Anda di halaman 1dari 11

Case Report Session

LARINGITIS TB

Oleh :

Mayang Permata Sari 1840312415

Kenty Regina 1840312455

Preseptor :

dr. Yan Edward, Sp.THT-KL (K), FICS

BAGIAN TELINGA HIDUNG TENGGOROK KEPALA LEHER

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS

RSUP DR M. DJAMILPADANG

2020
Dokter Muda THT-KL Periode Januari - Februari 2019 2
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Case Report Session dan gejala sistemik seperti demam, keringat malam, dan
penurunan berat badan merupakan gejala-gejala umum yang
PENDAHULUAN sering dijumpai pada pasien dengan tuberkulosis.3
1.1 Latar Belakang Pada laringitis tuberkulosis proses inflamasi akan
berlangsung secara progresif dan dapat menyebabkan
Laringitis merupakan salah satu penyakit yang
kesulitan bernapas. Kesulitan bernafas ini dapat disertai
sering dijumpai pada daerah laring. Laringitis merupakan
stridor, baik pada periode inspirasi, ekspirasi atau keduanya.
suatu proses inflamasi pada laring yang dapat terjadi, baik
Jika tidak segera diobati, stenosis dapat berkembang,
secara akut maupun kronik. Laringitis akut biasanya terjadi
1. Batasan Masalah
Batasan masalah dari penulisan case report ini adalah anatomi, fisiologi, definisi, klasifikasi, epidemiologi, faktor resiko,
etiopatogenesis, manifestasi klinis, diagnosis, tatalaksana, komplikasi dan prognosis Laringitis TB

2. Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan case report ini adalah untuk menambah pengetahuan mengenai anatomi, fisiologi, definisi, klasifikasi,
epidemiologi, faktor resiko, etiopatogenesis, manifestasi klinis, diagnosis, tatalaksana, komplikasi dan prognosis Laringitis TB
mendadak dan berlangsung dalam kurun waktu kurang dari sehingga diperlukan trakeostomi. Akan tetapi, sering kali
3 minggu. Bila gejala telah lebih dari 3 minggu dinamakan setelah diberi pengobatan, tuberkulosis parunya sembuh
laringitis kronis. Salah satu bentuk laringitis kronis spesifik tetapi laringitis tuberkulosisnya menetap. Hal ini terjadi
1
adalah laringitis tuberkulosis. karena struktur mukosa laring yang sangat lekat pada
Laringitis tuberkulosis adalah penyakit granulomatosa kartilago serta vaskularisasi yang tidak sebaik di paru,
yang paling umum dari laring dan seringkali dihubungkan sehingga bila sudah mengeni kartilago, pengobatannya lebih
1
dengan tuberkulosis paru aktif. Laringitis tuberkuloasis lama.4
adalah radang spesifik pada laring yang disebabkan oleh TINJAUAN PUSTAKA
Mycobacterium tuberculosis dan biasanya merupakan
2.1 Anatomi Laring
infeksi sekunder dari tuberkulosis paru, sedangkan
tuberkulosis laring primer sangat jarang ditemukan.
Perubahan klinis laring terjadi kira kira pada 3 % kasus
tuberkulosis paru yang agak lanjut, tetapi kejadian ini bisa
mencapai 100 % pada kasus kasus terminal.2 Pada awal abad
ke-20, laringitis tuberkulosis mengenai 25-30% pasien
tuberkulosis paru. Sedangkan sekarang hanya 1% kasus

