Anda di halaman 1dari 15

ASUHAN KEPERAWATAN LARINGITIS

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Praktik Medikal Bedah

(Dosen Pembimbing : Ns.septi telaumbanua , S.Kep)

DISUSUN OLEH :

Nama : Lilis karmila

NIM : 119861720

Semester : VI A (Enam)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN FAMIKA MAKASSAR

2019/2020
LAPORAN PENDAHULUAN
LARINGITIS

A. Definisi
Laringitis adalah inflamasi laring (ensiklopedia keperawatan). Laringitis adalah
peradangan yang terjadi pada pita suara karena terlalu banyak digunakan, karena iritasi
atau karena adanya infeksi. Pita suara adalah suatu susunan yang terdiri dari tulang
rawan, otot dan membran mukosa yang membentuk pintu masuk dari batang tenggorok
(trachea). Di dalam kotak suara terdapat pita suara—dua buah membran mukosa yang
terlipat dua membungkus otot dan tulang rawan.
Biasanya pita suara akan membuka dan menutup dengan lancar, membentuk suara
melalui pergerakan dan getaran yang terbentuk. Tapi bila terjadi laringitis, pita suara
akan meradang atau terjadi iritasi pada pita suara. Pita suara tersebut akan membengkak,
menyebabkan terjadinya perubahan suara yang diproduksi oleh udara yang lewat
melalui celah diantara keduanya. Akibatnya, suara akan terdengar serak. Pada beberapa
kasus laringitis, suara  akan menjadi sangat lemah sehingga tidak terdengar.
Laringitis dapat berlangsung dalam waktu singkat (akut) atau berlansung lama
(kronis) lebih dari 3 minggu. Meskipun laringitis akut biasanya hanya karena terjadinya
iritasi dan peradagnan akibat virus, suara serak yang sering terjadi dapat menjadi tanda
adanya masalah yang lebih serius.
a) Anatomi Laring
Laring merupakan bagian terbawah dari saluran nafas bagian atas. Berikut ini akan
ditampilkan laring secara anatomi.
Gambar 1.1.
Anatomi Laring
Bentuk laring menyerupai limas segitiga terpancung dengan bagian atas lebih
terpancung dan bagian atas lebih besar daripada bagian bawah. Batas atas laring adalah
aditus laring sedangkan batas kaudal kartilago krikoid. Struktur kerangka laring terdiri
dari satu tulang (os hioid) dan beberapa tulang rawan, baik yang berpasangan ataupun
tidak. Komponen utama pada struktur laring adalah kartilago tiroid yang berbentuk
seperti perisai dan kartilago krikoid. Os hioid terletak disebelah superior dengan bentuk
huruf U dan dapat dipalapsi pada leher depan serta lewat mulut pada dinding faring
lateral. Dibagian bawah os hioid ini bergantung ligamentum tirohioid yang terdiri dari
dua sayap / alae kartilago tiroid. Sementara itu kartilago krikoidea mudah teraba
dibawah kulit yang melekat pada kartilago tiroidea lewat kartilago krikotiroid yang
berbentuk bulat penuh. Pada permukaan superior lamina terletak pasangan kartilago
aritinoid yang berbentuk piramid bersisi tiga. Pada masing-masing kartilago aritinoid ini
mempunyai dua buah prosesus yakni prosessus vokalis anterior dan prosessus
muskularis lateralis. Pada prossesus vokalis akan membentuk 2/5 bagian belakang dari
korda vokalis sedangakan ligamentum vokalis membentuk bagian membranosa atau
bagian pita suara yang dapat bergetar. Ujung bebas dan permukaan superior korda
vokalis suara membentuk glotis. Kartilago epiglotika merupakan struktur garis tengah
tunggal yang berbentuk seperti bola pimpong yang berfungsi mendorong makanan yang
ditelan kesamping jalan nafas laring. Selain itu juga teradpat dua pasang kartilago kecil
didalam laring yang mana tidak mempunyai fungsi yakni kartilago kornikulata dan
kuneiformis.
Gambar 1.2
Anatomi Laring
Gerakan laring dilakukan oleh kelompok otot-otot ekstrinsik dan intrisik. Otot ekstinsik
bekerja pada laring secara keseluruhan yang terdiri dari otot ekstrinsik suprahioid
(m.digastrikus, m.geniohioid, m.stilohioid dan m.milohioid) yang berfungsi menarik
laring ke atas. otot ekstinsik infrahioid (m.sternihioid, m.omohioid, m.tirohioid). Otot
intrisik laring menyebabkan gerakan antara berbagai struktur laring sendiri, seperti otot
vokalis dan tiroaritenoid yang membentuk tonjolan pada korda vokalis dan berperan
dalam membentuk teganagan korda vokalis, otot krikotiroid berfungsi menarik kartilago
tiroid kedepan, meregang dan menegangkan korda vokalis. Laring disarafi oleh cabang-
cabang nervus vagus yakni nervus laringeus superior dan nervus laringeus inferior
(n.laringeus rekurens). Kedua saraf ini merupakan campuran saraf motorik dan sensorik.
Perdarahan pada laring terdiri dari dua cabang yakni arteri laringeus superior dan ateri
laringeus inferior yang kemudian akan bergabung dengan vena tiroid superior dan
inferior. (Cohen JL 1997,369-76)

