Prevalensi Epistaksis pada Ini terjadi karena pecahnya pembuluh
darah di hidung. Meskipun epistaksis
Populasi Saudi. adalah masalah yang kecil dan biasanya dapat diatasi di rumah, namun kadang- Abstrak kadang, ini bisa menjadi bahaya dan Pendahuluan: Epistaksis adalah dapat menjadi masalah yang pendarahan hidung yang terjadi karena mengancam jiwa. pecahnya pembuluh darah hidung. Hal Hidung mendapatkan suplai darah dari ini dikategorikan menjadi anterior dan sistem arteri karotis internal dan posterior, yaitu berdasarkan dari mana eksternal. Arteri karotid eksternal asalnya perdarahan. Meskipun epistaksis mensuplai melalui arteri maksila wajah adalah kondisi medis yang tidak dan internal. Arteri karotis interna berbahaya, namun dapat berubah mensuplai hidung melalui cabang menjadi bahaya dan mengancam jiwa. terminal arteri ophthalmic dan arteri Tujuan Studi: Tujuan penelitian ini ethmoid anterior dan posterior. Dua area adalah untuk mengevaluasi prevalensi anastomosis di dalam hidung sering epistaksis di antara populasi Arab menjadi sumber epistaksis. [1] Saudi. Bahan dan Metode: Random sample dari Epistaksis dikategorikan berdasarkan 1.114 peserta yang dilibatkan dalam tempat asalnya dan dibagi menjadi penelitian dengan rentang usia 1 -> 60 anterior (berasal dari depan hidung) atau tahun. 549 adalah pasien dengan posterior (berasal dari belakang hidung). epistaksis, dan 565 dikontrol. Semua [1] informasi yang diperlukan dari para Epistaksis anterior merupakan peserta dikumpulkan dengan kuesioner mimisan non-trauma yang paling terstruktur yang meliputi data parah. Pendarahan biasanya timbul sosiodemografi, penggunaan dari pembuluh darah di nasalseptum antikoagulan, dan adanya kondisi medis yang merupakan tempat pembuluh lainnya disertai dengan terjadinya darah bertemu (Kiesselbach plexus). epistaksis. Mimisan anterior biasanya mudah Hasil: Penelitian kami menunjukkan ditatalaksana, baik di rumah bahwa 49% dari peserta adalah pasien maupun oleh tenaga kesehatan. epistaksis. Dari pasien yang terlibat, Epistaksis posterior jauh lebih 61,2% adalah laki-laki yang jarang terjadi daripada yang menunjukkan bahwa prevalensi anterior. Ini cenderung terjadi lebih epistaksis pada laki-laki lebih tinggi sering pada orang tua. Pendarahan daripada pasien perempuan. biasanya berasal dari arteri di Kesimpulan: Prevalensi epistaksis yang bagian belakang hidung. Epistaksis sebenarnya di Arab Saudi tidak ini lebih rumit dan biasanya diketahui secara pasti karena sebagian memerlukan bantuan dari rumah sembuh sendiri sehingga tidak sakit dan manajemen oleh ahli THT dilaporkan. Ketika pasien membutuhkan (spesialis telinga, hidung, dan bantuan medis, biasanya karena keluhan tenggorokan). yang sudah berulang atau parah. Kata kunci: Epistaksis, Prevalensi, Epistaksis dapat dibagi berdasarkan populasi Saudi. etiologinya yaitu lokal dan sistemik. [2] Trauma adalah salah satu penyebab PENDAHULUAN lokal yang paling umum ditemui. Epistaksis berarti perdarahan dari lubang Penyebab lokal lain yang dapat menjadi hidung, rongga hidung, atau nasofaring. penyebab mimisan yaitu paparan udara yang panas dan kering dalam jangka waktu lama, infeksi hidung dan sinus, Di Arab Saudi, pada saat musim panas, rinitis alergi, benda asing hidung, cuaca sangat panas menyebabkan hembusan hidung yang kuat, operasi kekeringan pada lapisan tipis hidung dan hidung, deviasi septum atau perforasi meningkatkan kemungkinan terjadinya septum dan penggunaan kokain. [2] epistaksis. Seperti halnya di musim dingin karena kelembaban menurun, Penyebab epistaksis sistemik yang pendarahan hidung terjadi. Oleh karena paling umum yaitu hipertensi, kelainan itu, disarankan untuk menggunakan faktor pembekuan darah yang Vaseline atau salep lain yang dioleskan disebabkan oleh komsumsi obat (obat dengan cotton bud pada bagian depan antiinflamasi nonsteroid atau aspirin), hidung setiap hari, agar membantu diatesis perdarahan yang diwariskan, melembabkan hidung dan mencegah dan penyakit pembuluh darah / mimisan karena kekeringan. kardiovaskular seperti congestive heart failure, arteriosklerosis, disfungsi hati, Penelitian ini bertujuan untuk menilai malformasi vaskular pada hidung, dan prevalensi epistaksis di kalangan orang tumor hidung merupakan penyebab Arab Saudi, serta menilai hubungannya mimisan yang jarang terjadi. [1,3] dengan beberapa kondisi medis seperti hipertensi dan diabetes. Lebih lanjut, penyebab epistaksis yang paling umum akan berubah seiring bertambahnya usia pasien. Namun, satu METODE PENELITIAN hal yang menetap di antara etiologi Studi cross-sectional ini dilakukan pada adalah bahwa frekuensi epistaksis 1.114 peserta di Arab Saudi untuk meningkat selama musim dingin karena menilai prevalensi epistaksis di antara penurunan kelembapan hidung. Karena penduduknya. Sebanyak 549 pasien itu, mukosa hidung mengalami dengan episktasi yang dipilih secara penyembuhan luka lokal yang buruk dan acak yaitu laki-laki dan perempuan yang menjadi lebih rentan terhadap berusia antara 1 dan > 60 tahun. Semua perdarahan. [4] informasi yang diperlukan dikumpulkan melalui kuesioner terstruktur yang Tatalaksan epistaksis dapat dilakukan meliputi data sosiodemografi, dengan duduk, condongkan tubuh ke penggunaan antikoagulan, dan adanya depan, dan berikan tekanan pada lubang kondisi medis lainnya disertai dengan hidung yang berdarah selama 10-15 terjadinya epistaksis. menit dan bernapas melalui mulut. Data yang terkumpul dianalisis Tatalaksana lainnya yaitu pemberian menggunakan SPSS versi 22.0. Data dekogestan nasalsprays, chemical or disajikan dengan menggunakan electric cautery , agen hemostatik (terapi frekuensi, rerata dan standar deviasi topikal untuk menghentikan yang sesuai. Data responden dinilai, pendarahan), pembalutan pada hidung, dianalisis, dan dibandingkan embolisasi, dan ligasi arteri. Tidak ada menggunakan Chi-square. P <0,05 pengobatan definitif tunggal untuk dianggap signifikan secara statistik. tatalaksana mimisan dan banyak faktor yang mempengaruhi keparahan HASIL perdarahan, penggunaan antikoagulan, Peserta penelitian ini sebanyak 1.114 dan kondisi medis lainnya dapat dengan rentang usia dari 1 hingga lebih mempengaruhi pilihan pengobatanyang dari 60 tahun. Dari semua peserta, 209 digunakan. [2] (18,7%) merupakan kelompok usia 1-20, 539 (48,3%) merupakan kelompok usia Dengan mempertimbangkan 21-34, 241 (21,6%) merupakan penggunaan antikoagulan, 53 peserta kelompok usia 35-50,150 (13,4%) tidak menggunakan antikoagulan, di merupakan kelompok usia 51-60, dan 23 mana 21 (39,6%) adalah pasien (2%) merupakan peserta berusia lebih epistaksis, sedangkan 1061 peserta tidak dari 60 tahun. Ada 753 perempuan menggunakan antikoagulan, dimana 528 (67,5%) dan 361 laki-laki (32,4%). (49,8%) adalah pasien epistaksis [Tabel Mengenai status perkawinan, 576 adalah 3]. lajang, 517 adalah peserta yang sudah Penelitian kami membahas beberapa menikah, sementara 21 adalah yang penyakit yang mungkin disertai dengan bercerai [Tabel 1]. epistaksis. Seperti yang ditunjukkan Di antara peserta, 1031 (92,5%) adalah pada Tabel 4, 565 peserta sehat, dan 549 warga kota dan 83 (7,4%) adalah mengalami epistaksis terkait dengan penduduk pedesaan. penyakit atau tidak. 149 (27,2%) dari Tingkat pendidikan para peserta yaitu pasien epistaksis memiliki penyakit 74,6% memiliki tingkat pendidikan kronik kronis, 99 (18%) mengalami tinggi, sementara 25% adalah siswa hipertensi, 538 (50,8%) dari pasien sekolah, dan hanya 0,4% dari seluruh epistaksis tidak menderita diabetes, sampel studi yang buta huruf. sedangkan 27 (49,1%) adalah penderita Studi sampel dibagi menjadi dua diabetes. Dari pasien epistaksis, 37 (7%) kelompok: kelompok Epistaksis yaitu adalah anemia, sedangkan 512 (93%) 549 (49%) pasien, dan kelompok kontrol tidak. yaitu 565 (51%) seperti yang ditunjukkan pada Bagan 1. Dari 549 (49%) pasien epistaksis, 328 adalah wanita (60%), dan 221 adalah pria (40%) sementara itu, 53 (9,6%) adalah penduduk pedesaan dan 496 (90,3%) adalah penduduk perkotaan.
