Anda di halaman 1dari 21

TRAUMA THORAX

PENDAHULUAN

 Cedera toraks  salah satu penyebab utama


kematian. Banyak penderita meninggal setelah sampai
di RS, dan banyak diantara kematian ini sebenarnya
dapat dicegah dengan meningkatkan kemampuan
diagnostik dan terapi.

 Kurang dari 10% dari cedera tumpul toraks dan hanya


15 - 30% dari cedera tembus toraks yang
membutuhkan tindakan torakotomi
ANATOMI
 Dinding thorax secara anatomis tersusun dari
kulit, fasia, otot dada, jurai neurovascular pada
dinding dada, serta kerangka dada. Kerangka dada
sendiri terdiri dari sternum, 12 pasang tulang iga
beserta tulang rawan iga dan vertebrata torakalis
beserta diskus intervertrebralis. Otot dada terdiri
atas dua bagian, yaitu otot instrinsik yang
membentuk dinding dada, serta otot ekstrinsik
yang berperan dalam gerakan dada, seperti otot
ekstermitas superior, otot dinding abdomen, dan
punggung. Otot instrinsik terdiri dari 3 lapisan,
yaitu lapisan luar, tengah, dan dalam. Lapisan luar
tersusun atas M. intercostalis eksternus dan M.
levatores kostarum, lapisan tengah hanya
dibentuk oleh M. intercostalis internus, sedangkan
lapisan dalam disusun oleh M. intercostalis
intimus, M. subkostalis, dan M. transversus
kostalis
 Jantung merupakan organ muskular berongga
yang bentuknya mirip piramid dan terletak di
dalam perikardium di mediastinum. Basis kordis
dihubungkan dengan pembuluh pembuluh darah
besar, meskipun demikian terletak bebas di dalam
perikardium. Jantung juga mempunyai apeks yang
arahnya ke bawah, depan dan ke kiri. Apeks ini
dibentuk oleh ventriculus sinister mengarah ke
bawah depan dan kiri. Apeks terletak setinggi
spatium intercostalis V sinistra, 9 cm dari garis
tengah. Basis cordis berbentuk piramid dan
terletak berlawanan dengan apeks. Batas kanan
jantung dibentuk oleh atrium dextra, batas kiri
oleh aurikula sinistra dan dibawah oleh ventrikulus
sinistra. Batas bawah terutama dibentuk oleh
ventrikulus dekstra tetapi juga oleh atrium dekstra
dan apeks oleh ventrikulus sinister.
KLASIFIKASI TRAUMA THORAX

 Trauma Tajam
 Luka tusuk
 Luka tembak
 Trauma Tumpul
 Kecelakaan kendaraan bermotor
 Jatuh
 Pukulan pada dada
PEMERIKSAAN AWAL
A. Jalan napas (air way)
Sumbatan di daerah orofaring
Retraksi otot interkostal dan supraklavikular
Suara tambahan: gargling, ngorok

B. Pernapasan (Breathing)
Dada dan leher  terbuka
Pemeriksaan: inspeksi, palpasi dan auskultasi
Gejala: hipoksia, perubahan frekwensi napas
C. Sirkulasi
PEA: Pulselass Electric Activity ditemukan pada
keadaan: tamponade jantung, tension pneumotoraks
Cedera toraks yang mempengaruhi sirkulasi dan harus
ditemukan pada pemeriksaan awal:
1. Hemotoraks massif
Perdarahan intra pleura > 1500 cc  hipoxia berat
Terapi awal: infus kristaloid, darah, drain toraks
Terapi definitif: torakotomi
2. Tamponade jantung
Trias Beck: Peningkatan tekanan vena leher,
penurunan tekanan darah, dan suara jantung yang
menjauh
Tindakan: perikardiosintesis

JENIS TRAUMA TORAKS
TENSION PNEUMOTHORAKS
 Merupakan pneumotoraks yang disertai
peningkatan tekanan intra toraks yang semakin
lama semakin bertambah (progresif). Pada
pneumotoraks ini ditemukan mekanisme ventil
 One-way-valve (fenomena ventil)  kebocoran
udara yang berasal dari paru-paru atau dari luar
melalui dinding dada rongga pleura dan tidak
dapat keluar lagi tekanan di intrapleural akan
semakan meninggi  paru-paru menjadi kolaps,
mediastinum terdorong ke sisi berlawanan dan
menghambat pengembalian darah vena ke
jantung, serta akan menekan paru kontralateral
 Tindakan untuk mengatasinya yaitu dengan
menusuk dada pada sela iga kedua, dengan jarum
besar
PNEUMOTHORAKS TERBUKA

