DESI RATNASARI
24.19.1393
LEMBAR PENGESAHAN
Di Ajukan Oleh:
(Desi Ratnasari)
Mengetahui
1. phatway
Indikasi Sectio Caesarea
Insisi
Adaptasi Post partum Anestesi Pembatasan Cairan neroral
Luka
Mobilisasi secara
Resiko
Psikologi Fisiologis Ketidakseimbangan
bertahap Nyeri Akut Resiko Infeksi
Cairan
Taking in
Taking hold Laktasi Involusi Gangguan Pola Tidur
Penurunan saraf
Leting go
simpatis
Prolaktim Pelepasan
Belajar mengenai menurun Desidua
perawatan diri dan Resti Cidera Ketidakmampuan Gangguan
bayi Miksi Eliminasi
Produksi ASI Kontruksi Urine
menurun Uterus
Penurunan
Butuh Peristaltik Obstipasi
Informasi Per\\\\
Hisapan Lochea
menurun
Konstipasi
Defisit Pengetahuan
Menyusui Tidak
Efekti
Penurunan Nyeri
Perawatan Perinium
d. Klasifikasi Sectio Caesarea
Bentuk pembedahan Sectio Caesarea menurut Manuaba 2012, meliputi:
1. Sectio Caesarea Klasik
Sectio Caesarea Klasik dibuat vertikal pada bagian atas rahim.
Pembedahan dilakukan dengan sayatan memanjang pada korpus uteri kirra-kira
sepanjang 10 cm. Tidak dianjurkan untuk kehamilan berikutnya melahirkan
melalui vagina apabila sebelumnya telah dilakukan tindakan pembedahan ini.
2. Sectio Caesarea Transperitonel Profunda
Sectio Caesarea Transperitonel Profunda disebut juga low cervical yaitu
sayatan vertikal pada segmen lebih bawah rahim. Sayatan jenis ini dilakukan jika
bagian bawah rahim tidak berkembang atau tidak cukup tipis untuk
memungkinkan dibuatnya sayatan transversal. Sebagian sayatan vertikal dilakukan
sampai ke otot-otot bawah rahim.
3. Sectio Caesarea Histerektomi
Sectio Caesarea Histerektomi adalah suatu pembedahan dimana setelah janin
dilahirkan dengan Sectio Caesarea, dilanjutkan dengan pegangkatan rahim.
4. Sectio Caesarea Ekstraperitoneal
Sectio Caesarea Ekstraperitoneal, yaitu Sectio Caesarea berulang pada seorang
pasien yang sebelumnya melakukan Sectio Caesarea. Biasanya dilakukan di atas
bekas sayatan yang lama. Tindakan ini dilakukan dengan insisi dinding dan faisa
abdomen sementara peritoneum dipotong ke arah kepala untuk memaparkan
segmen bawah uterus sehingga uterus dapat dibuka secara ekstraperitoneum.
e. Komplikasi Sectio Caesarea
Menurut Jitowiyono & Kristiyanasari (2012) komplikasi Sectio Caesarea adalah
sebagai berikut:
1. Infeksi Peurperal
Komplikasi ini bersifat ringan, seperti kenaikan suhu selama beberapa hari dalam
masa nifas, bersifat berat seperti peritonitis, sepsis dan sebagainya.
2. Perdarahan
Perdarahan banyak bisa timbul pada waktu pembedahan jika cabang-cabang arteri
ikut terbuka. Darah yang hilang lewat pembedahan Sectio Caesarea dua kali lipat
dibanding lewat persalinan normal.