n
laringitis tuberkulosis.Penurunan

_t en UTF-8

2 1
kejadiaan laringitis
tuberkulosis ini terjadi sebagai akibat dari peningkatan
perawatan kesehatan masyarakat dan perkembangan anti
tuberkulosis yang efektif.1
Penderita dengan laringitis tuberkulosis biasanya
datang dengan gejala, seperti disfonia, odynophagia,
dyspnea, odynophonia, dan batuk. Obstruksi pernafasan bisa
terjadi pada stadium lanjut penyakit. Pemahaman bahwa
karsinoma laring juga sering menunjukkan gejala serupa
merupakan keharusan untuk mengevaluasi laringitis. Gejala
pada saluran pernapasan seperti batuk kronis, hemoptisis
Dokter Muda THT-KL Periode Januari - Februari 2019 3
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Laring adalah bagian dari saluran pernafasan bagian atas yang merupakan suatu rangkaian tulang rawan yang berbentuk
corong dan terletak setinggi vertebra cervicalis IV – VI, dimana pada anak-anak dan wanita letaknya relatif lebih tinggi. Laring
pada umumnya selalu terbuka, hanya kadang-kadang saja tertutup bila sedang menelan makanan. 4
Batas-batas laring berupa sebelah kranial terdapat aditus laringeus yang berhubungan dengan hipofaring, di sebelah kaudal
dibentuk oleh sisi inferior kartilago krikoid dan berhubungan dengan trakea, di sebelah posterior dipisahkan dari vertebra
cervicalis oleh otot-otot prevertebral, dinding dan cavum laringofaring, serta di sebelah anterior ditutupi oleh fascia, jaringan
lemak, dan kulit. Sedangkan di sebelah lateral ditutupi oleh otot-otot sternokleidomastoideus, infrahyoid, dan lobus kelenjar
tiroid.3,4
Bangunan kerangka laring tersusun dari satu tulang, yaitu tulang hyoid dan beberapa buah tulang rawan. Tulang hyoid
berbentuk seperti huruf U, yang permukaan atasnya dihubungkan dengan lidah, mandibula, dan tengkorak oleh tendo dan otot-
otot. 3,4,5
Tulang rawan yang menyusun laring adalah kartilago epiglotis, kartilago krikoid, kartilago aritenoid, kartilago kornikulata dan
kartilago tiroid.3,4,5
Pada laring terdapat dua buah sendi, yaitu artikulasi krikotiroid dan artikulasi krikoaritenoid. Ligamentum yang membentuk
susunan laring adalah ligamentum seratokrikoid (anterior, lateral, dan posterior), ligamentum krikotiroid medial, ligamentum
krikotiroid posterior, ligamentum kornikulofaringal, ligamentum hiotiroid lateral, ligamentum hiotiroid medial, ligamentum
hioepiglotika, ligamentum ventrikularis, ligamentum vokal yang menghubungkan kartilago aritenoid dengan kartilago tiroid dan
ligamentum tiroepiglotika.3,4
Laring berbentuk piramida triangular terbalik dengan dinding kartilago tiroidea di sebelah atas dan kartilago krikoidea di
sebelah bawahnya. Os Hyoid dihubungkan dengan laring oleh membrana tiroidea. Tulang ini merupakan tempat melekatnya otot-
otot dan ligamenta serta akan mengalami osifikasi sempurna pada usia 2 tahun. 3,4

Gambar 1. Anatomi Laring


Dokter Muda THT-KL Periode Januari - Februari 2019 4
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Anatomi Bagian Laring Dalam


Cavum laring dapat dibagi menjadi sebagai berikut: 14

1. Supraglotis (vestibulum superior)


Yaitu ruangan diantara permukaan atas pita suara palsu dan inlet laring.

2. Glotis (pars media)


Yaitu ruangan yang terletak antara pita suara palsu dengan pita suara sejati serta membentuk rongga yang disebut ventrikel laring
Morgagni.

3. Infraglotis (pars inferior)


Yaitu ruangan diantara pita suara sejati dengan tepi bawah kartilago krikoidea.

Beberapa bagian penting dari dalam laring:4

1. Aditus Laringeus
Pintu masuk ke dalam laring yang dibentuk di anterior oleh epiglotis, lateral oleh plika ariepiglotika, posterior oleh ujung
kartilago kornikulata dan tepi atas m. aritenoideus.

2. Rima Vestibuli.
Merupakan celah antara pita suara palsu.

3. Rima glottis
Di depan merupakan celah antara pita suara sejati, di belakang antara prosesus vokalis dan basis kartilago aritenoidea.

4. Vallecula
Terdapat diantara permukaan anterior epiglotis dengan basis lidah, dibentuk oleh plika glossoepiglotika medial dan lateral.

5. Plika Ariepiglotika Dibentuk oleh tepi atas ligamentum kuadringulare yang berjalan dari kartilago epiglotika ke kartilago
aritenoidea dan kartilago kornikulata.

6. Plika Pyriformis (Hipofaring)


Terletak antara plika ariepiglotika dan permukaan dalam kartilago tiroidea.

7. Incisura Interaritenoidea
Suatu lekukan atau takik diantara tuberkulum kornikulatum kanan dan kiri.

8. Vestibulum Laring
Ruangan yang dibatasi oleh epiglotis, membrana kuadringularis, kartilago aritenoid, permukaan atas proc. vokalis kartilago
aritenoidea dan m.interaritenoidea.

9. Plika Ventrikularis (pita suara palsu)


Yaitu pita suara palsu yang bergerak bersama-sama dengan kartilago aritenoidea untuk menutup glottis dalam keadaan terpaksa,
merupakan dua lipatan tebal dari selaput lendir dengan jaringan ikat tipis di tengahnya.