b) Fisiologi Laring
Laring berfungsi sebagai proteksi, batuk, respirasi, sirkulasi, respirasi, sirkulasi,
menelan, emosi dan fonasi. Fungsi laring untuk proteksi adalah untuk mencegah agar
makanan dan benda asing masuk kedalam trakea dengan jalan menutup aditus laring
dan rima glotis yang secara bersamaan. Benda asing yang telah masuk ke dalam trakea
dan sekret yang berasal dari paru juga dapat dikeluarkan lewat reflek batuk. Fungsi
respirasi laring dengan mengatur mengatur besar kecilnya rima glotis. Dengan
terjadinya perubahan tekanan udara maka didalam traktus trakeo-bronkial akan dapat
mempengaruhi sirkulasi darah tubuh. Oleh karena itu, laring juga mempunyai fungsi
sebagai alat pengatur sirkulasi darah. Fungsi laring dalam proses menelan mempunyai
tiga mekanisme yaitu gerakan laring bagian bawah keatas, menutup aditus laringeus,
serta mendorong bolus makanan turun ke hipofaring dan tidak mungkin masuk kedalam
laring. Laring mempunyai fungsi untuk mengekspresikan emosi seperti berteriak,
mengeluh, menangis dan lain-lain yang berkaitan dengan fungsinya untuk fonasi dengan
membuat suara serta mementukan tinggi rendahnya nada. (Cohen JL 1997,369-76)

B. Etiologi
Inflamasi laring sering terjadi sebagai akibat terlalu banyak menggunakan suara,
pemajanan terhadap debu, bahan kimiawi, asap, dan polutan lainnya, atau sebagai
bagian dari infeksi saluran nafas atas. Kemungkinan juga disebabkan oleh infeksi yang
terisolasi yang hanya mengenai pita suara.Sebagian besar kasus laringitis sementara
dipicu oleh infeksi virus atau regangan vokal dan tidak serius. Tapi suara serak kadang-
kadang merupakan tanda yang lebih serius dari kondisi medis yang mendasari. Sebagian
besar kasus laringitis berakhir kurang dari beberapa minggu dan disebabkan cuaca
dingin.Penyebab yang paling sering adalah infeksi virus pada saluran pernafasan bagian
atas (misalnya common cold). Laringitis juga bisa menyertai bronkitis, pneumonia,
influenza, pertusis, campak dan difteri. (Hermani B,Kartosudiro S & Abdurrahman B,
2003,190 – 200)

a) Laringitis Akut
Pada laringitis akut biasanya penyebabnya oleh infeksi virus.Infeksi bakteri
seperti difteri juga dapat menjadi penyebabnya, tapi hal ini jarang terjadi. Laringitis
akut dapat juga terjadi saat anda menderita suatu penyakit atau setelah anda sembuh
dari suatu penyakit, seperti selesma, flu atau radang paru-paru (pneumonia).