Komplikasi yang mungkin muncul dari tindakan Sectio Caesarea adalah
komplikasi pembiusan, perdarahan pasca operasi Sectio Caesarea, syok
perdarahan, obstruksi usus, gangguan pembekuan darah, dan cedera organ
abdomen seperti usus, ureter, kandung kemih, pembuluh darah. Pada Sectio
Caesarea juga bisa terjadi infeksi sampai sepsis apalagi pada kasus dengan
ketuban pecah dini. Dapat juga terjadi komplikasi pada bekas luka operasi. Hal
yang sangat mempengaruhi atau komplikasi pasca operasi yaitu infeksi jahitan
pasca Sectio Caesarea, infeksi ini terjadi karena banyak factor, seperti infeksi
intrauteri, adanya penyakit penyerta yang berhubungan dengan infeksi misalnya,
abses tuboofaria, apendiksitis akut/perforasi. Diabetes mellitus, gula darah tidak
terkontrol, kondisi imunokompromised misalnya, infeksi HIV, Tuberkulosis atau
sedang mengkonsumsi kortikosteroid jangka panjang, gisi buruk, termasuk
anemia berat, sterilitas kamar operasi dan atau alat tidak terjaga, alergi pada
materi benang yang digunakan daan kuman resisten terhadap antibiotic. Akibat
infeksi ini luka bekas Sectio Caesarea akan terbuka dalam minggu pertama pasca
operasi. Terbukanya luka bisa hanya kulit dan subkulit saja, bisa juga sampai
fascia yang disebut dengan bust abdomen. Umumnya, luka akan bernanah atau
ada eksudat dan berbahaya jika dibiarkan karena kuman tersebut dapat menyebar
melalui aliran darah. Luka yang terbuka akibat infeksi itu harus dirawat,
dibersihkan dan dilakukan kultur dari caiiran luka tersebut (Purwoastuti, Dkk,
2015).
f. Penatalaksanaan Post Op Sectio Caesarea
1. Medis
Menurut Manuaba (2012), beberapa hal yang dapat dilakukan sebagai penatalaksanaan
pada ibu post Sectio caesarea antara lain :
d. Kateterisasi : Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan tidak
enak pada penderita, menghalangi involusi uterus dan menyebabkan
perdarahan. Kateter biasanya terpasang 24 - 48 jam / lebih lama lagi
tergantung jenis operasi dan keadaan penderita.
1) Antibiotik
3) Obat-obatan lain
f. Perawatan luka : Kondisi balutan luka dilihat pada 1 hari post operasi, bila
basah dan berdarah harus dibuka dan diganti Perawatan rutin. Hal- hal yang
harus diperhatikan dalam pemeriksaan adalah suhu, tekanan darah, nadi,dan
pernafasan.
2. Ruang Perawatan
a. Pengkajian keperawatan segera setelah melahirkan meliputi pemulihan dari efek
anastesi, status pasca operasi dan pasca melahirkan dan derajat nyeri.
b. Kepatenan jalan napas dipertahankan dan posisi wanita tersebut diatur untuk
mencegah kemungkinan aspirasi.
c. Tanda-tanda vital diukur setiap 15 menit selama 1-2 jam sampai wanita itu stabil.
Kondisi balutan insisi, fundus dan jumlah lokea, dikaji demikian pula masukan dan
haluaran.
d. Perawat membantu wanita tersebut untuk mengubah posisi dan melakukan napas
dalam serta melatih gerakan kaki. Obat-obatan untuk mengatasi nyeri dapat
diberikan.
e. Masalah fisiologis selama beberapa hari pertama dapat didominasi oleh nyeri akibat
insisi dan nyeri dari gas di usus halus dan kebutuhan untuk menghilangkan nyeri.
f. Tindakan lain untuk mengupayakan kenyamanan, seperti mengubah posisi,
mengganjal insisi dengan bantal, memberi kompres panas pada abdomen dan
tehnik relaksasi.
g. Ambulasi dan upaya menghindari makanan yang menghasilkan gas dan minuman
berkarbonat bisa mengurangi nyeri yang disebabkan gas.
i. Setiap kali berdinas perawat mengkaji tanda-tanda vital, insisi, fundusuterus, dan
lokia. Bunyi napas, bising usus, tanda homans, eliminasiurine serta defekasi juga
dikaji.
j. Pasangan atau suami dapat dilibatkan dalam sesi pengajaran dan penjelasan
tentang pemulihan pasangannnya. Beberapa orang tua akan marah, frustasi atau
kecewa karena wanita tidak dapat melahirkan pervagina. Beberapa wanita
mengungkapkan perasaan seperti harga diri rendah atau citra diri yang negative.
