Anda di halaman 1dari 27

Bagian Keperawatan Maternitas

Program Pendidikan Profesi Ners

LAPORAN PENDAHULUAN
POST PARTUM NORMAL

Disusun Oleh:

IRMAYANTI
19. 04. 012

CI LAHAN CI INSTITUSI

( ) ( )

YAYASAN PERAWAT SULAWESI SELATAN


STIKES PANAKKUKANG MAKASSAR
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
T.A 2019-2020

LAPORAN PENDAHULUAN POST PARTUM

LP POST NATAL CARE Page 1


I. KONSEP DASAR MEDIS
A.  Anatomi fisiologi
1. Alat Reproduksi Bagian Dalam
Alat reproduksi bagian dalam wanita terdiri atas ovarium (kandung
telur), tuba fallopi atau oviduk (saluran telur), dan vagina (saluran
kelamin).
a. Ovarium
Ovarium berjumlah sepasang yang terdapat di rongga perut,
yaitu tepatnya di sebelah kiri dan kanan daerah pinggang. Fungsi
ovarium ini untuk menghasilkan sel telur atau ovum dan hormon-
hormon kelamin wanita, seperti progesteron dan . Ovarium dilindungi
oleh suatu kapsul pelindung yang mengandung folikel-folikel. Setiap
folikel berisi sebuah sel telur yang diselubungi satu atau lebih lapisan
sel-sel folikel. Folikel merupakan suatu struktur yang berbentuk
bulatan-bulatan dan terdapat di sekeliling oosit, berguna sebagai
penyedia makanan dan pelindung bagi sel telur yang sedang
mengalami pematangan.
b. Tuba Fallopi
Tuba fallopi yang lazim disebut sebagai oviduk berjumlah
sepasang. Tuba fallopi ini merupakan suatu saluran yang
menghubungkan ovarium dengan rahim (uterus). Tuba fallopi terbagi
menjadi tiga bagian, yaitu ismus yang merupakan bagian tuba fallopi
yang terletak dekat uterus atau rahim, ampula, yaitu daerah yang
berbentuk lengkungan yang terletak di atas ovarium, dan infudibulum,
yaitu daerah pangkal tuba fallopi yang berbentuk corong (fimbria).
Pangkal tuba fallopi yang berbentuk corong disebut pula infudibulum.
Infudibulum mengandung tonjolan-tonjolan seperti kaki cumi-cumi
yang berjumbai-jumbai disebut fimbriae. Fimbriae ini berperan untuk
menangkap ovum. Ovum yang telah ditangkap fimbriae, kemudian
diangkat oleh tuba fallopi.

LP POST NATAL CARE Page 2


Dengan adanya gerak peristaltik serta dinding tuba fallopi yang
bersilia, ovum kemudian diangkat menuju rahim. Dengan demikian,
tuba fallopi memiliki beberapa fungsi, yaitu untuk menyalurkan ovum
menuju uterus dan menyediakan lingkungan yang cocok bagi proses
pembuahan dan perkembangan telur sebelum fertilisasi terjadi.
c. Uterus
Uterus lazim disebut rahim, pada manusia hanya terdiri dari satu
ruang yang disebut simpleks. Uterus ini berbentuk seperti buah pear
dan berotot cukup tebal. Pada wanita-wanita yang belum pernah
melahirkan, ukuran panjang rahimnya adalah 7 cm dengan lebar antara
4 cm sampai 5 cm. Pada rahim bagian bawah bentuknya mengecil dan
dinamakan serviks uterus, sedangkan bagian yang lebih besar disebut
badan rahim atau corpus uterus. Rahim pada manusia dan mamalia
tersusun atas tiga lapisan, yaitu perimetrium, meiometrium, dan
endometrium. Pada lapisan endometrium dihasilkan banyak lendir,
serta terdapat banyak pembuluh darah. Lapisan endometrium ini
mengalami proses penebalan dan akan mengelupas setiap bulannya
apabila tidak terdapat zigot yang terimplantasi (tertanam). Uterus ini
merupakan tempat untuk pertumbuhan dan perkembangan janin.
Di samping itu, rahim juga terbagi atas tiga bagian, yaitu
fundus, bagian paling atas yang berdekatan dengan saluran telur, ismus
bagian tengah rahim, dan serviks yang sering kali disebut sebagai leher
rahim adalah bagian paling bawah dan tersempit, yang memanjang
sampai vagina.
d. Vagina
Merupakan bagian dalam kelamin wanita yang berbentuk seperti
tabung dilapisi dengan otot yang arahnya membujur ke arah bagian
belakang dan atas. Bagian dinding vagina lebih tipis dibandingkan
dengan dinding rahim dan terdapat banyak lipatan-lipatan. Lipatan-
lipatan tersebut berguna untuk mempermudah jalannya proses
kelahiran bayi. Di samping itu, pada vagina juga terdapat lendir yang

