Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN BBLSR

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Keperawatan Anak II

Dosen Pengampu : Ibu Hani Handayani, M.Kep.

Oleh:

Sifa Nur Fauziah C1914201003

3A/S1 Ilmu Keperawatan

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TASIKMALAYA
2022
LAPORAN PENDAHULUAN
BAYI BERAT LAHIR SANGAT RENDAH (BBLSR)
A. DEFINISI
Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) adalah bayi baru lahir dengan berat
badan dibawah kurang dari 1500 gram (Indrasanto, 2008).
Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) adalah bayi dengan berat lahir kurang
dari 1500 gram tanpa memandang usia gestasi. Berat lahir adalah berat bayi yang
ditimbang dalam 1 jam setelah lahir. BBLSR dapat terjadi pada bayi kurang bulan
(<37 minggu) atau pada bayi cukup bulan (intrauterine growth restriction/IUGR)
(IDAI, 2010).
Bayi berat lahir sangat rendah adalah bayi (neonatus) yang lahir dengan
memiliki berat badan antara 1000 gram sampai 1500 gram (Alimul, 2005).
Dari ketiga definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa bayi berat lahir sangat
rendah (BBSLR) adalah bayi baru lahir yang ditimbang dalam 1 jam setelah lahir
memiliki berat badan antara 1000 gram sampai 1500 gram tanpa memandang usia
gestasi.

B. ETIOLOGI
Pada umumnya BBLSR disebabkan persalinan kurang bulan (umur kehamilan
antara 28-36 minggu) atau bayi lahir kecil masa kehamilan (KMK) karena adanya
hambatan pertumbuhan saat dalam kandungan (janin tumbuh lambat/intra uterine
growth retardation) atau kombinasi keduanya. Kematangan fungsi organ tergantung
pada usia kehamilan walaupun berat lahirnya kecil. Semakin muda umur kehamilan,
fungsi organ tubuh semakin kurang sempurna dan prognosisnya semakin kurang baik
(Gomella TL, 2009).
Penyebab lahirnya bayi kurang bulan antara lain berat ibu yang rendah, usia
ibu remaja, kehamilan ganda, riwayat kelahiran prematur, perdarahan antepartum,
penyakit sistemik akut. Penyebab kelahiran bayi kecil masa kehamilan antara lain ibu
kurang gizi, hipertensi, toksemia, anemia, kehamilan ganda, penyakit kronik, dan
merokok. Retardasi pertumbuhan intrauterin dan efek mereka terhadap janin
bervariasi tergantung dari cara dan lama terpapar serta tahap pertumbuhan janin saat
gangguan tersebut terjadi (Kiess N, 2009).
C. MANIFESTASI KLINIS
1. Sebelum bayi baru lahir
a. Pada anamnesa sering dijumpai adanya riwayat abortus, partus prematurus,
dan lahir mati.
b. Pembesaran uterus tidak sesuai tuanya kehamilan
c. Pergerakan janin yang pertama terjadi lebih lambat dan tidak sesuia menurut
yang seharusnya.
d. Sering dijumpai kehamilan dengan olgradramnion gravidarum atau
pendarahan anterpartum.
2. Setelah bayi lahir
a. Bayi dengan retardasi pertumbuhan intra uterin
b. Bayi prematur yang lahir sebelum kehamilan 37 minggu
c. Bayi small for date sama dengan bayi dengan retardasi pertumbuhan
intrauterine
d. Bayi prematur kurang sempurna pertumbuhan alat-alat dalam tubuhnya
(Nanda, 2013)

