Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN BBLSR

STASE ANAK

Pembimbing Akademik
Esme Anggeriyani, Ns., M. Kep

Pembimbing Klinik
, S.Kep.,Ns

Di Susun Oleh:

Nurul Islamy (2014901110068)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN

2020/2021
A. DEFINISI
Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) adalah bayi baru lahir dengan berat
badan dibawah kurang dari 1500 gram (Indrasanto, 2008).
Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) adalah bayi dengan berat lahir kurang
dari 1500 gram tanpa memandang usia gestasi. Berat lahir adalah berat bayi yang
ditimbang dalam 1 jam setelah lahir. BBLSR dapat terjadi pada bayi kurang bulan (<37
minggu) atau pada bayi cukup bulan (intrauterine growth restriction/IUGR) (IDAI, 2010).
Bayi berat lahir sangat rendah adalah bayi (neonatus) yang lahir dengan memiliki
berat badan antara 1000 gram sampai 1500 gram (Alimul, 2005).
Dari ketiga definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa bayi berat lahir sangat rendah
(BBSLR) adalah bayi baru lahir yang ditimbang dalam 1 jam setelah lahir memiliki berat
badan antara 1000 gram sampai 1500 gram tanpa memandang usia gestasi.

B. ETIOLOGI
Pada umumnya BBLSR disebabkan persalinan kurang bulan (umur kehamilan
antara 28-36 minggu) atau bayi lahir kecil masa kehamilan (KMK) karena adanya
hambatan pertumbuhan saat dalam kandungan (janin tumbuh lambat/intra uterine growth
retardation) atau kombinasi keduanya. Kematangan fungsi organ tergantung pada usia
kehamilan walaupun berat lahirnya kecil. Semakin muda umur kehamilan, fungsi organ
tubuh semakin kurang sempurna dan prognosisnya semakin kurang baik (Gomella TL,
2009).
Penyebab lahirnya bayi kurang bulan antara lain berat ibu yang rendah, usia ibu
remaja, kehamilan ganda, riwayat kelahiran prematur, perdarahan antepartum, penyakit
sistemik akut. Penyebab kelahiran bayi kecil masa kehamilan antara lain ibu kurang gizi,
hipertensi, toksemia, anemia, kehamilan ganda, penyakit kronik, dan merokok. Retardasi
pertumbuhan intrauterin dan efek mereka terhadap janin bervariasi tergantung dari cara
dan lama terpapar serta tahap pertumbuhan janin saat gangguan tersebut terjadi (Kiess N,
2009).

C. MANIFESTASI KLINIS
1. Sebelum bayi baru lahir
a. Pada anamnesa sering dijumpai adanya riwayat abortus, partus prematurus, dan
lahir mati.
b. Pembesaran uterus tidak sesuai tuanya kehamilan
c. Pergerakan janin yang pertama terjadi lebih lambat dan tidak sesuia menurut yang
seharusnya.
d. Sering dijumpai kehamilan dengan olgradramnion gravidarum atau pendarahan
anterpartum.
2. Setelah bayi lahir
a. Bayi dengan retardasi pertumbuhan intra uterin
b. Bayi prematur yang lahir sebelum kehamilan 37 minggu
c. Bayi small for date sama dengan bayi dengan retardasi pertumbuhan intrauterine
d. Bayi prematur kurang sempurna pertumbuhan alat-alat dalam tubuhnya
(Nanda, 2013)