Seperti yang ditunjukkan pada Tabel 2,
di antara 549 pasien epistaksis yang berpartisipasi dalam penelitian kami, 328 adalah wanita yang mewakili 43,6% dari seluruh wanita yang berpartisipasi. Di sisi lain, 100% pria yang berpartisipasi adalah pasien epistaksis. Mengenai kisaran usia pasien epistaksis Gambar 1. Gambaran Kejadian dalam studi sampel, 103 (62,2%) berada Epistaksis dalam kelompok usia 1-20, sementara 265 (49,2%) berada dalam kelompok usia 21-34, 105 (43,6%) mewakili kelompok usia 35-50, dan 40 (39,2%) mewakili pasien epistaksis 50-60 tahun, serta 9 (39,1%) mewakili pasien lebih dari 60 tahun. Berdasarkan tempat tinggal, 53 (63,9%) adalah penduduk pedesaan, dan 496 (48,1%) dari yang berpartisipasi adalah penduduk perkotaan. Tabel 1. Karakteristik Sosialdemografi Tabel 3. Hubungan Epistaksis denga Peserta penelitian penggunaan antikoagulan
Tabel 4. Presentasi kondisi medis yang
bersamaan dengan epistaksis
Tabel 2. Karakteristik perbandingan
sosialdemograsi pasien dengan epistaksis PEMBAHASAN DAFTAR PUSTAKA Penelitian kami menunjukkan bahwa 1. Fatakia A, Winters R, Amedee RG. 49% dari peserta adalah pasien Epistaxis: A common problem. epistaksis. Dari pasien yang terlibat, Ochsner J 2010;10:176-8. 61,2% adalah laki-laki yang 2. Suh JD, Garg R. Epistaxis menunjukkan bahwa prevalensi (Nosebleeds); 2015. Available epistaksis pada laki-laki lebih tinggi from: http://www. care.american- daripada pasien perempuan, dan ini rhinologic.org/epistaxis. [Last serupa dengan hasil penelitian lain yang accessed on 2017 Mar 17] dilakukan pada orang di Badan 3. Available from: Waziristan Utara. [5] https://www.emedicinehealth.com/n Kami juga tidak menemukan hubungan osebleeds/page2_ em.htm. [[Last yang pasti antara epistaksis dan accessed on 2017 Mar 17]. hipertensi, dan ini juga dikonfirmasi 4. Bailey BJ. Head and Neck Surgery- dalam penelitian yang dilakukan di Arab Otolaryngology. 4th ed. Saudi. [6] Namun, hasil kami berbeda Philadelphia, PA: Lippincott dengan hasil Herkner et al. yang Williams & Wilkins; 2006. menemukan bahwa pasien dengan 5. Iqbal M, Ahmed W. Epistaxis: Its epistaksis memiliki tekanan darah lebih prevalence in IDPs of North tinggi dibandingkan dengan kelompok Waziristan agency. Am J Clin Exp kontrol. [7] Juga, Isezuo et al. Med 2015;3:233-6. menemukan hubungan antara epistaksis 6. Sarhan NA, Algamal AM. dan hipertensi. [8] Relationship between epistaxis and Studi kami menunjukkan bahwa hanya hypertension: A cause and effect or 7% dari pasien epistaksis yang terlibat coincidence? J Saudi Heart Assoc menderita anemia, yang menunjukkan 2015;27:79-84. bahwa tidak ada korelasi antara menjadi 7. Herkner H, Havel C, Müllner M, pasien epistaksis dan menderita anemia. Gamper G, Bur A, Temmel AF, et Ia juga menemukan bahwa tidak ada al. Active epistaxis at ED hubungan antara epistaksis dan diabetes, presentation is associated with karena hanya 2,1% di antara semua arterial hypertension. Am J Emerg pasien epistaksis yang terlibat adalah Med 2002;20:92-5. penderita diabetes. 8. Isezuo SA, Segun-Busari S, Ezunu E, Yakubu A, Iseh K, Legbo J, et al. KESIMPULAN Relationship between epistaxis and Prevalensi epistaksis yang sebenarnya di hypertension: A study of patients Arab Saudi tidak diketahui secara pasti seen in the emergency units of two karena sebagian sembuh sendiri tertiary health institutions in sehingga tidak dilaporkan Ketika Nigeria. Niger J Clin Pract perhatian medis diperlukan, biasanya 2008;11:379-82. karena sifat masalah yang berulang atau parah. Dalam penelitian kami, kami menilai bahwa prevalensi epistaksis di di populasi Arab Saudi adalah 49%. Epistaksis di Saudi tidak berhubungan dengan hipertensi, anemia, atau diabetes. Dalam kebanyakan kasus, epistaksis adalah kondisi medis yang dapat semnuh sendiri, tetapi kadang-kadang bisa menjadi kondisi medis yang kritis.