 Defek atau luka yang besar pada dinding dada  tekanan


pleura menjadi sama dengan tekanan atmosfir
 Jika defek pada dinding dada lebih besar dari 2/3 diameter
trakea, maka udara akan cenderung mengalir melalui defek
karena mempunyai tahanan yang kurang atau lebih kecil
dibandingkan dengan trakea  ventilasi terganggu
sehingga menyebabkan hipoksia
 Langkah awal adalah menutup luka dengan kasa oklusif
steril yang diplester pada 3 sisi. Tindakan definitif dengan
memasang drain dan menutup defek
FLAIL CHEST
 Segmen dinding dada tidak mempunyai
kontinuitas dengan keseluruhan dinding dada.
 Terjadi karena fraktur iga multipel pada dua atau
lebih tulang iga dengan dua atau lebih garis
fraktur. Adanya segmen flail chest (segmen
mengambang) menyebabkan gangguan pada
pergerakan dinding dada.
 Kerusakan parenkim paru di bawah kerusakan
dinding dada  hipoksia yang serius.
 Pada flail chest tindakan yang dilakukan yaitu
pemberian oksigenasi dan analgesik
HEMOTHORAKS MASSIF
 Yaitu terkumpulnya darah dengan cepat
lebih dari 1500 cc di dalam rongga pleura.
 Disebabkan oleh luka tembus dan cedera
tumpul yang merusak pembuluh darah
sistema atau pembuluh darah pada hilus
paru
 Kehilangan darah  hipoksia. Vena leher
dapat kolaps (flat) akibat adanya
hipovolemia berat, tetapi kadang dapat
ditemukan distensi vena leher, jika disertai
tension pneumothorax.
 Tindakan awal dengan pemasangan drain
toraks
Tamponade Jantung
 Keadaan dimana perikardium terisi darah atau
cairan perikard
 Gejala trias Beck yaitu distensi vena leher,
hipotensi dan pulsus paradoksus
 Kontusio miokardium tanpa disertai ruptur dapat
menjadi penyebab tamponade jantung
 Mengeluarkan darah atau cairan perikard dengan
perikardiosintesis akan memperbaiki
hemodinamik
 MANIFESTASI CEDERA TORAKS
LAIN
EMFISEMA SUBKUTIS

 Disebabkan oleh cedera airway, parenkim paru, atau


yang jarang yaitu cedera ledakan.
 Walaupun tidak memerlukan terapi, penyebab
timbulnya kelainan ini harus dicari.
 Jika penderita menggunakan ventilasi dengan tekanan
positif pemasangan selang dada harus
dipertimbangkan untuk dipasang pada sisi yang
terdapat emfisema subkutis sebagai antisipasi
terhadap berkembangnya tension pneumothorax.
TRAUMATIC ASPHYXIA

 Tergencetnya toraks akan menimbulkan kompresi


yang tiba-tiba dan sementara terhadap vena cava
superior dan menimbulkan pletora serta petechiae
yang meliputi badan bagian atas, wajah dan lengan.
Dapat terjadi edema yang berat, bahkan edema otak
Fraktur Costae, Sternum dan
Skapula
 Pada penderita dengan cedera costae akan
ditemukan nyeri tekan pada palpasi dan
krepitasi. Jika teraba atau terlihat adanya
deformitas, harus curiga fraktur costae. Foto
toraks harus dibuat untuk menghilangkan
kemungkinan cedera intratorakal dan bukan
untuk mengidentifikasi fraktur iga.
 Yang penting adalah menghilangkan rasa sakit
agar penderita dapat bernafas dengan baik.
 Blok interkostal, anestesi epidural dan analgesi
sistemik dapat dipertimbangkan untuk
mengatasi rasa nyeri.
Cedera Tumpul Esofagus

 Gambaran klinis adalah seperti ruptur esofagus yang


terjadi setelah muntah-muntah.
 Cedera esofagus harus dipertimbangkan pada
penderita-penderita
- yang mempunyai pneumotoraks kiri atau hemotoraks
tanpa adanya fraktur iga
- yang menerima cedera langsung yang berat terhadap
sternum bagian bawah atau epigastrium dan nyeri
atau syok yang tidak proporsional terhadap cedera
yang dialami
PEMERIKSAAN LANJUTAN

 Pemeriksaan foto toraks


Pemeriksaan ini masih tetap mempunyai nilai diagnostik pada
pasien dengan trauma toraks. Pemeriksaan klinis harus selalu
dihubungkan dengan hasil pemeriksaan foto toraks. Lebih dari 90%
kelainan serius trauma toraks dapat terdeteksi hanya dari
pemeriksaan foto toraks.
 CT Scan
Sangat membantu dalam membuat diagnose pada trauma tumpul
toraks, seperti fraktur costae, sternum dan sterno clavikular
dislokasi.
PENATALAKSANAAN
• Pemberian analgesik
• Pemasangan plak/plester
• Pemasangan water seal drainage
• Antibiotik
• Fisioterapi
KESIMPULAN
 Trauma thorax umumnya disebabkan oleh kecelakaan
lalu lintas berupa trauma tumpul. Trauma tajam
terutama disebabkan oleh tikaman dan tembakan
 Cedera toraks sering ditemukan pada penderita cedera
multipel dan dapat merupakan masalah yang
mengancam nyawa
 Penderita dengan cedera toraks dapat diterapi atau
kondisi diperbaiki sementara dengan tindakan seperti
intubasi, ventilasi, selang dada atau perikardiosintesis

Anda mungkin juga menyukai