LP POST NATAL CARE Page 3


dikeluarkan oleh dinding vagina dan sepasang kelenjar yang dikenal
sebagai kelenjar bartholi. Vagina ini merupakan organ persetubuhan
(kopulasi) pada wanita.
2. Alat Reproduksi Bagian Luar
Alat reproduksi bagian luar pada wanita disebut vulva, terdiri atas
labia mayora, mons pubis, labia minora, organ klitoris, orificium uretra,
dan himen (selaput dara). Labia mayora adalah bibir bagian luar dari
vagina yang tebal dan berlapiskan lemak, sedangkan mons pubis
merupakan bagian tempat bertemunya dua bibir vagina dengan bagian atas
yang terlihat membukit. Labia minora atau bibir kecil, yaitu sepasang
lipatan kulit pada vagina yang halus dan tipis serta tidak mengandung
lapisan lemak.
Organ klitoris, merupakan bagian vagina yang berbentuk tonjolan
kecil yang sering kali disebut klentit. Adapun orificium uretra adalah
muara saluran kencing yang letaknya tepat di bawah organ klitoris. Di
bagian bawah saluran kencing yang mengelilingi tempat masuk ke vagina,
terdapat himen yang dikenal dengan nama selaput darah
B. Definisi
Post partum adalah masa sesudah persalinan dapat juga disebut masa nifas
(puerperium) yaitu masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya
kembali alat kandungan yang lamanya 6 minggu. Post partum adalah masa 6
minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ reproduksi sampai kembali ke
keadaan normal sebelum hamil.
Masa nifas atau masa purpenium adalah masa setelah partus selesai dan
berakhir setelah kira-kira 6-8 minggu (Manjoer, A dkk, 2001). Akan tetapi
seluruh alat genetal baruh pulih kembali seperti sebelumnya ada kehamilan
dalam waktu 3 bula.
Post partum adalah proses lahirnya bayi dengan tenaga ibu sendiri, tanpa
bantuan alat-alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung
kurang dari 24 jam.

LP POST NATAL CARE Page 4


Jadi dapat disimpulkan bahwa masa nifas atau post partum adalah masa
setelah kelahiran bayi pervagina dan berakhir setelah alat-alat kandungan
kembali seperti semula tanpa adanya komplikasi.
C. Tujuan perawatan masa nifas
Dalam masa nifas ini penderita memerlukan perawatan dan pengawasan
yang dilakukan selama ibu tinggal di rumah sakit maupun setelah nanti keluar
dari rumah sakit.
Adapun tujuan dari perawatan masa nifas adalah:
a. Menjaga kesehatan ibu dan bayi baik fisik maupun psikologi.
b. Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah,
mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayi.
c. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri,
nutrisi, keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi pada bayi dan
perawatan bayi sehat.
d. Untuk mendapatkan kesehatan emosi
D. Kebijakan program masa nifas
Kebijakan program nasional pada masa nifas yaitu paling sedikit empat kali
melakukan kunjungan pada masa nifas, dengan tujuan untuk :
a. Menilai kondisi kesehatan ibu dan bayi.
b. Melakukan pencegahan terhadap kemungkinan-kemungkinan adanya
gangguan kesehatan ibu nifas dan bayinya.
c. Mendeteksi adanya komplikasi atau masalah yang terjadi pada masa nifas.
d. Menangani komplikasi atau masalah yang timbul dan mengganggu
kesehatan ibu nifas maupun bayinya.
KUNJUNGAN WAKTU ASUHAN
KE-1 6-8 jam Mencegah perdarahan masa nifas oleh karena
postpartum atonia uteri.
Mendeteksi dan perawatan penyebab lain
perdarahan serta melakukan rujukan bila
perdarahan berlanjut.
Memberikan konseling pada ibu dan keluarga
tentang cara mencegah perdarahan yang

LP POST NATAL CARE Page 5


disebabkan atonia uteri.
Pemberian ASI awal.
Mengajarkan cara mempererat hubungan antara
ibu dan bayi baru lahir.
Menjaga bayi tetap sehat melalui pencegahan
hipotermi.
Setelah bidan melakukan pertolongan
persalinan, maka bidan harus menjaga ibu dan
bayi untuk 2 jam pertama setelah kelahiran atau
sampai keadaan ibu dan bayi baru lahir dalam
keadaan baik.
KE-2 6 hari Memastikan involusi uterus barjalan dengan
postpartum normal, uterus berkontraksi dengan baik, tinggi
fundus uteri di bawah umbilikus, tidak ada
perdarahan abnormal.
Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi
dan perdarahan
Memastikan ibu mendapat istirahat yang
cukup.
Memastikan ibu mendapat makanan yang
bergizi dan cukup cairan.
Memastikan ibu menyusui dengan baik dan
benar serta tidak ada tanda-tanda kesulitan
menyusui.
Memberikan konseling tentang perawatan bayi
baru lahir
KE-3 2 minggu Asuhan pada 2 minggu post partum sama
postpartum dengan asuhan yang diberikan pada kunjungan
6 hari post partum.
KE-4 6 minggu Menanyakan penyulit-penyulit yang dialami
postpartum ibu selama masa nifas.
Memberikan konseling KB secara dini.

E. Patofisiologi

LP POST NATAL CARE Page 6


Dalam masa post partum atau masa nifas, alat-alat genetalia interna
maupun eksterna akan berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan
sebelum hamil. Perubahan-perubahan alat genetal ini dalam keseluruhannya
disebut “involusi”. Disamping involusi terjadi perubahan-perubahan penting
lain yakni memokonsentrasi dan timbulnya laktasi yang terakhir ini karena
pengaruh lactogenik hormon dari kelenjar hipofisis terhadap kelenjar-kelenjar
mama.
Otot-otot uterus berkontraksi segera post psrtum, pembuluh-pembuluh
darah yang ada antara nyaman otot-otot uretus akan terjepit. Proses ini akan
menghentikan pendarahan setelah plasenta lahir. Perubahan-perubahan yang
terdapat pada serviks ialah segera post partum bentuk serviks agak menganga
seperticorong, bentuk ini disebabkan oleh korpus uteri terbentuk semacam
cincin. Peruabahan-perubahan yang terdapat pada endometrium ialah
timbulnya trombosis, degenerasi dan nekrosis ditempat implantasi plasenta
pada hari pertama endometrium yang kira-kira setebal 2-5 mm itu mempunyai
permukaan yang kasar akibat pelepasan desidua dan selaput janin regenerasi
endometrium terjadi dari sisa-sisa sel desidua basalis yang memakai waktu 2
sampai 3 minggu. Ligamen-ligamen dan diafragma palvis serta fasia yang
merenggang sewaktu kehamilan dan pertu setelah janin lahir berangsur-angsur
kembali seperti sedia kala.
F. Manifestasi Klinis
Sebelum terjadi persalinan sebenarnya beberapa minggu sebelumnya
wanita memasuki “bulannya atau minggunya atau harinya” yang disebut kala
pendahuluan (preparatory stage of labor) ini memberikan tanda-tanda sebagai
berikut :
1. Lightening atau setting atau droping yaitu kepala turun memasuki pintu
atas panggul terutama pada primigravida pada multipara tidak begitu
kentara.
2. Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun.
3. Perasaan sering atau susah kencing (potakisurla) karena kandung kemih
tertekan oleh bagian terbawa janin.

LP POST NATAL CARE Page 7


4. Perasaan sakit perut dan dipinggang oleh adanya kontraksi lemah dari
uterus, kadang disebut “false labor pains”.
5. Serviks menjadi lembek, mulai melebar dan sekresinya bertambah dan bisa
bercampur darah (bloody shoe).
G. Perubahan pada masa nifas
Selama menjalani masa nifas, ibu mengalami perubahan yang bersifat
fisiologis yang meliputi perubahan fisik dan psikologik, yaitu:
a. Perubahan fisik
1. Involusi
Involusi adalah perubahan yang merupakan proses kembalinya
alat kandungan atau uterus dan jalan lahir setelah bayi dilahirkan
hingga mencapai keadaan seperti sebelum hamil.
Proses involusi terjadi karena adanya:
a) Autolysis yaitu penghancuran jaringan otot-otot uterus yang
tumbuh karena adanya hiperplasi, dan jaringan otot yang
membesar menjadi lebih panjang sepuluh kali dan menjadi
lima kali lebih tebal dari sewaktu masa hamil akan susut
kembali mencapai keadaan semula. Penghancuran jaringan
tersebut akan diserap oleh darah kemudian dikeluarkan oleh
ginjal yang menyebabkan ibu mengalami beser kencing
setelah melahirkan.
b) Aktifitas otot-otot yaitu adanya kontrasi dan retraksi dari otot-
otot setelah anak lahir yang diperlukan untuk menjepit
pembuluh darah yang pecah karena adanya pelepasan
plasenta dan berguna untuk mengeluarkan isi uterus yang
tidak berguna. Karena kontraksi dan retraksi menyebabkan
terganggunya peredaran darah uterus yang mengakibatkan
jaringan otot kurang zat yang diperlukan sehingga ukuran
jaringan otot menjadi lebih kecil.
c) Ischemia yaitu kekurangan darah pada uterus yang
menyebabkan atropi pada jaringan otot uterus.

LP POST NATAL CARE Page 8


Involusi pada alat kandungan meliputi:
a) Uterus
Setelah plasenta lahir uterus merupakan alat yang keras,
karena kontraksi dan retraksi otot-ototnya. Perubahan uterus
setelah melahirkan dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Diameter
Berat Keadaan
Involusi TFU Bekas Melekat
Uterus Cervix
Plasenta
Setelah
Lembek
plasenta Sepusat 1000 gr 12,5 cm
lahir
Pertengahan
Dapat
1 minggu pusat 500 gr 7,5 cm
dilalui 2 jari
symphisis
Dapat
2 minggu Tak teraba 350 gr 5 cm dimasuki 1
jari
Sebesar
6 minggu hamil 2 50 gr 2,5 cm
minggu
8 minggu Normal 30 gr
b) Involusi tempat plasenta
Pada permulaan nifas bekas plasenta mengandung banyak
pembuluh darah besar yang tersumbat oleh trombus. Luka
bekas implantasi plasenta tidak meninggalkan parut karena
dilepaskan dari dasarnya dengan pertumbuhan endometrium
baru dibawah permukaan luka. Endometrium ini tumbuh dari
pinggir luka dan juga sisa-sisa kelenjar pada dasar luka.
c) Perubahan pembuluh darah rahim
Dalam kehamilan, uterus mempunyai banyak pembuluh darah
yang besar, tetapi karena setelah persalinan tidak diperlukan

LP POST NATAL CARE Page 9


lagi peredaran darah yang banyak maka arteri harus mengecil
lagi dalam masa nifas.
d) Perubahan pada cervix dan vagina
Beberapa hari setelah persalinan ostium eksternum dapat
dilalui oleh 2 jari, pada akhir minggu pertama dapat dilalui
oleh  1 jari saja. Karena hiperplasi ini dan karena karena
retraksi dari cervix, robekan cervix jadi sembuh. Vagina
yang  sangat diregang waktu persalinan, lambat laun
mencapai ukuran yang normal. Pada minggu ke 3 post partum
ruggae mulai nampak kembali.
2. After pains/ Rasa sakit (meriang atau mules-mules)
disebabkan koktraksi rahim biasanya berlangsung 3 – 4 hari
pasca persalinan. Perlu diberikan pengertian pada ibu mengenai hal
ini dan bila terlalu mengganggu analgesik.
3. Lochea
Lochea adalah cairan yang dikeluarkan dari uterus melalui
vagina dalam masa nifas. Lochea bersifat alkalis, jumlahnya lebih
banyak dari darah menstruasi. Lochea ini berbau anyir dalam
keadaan normal, tetapi tidak busuk. Pengeluaran lochea dapat
dibagi berdasarkan jumlah dan warnanya yaitu lochea rubra
berwarna merah dan hitam terdiri dari sel desidua, verniks kaseosa,
rambut lanugo, sisa mekonium, sisa darah dan keluar mulai hari
pertama sampai hari ketiga.
a) Lochea rubra (cruenta)
Berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel
desidua, vernik caseosa, lanugo, mekonium. Selama 2 hari
pasca persalinan.
b) Lochea sanguinolenta
Berwarna merah kuning berisi darah dan lendir, hari 3–7
pasca persalinan.
c) Lochea serosa

LP POST NATAL CARE Page 10


Berwarna kuning cairan tidak berdarah lagi. Pada hari ke 2–4
pasca persalinan.
d) Lochea alba
Cairan putih setelah 2 minggu.
e) Lochea purulenta
Terjadi infeksi keluar cairan seperti nanah, berbau busuk.
f) Lacheostatis
Lochea tidak lancar keluarnya.
4. Dinding perut dan peritonium
Setelah persalinan dinding perut longgar karena diregang begitu
lama, biasanya akan pulih dalam 6 minggu. Ligamen fascia dan
diafragma pelvis yang meregang pada waktu partus setelah bayi
lahir berangsur angsur mengecil dan pulih kembali.Tidak jarang
uterus jatuh ke belakang menjadi retrofleksi karena ligamentum
rotundum jadi kendor. Untuk memulihkan kembali sebaiknya
dengan latihan-latihan pasca persalinan.
5. Sistem Kardiovaskular
Selama kehamilan secara normal volume darah untuk
mengakomodasi penambahan aliran darah yang diperlukan oleh
placenta dan pembuluh darah uterus. Penurunan dari estrogen
mengakibatkan diuresis yang menyebabkan volume plasma
menurun secara cepat pada kondisi normal. Keadaan ini terjadi
pada 24 sampai 48 jam pertama setelah kelahiran. Selama ini klien
mengalami sering kencing. Penurunan progesteron membantu
mengurangi retensi cairan sehubungan dengan penambahan
vaskularisasi jaringan selama kehamilan.
6. Ginjal
Aktifitas ginjal bertambah pada masa nifas karena reduksi dari
volume darah dan ekskresi produk sampah dari autolysis. Puncak
dari aktifitas ini terjadi pada hari pertama post partum.
7. System Hormonal

LP POST NATAL CARE Page 11


a) Oxytoxin
Oxytoxin disekresi oleh kelenjar hipofise posterior dan
bereaksi pada otot uterus dan jaringan payudara. Selama kala
tiga persalinan aksi oxytoxin menyebabkan pelepasan
plasenta. Setelah itu oxytoxin beraksi untuk kestabilan
kontraksi uterus, memperkecil bekas tempat perlekatan
plasenta dan mencegah perdarahan. Pada wanita yang
memilih untuk menyusui bayinya, isapan bayi menstimulasi
ekskresi oxytoxin diamna keadaan ini membantu kelanjutan
involusi uterus dan pengeluaran susu. Setelah placenta lahir,
sirkulasi HCG, estrogen, progesteron dan hormon laktogen
placenta menurun cepat, keadaan ini menyebabkan perubahan
fisiologis pada ibu nifas.
b) Prolaktin
Penurunan estrogen menyebabkan prolaktin yang disekresi
oleh glandula hipofise anterior bereaksi pada alveolus
payudara dan merangsang produksi susu. Pada wanita yang
menyusui kadar prolaktin terus tinggi dan pengeluaran FSH
di ovarium ditekan. Pada wanita yang tidak menyusui kadar
prolaktin turun pada hari ke 14 sampai 21 post partum dan
penurunan ini mengakibatkan FSH disekresi kelenjar hipofise
anterior untuk bereaksi pada ovarium yang menyebabkan
pengeluaran estrogen dan progesteron dalam kadar normal,
perkembangan normal folikel de graaf, ovulasi dan
menstruasi.
c) Laktasi
Laktasi dapat diartikan dengan pembentukan dan pengeluaran
air susu ibu. Air susu ibu ini merupakan makanan pokok,
makanan yang terbaik dan bersifat alamiah bagi bayi yang
disediakan oleh ibu yamg baru saja melahirkan bayi akan
tersedia makanan bagi bayinya dan ibunya sendiri.

LP POST NATAL CARE Page 12


Selama kehamilan hormon estrogen dan progestron
merangsang pertumbuhan kelenjar susu sedangkan
progesteron merangsang pertumbuhan saluran kelenjar ,
kedua hormon ini mengerem LTH. Setelah plasenta lahir
maka LTH dengan bebas dapat merangsang laktasi.
Lobus prosterior hypofise mengeluarkan oxtoxin yang
merangsang pengeluaran air susu. Pengeluaran air susu
adalah reflek yang ditimbulkan oleh rangsangan penghisapan
puting susu oleh bayi. Rangsang ini menuju ke hypofise dan
menghasilkan oxitocin yang menyebabkan buah dada
mengeluarkan air susunya.
Pada hari ke 3 postpartum, buah dada menjadi besar,
keras dan nyeri. Ini menandai permulaan sekresi air susu, dan
kalau areola mammae dipijat, keluarlah cairan puting dari
puting susu.Air susu ibu kurang lebih mengandung Protein 1-
2 %, lemak 3-5 %, gula 6,5-8 %, garam 0,1 – 0,2 %.
Hal yang mempengaruhi susunan air susu adalah diit, gerak
badan. Banyaknya air susu sangat tergantung pada banyaknya
cairan serta makanan yang dikonsumsi ibu.

8. Tanda-tanda vital
Perubahan tanda-tanda vital pada massa nifas meliputi:
Parameter Penemuan normal Penemuan abnormal
Tanda- Tekanan darah < 140 / 90 Tekanan darah > 140 / 90
tanda vital mmHg, mungkin bisa naik mmHg
dari tingkat disaat persalinan
1 – 3 hari post partum.
Suhu tubuh < 38 0 C Suhu > 380 C
Denyut nadi: 60-100 X / Denyut nadi: > 100 X /
menit menit

LP POST NATAL CARE Page 13


Vital Sign sebelum kelahiran bayi :
Suhu :
a) saat partus lebih 37,20C
b) sesudah partus naik 0,50C
c) 12 jam pertama suhu kembali normal
Nadi :
a) 60 – 80 x/mnt
b) ·Segera setelah partus bradikardi
Tekanan darah :TD meningkat karena upaya keletihan dan
persalinan, hal ini akan normal kembali dalam waktu 1 jam
Vital sign setelah kelahiran anak :
a) Temperatur : Selama 24 jam pertama mungkin kenaikan
menjadi 380C (100,40F) disebabkan oleh efek dehidrasi dari
persalinan.
b) Kerja otot yang berlebihan selama kala II dan fluktuasi
hormon setelah 24 jam wanita keluar dari febris.
c) Nadi : Nadi panjang dengan stroke volume dan cardiacc
output. Nadi naik pada jam pertama. Dalam 8 – 10 minggu
setelah kelahiran anak, harus turun ke rata-rata sebelum
hamil.
d) Pernapasan : Pernapasan akan jatuh ke keadaan normal
wanita sebelum persalinan.
e) Tekanan darah : Tekanan darah berubah rendah semua,
ortistatik hipotensi adalah indikasi merasa pusing atau
pusingtiba-tiba setelah terbangun, dapat terjadi 48 jam
pertama.
Penyimpangan dari kondisi dan penyebab masalah :
a) Diagnosa sepsis puerpuralis adalah jika kenaikan pada
maternal suhu menjadi 380C
b) Kecepatan rata-rata nadi adalah satu yang bertambah
mungkin indikasi hipovolemik akibat perdarahan.

LP POST NATAL CARE Page 14


c) Hipoventilasi mungkin mengikuti keadaan luar biasanya
karena tingginya sub arachnoid (spinal) blok.
d) Tekanan darah rendah mungkin karena refleksi dari
hipovolemik sekunder dari perdarahan.
b. Perubahan psikologi
Perubahan psikologi masa nifas terbagi menjadi dalam 3 tahap yaitu:
1. Periode Taking In
Periode ini terjadi setelah 1-2 hari dari persalinan.Dalam masa ini
terjadi interaksi dan kontak yang lama antara ayah, ibu dan bayi.
Hal ini dapat dikatakan sebagai psikis honey moon yang tidak
memerlukan hal-hal yang romantis, masing-masing saling
memperhatikan bayinya dan menciptakan hubungan yang baru.
2. Periode Taking Hold
Berlangsung pada hari ke – 3 sampai ke- 4 post partum. Ibu
berusaha bertanggung jawab terhadap bayinya dengan berusaha
untuk menguasai keterampilan perawatan bayi. Pada periode ini ibu
berkosentrasi pada pengontrolan fungsi tubuhnya, misalnya buang
air kecil atau buang air besar.
3. Periode Letting Go
Terjadi setelah ibu pulang ke rumah. Pada masa ini ibu mengambil
tanggung jawab terhadap bayi.
Sedangkan stres emosional pada ibu nifas kadang-kadang dikarenakan
kekecewaan yang berkaitan dengan mudah tersinggung dan terluka
sehingga nafsu makan dan pola tidur terganggu. Manifestasi ini disebut
dengan post partum blues dimana terjadi pada hari ke 3-5 post partum
H. Komplikasi Post Partum
1. Klien post partum komplikasi perdarahan
Perdarahan post partum adalah perdarahan dalam kala IV lebih dari 500-
600 cc dalam 24 jam setelah anak dan plasenta lahir .Perdarahan Post
partum diklasifikasikan menjadi 2, yaitu:
a. Early Postpartum : Terjadi 24 jam pertama setelah bayi lahir