a. Laringitis akut ini dapat terjadi dari kelanjutan infeksi saluran nafas seperti
influenza atau common cold. infeksi virus influenza (tipe A dan B),
parainfluenza (tipe1,2,3),rhinovirus dan adenovirus.Penyebab lain adalah
Haemofilus influenzae, Branhamella catarrhalis, Streptococcus pyogenes,
Staphylococcus aureus dan Streptococcus pneumoniae.
b. Penyakit ini dapat terjadi karena perubahan musim / cuaca
c.  Pemakaian suara yang berlebihan
d. Trauma
e. Bahan kimia
f. Merokok dan minum-minum alcohol
g. Alergi

b) Laringitis Kronik
Kasus yang sering terjadi pada laringitis kronis termasuk juga iritasi yang terus
menerus terjadi karena penggunaan alkohol yang berlebihan, banyak merokok atau asam
dari perut yang mengalir kembali ke dalam kerongkongan dan tenggorokan, suatu kondisi
yang disebut gastroesophageal reflux disease (GERD).
Laringitis kronis adalah inflamasi dari membran mukosa laring yang berlokasi di
saluran nafas atas, bila terjadi kurang dari 3 minggu dinamakan akut dan disebut kronis
bila terjadi lebih dari 3 minggu.
Beberapa pasien mungkin telah mengalami serangan laringitis akut berulang,
terpapar debu atau asap iritatif atau menggunakan suara tidak tepat dalam konteks
neuromuskular. Merokok dapat menyebabkan edema dan eritema laring. (Abdurrahman
MH, 2006,13-20).

 Laringitis Kronis Spesifik


Yang termasuk dalam laringitis kronis spesifik ialah laringitis tuberkulosis dan
laringitis luetika.
a. Laringitis tuberkulosis
Penyakit ini hampir selalu akibat tuberkulosis paru. Biasanya pasca pengobatan,
tuberkulosis paru sembun tetapi laringitis tuberkulosis menetap. Hal ini terjadi karena
struktur mukosa laring yang melekat pada kartilago serta vaskularisasinya yang tidak
sebaik paru sehingga bila infeksi sudah mengenai kartilago maka tatalaksananya
dapat berlangsung lama.
Secara klinis manifestasi laringitis tuberkulosis terdiri dari 4 stadium yaitu :
1) Stadium infiltrasi, mukosa laring posterior membengkak dan hiperemis, dapat
mengenai pita suara. Terbentuk tuberkel pada submukosa sehingga tampak bintik
berwarna kebiruan. Tuberkel membesar dan beberapa tuberkel berdekatan bersatu
sehingga mukosa diatasnya meregang sehingga suatu saat akan pecah dan
terbentuk ulkus.
2) Stadium ulserasi, ulkus yang timbul pada akhir stadium infiltrasi membesar.
Ulkus diangkat, dasarnya ditutupi perkijuan dan dirasakan sangat nyeri.
3) Stadium perikondritis, ulkus makin dalam sehingga mengenai kartuilago laring
terutama kartilago aritenoid dan epiglotis sehingga terjadi kerusakan tulang
rawan.
4) Stadium pembentukan tumor, terbentuk fibrotuberkulosis pada dinding posterior,
pita suara dan subglotik.
b. Laringitis luetika
Radang menahun ini jarang dijumpai Dalam 4 stadium lues yang paling
berhubungan dengan laringitis kronis ialah lues stadium tersier dimana terjadi
pembentukan gumma yang kadang menyerupai keganasan laring. Apabila guma pecah
akan timbul ulkus yang khas yaitu ulkus sangat dalam, bertepi dengan dasar keras,
merah tua dengan eksudat kekuningan. Ulkus ini tidak nyeri tetapi menjalar cepat

Tabel. 1
Perbedaan Laringitis Akut dan Kronik

laringitis akut Laringitis kronis


   Rhinovirus   Infeksi bakteri
   Parainfluenza virus   Infeksi tuberkulosis
   Adenovirus   Sifilis
   Virus mumps   Leprae
   Varisella zooster virus   Virus
   Penggunaan asma inhaler   Jamur
   Penggunaan suara berlebih   Actinomycosis
dalam pekerjaan : Menyanyi,   Penggunaan suara berlebih
Berbicara dimuka umum   Alergi
Mengajar   Faktor lingkungan seperti asap, debu
   Alergi   Penyakit sistemik : wegener granulomatosis,
   Streptococcus grup A amiloidosis
   Moraxella catarrhalis   Alkohol
   Gastroesophageal refluks   Gatroesophageal refluks