D. PATOFISIOLOGI
Terjadinya BBLR/ BBLSR dapat di pengaruhi faktor ibu, faktor janin, faktor
plasenta, dan faktor lingkungan. Sehingga dapat menyebabkan sindrom aspirasi
mekonium yaitu bayi bisa mengalami asfiksi intra uterin, janin gasping dalam uterus,
cairan amnion bercampur dengan mekonium masuk dan lengket di paru janin. Maka
janin dapat beresiko gangguan pertukaran gas dan resiko tidak efektifnya jalan nafas.
Dapat terjadi juga imaturitas hepar gangguan transportasi albumin dan defesiensi
albumin gangguan pengambilan bilirubin.
Pernafasan spontan bayi baru lahir bergantung kepada kondisi janin pada masa
kehamilan dan persalinan. Proses kelahiran sendiri selalu menimbulkankan asfiksia
ringan yang bersifat sementara pada bayi (asfiksia transien), proses ini dianggap
sangat perlu untuk merangsang kemoreseptor pusat pernafasan agar lerjadi “Primary
gasping” yang kemudian akan berlanjut dengan pernafasan. Bila terdapat gangguan
pertukaran gas/pengangkutan O2 selama kehamilan persalinan akan terjadi asfiksia
yang lebih berat. Keadaan ini akan mempengaruhi fungsi sel tubuh dan bila tidak
teratasi akan menyebabkan kematian. Kerusakan dan gangguan fungsi ini dapat
reversibel/tidak tergantung kepada berat dan lamanya asfiksia.
Asfiksia yang terjadi dimulai dengan suatu periode apnu (Primary apnea)
disertai dengan penurunan frekuensi jantung selanjutnya bayi akan memperlihatkan
usaha bernafas (gasping) yang kemudian diikuti oleh pernafasan teratur. Pada
penderita asfiksia berat, usaha bernafas ini tidak tampak dan bayi selanjutnya berada
dalam periode apnu kedua (Secondary apnea). Pada tingkat ini ditemukan bradikardi
dan penurunan tekanan darah. Disamping adanya perubahan klinis, akan terjadi pula
gangguan metabolisme dan pemeriksaan keseimbangan asam basa pada tubuh bayi.
Pada tingkat pertama dan pertukaran gas mungkin hanya menimbulkan
asidosis respiratorik, bila gangguan berlanjut dalam tubuh bayi akan terjadi
metabolisme anaerobik yang berupa glikolisis glikogen tubuh, sehingga glikogen
tubuh terutama pada jantung dan hati akan berkurang.asam organik terjadi akibat
metabolisme ini akan menyebabkan tumbuhnya asidosis metabolik. Pada tingkat
selanjutnya akan terjadi perubahan kardiovaskuler yang disebabkan oleh beberapa
keadaan diantaranya hilangnya sumber glikogen dalam jantung akan mempengaruhi
fungsi jantung terjadinya asidosis metabolik akan mengakibatkan menurunnya sel
jaringan termasuk otot jantung sehinga menimbulkan kelemahan jantung dan
pengisian udara alveolus yang kurang adekuat akan menyebabkan akan tingginya
resistensinya pembuluh darah paru sehingga sirkulasi darah ke paru dan kesistem
tubuh lain akan mengalami gangguan.
Asidosis dan gangguan kardiovaskuler yang terjadi dalam tubuh berakibat
buruk terhadap sel otak. Kerusakan sel otak yang terjadi menimbulkan kematian atau
gejala sisa pada kehidupan bayi selanjutnya (Medicine and linux.com).

