LARINGITIS TB
Oleh :
Preseptor :
RSUP DR M. DJAMILPADANG
2020
Dokter Muda THT-KL Periode Januari - Februari 2019 2
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
Case Report Session dan gejala sistemik seperti demam, keringat malam, dan
penurunan berat badan merupakan gejala-gejala umum yang
PENDAHULUAN sering dijumpai pada pasien dengan tuberkulosis.3
1.1 Latar Belakang Pada laringitis tuberkulosis proses inflamasi akan
berlangsung secara progresif dan dapat menyebabkan
Laringitis merupakan salah satu penyakit yang
kesulitan bernapas. Kesulitan bernafas ini dapat disertai
sering dijumpai pada daerah laring. Laringitis merupakan
stridor, baik pada periode inspirasi, ekspirasi atau keduanya.
suatu proses inflamasi pada laring yang dapat terjadi, baik
Jika tidak segera diobati, stenosis dapat berkembang,
secara akut maupun kronik. Laringitis akut biasanya terjadi
1. Batasan Masalah
Batasan masalah dari penulisan case report ini adalah anatomi, fisiologi, definisi, klasifikasi, epidemiologi, faktor resiko,
etiopatogenesis, manifestasi klinis, diagnosis, tatalaksana, komplikasi dan prognosis Laringitis TB
2. Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan case report ini adalah untuk menambah pengetahuan mengenai anatomi, fisiologi, definisi, klasifikasi,
epidemiologi, faktor resiko, etiopatogenesis, manifestasi klinis, diagnosis, tatalaksana, komplikasi dan prognosis Laringitis TB
mendadak dan berlangsung dalam kurun waktu kurang dari sehingga diperlukan trakeostomi. Akan tetapi, sering kali
3 minggu. Bila gejala telah lebih dari 3 minggu dinamakan setelah diberi pengobatan, tuberkulosis parunya sembuh
laringitis kronis. Salah satu bentuk laringitis kronis spesifik tetapi laringitis tuberkulosisnya menetap. Hal ini terjadi
1
adalah laringitis tuberkulosis. karena struktur mukosa laring yang sangat lekat pada
Laringitis tuberkulosis adalah penyakit granulomatosa kartilago serta vaskularisasi yang tidak sebaik di paru,
yang paling umum dari laring dan seringkali dihubungkan sehingga bila sudah mengeni kartilago, pengobatannya lebih
1
dengan tuberkulosis paru aktif. Laringitis tuberkuloasis lama.4
adalah radang spesifik pada laring yang disebabkan oleh TINJAUAN PUSTAKA
Mycobacterium tuberculosis dan biasanya merupakan
2.1 Anatomi Laring
infeksi sekunder dari tuberkulosis paru, sedangkan
tuberkulosis laring primer sangat jarang ditemukan.
Perubahan klinis laring terjadi kira kira pada 3 % kasus
tuberkulosis paru yang agak lanjut, tetapi kejadian ini bisa
mencapai 100 % pada kasus kasus terminal.2 Pada awal abad
ke-20, laringitis tuberkulosis mengenai 25-30% pasien
tuberkulosis paru. Sedangkan sekarang hanya 1% kasus
n
laringitis tuberkulosis.Penurunan
_t en UTF-8
2 1
kejadiaan laringitis
tuberkulosis ini terjadi sebagai akibat dari peningkatan
perawatan kesehatan masyarakat dan perkembangan anti
tuberkulosis yang efektif.1
Penderita dengan laringitis tuberkulosis biasanya
datang dengan gejala, seperti disfonia, odynophagia,
dyspnea, odynophonia, dan batuk. Obstruksi pernafasan bisa
terjadi pada stadium lanjut penyakit. Pemahaman bahwa
karsinoma laring juga sering menunjukkan gejala serupa
merupakan keharusan untuk mengevaluasi laringitis. Gejala
pada saluran pernapasan seperti batuk kronis, hemoptisis
Dokter Muda THT-KL Periode Januari - Februari 2019 3
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
Laring adalah bagian dari saluran pernafasan bagian atas yang merupakan suatu rangkaian tulang rawan yang berbentuk
corong dan terletak setinggi vertebra cervicalis IV – VI, dimana pada anak-anak dan wanita letaknya relatif lebih tinggi. Laring
pada umumnya selalu terbuka, hanya kadang-kadang saja tertutup bila sedang menelan makanan. 4