10. Ventrikel Laring Morgagni (sinus laringeus)


Yaitu ruangan antara pita suara palsu dan sejati. Dekat ujung anterior dari ventrikel terdapat suatu divertikulum yang meluas ke
atas diantara pita suara palsu dan permukaan dalam kartilago tiroidea, dilapisi epitel berlapis semu bersilia dengan beberapa
kelenjar seromukosa yang fungsinya untuk melicinkan pita suara sejati, disebut appendiks atau sakulus ventrikel laring.

11. Plika Vokalis (pita suara sejati)


Terdapat di bagian bawah laring. Tiga per lima bagian dibentuk oleh ligamentum vokalis dan celahnya disebut intermembranous
portion, dan dua per lima belakang dibentuk oleh prosesus vokalis dari kartilago aritenoidea dan disebut intercartilagenous

portion.
Persarafan
Dokter Muda THT-KL Periode Januari - Februari 2019 5
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Laring dipersarafi oleh cabang N. Vagus Jamieson yaitu celah yang berada di bawah
yaitu Nn. Laringeus Superior dan Nn. Laringeus M. Konstriktor Faringeus Inferior, di dalam
4,5
Inferior (Nn. Laringeus Rekuren) kiri dan kanan. laring beranastomose dengan A. Laringeus
1. Nn. Laringeus Superior. Superior dan memperdarahi otot-otot dan
Meninggalkan N. vagus tepat di bawah mukosa laring.
ganglion nodosum, melengkung ke depan
dan medial di bawah A. karotis interna dan
eksterna yang kemudian akan bercabang dua,
yaitu : Cabang Interna ; bersifat sensoris,
mempersarafi vallecula, epiglotis, sinus
pyriformis dan mukosa bagian dalam laring
di atas pita suara sejati. Cabang Eksterna ;
bersifat motoris, mempersarafi m. Krikotiroid
dan m. Konstriktor inferior.
2. N. Laringeus Inferior (N. Laringeus
Rekuren).

Berjalan dalam lekukan diantara trakea dan


esofagus, mencapai laring tepat di belakang Gambar 2. Sistem Arteri pada Laring
artikulasio krikotiroidea. N. laringeus yang
kiri mempunyai perjalanan yang panjang dan Darah vena dialirkan melalui V. Laringeus
dekat dengan Aorta sehingga mudah Superior dan Inferior ke V. Tiroidea Superior dan
terganggu. Merupakan cabang N. vagus Inferior yang kemudian akan bermuara ke V.
setinggi bagian proksimal A. subklavia dan Jugularis Interna.
berjalan membelok ke atas sepanjang
lekukan antara trakea dan esofagus,
selanjutnya akan mencapai laring tepat di
belakang artikulasio krikotiroidea dan
memberikan persarafan:
Sensoris, mempersarafi daerah sub glotis dan
bagian atas trakea
Motoris, mempersarafi semua otot laring
kecuali M. Krikotiroidea

Pendarahan
Laring mendapat perdarahan dari
cabang A. Tiroidea Superior dan Inferior sebagai Gambar 3. Sistem Vena pada Laring
A. Laringeus Superior dan Inferior.4,5

1. Arteri Laringeus Superior


Berjalan bersama ramus interna N. Laringeus Sistem Limfatik
Superior menembus membrana tirohioid menuju Laring mempunyai tiga sistem penyaluran limfe,
ke bawah diantara dinding lateral dan dasar sinus yaitu:4,5
pyriformis. 1. Daerah bagian atas pita suara sejati,
pembuluh limfe berkumpul membentuk
2. Arteri Laringeus Inferior saluran yang menembus membrana tiroidea
Berjalan bersama N. Laringeus Inferior menuju kelenjar limfe cervical superior
masuk ke dalam laring melalui area Killian
Dokter Muda THT-KL Periode Januari - Februari 2019 6
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

profunda. Limfe ini juga menuju ke superior 2. Fungsi Proteksi.