C. Patofisiologi
Hampir semua penyebab inflamasi ini adalah virus. Invasi bakteri mungkin
sekunder. Laringitis biasanya disertai rinitis atau nasofaringitis. Awitan infeksi mungkin
berkaitan dengan pemajanan terhadap perubahan suhu mendadak, defisiensi diet,
malnutrisi, dan tidak ada immunitas. Laringitis umum terjadi pada musim dingin dan
mudah ditularkan. Ini terjadi seiring dengan menurunnya daya tahan tubuh dari host
serta prevalensi virus yang meningkat. Laringitis ini biasanya didahului oleh faringitis
dan infeksi saluran nafas bagian atas lainnya. Hal ini akan mengakibatkan iritasi
mukosa saluran nafas atas dan merangsang kelenjar mucus untuk memproduksi mucus
secara berlebihan sehingga menyumbat saluran nafas. Kondisi tersebut akan
merangsang terjadinya batuk hebat yang bisa menyebabkan iritasi pada laring. Dan
memacu terjadinya inflamasi pada laring tersebut. Inflamasi ini akan menyebabkan
nyeri akibat pengeluaran mediator kimia darah yang jika berlebihan akan merangsang
peningkatan suhu tubuh.
(Elizabeth J. Corwin 2000 , 432)

D. Manifestasi Klinis
1. Gejala lokal seperti suara parau dimana digambarkan pasien sebagai suara yang kasar
atau suara yang susah keluar atau suara dengan nada lebih rendah dari suara yang
biasa / normal dimana terjadi gangguan getaran serta ketegangan dalam pendekatan
kedua pita suara kiri dan kanan sehingga menimbulkan suara menjadi parau bahkan
sampai tidak bersuara sama sekali (afoni).
2.  Sesak nafas dan stridor
3. Nyeri tenggorokan seperti nyeri ketika menalan atau berbicara.
4.  Gejala radang umum seperti demam, malaise
5. Batuk kering yang lama kelamaan disertai dengan dahak kental
6. Gejala commmon cold seperti bersin-bersin, nyeri tenggorok hingga sulit menelan,
sumbatan hidung (nasal congestion), nyeri kepala, batuk dan demam dengan
temperatur yang tidak mengalami peningkatan dari 38 derajat celsius.
7. Gejala influenza seperti bersin-bersin, nyeri tenggorok hingga sulit menelan,
sumbatan hidung (nasal congestion), nyeri kepala, batuk, peningkatan suhu yang
sangat berarti yakni lebih dari 38 derajat celsius, dan adanya rasa lemah, lemas yang
disertai dengan nyeri diseluruh tubuh .
8.   Pada pemeriksaan fisik akan tampak mukosa laring yang hiperemis, membengkak
terutama dibagian atas dan bawah pita suara dan juga didapatkan tanda radang akut
dihidung atau sinus paranasal atau paru
9. Obstruksi jalan nafas apabila ada udem laring diikuti udem subglotis yang terjadi
dalam beberapa jam dan biasanya sering terjadi pada anak berupa anak menjadi
gelisah, air hunger, sesak semakin bertambah berat, pemeriksaan fisik akan
ditemukan retraksi suprasternal dan epigastrium yang dapat menyebabkan keadaan
darurat medik yang dapat mengancam jiwa anak.
a.  Laringitis Akut
Demam, malaise, gelaja rinigaringitis, suara parau sampai afoni, nyeri
ketika menelan atau berbicara, rasa kering ditenggorokan, batuk kering yang
kelamaan disertau dahak kental, gejala sumbatan laring sampai sianosis.
Pada pemeriksaan, tampak mukosa laring hiperemis, membengkak, terutama di
atas dan bahwa pita suara. Biasanya tidak terbatas di laring, juga ada tanda radang
akut dihitung sinus peranasak, atau paru.
b.  Laringitis Kronik
Suara parau yang menetap, rasa tersangkut di tenggorok sehingga sering
mendehem tanpa sekret. Pada pemeriksaan tampak mukosa laring hiperemis.
Tidak rata, dan menebal. Bila tumor dapat dilakukan biopsi.
c.  Laringitis tuberkulosis
Terdapat gejala demam, keringat malam, penurunan berat badan, rasa
kering, panas, dan tertekan di daerah laring, suara parau beriminggu-minggu dan
pada stadium lanjut dapat afoni, bentuk produktif, gemoptisis, nyeri menelan yang
lebih hebat bila gejala-gejala proses aktif pada paru. Dapat timbul sumbatan jalan
napas karena edema: tumberkuloma, atau paralysis pita suara.