E. PATHWAY
F. KLASIFIKASI
a. Menurut masa gestasinya:
a. Prematuritas Murni
Prematuritas Murni adalah bayi yang lahir dengan kehamilan kurang
dari 37 minggu dan mempunyai berat badan sesuai dengan masa kehamilan
atau biasa disebut Neonatus Kurang Bulan Sesuai Masa Kehamilannya
(NKB-SMK) dengan gambaran klinis (karakteristik) yang dijumpai :
a) Berat lahir ≤ 2.500 gram, panjang badan ≤ 45cm, lingkaran dada < 30
cm, lingkaran kepala < 33 cm
b) Kepala relatif besar dari badannya
c) Kulit tipis, transparan, tampak mengkilat dan licin
d) Lanugonya banyak terutama pada dahi, pelipis telinga dan lengan
e) Lemak subkutan kurang sehingga suhu tubuh mudah menjadi hipotermi
f) Ubun-ubun dan sutura lebar
g) Genitalia belum sempurna, labio mayora belum menutupi labio minora
(pada perempuan), dan pada laki-laki testis belum turun
h) Pembuluh darah kulit banyak terlihat sehingga peristaltic usus dapat
terlihat
i) Rambut tipis, halus dan teranyam
j) Tulang rawan dan daun telinga immature (elastisitas daun telinga masih
kurang sempurna)
k) Puting susu belum terbentuk dengan baik
l) Pergerakan kurang dan lemah
m) Banyak tidur, tangis lemah dan jarang, pernapasan tidak teratur dan
sering timbul apneu
n) Otot-otot masih hipotonik, sehingga sikap selalu dalam keadaan kedua
paha abduksi, sendi lutut dan pergelangan kaki dalam keadaan fleksi
atau lurus dan kepala mengarah ke satu sisi
o) Refleks tonick neck lemah
p) Refleks menghisap dan menelan serta refleks batuk belum sempurna
b. Dismaturitas
Dismaturitas adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari
berat badan seharusnya untuk masa kehamilan. Hal ini karena mengalami
gangguan pertumbuhan dalam kandungan dan merupakan bayi yang kecil
untuk masa kehamilannya (KMK). Dismaturitas dapat terjadi dalam preterm,
aterm, dan posterm dengan gambaran klinik/ karakteristik yang dijumpai :
a) Pre-aterm sama dengan bayi prematuritas murni
b) Aterm dan Post aterm
c) Kulit berselubung verniks caeseosa tipis/tidak ada
d) Kulit pucat/bernodamekonium, kering, keriput, tipis
e) Jaringan lemak di bawah kulit tipis
f) Bayi tampak gesit, aktif dan kuat
g) Tali pusat berwarna kuning kehijauan
b. Menurut penanganan dan harapan hidupnya, bayi berat lahir rendah dibedakan
dalam:
1. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), beratlahir 1500-2499 gram.
2. Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR), berat lahir < 1500 gram.
3. Bayi Berat Lahir Ekstrim Rendah (BBLER), berat lahir < 1000 gram.
C. Berdasarkan berat badan menurut usia kehamilan dapat digolongkan:
1. Kecil Masa Kehamilan (KMK) yaitu jika bayi lahir dengan BB dibawah
persentil ke-10 kurva pertumbuhan janin.
2. Sesuai Masa Kehamilan (SMK) yaitu jika bayi lahir dengan BB diantara
persentil ke-10 dan ke-90 kurva pertumbuhan janin.
3. Besar Masa Kehamilan (BMK) yaitu jika bayi lahir dengan BB diatas
persentil ke-90 pada kurvapertumbuhan janin.
(Varney Hellen, 2002)

G. KOMPLIKASI
1. Hipotermi
Tanda terjadinya hipotermi pada BBLSR adalah :
a. Suhu tubuh bayi kurang dari 36,50C
b. Kurang aktif dan tangis lemah
c. Malas minum
d. Bayi teraba dingin
e. Frekuensi jantung < 100 x/menit
f. Nafas pelan dan dalam