Akan sangat berguna bila ada perawat yang hadir selama wanita melahirkan,
mengunjungi dan membantu mengisi “kesenjangan” tentang pengalaman tersebut.
k.Rencana pulang terdiri dari informasi tentang diet, latihan fisik, pembatasan
aktifitas, perawatan payudara, aktifitas seksual dan kontrasepsi, medikasi, dan
tanda-tanda komplikasi serta perawatan bayi.
g. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemantauan janin terhadap kesehatan janin
2. Pemantauan EKG
3. JDL dengan diferensial
4. Elektrolit\
5. Hemoglobin/Hematokrit
6. Golongan Darah
7. Urinalis
8. Amniosentesis terhadap maturitas paru janin sesuai indikasi Pemeriksaan sinar X sesuai
indikasi.
h. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses
pengumpulan data yang sistematis dari berbagai sumber untuk mengevaluasi dan
mengidentifikasi status kesehatan pasien(Nursalam, 2011), Pengkajian pada pasien post
partum secsio cesarea sebagai berikut:
1. Identitas pasien
2. Keluhan utama Pada ibu dengan kasus post partum SC keluhan utama yang timbul
yaitu nyeri pada luka operasi.
3. Riwayat persalinan sekarang Pada pasien post partum SC kaji riwayat persalinan
yang dialami sekarang.
4. Riwayat menstruasiPada ibu, yang perlu ditanyakan adalah umur menarche, siklus
haid, lama haid, apakah ada keluhan saat haid, hari pertama haid yang terakhir.
5. Riwayat perkawinanYang perlu ditanyakan adalah usia perkawinan, perkawinan
keberapa, usia pertama kali kawin.
6. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas
7. Untuk mendapatkan data kehamilan, persalinan dan nifas perlu diketahui HPHT
untuk menentukan tafsiran partus (TP), berapa kali periksaan saat hamil, apakah
sudah imunisasi TT, umur kehamilan saat persalinan, berat badan anak saat lahir,
jenis kelamin anak, keadaan anak saat lahir.
8. Riwayat penggunaan alat kontrasepsi
9. Tanyakan apakah ibu pernah menggunakan alat kontrasepsi, alat kontrasepsi yang
pernah digunakan, adakah keluhan saat menggunakan alat kontrasepsi, pengetahuan
tentang alat kontrasepsi.
10. Pola kebutuhan sehari-hari
a. Makan dan minum, pada pasien post partum SC tanyakan berapa kali makan
sehari dan berapa banyak minum dalam satu hari.
b. Eliminasi, pada psien post partum SC pasien belum melakukan BAB,
sedangkan BAK menggunakan dower kateter yang tertampung di urine bag.
c. Istirahat dan tidur, pada pasien post partum SC terjadi gangguan pada pola
istirahat tidur dikarenakan adanya nyeri pasca pembedahan.
d. Gerak dan aktifitas, pada pasien post partum SC terjadi gangguan gerak dan
aktifitas oleh karena pengaruh anastesi pasca pembedahan.
e. Kebersihan diri, pada pasien post partum SC kebersihan diri dibantu oleh
perawat dikarenakan pasien belum bisa melakukannya secara mandiri.
f. Berpakaian, pada pasien post SC biasanya mengganti pakaian dibantu oleh
perawat
g. Rasa nyaman, pada pasien post SC akan mengalami ketidaknyamanan yang
dirasakan pasca melahirkan.
h. Konsep diri, pada pasien post SC seorang ibu, merasa senang atau minder
dengan kehadiran anaknya, ibu akan berusaha untuk merawat anaknya.
i. Sosial, pada SC lebih banyak berinteraksi dengan perawat dan tingkat
ketergantungan ibu terhadap orang lain akan meningkat.