Sesuai dengan stadium dari penyakit, pada laringoskop akan terlihat:


 Stadium infiltrasi
Mukosa laring membengkak, hiperemis (bagian posterior), dan pucar. Terbentuk
tuberkel di daerah submukosa, tampak sebagai bintik-bintik kebiruan. Tuberkel
membesar, menyatu sehingga mukosa di atasnya meregang. Bila pecah akan
timbul ulkus.
 Stadium ulserasi
Ulkus membesar, dangkal, dasarnya ditutupi perkijuan dan terasa.

 Stadium perikondritis
Ulkus makin dalam mengenai kartilago laring, kartilagi aritenoid, dan epiglottis/
terbentuk nanah yang berbau sampai terbentuk sekuester. Keadaan umum pasien
sangat buruk, dapat fibrotuberkulosis pada dinding posterior, pita suara, dan
subglotik.
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Foto rontgen leher AP : bisa tampak pembengkakan jaringan subglotis (Steeple
sign). Tanda ini ditemukan pada 50% kasus.
2.  Pemeriksaan laboratorium : gambaran darah dapat normal. Jika disertai infeksi
sekunder, leukosit dapat meningkat.
3. Pada pemeriksaan laringoskopi indirek akan ditemukan mukosa laring yang
sangat sembab, hiperemis dan tanpa membran serta tampak pembengkakan
subglotis yaitu pembengkakan jaringan ikat pada konus elastikus yang akan
tampak dibawah pita suara.
 Laringitis Akut
Pemeriksaan apusan dari laring untuk kultur dan uji resistensi pada kasus yang
lama atau sering residif.
 Laringitis tuberkulosis
Pemeriksaan laboratorium hasil tahan asam dari sputum atau bilasan lambung,
foto toraks menunjukkan tanda proses spesifik baru, laringoskopi langsung/tak
langsung, dan pemeriksaan PA. (Mansjoer, Arif.1999, 125).

F. Prognosis
Prognosis untuk penderita laringitis akut ini umumnya baik dan pemulihannya
selama satu minggu. Namun pada anak khususnya pada usia 1-3 tahun penyakit ini
dapat menyebabkan udem laring dan udem subglotis sehingga dapat menimbulkan
obstruksi jalan nafas dan bila hal ini terjadi dapat dilakukan pemasangan endotrakeal
atau trakeostomiaik.
G. Penatalaksanaan
 Laringitis Akut
Terapi pada laringitis akut berupa mengistirahatkan pita suara, antibiotik,
menambah kelembaban, dan menekan batuk. Obat-obatan dengan efek samping yang
menyebabkan kekeringan harus dihindari. Penyanyi dan para profesional yang
mengandalkan suara perlu dinasehati agar membiarkan proses radang mereda sebelum
melanjutkan karier mereka. Usaha bernyayi selama proses radang berlangsung dapat
mengakibatkan perdarahan pada laring dan perkembangan nodul korda vokalis
selanjutnya. Terapi pada laringitis kronis terdiri dari menghilangkan penyebab, koreksi
gangguan yang dapat diatasi, dan latihan kembali kebiasaan menggunakan vocal dengan
terapi bicara. Antibiotik dan terapi singkat steroid dapat mengurangi proses radang
untuk sementara waktu, namun tidak bermanfaat untuk rehabilitasi jangka panjang.
Eliminasi obat-obat dengan efek samping juga dapat membantu. Pada pasien dengan
gastroenteriris refluks dapat diberikan reseptor H2 antagonis, pompa proton inhibitor.
Juga diberikan hidrasi, meningkatkan kelembaban, menghindari polutan.  Terapi
pembedahan bila terdapat sekuester dan trakeostomi bila terjadi sumbatan laring.
Hindari iritasi pada laring dan faring. Untuk terapi mendikamentosa diberikan antibiotic
penisilin anak 3 x 0 kg BB dan dewasa 3 x 500 mg. bila alergi dapat diganti eritromisin
atau basitrasin. Dan diberikan kortikosteroid untuk mengatasi edema. Dipasang pipa
endotrakea atau trakeostomi bila terdapat sumbatan laring.

