Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN

BAYI BERAT LAHIR SANGAT RENDAH (BBLSR)

Oleh :
SRI WINARSIH K. SST

PROGRAM PROFESI NERS


UNIVERSITAS CAHAYA BANGSA BANJARMASIN
TAHUN 2022
LAPORAN PENDAHULUAN
BAYI BERAT LAHIR SANGAT RENDAH (BBLSR)

Oleh :
SRI WINARSIH K. SST

Banjarmasin, Februari 2022


Mengetahui,

Perseptor Akademik Perseptor Klinik

( ……………………………….) (…………………………. )
LAPORAN PENDAHULUAN
BAYI BERAT LAHIR SANGAT RENDAH (BBLSR)

A. Pengertian
Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) adalah bayi dengan berat
lahir kurang dari 1500 gram tanpa memandang usia gestasi. Berat lahir
adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 jam setelah lahir. BBLSR dapat
terjadi pada bayi kurang bulan (<37 minggu) atau pada bayi cukup bulan
(intrauterine growth restriction/IUGR) (IDAI, 2019)
Bayi berat lahir sangat rendah adalah bayi (neonatus) yang lahir
dengan memiliki berat badan antara 1000 gram sampai 1500 gram
(Alimul, 2020).
Dapat disimpulkan bahwa bayi berat lahir sangat rendah (BBSLR)
adalah bayi baru lahir yang ditimbang dalam 1 jam setelah lahir memiliki
berat badan antara 1000 gram sampai 1500 gram tanpa memandang usia
gestasi.

B. Etiologi
Pada umumnya BBLSR disebabkan persalinan kurang bulan (umur
kehamilan antara 28-36 minggu) atau bayi lahir kecil masa kehamilan
(KMK) karena adanya hambatan pertumbuhan saat dalam kandungan
(janin tumbuh lambat/intra uterine growth retardation) atau kombinasi
keduanya. Kematangan fungsi organ tergantung pada usia kehamilan
walaupun berat lahirnya kecil. Semakin muda umur kehamilan, fungsi
organ tubuh semakin kurang sempurna dan prognosisnya semakin kurang
baik.
Penyebab lahirnya bayi kurang bulan antara lain berat ibu yang
rendah, usia ibu remaja, kehamilan ganda, riwayat kelahiran prematur,
perdarahan antepartum, penyakit sistemik akut. Penyebab kelahiran bayi
kecil masa kehamilan antara lain ibu kurang gizi, hipertensi, toksemia,
anemia, kehamilan ganda, penyakit kronik, dan merokok. Retardasi
pertumbuhan intrauterin dan efek mereka terhadap janin bervariasi
tergantung dari cara dan lama terpapar serta tahap pertumbuhan janin saat
gangguan tersebut terjadi (Kiess N, 2018).

