni, bentuk produktif, gemoptisis, nyeri menelan yang lebih
hebat bila gejala-gejala proses aktif pada paru. Dapat timbul sumbatan jalan napas
karena edema: tumberkuloma, atau paralysis pita suara.
Sesuai dengan stadium dari penyakit, pada laringoskop akan terlihat:
Stadium infiltrasi
Mukosa laring membengkak, hiperemis (bagian posterior), dan pucar.
Terbentuk tuberkel di daerah submukosa, tampak sebagai bintik-bintik
kebiruan. Tuberkel membesar, menyatu sehingga mukosa di atasnya meregang.
Bila pecah akan timbul ulkus.
Stadium ulserasi
Ulkus membesar, dangkal, dasarnya ditutupi perkijuan dan terasa.
Stadium perikondritis
Ulkus makin dalam mengenai kartilago laring, kartilagi aritenoid, dan
epiglottis/ terbentuk nanah yang berbau sampai terbentuk sekuester. Keadaan
umum pasien sangat buruk, dapat fibrotuberkulosis pada dinding posterior, pita
suara, dan subglotik.
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Foto rontgen leher AP : bisa tampak pembengkakan jaringan subglotis (Steeple
sign). Tanda ini ditemukan pada 50% kasus.
2. Pemeriksaan laboratorium : gambaran darah dapat normal. Jika disertai infeksi
sekunder, leukosit dapat meningkat.
3. Pada pemeriksaan laringoskopi indirek akan ditemukan mukosa laring yang sangat
sembab, hiperemis dan tanpa membran serta tampak pembengkakan subglotis yaitu
pembengkakan jaringan ikat pada konus elastikus yang akan tampak dibawah pita
suara.
Laringitis Akut
Pemeriksaan apusan dari laring untuk kultur dan uji resistensi pada kasus yang lama
atau sering residif
Laringitis tuberkulosis
Pemeriksaan laboratorium hasil tahan asam dari sputum atau bilasan lambung, foto
toraks menunjukkan tanda proses spesifik baru, laringoskopi langsung/tak langsung, dan
pemeriksaan PA. (Mansjoer, Arif.1999, 125)
H. Prognosis
Prognosis untuk penderita laringitis akut ini umumnya baik dan pemulihannya selama
satu minggu. Namun pada anak khususnya pada usia 1-3 tahun penyakit ini dapat
menyebabkan udem laring dan udem subglotis sehingga dapat menimbulkan obstruksi
jalan nafas dan bila hal ini terjadi dapat dilakukan pemasangan endotrakeal atau
trakeostomiaik.
I. Penatalaksanaan
Laringitis Akut
Terapi pada laringitis akut berupa mengistirahatkan pita suara, antibiotik, menambah
kelembaban, dan menekan batuk. Obat-obatan dengan efek samping yang menyebabkan
kekeringan harus dihindari. Penyanyi dan para profesional yang mengandalkan suara
perlu dinasehati agar membiarkan proses radang mereda sebelum melanjutkan karier
mereka. Usaha bernyayi selama proses radang berlangsung dapat mengakibatkan
perdarahan pada laring dan perkembangan nodul korda vokalis selanjutnya. Terapi pada
laringitis kronis terdiri dari menghilangkan penyebab, koreksi gangguan yang dapat
diatasi, dan latihan kembali kebiasaan menggunakan vocal dengan terapi bicara.
Antibiotik dan terapi singkat steroid dapat mengurangi proses radang untuk sementara
waktu, namun tidak bermanfaat untuk rehabilitasi jangka panjang. Eliminasi obat-obat
dengan efek samping juga dapat membantu. Pada pasien dengan gastroenteriris refluks
dapat diberikan reseptor H2 antagonis, pompa proton inhibitor. Juga diberikan hidrasi,
meningkatkan kelembaban, menghindari polutan. Terapi pembedahan bila terdapat
sekuester dan trakeostomi bila terjadi sumbatan laring.
Hindari iritasi pada laring dan faring. Untuk terapi mendikamentosa diberikan antibiotic
penisilin anak 3 x 0 kg BB dan dewasa 3 x 500 mg. bila alergi dapat diganti eritromisin
atau basitrasin. Dan diberikan kortikosteroid untuk mengatasi edema. Dipasang pipa
endotrakea atau trakeostomi bila terdapat sumbatan laring.
Laringitis Kronik
Diminta untuk tidak banyak bicara dan mengonati peradangan di hitung, faring, serta
bronkus yang mungkin menjadi penyebab. Diberikan antibiotik bila terdapat tanda
infeksi dan ekspektoran. Untuk jangka pendek dapat diberikan steroid.
Laringitis kronis yang berlangsung lebih dari beberapa minggu dan tidak berhubungan
dengan penyakit sistemik, sebagian besar berhubungan dengan pemajanan rekuren dari
iritan. Asap rokok merupakan iritan inhalasi yang paling sering memicu laringitis kronis
tetapi laringitis juga dapat terjadi akibat menghisap kanabis atau inhalasi asap lainnya.
Pada kasus ini, pasien sebaiknya dijauhkan dari faktor pemicunya seperti dengan
menghentikan kebiasaan merokok
Laringitis Tuberkulosis
Pengobatan dengan mengistirahatkan pita suara dan dengan pemberian obat anti nyeri
biasanya telah mencukupi. Pemberian obat antituberkulosis primer dan skunder. Pada
infeksi bakteri, antibiotik yang tepat harus diberikan.Trakeostomi bila timbul sumbatan
jalan napas
J. Pencegahan
Jangan merokok, hindari asap rokok karena rokok akan membuat tenggorokan kering
dan mengakibatkan iritasi pada pita suara,
minum banyak air karena cairan akan membantu menjaga agar lendir yang terdapat
pada tenggorokan tidak terlalu banyak dan mudah untuk dibersihkan,
batasi penggunaan alkohol dan kafein untuk mencegah tenggorokan kering.
jangan berdehem untuk membersihkan tenggorokan karena berdehem akan
menyebabkan terjadinya vibrasi abnormal pada pita suara
meningkatkan pembengkakan dan berdehem juga akan menyebabkan tenggorokan
memproduksi lebih banyak lendir.