2. Hipoglikemia
Hipoglikemia ditandai dengan :
a. Kadar glukosa darah < 45 mg/dl
b. Kejang, tremor, letargi/kurang aktif
c. Timbul saat lahir sampai dengan hari ke 3
d. Riwayat ibu dengan diabetes
e. Keringat dingin
f. Hipotermia, sianosis, apneu intermitten
3. Ikterus/hiperbilirubin
Hiperbilirubin pada BBLSR terjadi karena belum maturnya fungsi hepar pada bayi
prematur, bila tidak segera diatasi dapat menyebabkan kern ikterus yang akan
menimbulkan gejala sisa yang permanen. Hiperbilirubin di tandai dengan :
a. Sclera, puncak hidung, sekitar mulut, dada, perut dan ekstermitas berwama
kuning
b. Konjungtiva berwama kuning pucat
c. Kejang
d. Kemampuan menghisap menurun
e. Letargi
f. Kadar bilirubin pada bayi premature lebih dari l0 mg/dl
4. Masalah pemberian minum. Hal ini ditandai dengan :
a. Kenaikan berat badan bayi < 20 g/hr selama 3 hari
b. Ibu tidak dapat/tidak berhasil menyusui
5. Infeksi/sepsis
Infeksi pada BBLSR dapat terjadi bila ada riwayat ibu demam sebelum dan
selama persalinan, ketuban pecah dini, persalinan dengan tindakan, terjadinya
asfiksia saat lahir, dll. Tanda terjadinya infeksi pada BBSLR antara lain :
a. Pada pemeriksaan laboratorium terdapat lekositosis atau lekositopenia dan
trombositopenia
b. Bayi malas minum
c. Suhu tubuh bayi hipertermi ataupun hipotermi
d. Terdapat gangguan nafas
e. Letargi
f. Kulit ikterus, sklerema
g. Kejang
6. Gangguan permafasan :
a. Deflsiensi surfaktan paru yang mengarah ke sindrom gawat nafas/RDS
b. Resiko aspirasi akibat belum terkoordiansinya reflek batuk,reflek menghisap
dan reflek menelan
c. Thoraks yang lunak dan otot respirasi yang lemah
d. Pemafasan tidak teratur

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan darah lengkap dan hitung jenis
2. Urinalisis
3. Ultrasonografi untuk melihat taksiran berat janin dan letak plasenta
4. Amniosentesis untuk melihat kematangan beberapa organ janin, seperti rasio
lesitin sfingomielin, surfaktan

I. PENATALAKSANAAN
Dengan memperhatikan gambaran klinik dan berbagai kemungkinan yang
dapat terjadi pada bayi prematuritas, maka perawatan dan pengawasan bayi
prematuritas ditujukan pada pengaturan panas badan, pemberian makanan bayi, dan
menghindari infeksi.
1. Pengaturan suhu badan bayi prematuritas/BBLSR
Bayi prematuritas dengan cepat akan kehilangan panas badan dan menjadi
hipotermia, karena pusat pengaturan panas badan belum berfungsi dengan baik,
metabolismenya rendah, dan permukaan badan relatif luas. Oleh karena itu, bayi
prematuritas harus dirawat di dalam inkubator sehingga panas badannya
mendekati dalam rahim. Bila belum memiliki inkubator, bayi prematuritas dapat
dilakukan Kangaroo Mother Care (KMC) dengan ibunya.
2. Makanan bayi prematur/BBLSR
Alat pencernaan bayi prematur masih belum sempurna, lambung kecil, enzim
pencernaan belum matang, sedangkan kebutuhan protein 3 sampai 5gr/kgBB dan
kalori 110 kal/kgBB badan, sehingga pertumbuhannya dapat meningkat.
Pemberian minum bayi sekitar 3 jam setelah lahir dan didahului dengan mengisap
cairan lambung. Reflek mengisap masih lemah, sehingga pemberian minum
sebaiknya sedikit demi sedikit, tetapi dengan frekuensi yang lebih sering.
ASI merupakan makanan yang paling utama, sehingga ASI-lah yang paling
dahulu diberikan. Bila faktor mengisapnya kurang maka ASI dapat diperas dan
diminumkan dengan sendok perlahan-lahan atau dengan memasang sonde menuju
lambung. Permulaan cairan yang diberikan sekitar 50 sampai 60 cc/kgBB/hari dan
terus dinaikkan sampai mencapai sekitar 200 cc/kgBB/hari.
3. Menghindari infeksi
Bayi prematuritas mudah sekali terkena infeksi, karena daya tahan tubuh yang
masih lemah, kemampuan leukosit masih kurang, dan pembentukan antibodi
belum sempurna. Oleh karena itu, upaya preventif sudah dilakukan sejak
pengawasan antenatal sehingga tidak terjadi persalinan prematuritas (BBLSR).
Dengan demikian perawatan dan pengawasan bayi prematuritas secara khusus dan
terisolasi dengan baik.
4. Penimbangan ketat 
Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi/nutrisi bayi dan erat
kaitannya dengan daya tahan tubuh, oleh sebab itu penimbangan berat badan harus
dilakukan dengan ketat.