Batas-batas laring berupa sebelah kranial terdapat aditus laringeus yang berhubungan dengan hipofaring, di sebelah kaudal
dibentuk oleh sisi inferior kartilago krikoid dan berhubungan dengan trakea, di sebelah posterior dipisahkan dari vertebra
cervicalis oleh otot-otot prevertebral, dinding dan cavum laringofaring, serta di sebelah anterior ditutupi oleh fascia, jaringan
lemak, dan kulit. Sedangkan di sebelah lateral ditutupi oleh otot-otot sternokleidomastoideus, infrahyoid, dan lobus kelenjar
tiroid.3,4
Bangunan kerangka laring tersusun dari satu tulang, yaitu tulang hyoid dan beberapa buah tulang rawan. Tulang hyoid
berbentuk seperti huruf U, yang permukaan atasnya dihubungkan dengan lidah, mandibula, dan tengkorak oleh tendo dan otot-
otot. 3,4,5
Tulang rawan yang menyusun laring adalah kartilago epiglotis, kartilago krikoid, kartilago aritenoid, kartilago kornikulata dan
kartilago tiroid.3,4,5
Pada laring terdapat dua buah sendi, yaitu artikulasi krikotiroid dan artikulasi krikoaritenoid. Ligamentum yang membentuk
susunan laring adalah ligamentum seratokrikoid (anterior, lateral, dan posterior), ligamentum krikotiroid medial, ligamentum
krikotiroid posterior, ligamentum kornikulofaringal, ligamentum hiotiroid lateral, ligamentum hiotiroid medial, ligamentum
hioepiglotika, ligamentum ventrikularis, ligamentum vokal yang menghubungkan kartilago aritenoid dengan kartilago tiroid dan
ligamentum tiroepiglotika.3,4
Laring berbentuk piramida triangular terbalik dengan dinding kartilago tiroidea di sebelah atas dan kartilago krikoidea di
sebelah bawahnya. Os Hyoid dihubungkan dengan laring oleh membrana tiroidea. Tulang ini merupakan tempat melekatnya otot-
otot dan ligamenta serta akan mengalami osifikasi sempurna pada usia 2 tahun. 3,4
1. Aditus Laringeus
Pintu masuk ke dalam laring yang dibentuk di anterior oleh epiglotis, lateral oleh plika ariepiglotika, posterior oleh ujung
kartilago kornikulata dan tepi atas m. aritenoideus.
2. Rima Vestibuli.
Merupakan celah antara pita suara palsu.
3. Rima glottis
Di depan merupakan celah antara pita suara sejati, di belakang antara prosesus vokalis dan basis kartilago aritenoidea.
4. Vallecula
Terdapat diantara permukaan anterior epiglotis dengan basis lidah, dibentuk oleh plika glossoepiglotika medial dan lateral.
5. Plika Ariepiglotika Dibentuk oleh tepi atas ligamentum kuadringulare yang berjalan dari kartilago epiglotika ke kartilago
aritenoidea dan kartilago kornikulata.
7. Incisura Interaritenoidea
Suatu lekukan atau takik diantara tuberkulum kornikulatum kanan dan kiri.
8. Vestibulum Laring
Ruangan yang dibatasi oleh epiglotis, membrana kuadringularis, kartilago aritenoid, permukaan atas proc. vokalis kartilago
aritenoidea dan m.interaritenoidea.
portion.
Persarafan
Dokter Muda THT-KL Periode Januari - Februari 2019 5
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
Laring dipersarafi oleh cabang N. Vagus Jamieson yaitu celah yang berada di bawah
yaitu Nn. Laringeus Superior dan Nn. Laringeus M. Konstriktor Faringeus Inferior, di dalam
4,5
Inferior (Nn. Laringeus Rekuren) kiri dan kanan. laring beranastomose dengan A. Laringeus
1. Nn. Laringeus Superior. Superior dan memperdarahi otot-otot dan
Meninggalkan N. vagus tepat di bawah mukosa laring.
ganglion nodosum, melengkung ke depan
dan medial di bawah A. karotis interna dan
eksterna yang kemudian akan bercabang dua,
yaitu : Cabang Interna ; bersifat sensoris,
mempersarafi vallecula, epiglotis, sinus
pyriformis dan mukosa bagian dalam laring
di atas pita suara sejati. Cabang Eksterna ;
bersifat motoris, mempersarafi m. Krikotiroid
dan m. Konstriktor inferior.