dan middle jugular node. Benda asing tidak dapat masuk ke dalam
2. Daerah bagian bawah pita suara sejati laring dengan adanya reflek otot-otot yang
bergabung dengan sistem limfe trakea, bersifat adduksi, sehingga rima glotis
middle jugular node, dan inferior jugular tertutup. Pada waktu menelan, pernafasan
node. berhenti sejenak akibat adanya rangsangan
3. Bagian anterior laring berhubungan dengan terhadap reseptor yang ada pada epiglotis,
kedua sistem tersebut dan sistem limfe plika ariepiglotika, plika ventrikularis dan
esofagus. Sistem limfe ini penting daerah interaritenoid melalui serabut afferen
sehubungan dengan metastase karsinoma N. Laringeus Superior. Sebagai jawabannya,
laring dan menentukan terapinya. sfingter dan epiglotis menutup. Gerakan
laring ke atas dan ke depan menyebabkan
celah proksimal laring tertutup oleh dasar
lidah. Struktur ini mengalihkan makanan ke
lateral menjauhi aditus dan masuk ke sinus
piriformis lalu ke introitus esofagus.
3. Fungsi Respirasi.
Pada waktu inspirasi diafragma bergerak
ke bawah untuk memperbesar rongga dada
dan M. Krikoaritenoideus Posterior
terangsang sehingga kontraksinya
menyebabkan rima glotis terbuka. Proses ini
dipengaruhi oleh tekanan parsial CO2 dan O2
arteri serta pH darah. Bila pO2 tinggi akan
Gambar 4. Sistem Limfatik pada Laring
menghambat pembukaan rima glotis,
sedangkan bila pCO2 tinggi akan
merangsang pembukaan rima glotis.
2.2 Fisiologi Laring
Laring mempunyai 3 (tiga) fungsi dasar yaitu Hiperkapnia dan obstruksi laring
fonasi, respirasi dan proteksi disamping beberapa mengakibatkan pembukaan laring secara
fungsi lainnya seperti terlihat pada uraian reflektoris, sedangkan peningkatan pO2
berikut:3,6,7,8 arterial dan hiperventilasi akan menghambat
1. Fungsi Fonasi pembukaan laring. Tekanan parsial CO2
Pembentukan suara merupakan fungsi darah dan pH darah berperan dalam
laring yang paling kompleks. Suara dibentuk mengontrol posisi pita suara.
karena adanya aliran udara respirasi yang 4. Fungsi Sirkulasi.
konstan dan adanya interaksi antara udara Pembukaan dan penutupan laring
dan pita suara. Nada suara dari laring menyebabkan penurunan dan peninggian
diperkuat oleh adanya tekanan udara tekanan intratorakal yang berpengaruh pada
pernafasan subglotik dan vibrasi laring serta venous return. Perangsangan dinding laring
adanya ruangan resonansi seperti rongga terutama pada bayi dapat menyebabkan
mulut, udara dalam paru-paru, trakea, faring, bradikardi, kadang-kadang henti jantung. Hal
dan hidung. Nada dasar yang dihasilkan ini dapat karena adanya reflek kardiovaskuler
dapat dimodifikasi dengan berbagai cara. dari laring. Reseptor dari reflek ini adalah
Otot intrinsik laring berperan penting dalam baroreseptor yang terdapat di aorta. Impuls
penyesuaian tinggi nada dengan mengubah dikirim melalui N. Laringeus Rekurens dan
bentuk dan massa ujung-ujung bebas dan Ramus Komunikans N. Laringeus Superior.
tegangan pita suara sejati. Bila serabut ini terangsang terutama bila
Dokter Muda THT-KL Periode Januari - Februari 2019 7
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

laring dilatasi, maka terjadi penurunan mendadak menimbulkan batuk yang berguna

Laringitis merupakan suatu proses inflamasi pada laring yang dapat terjadi, baik secara akut maupun kronik. Laringitis akut
biasanya terjadi mendadak dan berlangsung dalam kurun waktu kurang lebih 3 minggu. Bila gejala telah lebih dari 3 minggu
dinamakan laringitis kronis.
Radang akut laring pada umumnya merupakan kelanjutan dari rinofaringitis akut (common cold). Sedangkan laringitis
kronik merupakan radang kronis laring yang dapat disebabkan oleh sinusitis kronis, deviasi septum yang berat, polip hidung atau
bronkitis kronis. Mungkin juga disebabkan oelh penyalahgunaan suara (vocal abuse) seperti berteriak-teriak atau biasa berbicara
keras.9
Laringitis kronis dibagi menjadi laringitis kronik non spesifik dan spesifik. Laringitis kronik non spesifik dapat
disebabkan oleh faktor eksogen (rangsangan fisik oleh penyalahgunaan suara, rangsangan kimia, infeksi kronik saluran napas
atas atau bawah, asap rokok) atau faktor endogen (bentuk tubuh, kelainan metabolik). Sedangkan laringitis kronik spesifik
disebabkan tuberkulosis dan sifilis.10
Salah satu bentuk laringitis kronis spesifik adalah laringitis tuberkulosis. Laringitis tuberkulosis adalah proses inflamasi
pada mukosa pita suara dan laring yang terjadi dalam jangka waktu lama yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium
tuberculosa.6
denyut jantung. untuk mempertahankan laring dari ekspansi
5. Fungsi Fiksasi. benda asing atau membersihkan sekret yang
Berhubungan dengan mempertahankan merangsang reseptor atau iritasi pada mukosa
tekanan intratorakal agar tetap tinggi, laring.
misalnya batuk, bersin dan mengedan. 8. Fungsi Ekspektorasi.
6. Fungsi Menelan. Dengan adanya benda asing pada laring,
Terdapat 3 (tiga) kejadian yang maka sekresi kelenjar berusaha
berhubungan dengan laring pada saat mengeluarkan benda asing tersebut.
berlangsungnya proses menelan, yaitu: Pada 9. Fungsi Emosi.
waktu menelan faring bagian bawah (M. Perubahan emosi dapat menyebabkan
Konstriktor Faringeus Superior, M. perubahan fungsi laring, misalnya pada
Palatofaringeus dan M. Stilofaringeus) waktu menangis, kesakitan, menggigit dan
mengalami kontraksi sepanjang kartilago ketakutan.
krikoidea dan kartilago tiroidea, serta
menarik laring ke atas menuju basis lidah, 2.3 Definisi