J. Asuhan Keperawatann Teoritis


1. Pengkajian
a. Keadaan umum
Pada neonatus dengan BBLR, keadaannya lemah dan hanya merintih. Keadaan
akan membaik bila menunjukkan gerakan yang aktif dan menangis keras.
Kesadaran neonatus dapat dilihat dari responnya terhadap rangsangan. Adanya BB
yang stabil, panjang badan sesuai dengan usianya tidak ada pembesaran lingkar
kepala dapat menunjukkan kondisi neonatus yang baik.
b. Tanda-tanda Vital
Neonatus post asfiksia berat kondisi akan baik apabila penanganan asfiksia benar,
tepat dan cepat. Untuk bayi preterm beresiko terjadinya hipothermi bila suhu
tubuh < 36 °C dan beresiko terjadi hipertermi bila suhu tubuh > 37 °C. Sedangkan
suhu normal tubuh antara 36,5°C – 37,5°C, nadi normal antara 120-140 kali per
menit respirasi normal antara 40-60 kali permenit, sering pada bayi post asfiksia
berat pernafasan belum teratur (Potter Patricia A, 1996 : 87).
c. Kulit
Warna kulit tubuh merah, sedangkan ekstrimitas berwarna biru, pada bayi preterm
terdapat lanugo dan verniks.
d. Kepala
Kemungkinan ditemukan caput succedaneum atau cephal haematom, ubun-ubun
besar cekung atau cembung kemungkinan adanya peningkatan tekanan
intrakranial.
e. Mata
Warna conjunctiva anemis atau tidak anemis, tidak ada bleeding conjunctiva,
warna sklera tidak kuning, pupil menunjukkan refleks terhadap cahaya.
f. Hidung
Terdapat pernafasan cuping hidung dan terdapat penumpukan lendir.
g. Mulut
Bibir berwarna pucat ataupun merah, ada lendir atau tidak.
h. Telinga
Perhatikan kebersihannya dan adanya kelainan
i. Leher
Perhatikan kebersihannya karena leher nenoatus pendek
j. Thorax
Bentuk simetris, terdapat tarikan intercostal, perhatikan suara wheezing dan
ronchi, frekwensi bunyi jantung lebih dari 100 kali per menit.
k. Abdomen
Bentuk silindris, hepar bayi terletak 1 – 2 cm dibawah arcus costaae pada garis
papila mamae, lien tidak teraba, perut buncit berarti adanya asites atau tumor,
perut cekung adanya hernia diafragma, bising usus timbul 1 sampai 2 jam setelah
masa kelahiran bayi, sering terdapat retensi karena GI Tract belum sempurna.
l. Umbilikus
Tali pusat layu, perhatikan ada pendarahan atau tidak, adanya tanda – tanda
infeksi pada tali pusat.
m. Genitalia
Pada neonatus aterm testis harus turun, lihat adakah kelainan letak muara uretra
pada neonatus laki – laki, neonatus perempuan lihat labia mayor dan labia minor,
adanya sekresi mucus keputihan, kadang perdarahan.
n. Anus
Perhatiakan adanya darah dalam tinja, frekuensi buang air besar serta warna dari
faeses.

o. Ekstremitas
Warna biru, gerakan lemah, akral dingin, perhatikan adanya patah tulang atau
adanya kelumpuhan syaraf atau keadaan jari-jari tangan serta jumlahnya.
p. Refleks
Pada neonatus preterm post asfiksia berat reflek moro dan sucking lemah. Reflek
moro dapat memberi keterangan mengenai keadaan susunan syaraf pusat atau
adanya patah tulang (Iskandar Wahidiyat, 1991 : 155 dan Potter Patricia A, 1996 :
109-356).
q. Tanda Fisiologis
- Gerakan bayi pasif dan tangis hanya merintih, walaupun lapar bayi tidak
menangis bayi lebih banyak tidur dan lebih malas.
- Suhu tubuh mudah untuk menjadi hipotermi penyebabnya adalah: pusat
pengatur panas belum berfungsi dengan sempurna, kurangnya lemak pada
jaringan subcutan akibatnya mempercepat terjadinya perubahan suhu dan
kurangnya mobilisasi sehingga produksi panas berkurang.

