Disusun oleh :
1. Cevenly tampubolon
2. Yunika
3. Rostina
4. Henni
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan YME, atas rahmat dan hidayahNya, sehingga penulis
dapat menyelesaikan Makalah Keperawatan Jiwa dengan judul “ASKEP
KEPERAWATAN JIWA DENGAN DEFISIT PERAWATAN DIRI”. Makalah ini
ditulis untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan perkembangan ilmu keperawatan dengan
perkembangan kurikulum terbaru, khususnya mata kuliah Keperawatan Jiwa.
Semoga makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk
pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua dan para
pembaca dapat memahami dan mendapatkan pengetahuan yang lebih baik, sehingga dapat
diaplikasikan untuk mengembangkan kompetensi dalam keperawatan.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, untuk itu
kami selalu bersedia dengan terbuka menerima berbagai saran dan kritik demi perbaikan di
masa mendatang.
Kelompok V
DAFTAR IS
BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang.....................................................................................................1
B. Rumusan masalah................................................................................................2
C. Tujuan Penulis......................................................................................................2
1.Tujuan Umum.................................................................................................2
2.Tujuan Khusus................................................................................................2
BAB II Tinjauan Pustaka
A. Pengkajian............................................................................................................3
1. Defenisi..........................................................................................................4
2. Etiologi.............................................................................................................
3. Jenis-jenis defisit perawatan diri......................................................................
4. Tanda dan gejala..............................................................................................
5. Rentang respon.................................................................................................
6. Mekanisme koping...........................................................................................
7. Penjabaran masalah..........................................................................................
8. Penatalaksanaan...............................................................................................
9. Data yang perlu dikaji......................................................................................
10. Masalah keperawatan yang mungkin muncul..................................................
B. Diagnosa keperawatan..........................................................................................7
C. Rencana tindakan keperawatan...............................................................................
D. Pelaksanaa..............................................................................................................
E. Evalusasi.................................................................................................................
F. Komunikasi.............................................................................................................
BAB III Tinjauan Kasus
A. Pengkajian..........................................................................................................18
B. Analisa Data........................................................................................................18
C. Daftar masalah keperawatan...................................................................................
D. Pohon masalah........................................................................................................
E. Intervensi.................................................................................................................
F. Implementasi dan evaluasi......................................................................................
BAB IV Kesimpulan dan Saran
A. KESIMPULAN........................................................................................................
B. SARAN......................................................................................................................
Daftar Pustaka.................................................................................................................19
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan jiwa merupakan bagian integral dari kesehatan, sehat jiwa tidak
hanya terbatas dari gangguan jiwa, tetapi merupakan suatu hal yang dibutuhkan
oleh semua orang. Menurut Yosep (2007), kesehatan jiwa adalah sikap yang
positif terhadap diri sendiri, tumbuh, berkembang, memiliki aktualisasi diri,
keutuhan, kebebasan diri, memiliki persepsi sesuai kenyataan dan kecakapan
dalam beradaptasi dengan lingkungan.
Umumnya manusia memiliki kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan
baik, namun ada juga individu yang mengalami kesulitan untuk melakukan
penyesuaian dengan persoalan yang dihadapi. Mereka bahkan gagal melakukan
koping yang sesuai tekanan yang dialami, atau mereka menggunakan koping yang
negatif, koping yang tidak menyelesaikan persoalan dan tekanan tapi lebih pada
menghindari atau mengingkari persoalan yang ada.
Permasalahan pada suatu individu dalam mengalami gangguan jiwa
sangatlah kompleks antara satu dengan lainnya saling berkaitan. Mekanisme
koping yang tidak efektif merupakan salah satu faktor seseorang dapat mengalami
gangguan jiwa. Seseorang dapat dikatakan sehat jiwanya apabila seseorang
tersebut memenuhi kriteria sebagai berikut : sikap positif terhadap diri sendiri,
tumbuh kembang dan aktualisasi diri, integrasi (keseimbangan 2 atau keutuhan),
otonomi, persepsi realitas, environmental mastery (kecakapan dalam adaptasi
dengan lingkungan).
