Anda di halaman 1dari 8

REFERAT

LARINGITIS AKUT

Pendahuluan
Laringitis akut merupakan penyakit yang umum pada anak-anak, mempunyai onset yang
cepat dan biasanya sembuh sendiri. Bila laryngitis berlangsung lebih dari 3 minggu maka disebut
laringitis kronik. Laringitis didefinisikan sebagai proses inflamasi yang melibatkan laring dan
dapat disebabkan oleh berbagai proses baik infeksi maupun non infeksi. Laringitis sering juga
disebut dengan “croup”. Dalam proses peradangannya laringitis sering melibatkan saluran
pernapasan di bawahnya yaitu trakea dan bronkus. Bila peradangan melibatkan laring dan trakea
maka diagnosis spesifiknya disebut laringotrakeitis dan bila peradangan sampai ke bronkus maka
diagnosis spesifiknya disebut laringotrakeobronkitis.

Anatomi Laring
Laring secara klinis dibagi menjadi tiga bagian yaitu supraglotis, glotis dan subglotis.
Pembagian ini merupakan pembagian berdasarkan perkembangan embriologi yang mempengaruhi
dampak klinis yang penting. Termasuk dalam supraglotis adalah epiglotis, aritenoid, plika
ariepiglotika dan plika ventrikularis, sedangkan glotis adalah pita suara (plika vokalis) termasuk
komisura anterior dan posterior sedangkan subglotis mulai dari pinggir bawah plika vokalis sampai
pinggir bawah kartilago krikoid.
Aliran limfe pada masig-masing bagian dari laring ini berbeda, dimana aliran limfe pada
supraglotis lebih banyak sedangkan pada glotis sangat sedikit.1
Laring merupakan organ yang berfungsi sebagai ala pernapasan, terdiri dari satu tulang dan
beberapa kartilago. Pada bagian superior laring terdapat os hyoid yang berbentuk U. Pada
permukaan superior os hyoid melekat tendon dan otot-otot lidah, mandibula, dan cranium. Pada
bagian bawah os hyoid terdapat dua buah alae atau sayap kartilagotiroid yang menggantung pada
ligamentum tiroid dan akan menyatu di bagian tengah yang disebut dengan Adam’s apple (jakun).
Kartilago krikoid dapat diraba di bawah kulit, melekat pada kartilgo tiroid melalui ligamentum
krikotiroidea.2

1
Bagian superior terdapat pasangan kartilago, arytenoid, yang berbentuk piramida bersisi
tiga. Bagian dasar piramida berlekatan dnegan krikoid pada artikulasio krikoaritenoid sehingga
dapat terjadi gerakan meluncur dan juga gerakan rotasi. Ligamentum vokalis meluas dari prosesus
vokalis melalui tendon komisura anterior. Dibagian posterior, ligamentum krikoaritenoid posterior
meluas dari batas superior lamina krikoid menuju permukaan medial kartilago aritenoid.

Gambar 1. Anatomi laring2

Sendi laring terdiri dari dua, yaitu: artikulasio krikotiroid dan krikoaritenoid. Gerakan
laring terjadi akibat keterlibatan otot intrinsic dan ekstrinsik laring. Otot intrinsic menyebabkan
gerakan-gerakan dibagian laring sendiri, dan otot ekstrinsik bekerja pada laring secara
keseluruhan. Plika vokalis dan plika ventrikularis terbentuk dari lipatan mukosa pada ligamentum
vokale dan ligamentum ventrikulare. Bidang yang terbentuk antara plika vokalis dan plika
ventrikularis membagi rongga laring dalam 3 bagian yaitu vestibulum laring (supraglotik), daerah
glotik, dan daerah infraglotik (subglotik).2
Laring dipersarafi oleh cabang-cabang nervus vagus, yaitu nervus laringeus superior dan
inferior. Kedua saraf merupakan campuran motoric dan sensorik. Nervus laringeus inferior
merupakan lanjutan dari nervus rekurens yang merupakan cabang dari nervus vagus. Nervus
rekurens kanan akan menyilang arteri subklavia kanan dibawahnya sedangkan nervus rekuren kiri
akan menyilang arkus aorta. Laring terdiri dari dua pasang pembuluh darah diantaranya arteri

2
laringeus superior dan arteri laringeus inferior. Arteri laringeus inferior cabang arteri tiroid
inferior, bersama-sama nervus laringeus inferior ke belakang sendi krikotiroid dan memasuki
laring ke pinggir bawah otot konstriktor inferior.2