2. N. Laringeus Inferior (N. Laringeus
Rekuren).
Pendarahan
Laring mendapat perdarahan dari
cabang A. Tiroidea Superior dan Inferior sebagai Gambar 3. Sistem Vena pada Laring
A. Laringeus Superior dan Inferior.4,5
laring dilatasi, maka terjadi penurunan mendadak menimbulkan batuk yang berguna
Laringitis merupakan suatu proses inflamasi pada laring yang dapat terjadi, baik secara akut maupun kronik. Laringitis akut
biasanya terjadi mendadak dan berlangsung dalam kurun waktu kurang lebih 3 minggu. Bila gejala telah lebih dari 3 minggu
dinamakan laringitis kronis.
Radang akut laring pada umumnya merupakan kelanjutan dari rinofaringitis akut (common cold). Sedangkan laringitis
kronik merupakan radang kronis laring yang dapat disebabkan oleh sinusitis kronis, deviasi septum yang berat, polip hidung atau
bronkitis kronis. Mungkin juga disebabkan oelh penyalahgunaan suara (vocal abuse) seperti berteriak-teriak atau biasa berbicara
keras.9
Laringitis kronis dibagi menjadi laringitis kronik non spesifik dan spesifik. Laringitis kronik non spesifik dapat
disebabkan oleh faktor eksogen (rangsangan fisik oleh penyalahgunaan suara, rangsangan kimia, infeksi kronik saluran napas
atas atau bawah, asap rokok) atau faktor endogen (bentuk tubuh, kelainan metabolik). Sedangkan laringitis kronik spesifik
disebabkan tuberkulosis dan sifilis.10
Salah satu bentuk laringitis kronis spesifik adalah laringitis tuberkulosis. Laringitis tuberkulosis adalah proses inflamasi
pada mukosa pita suara dan laring yang terjadi dalam jangka waktu lama yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium
tuberculosa.6
denyut jantung. untuk mempertahankan laring dari ekspansi
5. Fungsi Fiksasi. benda asing atau membersihkan sekret yang
Berhubungan dengan mempertahankan merangsang reseptor atau iritasi pada mukosa
tekanan intratorakal agar tetap tinggi, laring.
misalnya batuk, bersin dan mengedan. 8. Fungsi Ekspektorasi.
6. Fungsi Menelan. Dengan adanya benda asing pada laring,
Terdapat 3 (tiga) kejadian yang maka sekresi kelenjar berusaha
berhubungan dengan laring pada saat mengeluarkan benda asing tersebut.
berlangsungnya proses menelan, yaitu: Pada 9. Fungsi Emosi.
waktu menelan faring bagian bawah (M. Perubahan emosi dapat menyebabkan
Konstriktor Faringeus Superior, M. perubahan fungsi laring, misalnya pada
Palatofaringeus dan M. Stilofaringeus) waktu menangis, kesakitan, menggigit dan
mengalami kontraksi sepanjang kartilago ketakutan.
krikoidea dan kartilago tiroidea, serta
menarik laring ke atas menuju basis lidah, 2.3 Definisi
1. Teori Bronkogenik, dimana laring mengalami infeksi melalui kontak langsung dari sekret atau sputum yang kaya kuman
tuberkulosis baik pada cabang bronkus atau pada mukosa laring.gangguan pada laring ini berjalan seiring kelainan yang
terjadi pada paru-paru. Lokasi lesi pada laring yang paling sering terjadi adalah pada bagian posterior laring berupa
edema granuloma, hiperplasia reaktif, ulserasi, dan tuberkel epiteloid.
2. Teori hematogenik, pada teori ini, kelainan hanya terjadi di laring dan tidak memperlihatkan kelainan pada paru. Kuman
tuberkulosis menyebar melalui darah dan sistem limfatik, dan beberapa penelitian membuktikan lesi pada laring paling
sering ditemukan pada epiglotis dan bagian anterior laring berupa edema polipoid, hipreplasia, dan ulserasi minimal.
dalam stadium terakhir yaitu fibrotuberkulosis.