 Laringitis Kronik
Diminta untuk tidak banyak bicara dan mengonati peradangan di hitung, faring,
serta bronkus yang mungkin menjadi penyebab. Diberikan antibiotik bila terdapat tanda
infeksi dan ekspektoran. Untuk jangka pendek dapat diberikan steroid.
Laringitis kronis yang berlangsung lebih dari beberapa minggu dan tidak berhubungan
dengan penyakit sistemik, sebagian besar berhubungan dengan pemajanan rekuren dari
iritan. Asap rokok merupakan iritan inhalasi yang paling sering memicu laringitis kronis
tetapi laringitis juga dapat terjadi akibat menghisap kanabis atau inhalasi asap lainnya.
Pada kasus ini, pasien sebaiknya dijauhkan dari faktor pemicunya seperti dengan
menghentikan kebiasaan merokok

 Laringitis Tuberkulosis
Pengobatan dengan mengistirahatkan pita suara dan dengan pemberian obat anti
nyeri biasanya telah mencukupi. Pemberian obat antituberkulosis primer dan skunder.
Pada infeksi bakteri, antibiotik yang tepat harus diberikan.Trakeostomi bila timbul
sumbatan jalan napas.

H. Pencegahan
 Jangan merokok, hindari asap rokok karena rokok akan membuat tenggorokan kering
dan mengakibatkan iritasi pada pita suara,
 minum banyak air karena cairan akan membantu menjaga agar lendir yang terdapat
pada tenggorokan tidak terlalu banyak dan mudah untuk dibersihkan,
 batasi penggunaan alkohol dan kafein untuk mencegah tenggorokan kering.
 jangan berdehem untuk membersihkan tenggorokan karena berdehem akan
menyebabkan terjadinya vibrasi abnormal pada pita suara.
 meningkatkan pembengkakan dan berdehem juga akan menyebabkan tenggorokan
memproduksi lebih banyak lendir.

I. Komplikasi
a. Pada laryngitis akibat peradangan yang terjadi dari daerah lain maka dapat terjadi
inflamasiyang progresif dan dapat menyebabkan kesulitan bernafas. Kesulitan
bernafas ini dapat disertai stridor baik pada periode inspirasi, ekspirasi atau keduanya.
b. Pada laringitis akut komplikasi yang dapat terjadi yaitu laringitis kronik. Selain itu,
dapat terjadi perubahan suara jika gejala suara serak tersebut terjadi selama 2 – 3
minggu.
c. Laringitis akibat merokok, laring tidak dapat sembuh dari edema. Hal ini
menyebabkan laring dan plika vokais berada dalam keadaan eritema dan edema
akibat inflamasi. Edema yang timbul dapat bervariasi mulai dari ringan hingga berat,
hal ini mengakibatkan suara akan menjadi parau, terkesan lebih berat atau kasar dan
rendah.
d. Laringitis kronik akibat pemaparan yang lama dan berulang dapat menyebabkan
terbentuknya jaringan parut pada plika vokalis, penebalan plika vokalis, lesi pita
vokalis dan dapat terjadi parakeratosis atau hyperkeratosis.
e. Pada pasien yang berusia lebih tua, laringitis bisa lebih parah dan dapat
menimbulkan pneumonia

DAFTAR PUSTAKA

Hermani B,Kartosudiro S & Abdurrahman B. 2003,190 – 200. Buku Ajar Ilmu Kesehatan
Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher ed. 5, Jakarta : FKUI,
Doenges, Marilynn E.dkk. 2002. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran (EGC), Jakarta
Sumantri, Irman. 2012. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem Pernapasan.
Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika
Smeltzer, Suzanne C & Brenda G. Bare. 1997. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Vol.2
Brunner & Suddarth Ed. 8. Jakarta : EGC
http://fadilahnursolehati.blogspot.com/2014/05/laporan-laringitis.htm
http://www.ziddu.com/download/16739326/makalahlaringitis.docx.html

Anda mungkin juga menyukai