Definisi Laringitis
Laringitis adalah peradangan pada laring yang terjadi karena banyak sebab. Inflamasi
larinng sering terjadi sebagai akibat terlaku banyak menggunakan suara, pemajanan terhadap debu,
bahan kimiawi, asap, polutan lainnya atau sebagai bagian dari infeksi saluran napas atas.
Kemungkinan juga disebabkan oleh infeksi yang terus terisolasi yang hanya mengenai pita suara.
Laringitis adalah radang akut atau kronis dari laring. Laringitis akut dapat merupakan
infeksi lokal atau bagian dari infeksi sistem pernapasan atas. Laringitis akut pada umumnya
merupakan kelanjutan dari rhinofaringitis akut atau manifestasi dari radang saluran napas atas.
Pada anak dapat menimbulkan sumbatan jalan napas karena rima lotis relatif lebih sempit,
sedangkan pada orang dewasa tidak secepat anak-anak. Laringitis akut hanya berlangsung
beberapa hari sedangkan laringitis kronis dapat bertahan hingga lebih dari 3 minggu. Infeksi virus
adalah penyebab paling umum dari laringitis akut sedangkan refluks asam merupakan penyebab
paling sering dari laringitis kronis.3

Epidemiologi
Prevalensi pasti dari laringitis akut belum dikatahui, karena tidak dilaporkan kejadiannya.
Hal ini disebabkan karena banyak pasien yang sering mengobati penyakit ini sendiri secara
konservatif dan jarang datang untuk mencari pertolongan dokter. Laringitis akut ini merupakan
salah satu penyakit yang sering terjadi. Karena laringitis akut dapat sembuh sendiri dengan
tindakan konservaif sehingga morbiditas dan mortalitas dari laringitis akut tidak diketahui dengan
pasti. Penelitian telah menunjukkan bahwa laringitis akut biasanya terjadi pada individu berusia
18-40 tahun. Akan tetapi dapat juga terjadi pada anak-anak, akan tetapi anak-anak tidak termasuk
kategori dalam penelitian yang dilakukan.4

Etiologi

3
penyebab inflamasi inihampir selallu virus. Invasi bakteri mungkin sekunder. Awitan
infeksi mungki berkaitan dengan pemajanan terhadap perubahan suhu mendadak, defisiensi diet,
malnutrisi, dan tidak ada imunitas. Laringitis umum terjadi pada musim dingin dan mudah
ditularkan. Penyebab laringitis akut adalah bakteri yang menyebabkan radang lokal atau virus yang
menyebabkan peradangan sistemik. Biasanya merupakan perluasan radang saluran napas atas oleh
bakteri Haemophilus influenza, Staphylococcus, Streptococcus, dan Pneumonia. Laringitis kronik
non spesifik dapat disebabkan faktor eksogen (rangsangan fisik oleh penyalahgunaan suara,
rangsangan kimia, infeksi kronik saluran napas atas atau bawah, asap rokok) atau faktor endogen.
Sedangkan yang spesifik disebabkan tuberculosis.3

Patofisiologi
Laringitis akut merupakan inflamasi dari mukosa laring dan pita suara yang berlangsung
kurang dari 3 minggu. Parainfluenza virus, yang merupakan penyebab terbanyak dari laringitis,
masuk melalui inhalasi dan menginfeksi sel dari epitelium saluran napas lokal yang bersilia,
ditandai dengan edema dari lamina propia, submukosa, dan adventitia, diikuti dengan infiltrasi
saluran dengan histosit, limfosit, sel plasma dan leukosit polimorfonuklear (PMN). Terjadi
pembengkakan dan kemerahan dari saluran napas yang terlibat. Kebanyakanditemukan pada
dinding lateral dari trakea dibawah pita suara. Karena trakea subglotis dikelilingi oleh kartilago
krokoid, maka pembengkakan terjadi pada lumen saluran napas dalam , menjadikannya sempit
bahkan sampai hanya sebuah celah.4
Laringits akut terjadi akibat infeksi bakteri atau virus, penggunaan suara yang berlebih,
inhalasi polutan lingkungan. Laringits kronik dapat terjadi seelah laringitis akut yang berulang,
dan juga dapat diakibatkan oleh penyakit traktus urinarius atas kronik, merokok, pajanan terhadap
iritan yang konstan, dan konsumsi alkohol berlebih.
Laringitis pada anak sering dideita oleh anak usia 3 bulan hingga 3 tahun, dan biasanya
disertai inflamasi pada trakea dan bronkus dan disebut sebagai penyakit croup. Penyakit ini
seringkali disebabkan oleh virus, yaitu parainfluenza, adenovirus, virus influenza A dan B, dan
virus campak. Infeksi bakteri dan virus menyebabkan inflamasi dan edema pada laring, trakea, dan
bronkus, sehingga menyebabkan obstruksi jalan napas dan menimbulkan gejala, yaitu berupa
afonia, suara stridor dan batuk. Produksi mukus berlebih dapat terjadi dan menyebabkan obstruksi