Sejalan dengan itu fungsi serta tanggung jawab perawat psikiatri dalam
memberikan asuhan keperawatan dituntut untuk dapat menciptakan suasana yang
dapat membantu proses penyembuhan dengan menggunakan hubungan terapeutik
melalui usaha pendidikan kesehatan dan tindakan keperawatan yang dapat
membantu proses penyembuhan dengan menggunakan hubungan terapeutik
melalui usaha pendidikan kesehatan dan tindakan keperawatan secara
komprehensif yang diajukan secara berkesinambungan karena penderita isolasi
sosial dapat menjadi berat dan lebih sukar dalam penyembuhan bila tidak
mendapatkan perawatan secara intensif.
Menurut data dari WHO (World Health Organization) tahun 2011, yang di
kutip dari Ikrar (2012), penderita gangguan jiwa berat telah menempati tingkat
yang luar biasa. Lebih 24 juta mengalami gangguan jiwa berat. Jumlah penderita
gangguan jiwa di dunia, seperti fenomena gunung es di lautan, yang kelihatannya
hanya puncaknya, tetapi dasarnya lebih banyak lagi yang belum terlacak. Bahkan
menurut laporan pusat psikiater Amerika, dibutuhkan dana sekitar US$ 160 bilyun
pertahun. Berarti gangguan jiwa berdampak dalam semua segi kehidupan,
ekonomi, politik, sosial, budaya, keamanan, dan seterusnya.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian tentang asuhan keperawatan pada pasien gangguan jiwa dengan defisit
perawatan diri.
B. Perumusan Masalah
Dalam penulisan laporan ini perumusan masalahnya adalah bagaimana
aplikasi asuhan keperawatan pada klien dengan masalah utama defisit perawatan
diri di RS Harapan Pematangsiantar.
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengkajian
1. Defenisi
Defisit perawatan diri adalah suatu keadaan seseorang mengalai
kelainan dalam kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas
kehidupan sehari hari secara mandiri. Tidak ada keinginan untuk mandi secara
teratur, tidak menyisir rambut, pakaian kotor, bau badan, bau napas, dan
penampilan tidak rapi.
Defisit perawatan diri adalah ketidakmampuan dalam : kebersihan diri,
makan, berpakaian, berhias diri, makan sendiri, buang air besar atau kecil
sendiri (toileting) (Keliat B. A, dkk, 2011).
Defisit perawatan diri merupakan salah satu masalah timbul pada
pasien gangguan jiwa. Pasien gangguan iwa kronis sering mengalami
ketidakpedulian merawat diri. Keadaan ini merupakan gejala perilaku negatif
dan menyebabkan pasien dikucilkan baik dalam keluarga maupun
masyarakat (Yusuf, Rizky & Hanik,2015:154)
Defisit perawatan diri adalah suatu kondisi pada seseorang yang mengalami
kelemahan kemampuan dalam melakukan atau melengkapi aktivitas perawatan diri
secara mandiri seperti mandi (hygiene), berpakaian atau berhias, makan, dan BAB
atau BAK (toileting) (Fitria, 2009).
Kurangnya perawatan diri pada pasien dengan gangguan jiwa terjadi akibat
adanya perubahan proses pikir sehingga kemampuan untuk melakukan aktivitas
perawatan diri menurun. Kurang perawatan diri tampak dari ketidakmampuan
merawat kebersihan diri diantaranya mandi, makan dan minum secara mandiri,
berhias secara mandiri, dan toileting.
2. Etiologi
A. Faktor Predisposisi.
Beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya kurang perawatan diri
adalah, Perkembangan. Dalam perkembangan, keluarga yang terlalu melindungi
dan memanjakan klien dapat menimbulkan perkembangan inisiatif dan
keterampilan. Lalu faktor predisposisi selanjutnya adalah Faktor Biologis,
beberapa penyakit kronis dapat menyebabkan klien tidak mampu melakukan
perawatan diri secara mandiri. Faktor selanjutnya adalah kemampuan realitas
yang menurun. Klien dengan gangguan jiwa mempunyai kemampuan realitas
yang kurang, sehingga menyebabkan ketidak pedulian dirinya terhadap
lingkungan termasuk perawatan diri. Selanjutnya adalah faktor Sosial, kurang
dukungan serta latihan kemampuan dari lingkungannya, menyebabkan klien
merasa
B. Faktor Presipitasi.
Yang merupakan factor presipitasi defisit perawatan diri adalah kurangnya
atau penurunan motivasi, kerusakan kognisi, atau perseptual, cemas, lelah / lemah
yang dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakukan
perawatan diri. Sedangkan menurut Depkes tahun 2000 faktor yang
mempengaruhi personal hygiene adalah body Image, praktik social, status sosial
ekonomi, pengetahuan, budaya, kebiasaan dan kondisi fisik.