kemudian makanan terdorong ke bawah dan


2.4 Epidemiologi
terjadi pembukaan faringoesofageal. Laring
TB laring masih memiliki prevalensi yang tinggi di
menutup untuk mencegah makanan atau
dunia.Prevalensi TB laring di RS. Yangdong Korea tercatat
minuman masuk ke saluran pernafasan
dari tahun 1996 sampai 2006 sebanyak 60 kasus dengan
dengan jalan menkontraksikan orifisium dan
kisaran usia antara 25 sampai 78 tahun dengan perbandingan
penutupan laring oleh epiglotis.
antara wanita dan lakilaki adalah 1 : 1,9. Insiden TB laring
Epiglotis menjadi lebih datar
disertai TB paru aktif sebanyak 46,7%, disertai TB paru
membentuk semacam papan penutup aditus
inaktif 33,3%, dan tanpa kelainan paru 20%.11
laringeus, sehingga makanan atau minuman
terdorong ke lateral menjauhi aditus laring
2.5 Etiologi
dan maduk ke sinus piriformis lalu ke hiatus
Hampir selalu disebabkan tuberkulosis paru. Setelah diobati
esofagus.
biasanya tuberkulosis paru sembuh namun laringitis
7. Fungsi Batuk.
tuberkulosisnya menetap, karena struktur mukosa laring
Bentuk plika vokalis palsu
sangat lekat pada kartilago serta vaskularisasi tidak sebaik
memungkinkan laring berfungsi sebagai
paru. Infeksi laring oleh Mycobacterium tuberculosa hampir
katup, sehingga tekanan intratorakal
selalu sebagai komplikasi tuberkulosis paru aktif, dan ini
meningkat. Pelepasan tekanan secara
Dokter Muda THT-KL Periode Januari - Februari 2019 8
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

merupakan penyakit granulomatosis laring yang paling Stadium Ulserasi


10,
sering. Ulkus yang timbul pada akhir stadium infiltrasi
membesar. Ulkus ini dangkal, dasarnya ditutupi
2.6 Patogenesis perkijuan dan dirasakan sangat nyeri oleh pasien.
Infeksi M tuberculosis ke laring dapat terjadi melalui Stadium Perikondritis
udara pernapasan, sputum yang mengandung kuman, atau Ulkus makin dalam sehingga mengenai
penyebaran melalui aliran darah atau limfa. Kuman ini dapat kartilago laring terutama kartilago aritenoid dan
menembus sistem mukoiliar saluran pernafasan atas dan epiglottis. Dengan demikian terjadi kerusakan
diteruskan ke paru-paru. Gejala yang muncul pada infeksi tulang rawan, sehingga terbentuk nanah yang
tuberkulosis berdasarkan beberapa faktor diantaranya berbau, proses ini akan melanjut dan terbentuk
virulensi, jumlah kuman dalam tubuh, serta daya tahan sekuester. Pada stadium ini pasien sangat buruk
tubuh. Ada beberapa teori yang menyebabkan terjadinya dan dapat meninggal dunia. Bila pasien dapat
12
kontaminasi laring oleh kuman tuberkulosis. bertahan maka proses penyakit berlanjut dan msuk

1. Teori Bronkogenik, dimana laring mengalami infeksi melalui kontak langsung dari sekret atau sputum yang kaya kuman
tuberkulosis baik pada cabang bronkus atau pada mukosa laring.gangguan pada laring ini berjalan seiring kelainan yang
terjadi pada paru-paru. Lokasi lesi pada laring yang paling sering terjadi adalah pada bagian posterior laring berupa
edema granuloma, hiperplasia reaktif, ulserasi, dan tuberkel epiteloid.