4
jalan napas semakin parah. Tidak terdapat gangguan menelan. Gejala ini biasanya muncul saat
malam hari dan dapat membaik di pagi hari.4

Anamnesis
Keluhan pasien dapat berupa suara serak, batuk, disfagia dan rasa mengganjal di leher.
Keluhan suara serak (disfonia) atau tidak keluar suara sama seklai (afoni) sudah berapa lama dan
apakah sebelumnya menderita peradangan di hidunng atau tenggorok. Apakah keluhan ini disertai
dnegan batuk, rasa nyeri dan penurunan berat badan. Batuk yang didertia pasien sudah berapa
lama, dan apakah ada faktor sebagai pencetus batuk tersebut seperti rokok, udara yang kotor serta
kelelahan. Apa yang dibatukkan, dahak kental, bercampur darah dan jumlahnya. Apakah pasien
seorang perokok. Disfagia atau sulit menelan sudah diderita berapa lama, apakah tergantung dari
jenis makanan dan keluhan ini makin lama makin bertambah berat. Rasa mengganjal di tenggorol
merupakan keluhan yang sering dijumpai dan perlu ditanyakan sudah berapa lama diderita, adakah
keluhan lain yang menyertainya serta hubungannya dengan keletihan mental dan fisik.5

Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan laring dapat dilakukan dengan meminta pasien duduk lurus agak condong ke
depan dengan leher agak fleksi. Kaca laring dihangatkan dengan api lampu spiritus agar tidak
terjadi kondensasi uap air pada kaca waktu dimasukan ke dalam mulut. Sebelum dimasukkan ke
dalam mulut kaca yang sudah dihangatkan itu dicoba dulu pada kulit tangan kiri apakah tidak
terlalu panas. Pasien diminta membuka mulut dan menjulurkan lidahnya sejauh mungkin. Lidah
dipegang dengan tangan kiri memakai kain kasa dan ditarik keluar dnegan hari-hati sehingga
pangkal lidah tidak menghalangi pandangan kearah laring. Kemudian kaca laring dimasukkan ke
dalam mulut dengan arah kaca ke bawah, bersandar pada uvula dengan palatum mole. Melalui
kaca dapat terlihat hipofaring dan laring. Bila laring belum terlihat jelas penarikan lidah dapat
ditambah sehingga pangka lidah lebih kedepan dan epiglottis lebih terangkat.5
Untuk menilai gerakan pita suara aduksi pasien diminta mengucapkan ‘iii’, sedangkan
untuk menilai gerakan pita suara abduksi dan melihat daerah subglotik pasien diminta untuk
inspirasi dalam. Pemeriksaan laring dengan menggunakan kaca laring ini disebut laringoskop
indirek dan dapat juga dilakukan pemeriksaan meggunakan laringoskop direk5 pada pemeriksaan

5
ini tampak mukosa hiperemis, membengkak, terutama di atas dan bawah pita suara. Biasanya
terdapat juga tanda radang akut dihidung atau sinus paranasal atau paru.6

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan dengan laringoskop direk atau indirek dapat membantu menegakkan
diagnosis. Dari pemeriksaan ini plika vokalis berwarna merah dan tampak edema terutama
dibagian atas dan bawah glotis. Sebetulnya pemeriksaan rongten leher tidak berperan dalam
penentuan diagnosis. Tetapi dapat ditemukan gambaran staple sign (penyempitan dari supraglotis)
foto rongten leher AP bisa tampak pembengkakan jaringan subglotis (steeple sign). Pemeriksaan
laboratorium tidak diperlukan, kecuali didapatkan eksudat di orofaring atau plika suara,
pemeriksaan kultur dapat dilakukan. Dari darah didapatkan leukositosis ringan dan limfositosis.