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan, seperti sabun, sikat gigi,
shampoo dan alat mandi lainnya yang membutuhkan uang untuk
menyediakannya.
1) Mandi/Hygiene
Klien mengalami ketidakmampuan dalam membersihkan badan,memperoleh
atau mendapatkan sumber air,mengatur suhu atau aliran air mandi,mendapatkan
perlengkapan mandi, mengeringkan tubuh, serta masuk dan keluar kamar mandi
2) Berpakaian/berhias
Klien mempunyai kelemahan dalam meletakkan atau mengambil potongan
pakaian ,menanggalkan pakaian,serta memperoleh atau menukar pakaian.Klien
juga memiliki ketidakmampuan untuk mengenakan pakaian dalam,memilih
pakaian,mengambil pakaian dan mengenakan sepatu
3) Makan
Klien mempunyai ketidakmampuan dalam menelan makanan,mempersiapkan
makanan,melengkapi makanan,mencerna makanan menurut cara yang diterima
masyarakat,serta mencerna cukup makanan dengan aman
4) Eliminasi
Klien memiliki keterbatasan atau ketidakmampuan dalam mendapatkan jamban
atau kamar kecil,duduk atau bangkit dari jamban,memanipulasi pakaian untuk
toileting,membersihkan diri setelah BAB/BAK dengan tepat,dan menyiram
toilet atau kamar kecil.
5. Rentang Respon
Adaptif Maladaptif
Keterangan :
1. Pola perawatan diri seimbang : saat klien mendapatkan stresor dan mampu untuk
berperilaku adaptif, maka pola perawatan yang dilakukan klien seimbang, klien
masih melakukan perawatan diri.
2. Kadang perawatan diri kadang tidak : saat klien mendapatkan stresor kadang
kadang klien tidak memperhatikan perawatan dirinya.
3. Tidak melakukan perawatan diri : klien mengatakan dia tidak peduli dan tidak
bisa melakukan perawatan saat stresor.
6. Mekanisme Koping
Mekanisme koping berdasarkan penggolongan nya di bagi 2 (Stuart & Sundeen,
2000), yaitu :
7. Penjabaran Masalah
a) Pohon Masalah
Effect Gangguan pemeliharaan
Kesehatan (BAB/BAK,
mandi, makan, minum)
BAK/BAB.
kotor, gigi kotor, kulit berdaki dan berbau,serta kuku panajng dan kotor.
acakan, pakaian kotor dan tidak rapi, pakaian tidak sesuai tidak bercukur
setelah BAB/BAK.
B. Diagnosa Keperawatan
Defisit Perawatan Diri
mandiri.
perawatan diri.
D. Pelaksanaan
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
No. Klien Keluarga
SP1 SP1
merawat klien.
kebersihan diri.
SP2 SP2
SP2 SP3
baik. pulang.
SP4
harian klien.
cara berdandan.
1. Pengertian
yang profesional mengarah pada tujuan kesembuhan pasien dengan titik tolak
danHartono,2007
1. Jenis komunikasi terapeutik
a. Komunikasi verbal
verbal biasanya lebih akurat dan tepat waktu. Kata-kata adalah alat
b. Komunikasi Tertulis
lain.
lain. Perawat perlu menyadari pesan verbal dan non verbal yang
2. Proses Komunikasi
a. Sumber komunikasi
verbal.
keberhasilan komunikasi.
b. Pesan
pihak.
3) Pesan harus menarik dan sesuai kebutuhan penerima.
c. Saluran (channel)
sebagai berikut :
pesan).
3. Teknik Komunikasi
4. Syarat-syarat Komunikasi.
dengan jelas.
menyeluruh.
c. Atur arus informasi sehingga antar pengirim, pesan, dan umpan
balik seimbang.
e. Tahan emosi.
c. Harapan.
d. Pendidikan.
e. Situasi.
a. Fase prainteraksi.
kemandirian saya?
b. Fase perkenalan/orientasi.
c. Fase kerja.
d. Fase terminasi.
Terminasi merupakan salah satu fase yang paling sulit namun paling
penting dalam hubungan perawat-klien. Pada fase ini, perawat dan klien
rencan keperawatan.