Infeksi tuberkulosis pada laring dapat menimbulkan
Stadium Fibrotuberkulosis
gangguan sirkulasi yang mengakibatkan edem pada fosa
Pada stadium ini terbentuk fibrotuberkulosis
interaritenoid, kemudian ke aritenoid, plika vokalis, plika
pada dinding posterior, pita suara dan subglotik.
ventrikularis, epiglotis, serta terakhir ialah dengan subglotik.
Stadium Infiltrasi
Mukosa laring bagian posterior mengalami
pembengkakan dan hiperemis pada bagian
posterior, kadang-kadang dapat mengenai pita
suara. Pada stadium ini mukosa laring berwarna
pucat.
Kemudian di daerah submukosa terbentuk Gambar 5. laringitis Tb
Tuberkulosis dapat mengenai berbagai organ tubuh. Gejala yang ditimbulkan antara lain gejala demam, keringat malam,
nafsu makan berkurang, badan lemah, dan berat badan menurun. Pada laringitis TB gejala utama berupa suara serak, terjadi
biasana ringan dan dapat progresif menjadi disfonia atau afonia. Keluhan lainnya dapat berupa disfagia, odinofagia, nyeri alih
otalgia, batuk, dan kadang dapat menyebabkan sesak napas. Odinofagia dapat menjadi gejala yang menonjol pada laringitis TB,
sedangkan obstruksi jalan nafas atas akibat edema, tuberkuloma, serta fiksasi pita suara bilateral jarang terjadi. 12,13
a. Anamnesis. Pada anamnesis, pasien sering mengeluhkan suara serak dengan batuk berdahak dan demam. Suara
serak berlanjut 1-3 bulan setelah atau bersaaan dengan batuk berdahak. Selain itu dapat ditemukan pula disfagia, dispneu, dan
gejala sistemik berupa malaise, demam, dan penurunan nafsu makan disertai penurunan berat badan. 14,15
b. Pemeriksaan fisik. Pada pemeriksaan fisik dengan laringoskopi sering ditemukan perubahan plika vokalis berupa
eritem dan granulomatosa atau polipoid. 14 Laringoskopi juga dilakukan untuk melihat morfologi dan lokalisasi benjolan/tumor
dalam laring. Pada 80% kasus ditemukan benjolan/tumor ulseratif, papilomatosa, atau hipertrofi laringitis kronik. Pada 60%
temuan patologi terlokalisasi pada plika vokalis, komisura posterior laring, dan plika vestibularis. Pada 75% kasus hanya
ditemukan tumor, sedangkan 25% didapatkan lesi multipel. kemudian 15% ditemukan laringoplegia. 15
c. Laboratorium. Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan antara lain bakteriologis, kultur bakteri,
histopatologi, dan uji tuberkulin.
1) Pemeriksaan bakteriologis merupakan pemeriksaan untuk diagnosis pasti TB, meskipun tidak semua pasien positif
TB memiliki pemeriksaan bakteriologi yang positif.
2) Biakan kuman, biakan kuman dari sputum memerlukan waktu beberapa hari untuk mendapatkan hasil
pemeriksaan, hasil positif pada kuman penderita TB memiliki tingkat keakuratan yang cukup tinggi. Basil tahan asam akan terlihat
dengan pewarnaan Ziehl Nielsen.
3) Pemeriksaan histopatologis, yaitu dengan biopsi laring. Pemeriksaan ini menjadi standar baku emas pada TB
laring ataupun kegaasan laring. Gambaran mikroskopis pada TB memperlihatkan suatu kelompok sel epitel dan sel Giant
Langhans multipel dengan menggunakan pewarnaan HE.
4) Uji tuberkulin kurang berarti sebagai alat banru diagnostik. Dasar pemeriksaan ini adalah timbulnya reaksi
hipersensitivitas terhadap protein tuberkulin. 15
d. Foto rontgen toraks, pada kasus TB laring dapat ditemukan kelainan paru yang dilihat dari rontgen toraks.