Manifestasi klinis
Pada laringitis akut terdapat gejala radang umum, seperti demam, malaise, serta gejala
lokal, seperti suara parau sampai tidak bersuara sama sekali (afoni), nyeri ketika menelan atau
berbicara, serta gejala sumbatan laring. Selain itu terdapat batuk kering dan lama kelamaan disertai
dengan dahak kental.6

Tatalaksana
Terapi medikamentosa
Antibiotika golongan penisilin anak 50 mg/kg BB dibagi dalam 3 dosis. Dewasa 3x500 mg
perhari. Antibiotik yang lebih baik digunakan yaitu eritromisin karena dapat mengurangi suara
serak dalam satu minggu dan batuk yang sudah dua minggu. Kortikosteroid diberikan untuk
mengurangi edema laring.7

Terapi non medikamentosa


Tatalaksana laringitis akut perlu diperhatikan apakah inflamasi yang terjadi menyebabkab
obstruksi saluran napas. Jika terjadi obstruksi,maka tindakan intubasi atau trakeostomi diperlukan.
Tata laksana lain pada laringitis akut bersifat konservatif seperti menjaga higienitas vokal. Istirahat
berbicara dan bersuara selama 2-3 hari. Jika pasien sesak dapat diberikan O2 2 l/menit.7 Menghirup
uap hangat dan dapat ditetesi minyak mint bila ada muncul sumbatan dihidung atau penggunaan

6
larutan garam fisiologis (saline 0,9 %) yang dikemas dalam bentuk semprotan hidung atau nasal
spray. Menghindari iritasi pada faring dan laring, misalnya merokok, makanan pedas atau minum
es.6

Terapi Bedah
Tegantung pada stadium sumbatan laring. Pada anak bila terjadi gejala sumbatan jalan
napas menurut klasifikasi Jackson, dilakukan terapi sebagai berikut stadium I dapa dilakukan
rawat, observasi, pemberian O2 dan terapi adekuat; stadium II-III dilakukan trakeostomi;
sedangkan pada stadium IV dilakukan intubasi dan oksigenasi kemudian dilanjutkan dengan
trakeostomi.7

Prognosis
Prognosis untuk penderita laringitis akut ini umumnya baik dan pemulihannya selama satu
minggu. Namun pada anak khususnya pada usia 1-3 tahun penyakit ini dapat menyebabkan edema
laring dan edema subglotis sehingga dapat menimbulkan obstruksi jalan nafas dan bila hal ini
terjadi dapat dilakukan pemasangan endotrakeal atau trakeostomi.4

Kesimpulan
Laringitis akut merupakan penyakit yang umum pada anak-anak, mempunyai onset yang
cepat dan biasanya sembuh sendiri. Prevalensi pasti dari laringitis akut belum dikatahui, karena
tidak dilaporkan kejadiannya. Penelitian telah menunjukkan bahwa laringitis akut biasanya terjadi
pada individu berusia 18-40 tahun. Pada laringitis akut terdapat gejala radang umum, seperti
demam, malaise, serta gejala lokal, seperti suara parau sampai tidak bersuara sama sekali (afoni),
nyeri ketika menelan atau berbicara, serta gejala sumbatan laring. Prognosis untuk penderita
laringitis akut ini umumnya baik dan pemulihannya selama satu minggu

7
Daftar Pustaka
1. Rahman S. Diagnosis dini tumor ganas laring. Padang: Universitas Andalas Fakultas
Kedokteran; 2018; h.2
2. Novialdi, Triola S. Penatalaksanaan tuberculosis laring. Jurnal Kesehatan Andalas. 2014.
3(2): 270-1
3. Stoppler MC. Medical definition of laryngitis. 2018. [cited 20 Juli 2018]. Available from:
https://www.medicinenet.com/script/main/art.asp?articlekey=54787
4. Shah RK. Acute laryngitis. 2018. [cited 20 Juli 2019]. Available from:
https://emedicine.medscape.com/article/864671-overview#a1
5. Soepardi EA. Pemeriksaan telinga, hidung, tengorok, kepala dan leher. Dalam: Soepardi
EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD. Buku ajar ilmu kesehatan telinga hidung
tenggorokan kepala dan leher. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2012:
h. 5-6
6. Hermani B, Abdurrachman H, Cahyono A. Kelainan laring. Dalam: Soepardi EA, Iskandar
N, Bashiruddin J, Restuti RD. Buku ajar ilmu kesehatan telinga hidung tenggorokan kepala
dan leher. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2012: h. 215
7. Wedro B. Laryngitis. 2019. [cited 20 Juli 2019]. Available from:
http://www.medicinenet.com/laryngitis/article.htm#

Anda mungkin juga menyukai