C. Patofisiologi
Terjadinya BBLR/ BBLSR dapat di pengaruhi faktor ibu, faktor
janin, faktor plasenta, dan faktor lingkungan. Sehingga dapat
menyebabkan sindrom aspirasi mekonium yaitu bayi bisa mengalami
asfiksi intra uterin, janin gasping dalam uterus, cairan amnion bercampur
dengan mekonium masuk dan lengket di paru janin. Maka janin dapat
beresiko gangguan pertukaran gas dan resiko tidak efektifnya jalan nafas.
Dapat terjadi juga imaturitas hepar gangguan transportasi albumin dan
defesiensi albumin gangguan pengambilan bilirubin.
Pernafasan spontan bayi baru lahir bergantung kepada kondisi
janin pada masa kehamilan dan persalinan. Proses kelahiran sendiri selalu
menimbulkankan asfiksia ringan yang bersifat sementara pada bayi
(asfiksia transien), proses ini dianggap sangat perlu untuk merangsang
kemoreseptor pusat pernafasan agar lerjadi “Primary gasping” yang
kemudian akan berlanjut dengan pernafasan. Bila terdapat gangguan
pertukaran gas/pengangkutan O2 selama kehamilan persalinan akan terjadi
asfiksia yang lebih berat. Keadaan ini akan mempengaruhi fungsi sel
tubuh dan bila tidak teratasi akan menyebabkan kematian. Kerusakan dan
gangguan fungsi ini dapat reversibel/tidak tergantung kepada berat dan
lamanya asfiksia.
Asfiksia yang terjadi dimulai dengan suatu periode apnu (Primary
apnea) disertai dengan penurunan frekuensi jantung selanjutnya bayi akan
memperlihatkan usaha bernafas (gasping) yang kemudian diikuti oleh
pernafasan teratur. Pada penderita asfiksia berat, usaha bernafas ini tidak
tampak dan bayi selanjutnya berada dalam periode apnu kedua (Secondary
apnea). Pada tingkat ini ditemukan bradikardi dan penurunan tekanan
darah. Disamping adanya perubahan klinis, akan terjadi pula gangguan
metabolisme dan pemeriksaan keseimbangan asam basa pada tubuh bayi.
Pada tingkat pertama dan pertukaran gas mungkin hanya
menimbulkan asidosis respiratorik, bila gangguan berlanjut dalam tubuh
bayi akan terjadi metabolisme anaerobik yang berupa glikolisis glikogen
tubuh, sehingga glikogen tubuh terutama pada jantung dan hati akan
berkurang.asam organik terjadi akibat metabolisme ini akan menyebabkan
tumbuhnya asidosis metabolik. Pada tingkat selanjutnya akan terjadi
perubahan kardiovaskuler yang disebabkan oleh beberapa keadaan
diantaranya hilangnya sumber glikogen dalam jantung akan
mempengaruhi fungsi jantung terjadinya asidosis metabolik akan
mengakibatkan menurunnya sel jaringan termasuk otot jantung sehinga
menimbulkan kelemahan jantung dan pengisian udara alveolus yang
kurang adekuat akan menyebabkan akan tingginya resistensinya pembuluh
darah paru sehingga sirkulasi darah ke paru dan kesistem tubuh lain akan
mengalami gangguan.
Asidosis dan gangguan kardiovaskuler yang terjadi dalam tubuh
berakibat buruk terhadap sel otak. Kerusakan sel otak yang terjadi
menimbulkan kematian atau gejala sisa pada kehidupan bayi selanjutnya
(Medicine and linux.com).
Pathway

Resiko
Infeksi

Hiportermi

Ketidakefektifan pola
menyusu bayi

Pola
nafas
tidak
efektif
D. Tanda dan Gejala
1. Sebelum bayi baru lahir
a. Pada anamnesa sering dijumpai adanya riwayat abortus, partus
prematurus, dan lahir mati.
b. Pembesaran uterus tidak sesuai tuanya kehamilan
c. Pergerakan janin yang pertama terjadi lebih lambat dan tidak
sesuia menurut yang seharusnya.
d. Sering dijumpai kehamilan dengan olgradramnion gravidarum atau
pendarahan anterpartum.
2. Setelah bayi lahir
a. Bayi dengan retardasi pertumbuhan intra uterin
b. Bayi prematur yang lahir sebelum kehamilan 37 minggu
c. Bayi small for date sama dengan bayi dengan retardasi
pertumbuhan intrauterine
d. Bayi prematur kurang sempurna pertumbuhan alat-alat dalam
tubuhnya
(Nanda, 2018)

E. Klasifikasi
a. Menurut masa gestasinya:
1. Prematuritas Murni
Prematuritas Murni adalah bayi yang lahir dengan
kehamilan kurang dari 37 minggu dan mempunyai berat badan
sesuai dengan masa kehamilan atau biasa disebut Neonatus
Kurang Bulan Sesuai Masa Kehamilannya (NKB-SMK) dengan
gambaran klinis (karakteristik) yang dijumpai :
a) Berat lahir ≤ 2.500 gram, panjang badan ≤ 45cm, lingkaran
dada < 30 cm, lingkaran kepala < 33 cm
b) Kepala relatif besar dari badannya
c) Kulit tipis, transparan, tampak mengkilat dan licin
d) Lanugonya banyak terutama pada dahi, pelipis telinga dan
lengan
e) Lemak subkutan kurang sehingga suhu tubuh mudah
menjadi hipotermi
f) Ubun-ubun dan sutura lebar
g) Genitalia belum sempurna, labio mayora belum menutupi
labio minora (pada perempuan), dan pada laki-laki testis
belum turun
h) Pembuluh darah kulit banyak terlihat sehingga peristaltic
usus dapat terlihat
i) Rambut tipis, halus dan teranyam
j) Tulang rawan dan daun telinga immature (elastisitas daun
telinga masih kurang sempurna)
k) Puting susu belum terbentuk dengan baik
l) Pergerakan kurang dan lemah
m) Banyak tidur, tangis lemah dan jarang, pernapasan tidak
teratur dan sering timbul apneu
n) Otot-otot masih hipotonik, sehingga sikap selalu dalam
keadaan kedua paha abduksi, sendi lutut dan pergelangan
kaki dalam keadaan fleksi atau lurus dan kepala mengarah
ke satu sisi
o) Refleks tonick neck lemah
p) Refleks menghisap dan menelan serta refleks batuk belum
sempurna
2. Dismaturitas
Dismaturitas adalah bayi yang lahir dengan berat badan
kurang dari berat badan seharusnya untuk masa kehamilan. Hal
ini karena mengalami gangguan pertumbuhan dalam kandungan
dan merupakan bayi yang kecil untuk masa kehamilannya
(KMK). Dismaturitas dapat terjadi dalam preterm, aterm, dan
posterm dengan gambaran klinik/ karakteristik yang dijumpai :
a) Pre-aterm sama dengan bayi prematuritas murni
b) Aterm dan Post aterm
c) Kulit berselubung verniks caeseosa tipis/tidak ada
d) Kulit pucat/bernodamekonium, kering, keriput, tipis
e) Jaringan lemak di bawah kulit tipis
f) Bayi tampak gesit, aktif dan kuat
g) Tali pusat berwarna kuning kehijauan
b. Menurut penanganan dan harapan hidupnya, bayi berat lahir rendah
dibedakan dalam:
1. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), beratlahir 1500-2499 gram.
2. Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR), berat lahir < 1500
gram.
3. Bayi Berat Lahir Ekstrim Rendah (BBLER), berat lahir < 1000
gram.
C. Berdasarkan berat badan menurut usia kehamilan dapat digolongkan:
1. Kecil Masa Kehamilan (KMK) yaitu jika bayi lahir dengan BB
dibawah persentil ke-10 kurva pertumbuhan janin.
2. Sesuai Masa Kehamilan (SMK) yaitu jika bayi lahir dengan BB
diantara persentil ke-10 dan ke-90 kurva pertumbuhan janin.
3. Besar Masa Kehamilan (BMK) yaitu jika bayi lahir dengan BB
diatas persentil ke-90 pada kurvapertumbuhan janin.
(Varney Hellen, 2019)

F. Komplikasi
1. Hipotermi
Tanda terjadinya hipotermi pada BBLSR adalah :
a. Suhu tubuh bayi kurang dari 36,50C
b. Kurang aktif dan tangis lemah
c. Malas minum
d. Bayi teraba dingin
e. Frekuensi jantung < 100 x/menit
f. Nafas pelan dan dalam

2. Hipoglikemia
Hipoglikemia ditandai dengan :
a. Kadar glukosa darah < 45 mg/dl
b. Kejang, tremor, letargi/kurang aktif
c. Timbul saat lahir sampai dengan hari ke 3
d. Riwayat ibu dengan diabetes
e. Keringat dingin
f. Hipotermia, sianosis, apneu intermitten

3. Ikterus/hiperbilirubin
Hiperbilirubin pada BBLSR terjadi karena belum maturnya fungsi
hepar pada bayi prematur, bila tidak segera diatasi dapat menyebabkan
kern ikterus yang akan menimbulkan gejala sisa yang permanen.
Hiperbilirubin di tandai dengan :
a. Sclera, puncak hidung, sekitar mulut, dada, perut dan ekstermitas
berwama kuning
b. Konjungtiva berwama kuning pucat
c. Kejang
d. Kemampuan menghisap menurun
e. Letargi
f. Kadar bilirubin pada bayi premature lebih dari l0 mg/dl

4. Masalah pemberian minum. Hal ini ditandai dengan :


a. Kenaikan berat badan bayi < 20 g/hr selama 3 hari
b. Ibu tidak dapat/tidak berhasil menyusui

5. Infeksi/sepsis
Infeksi pada BBLSR dapat terjadi bila ada riwayat ibu demam sebelum
dan selama persalinan, ketuban pecah dini, persalinan dengan tindakan,
terjadinya asfiksia saat lahir, dll. Tanda terjadinya infeksi pada BBSLR
antara lain :
a. Pada pemeriksaan laboratorium terdapat lekositosis atau
lekositopenia dan trombositopenia
b. Bayi malas minum
c. Suhu tubuh bayi hipertermi ataupun hipotermi
d. Terdapat gangguan nafas
e. Letargi
f. Kulit ikterus, sklerema
g. Kejang

6. Gangguan permafasan :
a. Deflsiensi surfaktan paru yang mengarah ke sindrom gawat
nafas/RDS
b. Resiko aspirasi akibat belum terkoordiansinya reflek batuk,reflek
menghisap dan reflek menelan
c. Thoraks yang lunak dan otot respirasi yang lemah
d. Pemafasan tidak teratur
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan darah lengkap dan hitung jenis
2. Urinalisis
3. Ultrasonografi untuk melihat taksiran berat janin dan letak plasenta
4. Amniosentesis untuk melihat kematangan beberapa organ janin, seperti
rasio lesitin sfingomielin, surfaktan

H. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Keperawatan
a. Penimbangan ketat 
Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi/nutrisi bayi dan
erat kaitannya dengan daya tahan tubuh, oleh sebab itu
penimbangan berat badan harus dilakukan dengan ketat.
b. Makanan bayi prematur/BBLSR
Alat pencernaan bayi prematur masih belum sempurna, lambung
kecil, enzim pencernaan belum matang, sedangkan kebutuhan
protein 3 sampai 5gr/kgBB dan kalori 110 kal/kgBB badan,
sehingga pertumbuhannya dapat meningkat. Pemberian minum
bayi sekitar 3 jam setelah lahir dan didahului dengan mengisap
cairan lambung. Reflek mengisap masih lemah, sehingga
pemberian minum sebaiknya sedikit demi sedikit, tetapi dengan
frekuensi yang lebih sering.
ASI merupakan makanan yang paling utama, sehingga ASI-lah
yang paling dahulu diberikan. Bila faktor mengisapnya kurang
maka ASI dapat diperas dan diminumkan dengan sendok perlahan-
lahan atau dengan memasang sonde menuju lambung. Permulaan
cairan yang diberikan sekitar 50 sampai 60 cc/kgBB/hari dan terus
dinaikkan sampai mencapai sekitar 200 cc/kgBB/hari.

2. Penatalaksanaan Medis
a. Pengaturan suhu badan bayi prematuritas/BBLSR
Bayi prematuritas dengan cepat akan kehilangan panas badan dan
menjadi hipotermia, karena pusat pengaturan panas badan belum
berfungsi dengan baik, metabolismenya rendah, dan permukaan
badan relatif luas. Oleh karena itu, bayi prematuritas harus
dirawat di dalam inkubator sehingga panas badannya mendekati
dalam rahim. Bila belum memiliki inkubator, bayi prematuritas
dapat dilakukan Kangaroo Mother Care (KMC) dengan ibunya.
b. Menghindari infeksi
Bayi prematuritas mudah sekali terkena infeksi, karena daya tahan
tubuh yang masih lemah, kemampuan leukosit masih kurang, dan
pembentukan antibodi belum sempurna. Oleh karena itu, upaya
preventif sudah dilakukan sejak pengawasan antenatal sehingga
tidak terjadi persalinan prematuritas (BBLSR). Dengan demikian
perawatan dan pengawasan bayi prematuritas secara khusus dan
terisolasi dengan baik.
c. Ikterus
Semua bayi prematur menjadi ikterus karena sistem enzim
hatinya belum matur dan bilirubin tak berkonjugasi tidak
dikonjugasikan secara efisien sampai 4-5 hari  berlalu . Ikterus
dapat diperberat oleh polisetemia, memar hemolisias dan infeksi
karena hperbiliirubinemia dapat menyebabkan kernikterus maka
warna bayi harus sering dicatat dan bilirubin diperiksa  bila
ikterus muncul dini atau lebih cepat bertambah coklat
d. Pernapasan
Bayi prematur mungkin menderita penyakit membran hialin. Pada
penyakit ini tanda- tanda gawat pernaasan sealu ada dalam 4 jam 
bayi harus dirawat terlentang atau tengkurap dalam inkubator 
dada abdomen harus dipaparkan untuk mengobserfasi usaha
pernapasan
e. Hipoglikemi
Mungkin paling timbul pada bayi prematur yang sakit bayi
berberat badan lahir rendah, harus diantisipasi sebelum gejala
timbul dengan pemeriksaan gula darah secara teratur
II. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
1. Keadaan umum
Pada neonatus dengan BBLR, keadaannya lemah dan hanya merintih.
Keadaan akan membaik bila menunjukkan gerakan yang aktif dan
menangis keras. Kesadaran neonatus dapat dilihat dari responnya
terhadap rangsangan. Adanya BB yang stabil, panjang badan sesuai
dengan usianya tidak ada pembesaran lingkar kepala dapat
menunjukkan kondisi neonatus yang baik.
2. Tanda-tanda Vital
Neonatus post asfiksia berat kondisi akan baik apabila penanganan
asfiksia benar, tepat dan cepat. Untuk bayi preterm beresiko terjadinya
hipothermi bila suhu tubuh < 36 °C dan beresiko terjadi hipertermi bila
suhu tubuh > 37 °C. Sedangkan suhu normal tubuh antara 36,5°C –
37,5°C, nadi normal antara 120-140 kali per menit respirasi normal
antara 40-60 kali permenit, sering pada bayi post asfiksia berat
pernafasan belum teratur (Potter Patricia A, 1996 : 87).
3. Kulit
Warna kulit tubuh merah, sedangkan ekstrimitas berwarna biru, pada
bayi preterm terdapat lanugo dan verniks.
4. Kepala
Kemungkinan ditemukan caput succedaneum atau cephal haematom,
ubun-ubun besar cekung atau cembung kemungkinan adanya
peningkatan tekanan intrakranial.
5. Mata
Warna conjunctiva anemis atau tidak anemis, tidak ada bleeding
conjunctiva, warna sklera tidak kuning, pupil menunjukkan refleks
terhadap cahaya.
6. Hidung
Terdapat pernafasan cuping hidung dan terdapat penumpukan lendir.
7. Mulut
Bibir berwarna pucat ataupun merah, ada lendir atau tidak.
8. Telinga
Perhatikan kebersihannya dan adanya kelainan
9. Leher
Perhatikan kebersihannya karena leher nenoatus pendek
10. Thorax
Bentuk simetris, terdapat tarikan intercostal, perhatikan suara
wheezing dan ronchi, frekwensi bunyi jantung lebih dari 100 kali per
menit.
11. Abdomen
Bentuk silindris, hepar bayi terletak 1 – 2 cm dibawah arcus costaae
pada garis papila mamae, lien tidak teraba, perut buncit berarti adanya
asites atau tumor, perut cekung adanya hernia diafragma, bising usus
timbul 1 sampai 2 jam setelah masa kelahiran bayi, sering terdapat
retensi karena GI Tract belum sempurna.
12. Umbilikus
Tali pusat layu, perhatikan ada pendarahan atau tidak, adanya tanda –
tanda infeksi pada tali pusat.
13. Genitalia
Pada neonatus aterm testis harus turun, lihat adakah kelainan letak
muara uretra pada neonatus laki – laki, neonatus perempuan lihat labia
mayor dan labia minor, adanya sekresi mucus keputihan, kadang
perdarahan.
14. Anus
Perhatiakan adanya darah dalam tinja, frekuensi buang air besar serta
warna dari faeses.

15. Ekstremitas
Warna biru, gerakan lemah, akral dingin, perhatikan adanya patah
tulang atau adanya kelumpuhan syaraf atau keadaan jari-jari tangan
serta jumlahnya.
16. Refleks
Pada neonatus preterm post asfiksia berat reflek moro dan sucking
lemah. Reflek moro dapat memberi keterangan mengenai keadaan
susunan syaraf pusat atau adanya patah tulang (Iskandar Wahidiyat,
1991 : 155 dan Potter Patricia A, 1996 : 109-356).
17. Tanda Fisiologis
a. Gerakan bayi pasif dan tangis hanya merintih, walaupun lapar
bayi tidak menangis bayi lebih banyak tidur dan lebih malas.
b. Suhu tubuh mudah untuk menjadi hipotermi penyebabnya adalah:
pusat pengatur panas belum berfungsi dengan sempurna,
kurangnya lemak pada jaringan subcutan akibatnya mempercepat
terjadinya perubahan suhu dan kurangnya mobilisasi sehingga
produksi panas berkurang.

B. Diagnosa Keperawatan
Adapun diagnosa menurut NANDA 2013 adalah :
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan tidak adekuatnya
ekspansi paru
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kurangnya ventilasi
alveolar sekunder terhadap defisiensi surfaktan
3. Resiko tinggi gangguan keseimbangan keseimbangan cairan dan
elektrolit berhubungan dengan ketidakmampuan ginjal
mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit
4. Ketidakefektifan pola menyusui b.d. ketidakadekuatan reflek
menghisap
5. Hipotermi berhubungan dengan imaturitas control dan pengatur suhu
tubuh dan berkurangnya lemak sub cutan di dalam tubuh

C. Rencana Keperawatan
No Diagnosa NOC NIC Rasional
. Keperawatan
1. Pola nafas tidak Tujuan : i. Kaji frekwensi dan pola 1. Membantu dalam
efektif b.d. tidak Pola nafas yang pernapasan, perhatikan membedakan
adekuatnya efektif adanya apnea dan periode perputaran
ekspansi paru Kriteria Hasil : perubahan frekwensi pernapasan normal
a. Kebutuhan jantung dari serangan
oksigen apnetik sejati,
meningkat terutama sering
b. Nafas spontan, terjadi pad gestasi
adekuat minggu ke-30
c. Tidak sesak 2. Menghilangkan
d. Tidak ada mukus yang
retraksi ii. Isap jalan napas sesuai menyumbat jalan
kebutuhan napas
3. Posisi ini
memudahkan
iii. Posisikan bayi pada pernapasan dan
abdomen atau posisi menurunkan
telentang dengan episode apnea,
gulungan popok khususnya bila
dibawah bahu untuk ditemukan adanya
menghasilkan sedikit hipoksia, asidosis
ekstensi metabolik atau
hiperkapnea
4. Magnesium sulfat
dan narkotik
iv. Tinjau ulang riwayat ibu menekan pusat
terhadap obat-obatan pernapasan dan
yang akan aktifitas SSP
memperberat depresi
pernapasan pada bayi 5. Hipoksia, asidosis
netabolik,
v. Pantau pemeriksaan hiperkapnea,
laboratorium sesuai hipoglikemia,
indikasi hipokalsemia dan
sepsis

vi. Berikan oksigen sesuai 6. Perbaikan kadar


indikasi oksigen dan
karbondioksida
dapat
meningkatkan funsi
pernapasan
2. Gangguan Tujuan : 1. Letakkan bayi 1. Memberi rasa
pertukaran gas b.d Pertukaran gas terlentang dengan nyaman dan
kurangnya ventilasi adekuat. alas yang data, kepala mengantisipasi flexi
alveolar sekunder Kriteria : lurus, dan leher leher yang dapat
terhadap defisiensi a. Tidak sianosis sedikit mengurangi
surfaktan b. Analisa gas tengadah/ekstensi kelancaran jalan
darah normal dengan meletakkan nafas
c. Saturasi oksigen bantal atau selimut
normal. diatas bahu bayi
sehingga bahu
terangkat 2-3 cm

2. Bersihkan jalan 2. Jalan nafas harus


nafas, mulut, hidung tetap dipertahankan
bila perlu bebas dari lendir
untuk menjamin
pertukaran gas yang
sempurna.

3. Observasi gejala 3. Deteksi dini adanya


kardinal dan tanda- kelainan.
tanda cyanosis tiap 4
jam
4. Kolaborasi dengan 4. Mencegah terjadinya
team medis dalam hipoglikemia
pemberian O2 dan
pemeriksaan kadar
gas darah arteri
3. Resiko tinggi Tujuan : Hidrasi 1. Bandingkan masukan 1. Pengeluaran harus
gangguan baik dan pengeluaran 1-3ml/kg/jam,
keseimbangan Kriteria : urine setiap shift dan sementara
cairan dan a. Turgor kulit keseimbangan kebutuhan terapi
elektrolit b.d. elastik kumulatif setiap cairan kira-kira 80-
ketidakmampuan b. Tidak ada periodik 24 jam 100 ml/kg/hari pada
ginjal edema hari pertama,
mempertahankan c. Produksi urin 1- meningkat sampai
keseimbangan 2 cc/kgbb/jam 120-140 ml/kg/hari
cairan dan d. Elektrolit darah pada hari ketiga
elektrolit dalam batas postpartum.
normal Pengambilan darah
untuk tes
menyebabkan
penurunan kadar
Hb/Ht.
2. Pantau berat jenis 2. Meskipun imaturitas
urine setiap selesai ginjal dan
berkemih atau setiap ketidaknyamanan
2-4 jam dengan untuk
menginspirasi urine mengonsentrasikan
dari popok bayi bila urine biasanya
bayi tidak tahan mengakibatkan berat
dengan kantong jenis yang rendah
penampung urine. pada bayi preterm
(rentang
normal1,006-1,013).
Kadar yang rendah
menandakan volume
cairan berlebihan
dan kadar lebih
besar dari 1,013
menandakan
ketidakmampuan
masukan cairan dan
dehidrasi.

3. Evaluasi turgor kulit, 3. Kehilangan atau


membran mukosa, perpindahan cairan
dan keadaan fontanel yang minimal dapat
anterior. dengan cepat
menimbulkan
dehidrasi, terlihat
oleh turgor kulit
yang buruk,
membran mukosa
kering, dan fontanel
cekung.