D. PATOFISIOLOGI
Terjadinya BBLR/ BBLSR dapat di pengaruhi faktor ibu, faktor janin, faktor
plasenta, dan faktor lingkungan. Sehingga dapat menyebabkan sindrom aspirasi
mekonium yaitu bayi bisa mengalami asfiksi intra uterin, janin gasping dalam uterus,
cairan amnion bercampur dengan mekonium masuk dan lengket di paru janin. Maka janin
dapat beresiko gangguan pertukaran gas dan resiko tidak efektifnya jalan nafas. Dapat
terjadi juga imaturitas hepar gangguan transportasi albumin dan defesiensi albumin
gangguan pengambilan bilirubin.
Pernafasan spontan bayi baru lahir bergantung kepada kondisi janin pada masa
kehamilan dan persalinan. Proses kelahiran sendiri selalu menimbulkankan asfiksia
ringan yang bersifat sementara pada bayi (asfiksia transien), proses ini dianggap sangat
perlu untuk merangsang kemoreseptor pusat pernafasan agar lerjadi “Primary gasping”
yang kemudian akan berlanjut dengan pernafasan. Bila terdapat gangguan pertukaran
gas/pengangkutan O2 selama kehamilan persalinan akan terjadi asfiksia yang lebih berat.
Keadaan ini akan mempengaruhi fungsi sel tubuh dan bila tidak teratasi akan
menyebabkan kematian. Kerusakan dan gangguan fungsi ini dapat reversibel/tidak
tergantung kepada berat dan lamanya asfiksia.
Asfiksia yang terjadi dimulai dengan suatu periode apnu (Primary apnea) disertai
dengan penurunan frekuensi jantung selanjutnya bayi akan memperlihatkan usaha
bernafas (gasping) yang kemudian diikuti oleh pernafasan teratur. Pada penderita asfiksia
berat, usaha bernafas ini tidak tampak dan bayi selanjutnya berada dalam periode apnu
kedua (Secondary apnea). Pada tingkat ini ditemukan bradikardi dan penurunan tekanan
darah. Disamping adanya perubahan klinis, akan terjadi pula gangguan metabolisme dan
pemeriksaan keseimbangan asam basa pada tubuh bayi.
Pada tingkat pertama dan pertukaran gas mungkin hanya menimbulkan asidosis
respiratorik, bila gangguan berlanjut dalam tubuh bayi akan terjadi metabolisme
anaerobik yang berupa glikolisis glikogen tubuh, sehingga glikogen tubuh terutama pada
jantung dan hati akan berkurang.asam organik terjadi akibat metabolisme ini akan
menyebabkan tumbuhnya asidosis metabolik. Pada tingkat selanjutnya akan terjadi
perubahan kardiovaskuler yang disebabkan oleh beberapa keadaan diantaranya hilangnya
sumber glikogen dalam jantung akan mempengaruhi fungsi jantung terjadinya asidosis
metabolik akan mengakibatkan menurunnya sel jaringan termasuk otot jantung sehinga
menimbulkan kelemahan jantung dan pengisian udara alveolus yang kurang adekuat akan
menyebabkan akan tingginya resistensinya pembuluh darah paru sehingga sirkulasi darah
ke paru dan kesistem tubuh lain akan mengalami gangguan.
Asidosis dan gangguan kardiovaskuler yang terjadi dalam tubuh berakibat buruk
terhadap sel otak. Kerusakan sel otak yang terjadi menimbulkan kematian atau gejala sisa
pada kehidupan bayi selanjutnya (Medicine and linux.com).