2. Teori hematogenik, pada teori ini, kelainan hanya terjadi di laring dan tidak memperlihatkan kelainan pada paru. Kuman
tuberkulosis menyebar melalui darah dan sistem limfatik, dan beberapa penelitian membuktikan lesi pada laring paling
sering ditemukan pada epiglotis dan bagian anterior laring berupa edema polipoid, hipreplasia, dan ulserasi minimal.
dalam stadium terakhir yaitu fibrotuberkulosis.
Infeksi tuberkulosis pada laring dapat menimbulkan
Stadium Fibrotuberkulosis
gangguan sirkulasi yang mengakibatkan edem pada fosa
Pada stadium ini terbentuk fibrotuberkulosis
interaritenoid, kemudian ke aritenoid, plika vokalis, plika
pada dinding posterior, pita suara dan subglotik.
ventrikularis, epiglotis, serta terakhir ialah dengan subglotik.

2.7 Manifestasi Klinis Berdasarkan Shin dkk (2000), temuan pada


Secara klinis manifestasi laringitis tuberkulosis terdiri laringitis tuberkulosis dapat dikategorikan menjadi
dari 4 stadium yaitu:9,10, empat grup, antara lain (a) lesi ulserasi (40,9%),
1. Stadium infiltrasi (b) lesi inflamasi non spesifik (27,3%), (c) lesi
2. Stadium ulserasi polipoid (22,7%), dan (d) lesi massa
3. Stadium perikondritis ulcerofungative (9,1%). 12

4. Stadium pembentukan tumor

Stadium Infiltrasi
Mukosa laring bagian posterior mengalami
pembengkakan dan hiperemis pada bagian
posterior, kadang-kadang dapat mengenai pita
suara. Pada stadium ini mukosa laring berwarna
pucat.
Kemudian di daerah submukosa terbentuk Gambar 5. laringitis Tb

tuberkel, sehingga mukosa tidak rata, tampak 2.8 Diagnosis

bintik berwarna kebiruan. Tuberkel makin


membesar dan beberapa tuberkel yang berdekatan
bersatu, sehingga mukosa diatasnya meregang.
Pada suatu saat, karena sangat meregang, maka
akan pecah dan terbentuk ulkus.
Dokter Muda THT-KL Periode Januari - Februari 2019 9
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Tuberkulosis dapat mengenai berbagai organ tubuh. Gejala yang ditimbulkan antara lain gejala demam, keringat malam,
nafsu makan berkurang, badan lemah, dan berat badan menurun. Pada laringitis TB gejala utama berupa suara serak, terjadi
biasana ringan dan dapat progresif menjadi disfonia atau afonia. Keluhan lainnya dapat berupa disfagia, odinofagia, nyeri alih
otalgia, batuk, dan kadang dapat menyebabkan sesak napas. Odinofagia dapat menjadi gejala yang menonjol pada laringitis TB,
sedangkan obstruksi jalan nafas atas akibat edema, tuberkuloma, serta fiksasi pita suara bilateral jarang terjadi. 12,13
a. Anamnesis. Pada anamnesis, pasien sering mengeluhkan suara serak dengan batuk berdahak dan demam. Suara
serak berlanjut 1-3 bulan setelah atau bersaaan dengan batuk berdahak. Selain itu dapat ditemukan pula disfagia, dispneu, dan
gejala sistemik berupa malaise, demam, dan penurunan nafsu makan disertai penurunan berat badan. 14,15
b. Pemeriksaan fisik. Pada pemeriksaan fisik dengan laringoskopi sering ditemukan perubahan plika vokalis berupa
eritem dan granulomatosa atau polipoid. 14 Laringoskopi juga dilakukan untuk melihat morfologi dan lokalisasi benjolan/tumor
dalam laring. Pada 80% kasus ditemukan benjolan/tumor ulseratif, papilomatosa, atau hipertrofi laringitis kronik. Pada 60%
temuan patologi terlokalisasi pada plika vokalis, komisura posterior laring, dan plika vestibularis. Pada 75% kasus hanya
ditemukan tumor, sedangkan 25% didapatkan lesi multipel. kemudian 15% ditemukan laringoplegia. 15
c. Laboratorium. Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan antara lain bakteriologis, kultur bakteri,
histopatologi, dan uji tuberkulin.

1) Pemeriksaan bakteriologis merupakan pemeriksaan untuk diagnosis pasti TB, meskipun tidak semua pasien positif
TB memiliki pemeriksaan bakteriologi yang positif.

2) Biakan kuman, biakan kuman dari sputum memerlukan waktu beberapa hari untuk mendapatkan hasil
pemeriksaan, hasil positif pada kuman penderita TB memiliki tingkat keakuratan yang cukup tinggi. Basil tahan asam akan terlihat
dengan pewarnaan Ziehl Nielsen.