Gambaran radiologi toraks berupa infiltrasi pada daerah apikal, lesi fibrokalsifikasi, terdapat kavitas, adanya gambaran granuloma
nodular, atau gambaran opak.15
2.9 Diagnosis Banding
Nama Obat
Ling, Zhou, dan Wang melaporkan bahwa TB laring sering
Isoniazid 4-6 mg/kgBB Hepatitis, neuropati perifer,
salah diagnosis dengan tumor laring (42,9%), polip pita
(max 300 mg) psikosis toksik, kejang,
suara (21,4%), papiloma laring (14,3%), epiglotitis akut
agranulositosis,ginekomastia
(14,3%), dan kista pita suara (7,2%). Beberapa diagnosis Rifampisin 8-12 g/kgBB Hepatitis, gangguan
banding untuk TB laring lain yaitu sifilis, sarkoidosis, (max 600 mg) pencernaan, demam, eritem
12
granulomatosis Wagener’s, dan infeksi jamur. kulit, trombositopeni,
nefritis interstisial, sindrom
2.10 Tatalaksana
flu, anemia hemolitik, skin
Dosis Harian
A. Non-medikamentosa 11 Efek Samping
rash
Pirazinamid 20-30 Hepatitis, hiperurisemia,
1. Mengistirahatkan pita suara dengan cara pasien tidak banyak berbicara.
mg/kgBB muntah, nyeri sendi, eritem
2. Menghindari iritasi pada laring (rokok, makanan pedas, minuman es) kulit
Streptomisin 15-18 Ototoksik, nefrotoksik
B. Medikamentosa
mg/kgBB
1. Obat Anti Tuberkulosis Etambutol 15-20 Neuritis retrobulbar, nyeri
mg/kgBB sendi, hiperurisemia,
neuropati
American Thoracic Society (ATS) menyatakan prinsip pengobatan TB ekstrapulmonal tidaklah berbeda periferTB pulmonal,
denngan
termasuk TB laring. Tujuan tatalaksana dari laryngitis TB adalah memutuskan mata rantai penularan, mengobati infeksi yang
terjadi, mencegah kematian, dan mencegah kekambuhan tau resistensi terhadap OAT. Pemberian terapi selama 6 bulan
merupakan standar yang dipakai untuk pengobatan TB pulmonal dan TB ekstrapulmonal secara umum. 16,17
Tabel 1. Dosis dan efek samping dari obat anti tuberculosis lini pertama 18,19
Dokter Muda THT-KL Periode Januari - Februari 2019 10
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
Respon pengobatan pada TB laring dapat terjadi dalam 2 minggu. Suara serak yang disebabkan karena hipertrofi dapat
mengalami perbaikan, namun pergerakan pita suara yang terbatas akibat fibrosis dapat menetap. Respon OAT terhadap laring cukup
baik rata-rata 2 bulan dimana sebagian kasus lesi yang terjadi sebelumnya tidak terlihat lagi. 20
2. Terapi simtomatik
Analgetik, antipiretik
3. Kortikosteroid
Kortikosteroid tidak memberikan peranan penting pada TB laring. Kortikosteroid dapat diberikan untuk mencegah fibrosis yang
dapat menyebabkan sumbatan jalan nafas atas pada kasus-kasus dengan fiksasi pita suara. 18
2.11 Komplikasi
6. Adam GL, Boies LR, Higler PA. Boies Buku Ajar
Komplikasi yang dapat terjadi dari laryngitis
Pentakit THT, Edisi keenam. Jakarta: EGC; 1999. Hal
tuberculosis adalah:19 369-377
a. Stenosis laring
c. Subglotis stenosis
e. Paralisis pita suara ketika krikoaritenoid atau nervus laryngeal rekuren mengalami trauma
2.12 Prognosis
Tergantung pada keadaan social ekonomi pasien, kebiasaan hidup sehat, serta ketekunan minum obat. Bila diagnosis
dapat ditegakkan pada stadium dini, maka prognosisnya baik. 19
the nose, throat, ear, head and neck. 13th ed. Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala Leher FK
5. Snell, Richard S. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa 13. Hermani B, Abdurrachman H, Cahyono A (2012).
Kedokteran: Anatomi Laring. Edisi keenam. Jakarta: Kelainan laring. Dalam Soepardi EA, Iskandar N,
EGC; 2006. Hal 805-813.
Dokter Muda THT-KL Periode Januari - Februari 2019 11
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas