Anda di halaman 1dari 21

Laporan Pendahuluan

BBLR

Disusun Oleh :
Ni Ketut Sutini
P07220420112

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS SAMARINDA

2020/2021
A. Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
1. Definisi BBLR
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat badan lahir kurang dari
2500 gram. Dahulu bayi baru lahir yang berat badan lahir kurang atau sama dengan
2500 gram disebut prematur. Untuk mendapat keseragaman pada kongres European
Perinatal Medicine11 di London, telah disusun defenisi sebagai berikut :
a. Preterm infant (prematur) atau bayi kurang bulan :bayi dengan masa kehamilan
kurang dari 37 minggu (259) hari.
b. Term infant atau bayi cukup bulan: bayi dengan masa kehamilan mulai 37
minggu sampai dengan 42 minggu (259-293) hari.
c. Post term atau bayi lebih bulan: bayi dengan masa kehamilan mulai 42 minggu
atau lebih (249 hari atau lebih).
World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa semua bayi baru lahir
yang berat badannya kurang atau sama dengan 2.500 gram disebut low birth weight
infant (bayi berat lahir rendah/ BBLR), karena morbiditas dan mortalitas neonatus
tidak hanya bergantung pada berat badannya tetapi juga pada tingkat kematangan
(maturitas) bayi tersebut (Pantiawati, 2010).
Berkaitan dengan penanganan dan harapan hidupnya, BBLR dibedakan dalam :
a. Bayi berat lahir rendah (BBLR), berat lahir 1500-2500 gram
b. Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR), berat lahir <1500 gram
c. Bayi berat lahir ekstrem rendah (BBLER), berat lahir <1000 gram
(Karwati, 2011).
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bila berat badannya kurang dari 2500
gram (sampai dengan 2499 gram). Bayi yang dilahirkan dengan BBLR umumnya
kurang mampu meredam tekanan lingkungan yang baru sehingga dapat
mengakibatkan pada terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan, bahkan dapat
menggangu kelangsungan hidupnya (Prawirohardjo, 2006).
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500
gram tanpa memandang usia gestasi. BBLR dapat terjadi pada bayi kurang bulan (<
37 minggu) atau pada bayi cukup bulan (intrauterine growth restriction) (Pudjiadi,
2010).

2. Etiologi
Beberapa penyebab dari bayi dengan berat badan lahir rendah (Proverawati dan
Ismawati, 2010), yaitu:
a. Faktor ibu
1) Penyakit
a) Mengalami komplikasi kehamilan, seperti anemia, perdarahan
antepartum, preekelamsi berat, eklamsia, infeksi kandung kemih.
b) Menderita penyakit seperti malaria, infeksi menular seksual, hipertensi,
HIV/AIDS, TORCH(Toxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus (CMV) dan
Herpes simplex virus), danpenyakit jantung.
c) Penyalahgunaan obat, merokok, konsumsi alkohol.
2) Ibu
a) Angka kejadian prematuritas tertinggi adalah kehamilan pada usia < 20
tahun atau lebih dari 35 tahun.
b) Jarak kelahiran yang terlalu dekat atau pendek (kurang dari 1 tahun).
c) Mempunyai riwayat BBLR sebelumnya.
3) Keadaan sosial ekonomi
a) Kejadian tertinggi pada golongan sosial ekonomi rendah. Hal ini
dikarenakan keadaan gizi dan pengawasan antenatal yang kurang.
b) Aktivitas fisik yang berlebihan
c) Perkawinan yang tidak sah.
b. Faktor janin
Faktor janin meliputi : kelainan kromosom, infeksi janin kronik (inklusi
sitomegali, rubella bawaan), gawat janin, dan kehamilan kembar.
c. Faktor plasenta
Faktor plasenta disebabkan oleh : hidramnion, plasenta previa, solutio plasenta,
sindrom tranfusi bayi kembar (sindrom parabiotik), ketuban pecah dini.
d. Faktor lingkungan
Lingkungan yang berpengaruh antara lain : tempat tinggal di dataran tinggi,
terkena radiasi, serta terpapar zat beracun.

3. Klasifikasi BBLR
Berdasarkan defenisi tersebut di atas, bayi berat lahir rendah (BBLR) dapat
dikelompokkan menjadi prematuritas dan dismaturitas.
a. Prematur murni
1) Pengertian prematur murni
Adalah bayi dengan masa kehamilan kurang dari 37 minggu dan berat
badan sesuai dengan berat badan untuk usia kehamilan atau disebut
neonatus kurang bulan sesuai masa kehamilan. Menurut WHO, bayi
prematur adalah bayi lahir hidup sebelum usia kehamilan minggu ke 37 (di
hitung dari hari pertama haid terakhir). Bayi prematur atau bayi preterm
adalah bayi yang berumur kehamilan 37 minggu tanpa memperhatikan berat
badan. Sebagian besar bayi lahir dengan berat badan kurang dari 2.500
gram adalah bayi prematur (Pantiawati, 2010).
2) Tanda bayi prematuritas murni
a) Berat badan kurang dari 2.500 gram, PB 45 cm, lingkar kepala kurang
dari 33 cm, lingkar dada kurang dari 30 cm.
b) Masa gestasi kurang dari 37 minggu
c) Kulit tipis dan transparan, tampak mengkilat dan licin
d) Kepala lebih besar dari badan
e) Lanugo banyak terutama pada dahi, pelipis,telinga dan lengan.
f) Ubun-ubun dan sutura lebar, rambut tipis, halus
g) Tulang rawan dan daun telinga immature
h) Putting susu belum terbentuk dengan baik
i) Pembuluh darah kulit banyak terlihat, peristaltic usus dapat terlihat.
j) Genitalia belum sempurna, labia minora belum tertutup oleh labia
mayora (pada wanita), testis belum turun (pada laki-laki)
k) Bayi masih posisi fetal
l) Pergerakan kurang dan lemah
m) Otot masih hipotonik
n) Banyak tidur, tangis lemah, pernafasan belum teratur dan sering
mengalami serangan apnoe
o) Refleks tonic neck lemah
p) Refleks menghisap dan menelan belum sempurna (Arief, 2009).
b. Dismaturitas
1) Pengertian dismaturitas
Adalah bayi dengan berat badan kurang dari berat badan yang
seharusnya untuk usia kehamilannya, yaitu berat badan dibawah persentil
10 pada kurva pertumbuhan intra uterin, biasa disebut dengan bayi kecil
untuk masa kehamilan (Pantiawati, 2010). Berdasarkan umur kehamilan
atau masa gestasi yang ditetapkan, maka bayi BBLR digolongkan dalam
tiga kelompok :
a) Bayi berat lahir rendah (BBLR) yaitu berat lahir 1500-2500 gram.
b) Bayi berat lahir sangat rendah yaitu bayi berat lahir <1500 gram
c) Bayi berat sangat rendah yaitu bayi yang berat lahirnya <1000
d) gram (Saifuddin, 2009).
2) Tanda dan gejala bayi dismaturitas
a) Kulit pucat, meconium kering keriput, tipis
b) Vernix aseosa tipis/tidak ada
c) Jaringan lemak di bawah kulit tipis
d) Bayi tampak gesit, aktif dan kuat
e) Tali pusat berwarna kuning kehijauan (Arief, 2009).
4. Manifestasi Klinis
Menurut Proverawati (2010), Gambaran Klinis atau ciri- ciri Bayi BBLR :
a. Berat kurang dari 2500 gram
b. Panjang kurang dari 45 cm
c. Lingkar dada kurang dari 30 cm
d. Lingkar kepala kurang dari 33 cm
e. Jaringan lemak subkutan tipis atau kurang
f. Umur kehamilan kurang dari 37 minggu
g. Kepala lebih besar
h. Kulit tipis transparan, rambut lanugo banyak, lemak kurang
i. Tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhannya
j. Otot hipotonik lemah merupakan otot yang tidak ada gerakan aktif pada lengan
dan sikunya
k. Pernapasan tidak teratur dapat terjadi apnea
l. Ekstermitas: paha abduksi, sendi lutut/kaki fleksi-lurus, tumit mengkilap,
telapak kaki halus.
m. Kepala tidak mampu tegak, fungsi syaraf yang belum atau tidak efektif dan
tangisnya lemah.
n. Pernapasan 40 – 50 kali/ menit dan nadi 100-140 kali/menit
5. Patofisiologi
Semakin kecil dan semakin prematur bayi maka akan semakin tinggi resiko
gizinya. Beberapa faktor yang memberikan efek pada masalah gizi.
a. Menurunnya simpanan zat gizi padahal cadangan makanan di dalam tubuh
sedikit, hamper semua lemak, glikogen dan mineral seperti zat besi, kalsium,
fosfor dan seng di deposit selama 8 minggu terakhir kehamilan. Dengan
demikian bayi preterm mempunyai potensi terhadap peningkatan hipoglikemia,
anemia dan lain-lain. Hipoglikemia menyebabkan bayi kejang terutama pada
bayi BBLR Prematur.
b. Kurangnya kemampuan untuk mencerna makanan. Bayi preterm mempunyai
lebih sedikit simpanan garam empedu, yang diperlukan untuk mencerna dan
mengabsorpsi lemak dibandingkan dengan bayi aterm.
c. Belum matangnya fungsi mekanis dari saluran pencernaan, koordinasi antara
refleks hisap dan menelan belum berkembang dengan baik sampai kehamilan
32-34 minggu, padahal bayi BBLR kebutuhan nutrisinya lebih tinggi karena
target pencapaian BB nya lebih besar. Penundaan pengosongan lambung dan
buruknya motilitas usus terjadi pada bayi preterm.
d. Paru yang belum matang dengan peningkatan kerja napas dan kebutuhan kalori
yang meningkat.
e. Potensial untuk kehilangan panas akibat luas permukaan tubuh tidak sebanding
dengan BB dan sedikitnya lemak pada jaringan di bawah kulit. Kehilangan
panas ini akan meningkatkan kebutuhan kalori.
Temperatur dalam kandungan 37°C sehingga bayi lahir dalam ruangan suhu
temperatur ruangan 28-32°C. Perubahan temperatur ini perlu diperhitungkan pada
BBLR karena belum bisa mempertahankan suhu normal yang disebabkan :
a. Tipis pusat pengaturan suhu badan masih dalam perkembangan
b. Intake cairan dan kalori kurang dari kebutuhan
c. Cadangan energi sangat kurang
d. Luas permukaan tubuh relativ luas sehingga risiko kehilangan panas lebih besar
e. Jaringan lemak subkutan lebih tipis sehingga kehilangan panas lebih besar
f. BBLR sering terjadi penurunan berat badan di sebabkan: malas minum dan
pencernaan masih lemah. BBLR rentan infeksi sehingga terjadi sindrom gawat
nafas, hipotermi, hipoglikemia, hipokalsemia, dan hiperbilirubin (Sudarti,
2013).
6. Pathway
karena pusat pengaturan panas badan belum berfungsi dengan baik,
metabolismenya rendah, dan permukaan badan relatif luas. Oleh karena itu,
bayi prematuritas harus dirawat di dalam inkubator sehingga panas badannya
mendekati dalam rahim. Bila belum memiliki inkubator, bayi prematuritas
dapat dibungkus dengan kain dan disampingnya ditaruh botol yang berisi air
panas atau menggunakan metode kangguru yaitu perawatan bayi baru lahir
seperti bayi kanguru dalam kantung ibunya.
b. Pengawasan Nutrisi atau ASI
Alat pencernaan bayi premature masih belum sempurna, lambung kecil,
enzim pecernaan belum matang. Sedangkan kebutuhan protein 3 sampai 5 gr/
kg BB (Berat Badan) dan kalori 110 gr/ kg BB, sehingga pertumbuhannya
dapat meningkat. Pemberian minum bayi sekitar 3 jam setelah lahir dan
didahului dengan menghisap cairan lambung. Reflek menghisap masih lemah,
sehingga pemberian minum sebaiknya sedikit demi sedikit, tetapi dengan
frekuensi yang lebih sering.  ASI merupakan makanan yang paling utama,
sehingga ASI-lah yang paling dahulu diberikan. Bila faktor menghisapnya
kurang maka ASI dapat diperas dan diminumkan dengan sendok perlahan-lahan
atau dengan memasang sonde menuju lambung. Permulaan cairan yang
diberikan sekitar 200 cc/ kg/ BB/ hari.
c. Pencegahan Infeksi
Bayi prematuritas mudah sekali terkena infeksi, karena daya tahan tubuh
yang masih lemah, kemampuan leukosit masih kurang, dan pembentukan
antibodi belum sempurna. Oleh karena itu, upaya preventif dapat dilakukan
sejak pengawasan antenatal sehingga tidak terjadi persalinan prematuritas atau
BBLR. Dengan demikian perawatan dan pengawasan bayi prematuritas secara
khusus dan terisolasi dengan baik.
d. Penimbangan Ketat
Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi atau nutrisi bayi dan erat
kaitannya dengan daya tahan tubuh, oleh sebab itu penimbangan berat badan
harus dilakukan dengan ketat.
e. Ikterus
Semua bayi prematur menjadi ikterus karena sistem enzim hatinya belum
matur dan bilirubin tak berkonjugasi tidak dikonjugasikan secara efisien sampai
4-5 hari berlalu . Ikterus dapat diperberat oleh polisetemia, memar hemolisias
dan infeksi karena hperbiliirubinemia dapat menyebabkan kernikterus maka
warna bayi harus sering dicatat dan bilirubin diperiksa bila ikterus muncul dini
atau lebih cepat bertambah coklat.
f. Pernapasan
Bayi prematur mungkin menderita penyakit membran hialin. Pada penyakit
ini tanda- tanda gawat pernaasan sealu ada dalam 4 jam bayi harus dirawat
terlentang atau tengkurap dalam inkubator dada abdomen harus dipaparkan
untuk mengobserfasi usaha pernapasan.
h. Hipoglikemi
Mungkin paling timbul pada bayi prematur yang sakit bayi berberat badan
lahir rendah, harus diantisipasi sebelum gejala timbul dengan pemeriksaan gula
darah secara teratur.
9. Pemeriksaan penunjang
Menurut Pantiawati (2010) Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara
lain :
a. Pemeriksaan skor ballard merupakan penilaian yang menggambarkan reflek dan
maturitas fisik untuk menilai reflek pada bayi tersebut untuk mengetahui
apakah bayi itu prematuritas atau maturitas
b. Tes kocok (shake test), dianjurkan untuk bayi kurang bulan merupakan tes pada
ibu yang melahirkan bayi dengan berat kurang yang lupa mens terakhirnya.
c. Darah rutin, glokoa darah, kalau perlu dan tersedia faslitas diperiksa kadar
elektrolit dan analisa gas darah.
d. Foto dada ataupun babygram merupakan foto rontgen untuk melihat bayi lahir
tersebut diperlukan pada bayi lahir dengan umur kehamilan kurang bulan
dimulai pada umur 8 jam atau dapat atau diperkirakan akan terjadi sindrom
gawat nafas.

10. Asuhan keperawatan BBLR


a. Pengkajian
1) Biodata
Terjadi pada bayi prematur yang dalam pertumbuhan di dalam kandungan
terganggu
2) Keluhan utama
Menangis lemah, reflek menghisap lemah, bayi kedinginan atau suhu tubuh
rendah
3) Riwayat penyakit sekarang
Lahir spontan, SC umur kehamilan antara 24 sampai 37 minnggu, berat
badan kurang atau sama dengan 2.500 gram, apgar pada 1 sampai 5 menit,
0 sampai 3 menunjukkan kegawatan yang parah, 4 sampai 6 kegawatan
sedang, dan 7-10 normal 
4) Riwayat penyakit dahulu
Ibu memliki riwayat kelahiran prematur, kehamilan ganda, hidramnion
5) Riwayat penyakit keluarga
Adanya penyakit tertentu yang menyertai kehamilan seperti DM, TB Paru,
Tumor kandungan, Kista, Hipertensi
6) ADL
a) Pola Nutrisi : reflek sucking lemah, volume lambung kurang, daya
absorbsi kurang/lemah sehingga kebutuhan nutrisi terganggu
b) Pola Istirahat tidur: terganggu oleh karena hipotermia
c) Pola Personal hygiene: tahap awal tidak dimandikan
d) Pola Aktivitas : gerakan kaki dan tangan lemas
e) Pola Eliminasi: BAB yang pertama kali keluar adalah mekonium,
produksi urin rendah
7) Pemeriksaan
a) Pemeriksaan Umum
 Kesadaran compos mentis
 Nadi : 180X/menit pada menit I kemudian menurun sampai 120-
140X/menit
 RR : 80X/menit pada menit I kemudian menurun sampai
40X/menit
 Suhu : kurang dari 36,5 C
b) Pemeriksaan Fisik
 Sistem sirkulasi/kardiovaskular : Frekuensi dan irama jantung
rata-rata 120 sampai 160x/menit, bunyi jantung (murmur/gallop),
warna kulit bayi sianosis atau pucat, pengisisan capilary
refill (kurang dari 2-3 detik).
 Sistem pernapasan : Bentuk dada barel atau cembung, penggunaan
otot aksesoris, cuping hidung, interkostal; frekuensi dan
keteraturan pernapasan rata-rata antara 40-60x/menit, bunyi
pernapasan adalah stridor, wheezing atau ronkhi.
 Sistem gastrointestinal : Distensi abdomen (lingkar perut
bertambah, kulit mengkilat), peristaltik usus, muntah (jumlah,
warna, konsistensi dan bau), BAB (jumlah, warna, karakteristik,
konsistensi dan bau), refleks menelan dan megisap yang lemah.
 Sistem genitourinaria : Abnormalitas genitalia, hipospadia, urin
(jumlah, warna, berat jenis, dan PH).
 Sistem neurologis dan musculoskeletal : Gerakan bayi, refleks
moro, menghisap, mengenggam, plantar, posisi atau sikap bayi
fleksi, ekstensi, ukuran lingkar kepala kurang dari 33 cm, respon
pupil, tulang kartilago telinga belum tumbuh dengan sempurna,
lembut dan lunak.
 Sistem thermogulasi (suhu) : Suhu kulit dan aksila, suhu
lingkungan.
 Sistem kulit : Keadaan kulit (warna, tanda iritasi, tanda lahir, lesi,
pemasangan infus), tekstur dan turgor kulit kering, halus,
terkelupas.
 Pemeriksaan fisik : Berat badan sama dengan atau kurang dari
2500 gram, panjang badan sama dengan atau kurang dari 46 cm,
lingkar kepala sama dengan atau kurang dari 33 cm, lingkar dada
sama dengan atau kurang dari 30 cm, lingkar lengan atas, lingkar
perut, keadaan rambut tipis, halus, lanugo pada punggung dan
wajah, pada wanita klitoris menonjol, sedangkan pada laki-laki
skrotum belum berkembang, tidak menggantung dan testis belum
turun., nilai APGAR pada menit 1 dan ke 5, kulit keriput.
b. Diagnosa Keperawatan
1) Pola Napas Tidak Efektif (D. 0005)
2) Defisit Nutrisi (D.0019)
3) Hipotermia (D.0131)
4) Risiko Infeksi (D.0142)
c. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Perencanaan Keperawatan
Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
Pola Napas Tidak Pola Napas Terapi Oksigen
Efektif Observasi:
  D.0005 Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam inspirasi  Monitor kecepatan aliran oksigen
  dan atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi adekuat membaik  Monitor posisi alat terapi oksigen
  Pengertian : Kriteria Hasil:  Monitor aliran oksigen secara periodik
  Inspirasi dan atau Meningkat Cukup Sedang Cukup Menurun  Monitor tanda-tanda hipoventilasi
  ekspirasi yang tidak Meningkat Menurun
  memberikan ventilasi 1 Dipsnea
  adekuat   1 2 3 4 5
  2 Penggunaan otot bantu napas
    1 2 3 4 5
 
  Memburuk Cukup Sedang Cukup Membaik
  Memburuk Membaik
3 Frekuensi napas
  1 2 3 4 5
4 Kedalaman napas
  1 2 3 4 5
No Diagnosa Perencanaan Keperawatan
Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
2 Defisit Nutrisi Status Nutrisi Manajemen Nutrisi
  D.0019 Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam status Observasi:
  nutrisi terpenuhi.  Identifikasi status nutrisi
  Pengertian : Kriteria Hasil:  Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
  Asupan nutrisi tidak Menurun Cukup Sedang Cukup Meningkat  Identifikasi perlunya penggunaan selang
  cukup untuk memenuhi Menurun Meningkat nasogastric
  kebutuhan 1 Porsi makanan yang dihabiskan  Monitor asupan makanan
  metabolisme.   1 2 3 4 5  Monitor berat badan
  2 Berat Badan atau IMT Terapeutik:
    1 2 3 4 5  Lakukan oral hygiene sebelum makan, Jika perl
  3 Frekuensi makan  Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang
    1 2 3 4 5 sesuai
 
4 Nafsu makan
  1 2 3 4 5
5 Perasaan cepat kenyang
  1 2 3 4 5
No Diagnosa Perencanaan Keperawatan
Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
3 Hipotermia Termoregulasi Regulasi Temperatur
  D.0131 Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam suhu tubuh Observasi:
  tetap berada pada rentang normal  Monitor suhu bayi sampai stabil (36,5-37,5 derajat
  Pengertian : Kriteria Hasil: celcius)
  Suhu tubuh berada di Menurun Cukup Sedang Cukup Meningkat  Monitor suhu tubuh anak tiap 2 jam, jika perlu
  bawah rentang normal Menurun Meningkat  Monitor tekanan darah, frekuensi pernapasan dan
  tubuh 1 Menggigil nadi
    1 2 3 4 5  Monitor warna dan suhu kulit
  2 Kulit merah Terapeutik
    1 2 3 4 5  Pasang alat pemantau suhu kontinu, jika perlu
  3 Takikardi  Tingkatkan asupan cairan dan nutrisi yang adekuat
    1 2 3 4 5  Gunakan topi bayi untuk mencegah kehilangan
 
4 Takipnea
  1 2 3 4 5
5 Bradikardi
1 2 3 4 5
Memburuk Cukup Sedang Cukup Membaik
Memburuk Membaik
6 Suhu tubuh
  1 2 3 4 5
No Diagnosa Perencanaan Keperawatan
Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
4 Risiko Infeksi Tingkat Infeksi Pencegahan infeksi
  D.0142 Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam glukosa Observasi:
  derajat infeksi menurun.  Monitor tanda gejala infeksi lokal dan sistemik
  Pengertian : Kriteria Hasil: Terapeutik
  Berisiko mengalami Meningkat Cukup Sedang Cukup Menurun  Batasi jumlah pengunjung
  peningkatan terserang Meningkat Menurun  Berikan perawatan kulit pada daerah edema
  oganisme patogenik 1 Demam  Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan
    1 2 3 4 5 pasien dan lingkungan pasien
  2 Kemerahan
  1 2 3 4 5
  3 Nyeri
  1 2 3 4 5
 
4 Bengkak
1 2 3 4 5
Memburuk Cukup Sedang Cukup Membaik
Memburuk Membaik
5 Kadar sel darah putih
  1 2 3 4 5
DAFTAR PUSTAKA
Arief. (2009). Neonatus dan Asuhan Keperawatan Anak. Yogyakarta: Nuha Medika.

Dewi. (2010). Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta: Salemba Medika.

Marmi. (2012). Asuhan Neonatus Bayi Balita dan Anak Prasekolah. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.

Proverawati, Ismawati. (2010). BBLR : Berat Badan Lahir Rendah. Yogyakarta: Nuha
Medika.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Edisi 1.
Jakarta : PPNI

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Edisi 1. Jakarta
: PPNI

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Edisi 1.
Jakarta : PPNI

Anda mungkin juga menyukai