E. PATHWAY
Sumber: Nanda NIC NOC, 2015

F. KLASIFIKASI
a. Menurut masa gestasinya:
1. Prematuritas Murni
Prematuritas Murni adalah bayi yang lahir dengan kehamilan kurang dari
37 minggu dan mempunyai berat badan sesuai dengan masa kehamilan atau
biasa disebut Neonatus Kurang Bulan Sesuai Masa Kehamilannya (NKB-SMK)
dengan gambaran klinis (karakteristik) yang dijumpai :
a) Berat lahir ≤ 2.500 gram, panjang badan ≤ 45cm, lingkaran dada < 30 cm,
lingkaran kepala < 33 cm
b) Kepala relatif besar dari badannya
c) Kulit tipis, transparan, tampak mengkilat dan licin
d) Lanugonya banyak terutama pada dahi, pelipis telinga dan lengan
e) Lemak subkutan kurang sehingga suhu tubuh mudah menjadi hipotermi
f) Ubun-ubun dan sutura lebar
g) Genitalia belum sempurna, labio mayora belum menutupi labio minora
(pada perempuan), dan pada laki-laki testis belum turun
h) Pembuluh darah kulit banyak terlihat sehingga peristaltic usus dapat terlihat
i) Rambut tipis, halus dan teranyam
j) Tulang rawan dan daun telinga immature (elastisitas daun telinga masih
kurang sempurna)
k) Puting susu belum terbentuk dengan baik
l) Pergerakan kurang dan lemah
m) Banyak tidur, tangis lemah dan jarang, pernapasan tidak teratur dan sering
timbul apneu
n) Otot-otot masih hipotonik, sehingga sikap selalu dalam keadaan kedua paha
abduksi, sendi lutut dan pergelangan kaki dalam keadaan fleksi atau lurus
dan kepala mengarah ke satu sisi
o) Refleks tonick neck lemah
p) Refleks menghisap dan menelan serta refleks batuk belum sempurna
2. Dismaturitas
Dismaturitas adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari berat
badan seharusnya untuk masa kehamilan. Hal ini karena mengalami gangguan
pertumbuhan dalam kandungan dan merupakan bayi yang kecil untuk masa
kehamilannya (KMK). Dismaturitas dapat terjadi dalam preterm, aterm, dan
posterm dengan gambaran klinik/ karakteristik yang dijumpai :
a) Pre-aterm sama dengan bayi prematuritas murni
b) Aterm dan Post aterm
c) Kulit berselubung verniks caeseosa tipis/tidak ada
d) Kulit pucat/bernodamekonium, kering, keriput, tipis
e) Jaringan lemak di bawah kulit tipis
f) Bayi tampak gesit, aktif dan kuat
g) Tali pusat berwarna kuning kehijauan
b. Menurut penanganan dan harapan hidupnya, bayi berat lahir rendah dibedakan
dalam:
1. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), beratlahir 1500-2499 gram.
2. Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR), berat lahir < 1500 gram.
3. Bayi Berat Lahir Ekstrim Rendah (BBLER), berat lahir < 1000 gram.
C. Berdasarkan berat badan menurut usia kehamilan dapat digolongkan:
1. Kecil Masa Kehamilan (KMK) yaitu jika bayi lahir dengan BB
dibawah persentil ke-10 kurva pertumbuhan janin.
2. Sesuai Masa Kehamilan (SMK) yaitu jika bayi lahir dengan BB
diantara persentil ke-10 dan ke-90 kurva pertumbuhan janin.
3. Besar Masa Kehamilan (BMK) yaitu jika bayi lahir dengan BB
diatas persentil ke-90 pada kurvapertumbuhan janin.
(Varney Hellen, 2002)

G. KOMPLIKASI
1. Hipotermi
Tanda terjadinya hipotermi pada BBLSR adalah :
a. Suhu tubuh bayi kurang dari 36,50C
b. Kurang aktif dan tangis lemah
c. Malas minum
d. Bayi teraba dingin
e. Frekuensi jantung < 100 x/menit
f. Nafas pelan dan dalam

2. Hipoglikemia
Hipoglikemia ditandai dengan :
a. Kadar glukosa darah < 45 mg/dl
b. Kejang, tremor, letargi/kurang aktif
c. Timbul saat lahir sampai dengan hari ke 3
d. Riwayat ibu dengan diabetes
e. Keringat dingin
f. Hipotermia, sianosis, apneu intermitten
3. Ikterus/hiperbilirubin
Hiperbilirubin pada BBLSR terjadi karena belum maturnya fungsi hepar pada bayi
prematur, bila tidak segera diatasi dapat menyebabkan kern ikterus yang akan
menimbulkan gejala sisa yang permanen. Hiperbilirubin di tandai dengan :
a. Sclera, puncak hidung, sekitar mulut, dada, perut dan ekstermitas berwama
kuning
b. Konjungtiva berwama kuning pucat
c. Kejang
d. Kemampuan menghisap menurun
e. Letargi
f. Kadar bilirubin pada bayi premature lebih dari l0 mg/dl
4. Masalah pemberian minum. Hal ini ditandai dengan :
a. Kenaikan berat badan bayi < 20 g/hr selama 3 hari
b. Ibu tidak dapat/tidak berhasil menyusui
5. Infeksi/sepsis
Infeksi pada BBLSR dapat terjadi bila ada riwayat ibu demam sebelum dan selama
persalinan, ketuban pecah dini, persalinan dengan tindakan, terjadinya asfiksia saat
lahir, dll. Tanda terjadinya infeksi pada BBSLR antara lain :
a. Pada pemeriksaan laboratorium terdapat lekositosis atau lekositopenia dan
trombositopenia
b. Bayi malas minum
c. Suhu tubuh bayi hipertermi ataupun hipotermi
d. Terdapat gangguan nafas
e. Letargi
f. Kulit ikterus, sklerema
g. Kejang
6. Gangguan permafasan :
a. Deflsiensi surfaktan paru yang mengarah ke sindrom gawat nafas/RDS
b. Resiko aspirasi akibat belum terkoordiansinya reflek batuk,reflek menghisap dan
reflek menelan
c. Thoraks yang lunak dan otot respirasi yang lemah
d. Pemafasan tidak teratur

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan darah lengkap dan hitung jenis
2. Urinalisis
3. Ultrasonografi untuk melihat taksiran berat janin dan letak plasenta
4. Amniosentesis untuk melihat kematangan beberapa organ janin, seperti rasio lesitin
sfingomielin, surfaktan

I. PENATALAKSANAAN
Dengan memperhatikan gambaran klinik dan berbagai kemungkinan yang dapat
terjadi pada bayi prematuritas, maka perawatan dan pengawasan bayi prematuritas
ditujukan pada pengaturan panas badan, pemberian makanan bayi, dan menghindari
infeksi.
1. Pengaturan suhu badan bayi prematuritas/BBLSR
Bayi prematuritas dengan cepat akan kehilangan panas badan dan menjadi
hipotermia, karena pusat pengaturan panas badan belum berfungsi dengan baik,
metabolismenya rendah, dan permukaan badan relatif luas. Oleh karena itu, bayi
prematuritas harus dirawat di dalam inkubator sehingga panas badannya mendekati
dalam rahim. Bila belum memiliki inkubator, bayi prematuritas dapat dilakukan
Kangaroo Mother Care (KMC) dengan ibunya.
2. Makanan bayi prematur/BBLSR
Alat pencernaan bayi prematur masih belum sempurna, lambung kecil, enzim
pencernaan belum matang, sedangkan kebutuhan protein 3 sampai 5gr/kgBB dan
kalori 110 kal/kgBB badan, sehingga pertumbuhannya dapat meningkat. Pemberian
minum bayi sekitar 3 jam setelah lahir dan didahului dengan mengisap cairan
lambung. Reflek mengisap masih lemah, sehingga pemberian minum sebaiknya
sedikit demi sedikit, tetapi dengan frekuensi yang lebih sering.
ASI merupakan makanan yang paling utama, sehingga ASI-lah yang paling
dahulu diberikan. Bila faktor mengisapnya kurang maka ASI dapat diperas dan
diminumkan dengan sendok perlahan-lahan atau dengan memasang sonde menuju
lambung. Permulaan cairan yang diberikan sekitar 50 sampai 60 cc/kgBB/hari dan
terus dinaikkan sampai mencapai sekitar 200 cc/kgBB/hari.
3. Menghindari infeksi
Bayi prematuritas mudah sekali terkena infeksi, karena daya tahan tubuh yang
masih lemah, kemampuan leukosit masih kurang, dan pembentukan antibodi belum
sempurna. Oleh karena itu, upaya preventif sudah dilakukan sejak pengawasan
antenatal sehingga tidak terjadi persalinan prematuritas (BBLSR). Dengan demikian
perawatan dan pengawasan bayi prematuritas secara khusus dan terisolasi dengan
baik.
4. Penimbangan ketat 
Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi/nutrisi bayi dan erat kaitannya
dengan daya tahan tubuh, oleh sebab itu penimbangan berat badan harus dilakukan
dengan ketat.

Anda mungkin juga menyukai