3) Pemeriksaan histopatologis, yaitu dengan biopsi laring. Pemeriksaan ini menjadi standar baku emas pada TB
laring ataupun kegaasan laring. Gambaran mikroskopis pada TB memperlihatkan suatu kelompok sel epitel dan sel Giant
Langhans multipel dengan menggunakan pewarnaan HE.

4) Uji tuberkulin kurang berarti sebagai alat banru diagnostik. Dasar pemeriksaan ini adalah timbulnya reaksi
hipersensitivitas terhadap protein tuberkulin. 15
d. Foto rontgen toraks, pada kasus TB laring dapat ditemukan kelainan paru yang dilihat dari rontgen toraks.
Gambaran radiologi toraks berupa infiltrasi pada daerah apikal, lesi fibrokalsifikasi, terdapat kavitas, adanya gambaran granuloma
nodular, atau gambaran opak.15
2.9 Diagnosis Banding
Nama Obat
Ling, Zhou, dan Wang melaporkan bahwa TB laring sering
Isoniazid 4-6 mg/kgBB Hepatitis, neuropati perifer,
salah diagnosis dengan tumor laring (42,9%), polip pita
(max 300 mg) psikosis toksik, kejang,
suara (21,4%), papiloma laring (14,3%), epiglotitis akut
agranulositosis,ginekomastia
(14,3%), dan kista pita suara (7,2%). Beberapa diagnosis Rifampisin 8-12 g/kgBB Hepatitis, gangguan
banding untuk TB laring lain yaitu sifilis, sarkoidosis, (max 600 mg) pencernaan, demam, eritem
12
granulomatosis Wagener’s, dan infeksi jamur. kulit, trombositopeni,
nefritis interstisial, sindrom
2.10 Tatalaksana
flu, anemia hemolitik, skin
Dosis Harian
A. Non-medikamentosa 11 Efek Samping
rash
Pirazinamid 20-30 Hepatitis, hiperurisemia,
1. Mengistirahatkan pita suara dengan cara pasien tidak banyak berbicara.
mg/kgBB muntah, nyeri sendi, eritem
2. Menghindari iritasi pada laring (rokok, makanan pedas, minuman es) kulit
Streptomisin 15-18 Ototoksik, nefrotoksik
B. Medikamentosa
mg/kgBB
1. Obat Anti Tuberkulosis Etambutol 15-20 Neuritis retrobulbar, nyeri
mg/kgBB sendi, hiperurisemia,
neuropati
American Thoracic Society (ATS) menyatakan prinsip pengobatan TB ekstrapulmonal tidaklah berbeda periferTB pulmonal,
denngan
termasuk TB laring. Tujuan tatalaksana dari laryngitis TB adalah memutuskan mata rantai penularan, mengobati infeksi yang
terjadi, mencegah kematian, dan mencegah kekambuhan tau resistensi terhadap OAT. Pemberian terapi selama 6 bulan
merupakan standar yang dipakai untuk pengobatan TB pulmonal dan TB ekstrapulmonal secara umum. 16,17

Tabel 1. Dosis dan efek samping dari obat anti tuberculosis lini pertama 18,19
Dokter Muda THT-KL Periode Januari - Februari 2019 10
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Respon pengobatan pada TB laring dapat terjadi dalam 2 minggu. Suara serak yang disebabkan karena hipertrofi dapat
mengalami perbaikan, namun pergerakan pita suara yang terbatas akibat fibrosis dapat menetap. Respon OAT terhadap laring cukup
baik rata-rata 2 bulan dimana sebagian kasus lesi yang terjadi sebelumnya tidak terlihat lagi. 20

2. Terapi simtomatik
Analgetik, antipiretik

3. Kortikosteroid
Kortikosteroid tidak memberikan peranan penting pada TB laring. Kortikosteroid dapat diberikan untuk mencegah fibrosis yang
dapat menyebabkan sumbatan jalan nafas atas pada kasus-kasus dengan fiksasi pita suara. 18

2.11 Komplikasi
6. Adam GL, Boies LR, Higler PA. Boies Buku Ajar
Komplikasi yang dapat terjadi dari laryngitis
Pentakit THT, Edisi keenam. Jakarta: EGC; 1999. Hal
tuberculosis adalah:19 369-377

a. Stenosis laring

b. Fiksasi dari krikoaritenoid akibat fibrosis

c. Subglotis stenosis

d. Gangguan otot laring

e. Paralisis pita suara ketika krikoaritenoid atau nervus laryngeal rekuren mengalami trauma

2.12 Prognosis
Tergantung pada keadaan social ekonomi pasien, kebiasaan hidup sehat, serta ketekunan minum obat. Bila diagnosis
dapat ditegakkan pada stadium dini, maka prognosisnya baik. 19