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada BBLSR adalah:
a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan maturitas pusat pernafasan,
keterbatasan perkembangan otot, penurunan energi/kelelahan, ketidakseimbangan
metabolik.
b. Resiko hipotermi berhubungan dengan prematuritas dan kurangnya lapisan lemak
subkutan
c. Resiko defisit nutrisi berhubungan dengan ketidak mampuan mencerna nutrisi
karena imaturitas.
d. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan imunologis yang kurang

3. Rencana Keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Intervensi
keperawatan (SLKI) (SIKI)
(SDKI)
1 Pola nafas tidak Pola nafas (L.01004) Pemantauan respirasi (I.01014)
efektif (D.0005) Ekspetasi : membaik Observasi
Kriteria hasil : - Monitor frekuensi, irama,
- Ventilasi semenit kedalaman, dan upaya
meningkat napas
- Kapasitas vital - Monitor pola napas (seperti
meningkat bradipnea, takipnea,
- Diameter thorak hiperventilasi, Kussmaul, C
anterior-posterior heyne-Stokes, Biot, ataksik
meningkat - Monitor kemampuan batuk
- Tekanan ekspirasi efektif
meningkat - Monitor adanya produksi
- Tekanan inspirasi sputum
meningkat - Monitor adanya sumbatan
- Dispnea menurun jalan napas
- Penggunaan otot - Palpasi kesimetrisan
bantu nafas menurun ekspansi paru
- Pemanjangan fase - Auskultasi bunyi napas
ekspirasi menurun - Monitor saturasi oksigen
- Pemanjangan fase - Monitor nilai AGD
ekspirasi menurun - Monitor hasil x-ray toraks
- Orthopnea menurun Terapeutik
- Pernapasan pursed- - Atur interval waktu
lip menurun pemantauan respirasi sesuai
- Pernapasan cuping kondisi pasien
hidung menurun - Dokumentasikan hasil
- Frekuensi nafas pemantauan
membaik Edukasi
- Kedalaman nafas - Jelaskan tujuan dan
membaik prosedur pemantauan
- Ekskursi dada - Informasikan hasil
membaik pemantauan, jika perlu
2 Resiko hipotermi Termoregulasi (L. Manajemen hipotermia
(D.0140) 14134) (I.15506)
Ekspetasi : membaik Observasi
Kriteria Hasil : - Identifkasi penyebab
- Menggigil   Menurun hipertermi (mis. dehidrasi
- Kulit merah Menurun terpapar lingkungan panas
- Akrosianosis penggunaan incubator)
Menurun - Monitor suhu tubuh
- Konsumsi oksigen - Monitor kadar elektrolit
Menurun - Monitor haluaran urine
- Piloereksi Menurun Terapeutik
- Vasokonstriksi - Sediakan lingkungan yang
perifer Menurun dingin
- Kutis memorata - Longgarkan atau lepaskan
Menurun pakaian
- Pucat Menurun - Basahi dan kipasi
- Takikardia Menurun permukaan tubuh
- Takipnea Menurun - Berikan cairan oral
- Bradikardia Menurun - Ganti linen setiap hari atau
- Hipoksia Menurun lebih sering jika mengalami
Suhu Tubuh hiperhidrosis (keringat
Membaik berlebih)
- Suhu kulit Membaik - Lakukan pendinginan
- Kadar glukosa darah eksternal (mis. selimut
Membaik hipotermia atau kompres