4. Berikan infus 4. Dehidrasi


parenteral dalam meningkatkan kadar
jumlah lebih besar Ht diatas normal 45-
dari 180 ml/kg, 53% kalium serum
khususnya pada
PDA, displasia
bronkopulmonal
(BPD), atau entero
coltis nekrotisan
(NEC)
5. Berikan tranfusi 5. Penggantian cairan
darah. darah menambah
volume darah,
membantu
mengenbalikan
vasokonstriksi
akibat dengan
hipoksia, asidosis,
dan pirau kanan ke
kiri melalui PDA
dan telah membantu
dalam penurunan
komplikasi
enterokolitis
nekrotisan dan
displasia
bronkopulmonal.
4. Ketidakefektifan Tujuan : 1. Kaji kemampuan 1. Mengetahui tingkat
pola menyusui b.d. Bayi menunjukkan bayi untuk hisapan menyusui
ketidakadekuatan kemantapan menempel dan pada bayi
reflek menghisap menyusu menghisap secara
Kriteria : efektif.
 Sikap dan
penempelan yang 2. Instruksikan ibu 2. Mengetahui tingkat
sesuai. dalam teknik relaksasi dalam pola
 Mencekram dan menyusui yang menyusui
mengompresi meningkatkan
aerola dengan keterampilan dalam
tepat. menyusui bayinya.
 Menghisap dan Pertimbangkan
menempatkan teknik relaksasi,
lidah bayi posisi yang nyaman,
dengan benar. perangsangan reflex
 Menelan yang rooting, penentapan
dapat didengar. keadaan sadar bayi
 Minimal sebelum berusaha
menyusu 8x untuk disusui,
sehari ( sesuai stimulasi pada bayi
dengan untuk meneruskan
kebutuhan). menyusui, dan
perubahan payudara.

3. Anjurkan pada ibu 3. Mengoptimalkan


untuk mengeluarkan pemberian ASI pada
ASI secukupnya bayi
untuk mengurangi
pembengkakan
payudara,
memungkinkan
putting menonjol.

4. Kolaborasi dalam 4. Memberikan


terapi yang di tindakan
tentukan selanjutnya.
5. Hipotermi Tujuan : Klien 1. Tempatkan bayi pada 1. Menjaga suhu
berhubungan mempertahankan inkubator, tubuh bayi agar
dengan imaturitas suhu tubuh stabil penghangat rsian, tidak hipotermi
control dan atau pakaian hangat
pengatur suhu Kriteria hasil: Suhu dalam keranjang
tubuh dan aksila bayi tetap terbuka
berkurangnya dalam rentang 2. Atur unit 2. Menjaga sirkulasi
lemak sub cutan di normal servokontrol atau udara stabil
dalam tubuh kontrol suhu udara
sesuai kebutuhan
3. Gunakan pelindung 3. Melindungi dan
panas plastik bila menstabilkan suhu
tepat tubuh bayi
4. Periksa suhu bayi 4. Menstabilkan suhu
dalam hubungannya bayi
dengan suhu ambien
dan suhu unit
pemanas
5. Monitor suhu 5. Mengetahui suhu
minimal tiap 2 jam bayi normal

D. Evaluasi Secara Teoritis


Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan dan
diarahkan untuk respon klien terhadap intervensi keperawatan serta sebatas
mana tujuan / kriteria hasil sudah tercapai. Tujuan perawat yang telah
ditentukan dan menilai efektivitas rencana keperawatan, terdapat 3
kemungkinan hasil, menurut Hidayah, A (2020), yaitu :
a. Tujuan Tercapai
Apabila pasien telah menunjukkan perubahan dan kemajuan yang
sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan
b. Tujuan tercapai sebagian
Jika tujuan tidak tercapai secara keseluruhan sehingga masih perlu
dicari berbagai masalah atau penyebabnya.
c. Tujuan tidak tercapai
Jika pasien tidak menunjukkan suatu perubahan ke arah kemajuan
sebagaimana dengan kriteria yang diharapkan
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L.J. 201. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. EGC. Jakarta
Hanifah, 2012. Perawatan Pediatic. Jakarta : TUSCA
Hidayat,Alimul A.2020. PengantarIlmuKeperawatan Anak1.Penerbit
SalembaMedica : Jakarta.
NANDA. 2018. Nursing Diagnoses: Definitions & Classification. Philadelphia
Varney Hellen, 2020. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka
Hidayah.2020. AsuhanKeperawatanPadaBeratBadanLahirRendah. USU
Repository

Anda mungkin juga menyukai