j. Belajar, kaji tingkat pengetahuan ibu tentang perawatan post partum terutama
untuk ibu dengan SC meliputi perawatan luka, perawatan payudara,
kebersihan vulva atau cara cebok yang benar, nutrisi, KB, seksual serta hal-
hal yang perlu diperhatikan pasca pembedahan. Disamping itu perlu
ditanyakan tentang perawatan bayi diantaranya, memandikan bayi, merawat
tali pusat dan cara meneteki yang benar.
k. Data fokus pengkajian Menurut Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia,
dalam pengkajian ibu post sectio caesarea dengan risiko infeksi data fokus
yang dikaji adalah mengkaji faktor penyebab mengapa pasien berisiko terjadi
infeksi. Menurut Tim Pokja SDKI (2018), faktor yang dapat menyebabkan
risiko infeksi adalah :
l. Efek prosedur invasive
a) Peningkatan paparan organisme patogen lingkungan.
b) Ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer : Kerusakan integritas
kulit, ketuban pecah lama, ketuban pecah sebelum waktunya,
c) Ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder : Penurunan
hemoglobin, imununosupresi.
i. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum ibu, suhu, tekanan darah, respirasi, nadi, berat badan, tinggi badan,
keadaan kulit.
2. Pemeriksaan kepala wajah:Konjuntiva dan sklera mata normal atau tidak.
3. Pemeriksaan leher:Ada tidaknya pembesaran kelenjar tiroid.
4. Pemeriksaan thorax : Ada tidaknya ronchi atau wheezing, bunyi jantung.
5. Pemeriksaan buah dada:Bentuk simetris atau tidak, kebersihan, pengeluaran
(colostrum, ASI atau nanah), keadaan putting, ada tidaknya tanda dimpling/retraksi.
6. Pemeriksaan abdomen:Tinggi fundus uteri, bising usus, kontraksi, terdapat luka dan
tanda-tanda infeksi disekitar luka operasi.
7. Pemeriksaan ekstremitas atas: ada tidaknya oedema, suhu akral, ekstremitas bawah:
ada tidaknya oedema, suhu akral, simetris atau tidak, pemeriksaan refleks.
8. Genetalia: Menggunakan dower kateter.
9. Data penunjang Pemeriksaan darah lengkap meliputi pemeriksaan hemoglobin (Hb),
Hematokrit (HCT) dan sel darah putih (WBC).
j. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis yang mengenai respon pasien
terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik yang
berlangsung actual maupun potensial. Tujuan dari diagnose keperawatan adalah untuk
mengidentifikasi respon pasien individu, keluarga, komunitas terhadap situasi yang
berkaitan dengan kesehatan (PPNI, 2016). Diagnosa keperawatan yang terkait pada ibu
post seksio sesaria yaitu:
Risiko Infeksi 1. Immune status 1. Memonitor tanda dan gejala infeksi sistemik
dan local
2. Knowledge : infection
control 2. Memonitor kondisi luka atau insisi bedah
3. Risk control 3. Memonitor kulit dan membran
mukosa terhadap kemerahan, panas dan
Adapun kriteria hasil yang drainase
diharapkan adalah sebagai
berikut : 4. Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien
lain
1. Ibu bebas dari tandatanda
gejala infeksi 5. Mencuci tangan sebelum dan sesudah
melakukan tindakan keperawatan
2. Menunjukkan
kemampuan mencegah 6. Menggunakan baju atau sarung tangan sebagi
timbulnya infeksi alat pelindung
3. Jumlah leukosit dalam 7. Tingkatkan intake nutrisi
batas normal
8. Melakukan perawatan luka pada area insisi
4. Ibu menunjukkan
perilaku hidup sehat 9. Mengajarkan pasien dan keluarga tentang
tanda dan gejala infeksi
10. Mengajarkan pasien menghindari infeksi
11. Mendelegasikan pemberian antibiotic sesuai
resep.