- Pengisisan kapiler dingin pada dahi, leher,
Membaik dada, abdomen,aksila)
- Ventilasi Membaik - Hindari pemberian
- Tekanan darah antipiretik atau aspirin
membaik - Batasi oksigen, jika perlu
Edukasi
- Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
- Kolaborasi cairan dan
elektrolit intravena, jika
perlu
3 Resiko defisit Status nutrisi (L. 03030) Manajemen nutrisi (I. 03119)
nutrisi (D.0032) Ekspetasi : membaik Observasi
Kriteria hasil : - Identifikasi status nutrisi
- Porsi Makanan yang - Identifikasi alergi dan
dihabiskan intoleransi makanan
meningkat - Identifikasi makanan yang
- Kekuatan otot disukai
pengunyah - Identifikasi kebutuhan
meningkat kalori dan jenis nutrient
- Kekuatan otot - Identifikasi perlunya
menelan meningkat penggunaan selang
- Serum albumin nasogastrik
meningkat - Monitor asupan makanan
- Verbalisasi - Monitor berat badan
keinginan untuk - Monitor hasil pemeriksaan
meningkatkan nutrisi laboratorium
meningkat Terapeutik
- Pengetahuan tentang - Lakukan oral hygiene
pilihan makanan sebelum makan, jika perlu
yang sehat - Fasilitasi menentukan
meningkat pedoman diet (mis.
- Pengetahuan tentang Piramida makanan)
pilihan minuman - Sajikan makanan secara
yang sehat menarik dan suhu yang
meningkat sesuai
- Pengetahuan tentang - Berikan makan tinggi serat
standar asupan untuk mencegah konstipasi
nutrisi yang tepat - Berikan makanan tinggi
- Penyiapan dari kalori dan tinggi protein
penyimpanan - Berikan suplemen
makanan yang aman makanan, jika perlu
meningkat - Hentikan pemberian makan
- Penyiapan dan melalui selang nasigastrik
penyimpanan jika asupan oral dapat
minuman yang aman ditoleransi
meningkat Edukasi
- Sikap terhadap - Anjurkan posisi duduk, jika
makanan atau mampu
minuman sesuai - Ajarkan diet yang
dengan tujuan diprogramkan
kesehatan meningkat Kolaborasi
- Perasaan cepat - Kolaborasi pemberian
kenyang menurun medikasi sebelum makan
- nyeri abdomen (mis. Pereda nyeri,
menurun antiemetik), jika perlu
- Sariawan menurun - Kolaborasi dengan ahli gizi
- Rambut rontok untuk menentukan jumlah
menurun kalori dan jenis nutrient
- Diare menurun yang dibutuhkan, jika perlu
- Berat badan indeks
massa tubuh (IMT)
membaik
- Frekuensi makan
membaik
- Nafsu makan
membaik
- Bising usus
membaik
- Tebal lipatan kulit
trisep membaik
- Membran mukosa
membaik
4 Risiko Infeksi Tingkat Infeksi Pencegahan Infeksi (I.14539)
(D.0142) (L.14128) Observasi :
Ekspetasi : Menurun - Monitor tanda dan gejala
Kriteria hasil : infeksi local ( dolor/sakit,
- Kebersihan tangan kalor/panas,
perawat dan keluarga tumor/bengkak,
klien meningkat rubor/kemerahan, dan
- Kebersihan badan fungtio laesa/perubahan
klien meningkat fungsi dari jaringan) dan
- Nafsu klien makan sistemik.
meningkat Terapeutik :
- Demam menurun - Batasi jumlah pengunjung

- Kemerahan menurun - Cuci tangan sebelum dan

- Nyeri menurun sesudah kontak dengan


pasien dan lingkungan
- Bengkak menurun
pasien
- Vesikel menurun
- Pertahankan teknik aseptic
- Kadar sel darah putih
pada pasien berisiko tinggi
membaik
Edukasi :
- Jelaskan tanda dan gejala
infeksi
- Ajarkan cara mencuci
tangan dengan benar
- Anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi
- Anjurkan meningkatkan
asupan cairan Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian
imunisasi, jika perlu
5. Resiko defisit Setelah dilakukan MANAJEMEN NUTRISI (I.
tindakan keperawatan 03119)
nutrisi
2x24 jam
berhubungan - BB ideal 1. Observasi
dipertahanakan  Identifikasi status
dengan ketidak
Setelah dilakukan nutrisi
mampuan asuhan keperawatan  Identifikasi alergi dan
selama 3 x 24 jam, intoleransi makanan
mencerna nutrisi
diharapkan status nutrisi  Identifikasi makanan
karena imaturitas membaik: dengan yang disukai
kriteria hasil:  Identifikasi
a. Berat badan panjang kebutuhan kalori dan
badan (sekala 5; jenis nutrient
meningkat)  Identifikasi perlunya
b. Kulit kuning (sekala penggunaan selang
5; menurun) nasogastrik
c. Sklera kuning  Monitor asupan
(sekala 5; menurun) makanan
d. Membrane mukosa  Monitor berat badan
kuning (sekala 5;  Monitor hasil
menurun) pemeriksaan
e. Prematuritas (sekala laboratorium
5; menurun) 2. Terapeutik
f. Bayi cengeng  Lakukan oral hygiene
(sekala 5; menurun) sebelum makan, jika
g. Pucat (sekala 5; perlu
menurun)  Fasilitasi menentukan
h. Kesulitan makan pedoman diet (mis.
(sekala 5; menurun) Piramida makanan)
i. Alergi makanan  Sajikan makanan
(sekala 5; menurun) secara menarik dan
j. Pola makan (sekala suhu yang sesuai
5; membaik)  Berikan makan tinggi
k. Tebal lipatan kulit serat untuk mencegah
(sekala 5; membaik) konstipasi
l. Proses tumbuh  Berikan makanan
kembang (sekala 5; tinggi kalori dan
membaik) tinggi protein
m. Lapisan lemak  Berikan suplemen
(sekala 5; membaik makanan, jika perlu
 Hentikan pemberian
makan melalui selang
nasigastrik jika
asupan oral dapat
ditoleransi
3. Edukasi
 Anjurkan posisi
duduk, jika mampu
 Ajarkan diet yang
diprogramkan
4. Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum
makan (mis. Pereda
nyeri, antiemetik),
jika perlu
 Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
menentukan jumlah
kalori dan jenis
nutrient yang
dibutuhkan, jika perlu

I. Analis Jurnal
Judul jurnal Efektifitas pijat bayi terhadap peningkatan berat badan
bayi premature di ruangan perimatologi Rumah sakit
Imelda medan
Penulis Destyna Yohana Gulton
Tahun terbit 2015
No 1
Vol 1

P Populasi jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 35 orang pada


kelompok control
I  Penelitian ini menggunakan penelitian quasieksperimen.
Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan purposive
sampling. Penelitian ini dilakukan di Ruang Perinatologi Rumah Sakit
ImeldaMedan. Analisa data digunakan uji t-dependent dan uji t-
independent.
C Tidak ada jurnal penbanding
O Hasil uji t-dependent disimpulkan ada perbedaan yang signifikan pada
berat badan bayi prematur sebelum dan sesudah dilakukan pemijatan
pada kelompok intervensi (nilai p= 0.000). Pada kelompok kontrol
disimpulkan ada perbedaan yang signifikan antara berat badan bayi
prematur sebelum dan sesudah dilakukan pemijatan (nilai p= 0.000).
Berdasarkan dari hasil uji tindependent disimpulkan ada pengaruh pijat
bayi yang signifikan terhadap peningkatan beratbadan bayi prematur
antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol (nilai p= 0.000). Dari
hasil penelitian ini, diketahui pijat bayi sangat efektif dalam
meningkatkan berat badan bayi prematur. Jadi, pijat bayi dapat
digunakan juga sebagai intervensi dalam asuhan kebidanan pada bayi
prematur. 3 kali 15 menit selama 10 hari mengalami kenaikan badan 20-
40 . di area wajah agar merangsang reflek hisapnya.
T 2015

Anda mungkin juga menyukai