7. Lee, K.J. Cancer of the Larynx. In; Essential


DAFTAR PUSTAKA Otolaryngology Head and Neck Surgery . Eight
edition. Connecticut: McGraw-Hill; 2003. Hal 724-
1. Yvette E Smulders, dkk. Laryngeal tuberculosis 736, 747, 755-760.
presenting as a supraglottic carcinoma: a case report
8. Woodson, G.E. Upper airway anatomy and function. In
and review of the literature. Smulders et al; licensee : Byron J. Bailey. Head and Neck Surgery-
Otolaryngology. Third edition. Volume 1. Philadelphia:
BioMed Central Ltd. 2009
Lippincot Williams and Wilkins; 2001. Hal 479-486.
2. Spector GT. Penyakit – penyakit granulomatosis kronis
9. Soepardi EA, Iskandar N. Buku Ajar Ilmu Kesehatan
laring. Dalam: Ballenger JJ, ed. Penyakit telinga,
Telinga Hidung Teggorok Kepala Leher : Kelainan
hidung, tenggorok, kepala dan leher. Edisi 13. Jilid 1. Laring, Edisi keenam. Jakarta: Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia; 2008. Hal 238-241
Jakarta: Binarupa Aksara, 1994 (Alih bahasa: Staf ahli
bagian THT RSCM – FKUI Jakarta);547– 50 10. Mansjoer A, Kapita Selekta Kedokteran, Laringitis,
3. Soepardi EA, Iskandar N. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Edisi Ketiga. Jakarta: Penerbit Media Aesculapius;
2006. Hal 126-127
Telinga Hidung Tenggorokan Kepala Leher: Disfonia. 11. Lim JY, Kim KM, Choi EC, Kim YH, Kim HS, Choi
Edisi Keenam. Jakarta: Penerbit Fakultas Kedokteran HS. Current clinical propensity of laryngeal
tuberculosis: review of 60 cases. Eur Arch
Universitas Indonesia; 2008. Hal 231-234 Otorhinolaryngol. 2006;263:838-42.
4. Ballenger, J.J. Anatomy of the larynx. In : Diseases of 12. Novialdi ST (2012). Tuberkulosis Laring. Bagian

the nose, throat, ear, head and neck. 13th ed. Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala Leher FK

Philadelphia: Lea & Febiger; 1993. Universitas Andalas/RSUP Dr M Djamil. Padang

5. Snell, Richard S. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa 13. Hermani B, Abdurrachman H, Cahyono A (2012).
Kedokteran: Anatomi Laring. Edisi keenam. Jakarta: Kelainan laring. Dalam Soepardi EA, Iskandar N,
EGC; 2006. Hal 805-813.
Dokter Muda THT-KL Periode Januari - Februari 2019 11
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Bashiruddin J, Restuti RD :Buku Ajar Ilmu Kesehaan


THT-KL. Badan Penerbit FKUI; Jakarta. Hal 216-219
14. Michael RC, Michael Js (2011). Tuberculosis in
otolaryngology: clinical presentation and diagnostic
challenges. International Journal of Otolaryngology.
Hindawi Publishing Corporation. Pp 1-4
15. Bruzgielewicz A, Rzepakowska A, Wojkcikewicz EO,
Niemczyk K, Chmielewski R (2014).Tuberculosis of
the head and neck-epidemiological and clinical
presentation. Arch Medical Science Otolaryngology
Department Warsaw Medical University, Polandia. Pp
1160-1166.
16. Treatment of Tuberculosis Disease. In: Management of
Tuberculosis. Federal Bureau of Prisons Clinical
Practice Guidelines. 2010; 15-8
17. World Earth Organization. Improving the diagnosis
and treatment of smear-negative pulmonary and
extrapulmonary tuberculosis among adults
andadolescents. 2012; 26-33.
18. Isbaniyah F, Thabrani Z, Soepandi PZ, Burhan E,
Reviono, Soedarsono, Sugiri YJ, Iswanto, et al.
Pengobatan Tuberkulosis Pada Keadaan Khusus. In:
Perhimpunan dokter Paru Indonesia. Pedoman
Diagnosis dan Penatalaksanaan Tuberkulosis di
Indonesia. 2011; 39.
19. Dinihari TN, Siagian V. Pedoman Nasional
Pengendalian Tuberkulosis. Jakarta: Kementrian
Kesehatan RI. 2014
1. Yelken K,. Guven M, Guven M, Gultekin E. Efek of Antituberculosis Tratment On Safe Assesment, Perceptual Analysis And
Acoustik Analysis Of Voice Quality In Laryngeal Tuberculosis. 2008; 122: 378- 82.

Anda mungkin juga menyukai