LP POST NATAL CARE Page 15


b. Late Postpartum : Terjadi lebih dari 24 jam pertama setelah bayi lahir
Tiga hal yang harus diperhatikan dalam menolong persalinan dengan
komplikasi perdarahan post partum :
1) Menghentikan perdarahan.
2) Mencegah timbulnya syok.
3) Mengganti darah yang hilang.
 Penyebab umum perdarahan postpartum adalah:
a. Atonia Uteri
b. Retensi Plasenta
c. Sisa Plasenta dan selaput ketuban
1) Pelekatan yang abnormal (plasaenta akreta dan perkreta)
2) Tidak ada kelainan perlekatan (plasenta seccenturia)
d. Trauma jalan lahir
1) Episiotomi yang lebar
2) Lacerasi perineum, vagina, serviks, forniks dan Rahim
3) Rupture uteri
e. Penyakit darah
Kelainan pembekuan darah misalnya
afibrinogenemia/hipofibrinogenemia
2. Klien post partum komplikasi infeksi
Infeksi adalah berhubungan dengan berkembangbiaknya
mikroorganisme dalam tubuh manusia yang disertai dengan reaksi
tubuh terhadapnya.
Infeksi pascapartum (sepsis puerperal atau demam setelah
melahirkan) ialah infeksi klinis pada saluran genital yang terjadi dalam
28 hari setelah abortus atau persalinan.
Infeksi ini terjadi setelah persalinan, kuman masuk dalam tubuh
pada saat berlangsungnya proses persalinan. Diantaranya, saat ketuban
pecah sebelum maupun saat persalinan berlangsung sehingga menjadi
jembatan masuknya kuman dalam tubuh lewat rahim. Jalan masuk

LP POST NATAL CARE Page 16


lainnya adalah dari penolong persalinan sendiri, seperti alat-alat yang
tidak steril digunakan pada saat proses persalinan.
Kuman-kuman yang sering menyebabkan infeksi antara lain adalah :
a. Streptococcus haemoliticus anaerobic
Masuknya secara eksogen dan menyebabkan infeksi berat.
Infeksi ini biasanya eksogen (ditularkan dari penderita lain, alat-
alat yang tidak suci hama, tangan penolong, infeksi tenggorokan
orang lain).
b. Staphylococcus aureus
Masuknya secara eksogen, infeksinya sedang, banyak
ditemukan sebagai penyebab infeksi di rumah sakit dan dalam
tenggorokan orang-orang yang nampaknya sehat.Kuman ini
biasanya menyebabkan infeksi terbatas, walaupun kadang-
kadang menjadi sebab infeksi umum.
c.   Escherichia Coli
Sering berasal dari kandung kemih dan rektum,
menyebabkan infeksi terbatas pada perineum, vulva, dan
endometriurn.Kuman ini merupakan sebab penting dari infeksi
traktus urinarius.

d.   Clostridium Welchii
Kuman ini bersifat anaerob, jarang ditemukan akan tetapi
sangat berbahaya. Infeksi ini lebih sering terjadi pada abortus
kriminalis dan partus yang ditolong oleh dukun dari luar rumah
sakit.
3.   Klien post partum komplikasi penyakit blues
Post-partum blues (PPB) atau sering juga disebut maternity blues
atau baby blues dimengerti sebagai suatu sindroma gangguan afek
ringan yang sering tampak dalam minggu pertama setelah persalinan
atau pada saat fase taking in, cenderung akan memburuk pada hari

LP POST NATAL CARE Page 17


ketiga sampai kelima dan berlangsung dalam rentang waktu 14 hari
atau dua minggu pasca persalinan.
Baby blues adalah keadaan di mana seorang ibu mengalami
perasaan tidak nyaman (kesedihan atau kemurungan)/gangguan
suasana hati setelah persalinan, yang berkaitan dengan hubungannya
dengan si bayi, atau pun dengan dirinya sendiri.
Etiologi atau penyebab pasti terjadinya postpartum blues sampai
saat ini belum diketahui. Namun, banyak faktor yang diduga berperan
terhadap terjadinya postpartum blues, antara lain:
1) Faktor hormonal yang berhubungan dengan perubahan kadar estrogen,
progesteron, prolaktin dan estradiol. Penurunan kadar estrogen setelah
melahirkan sangat berpengaruh pada gangguan emosional pascapartum
karena estrogen memiliki efek supresi aktifitas enzim monoamine
oksidase yaitu suatu enzim otak yang bekerja menginaktifasi
noradrenalin dan serotonin yang berperan dalam perubahan mood dan
kejadian depresi.
2) Faktor demografi yaitu umur dan paritas.
3) Pengalaman dalam proses kehamilan dan persalinan.
4) Latar belakang psikososial ibu, seperti; tingkat pendidikan, status
perkawinan, kehamilan yang tidak diinginkan, riwayat gangguan
kejiwaan sebelumnya, sosial ekonomi serta keadekuatan dukungan
sosial dari lingkungannya (suami, keluarga dan teman).
5) Takut kehilangan bayinya atau kecewa dengan bayinya.
I. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan post partum menurut Siswosudarmo, 2008:
1. Pemerikasaan umum: tensi,nadi,keluhan dan sebagainya
2. Keadaan umum: TTV, selera makan dll
3. Payudara: air susu, putting
4. Dinding perut, perineum, kandung kemih, rectum
5. Sekres yang keluar atau lochea
6. Keadaan alat kandungan

LP POST NATAL CARE Page 18


Pemeriksaan penunjang post partum menurut Manjoer arif dkk, 2001
7. Hemoglobin, hematokrit, leukosit, ureum
8. Ultra sosografi untuk melihat sisa plasenta.
J. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Medis
a. Observasi ketat 2 jam post partum (adanya komplikasi perdarahan)
b. 6-8 jam pasca persalinan : istirahat dan tidur tenang, usahakan miring
kanan kiri
c. Hari ke- 1-2 : memberikan KIE kebersihan diri, cara menyusui yang
benar dan perawatan payudara, perubahan-perubahan yang terjadi pada
masa nifas, pemberian informasi tentang senam nifas.
d. Hari ke-2 : mulai latihan duduk
e. Hari ke-3 : diperkenankan latihan berdiri dan berjalan

II. KONSEP KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1. Identitas Pasien
2. Keluhan Utama
Sakit perut, perdarahan, nyeri pada luka jahitan, takut bergerak
3. Riwayat Kehamilan
Umur kehamilan serta riwayat penyakit menyetai
4. Riwayat Persalinan
a. Tempat persalinan
b. Normal atau terdapat komplikasi
c. Keadaan bayi

LP POST NATAL CARE Page 19


d. Keadaan ibu
5. Riwayat Nifas Yang Lalu
a. Pengeluaran ASI lancar / tidak
b. BB bayi
c. Riwayat ber KB / tidak
6. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum pasien
b. Abdomen   
c. Saluran cerna
d. Alat kemih
e.    Lochea
f. Vagina
g.   Perinium dan rectum
h. Ekstremitas
i. Kemampuan perawatan diri
j. Pemeriksaan psikososial
a. Respon dan persepsi keluarga
b. Status psikologis ayah, respon keluarga terhadap bayi

2. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b/d agens pencedera fisik terpotong/terputusnya kontuinitas
jaringan )
2. Gangguan pola tidur b/d kecemasan.
3. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif

LP POST NATAL CARE Page 20


RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Standar Diagnosis Keperawatan Standar Luaran Keperawatan Indonesia Standar Intervensi Keperawatan
No
Indonesia (SDKI) (SLKI) Indonesia (SDKI)
1. Diagnosa : Nyeri akut b/d agens Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Nyeri I. 08238
pencedera fisik selama...., masalah nyeri teratasi, dengan Observasi :
terpotong/terputusnya kontuinitas kriteria hasil: 1) Identifikasi lokasi, karateristik,
jaringan ) 1. Melaporkan nyeri durasi, frekuensi, kualitas,
Definisi : terkontrol intensitas nyeri
Pengalaman sensorik atau 2. Kmempuan 2) Identifikasi skala nyeri
emosionalyang berkaitan dengan mengenali onset nyeri meningkat 3) Identifikasi respon nyeri non verbal
kerusakan jaringan aktual atau 3. Kemampuan 4) Identifikasi faktor yang
fungsional, dengan onset medadak menggunakan teknik memperberat dan memperingan
atau lambat dan berintensitas ringan nonfarmakologis meningkat nyeri
hingga berat yang berlansung kurang 4. Dukungan orang 5) Identifikasi pengetahuan dan
dari 3 bulan. terdekat meningkat keyakinan tentang nyeri
Penyebab : 5. Keluhan nyeri 6) Identifikasi pengaruh budaya
1. Agen pencedera menurun. terhadap respon nyeri
fisiologis (mis, inflamasi, 6. Pennggunaan 7) Identifikasi pengaruh nyeri pada
iskemia dan neoplasma) analgesik menurun. kualitas hidup
2. Agen pencedera 8) Monitor keberhasilan terapi
kimiawi (mis, terbakar, bahan komplementer yamng sudah
kimia iritan) diberikan
3. Agen pencedera fisik 9) Monitor efek samping penggunaan
( mis, amputasi, terbakar, analgetik
terpotong, mengangkat berat, Terapeutik :
prosudur operasi, trauma, latihan 1) Berikan tehnik nonfarmakologis
fisik berlebihan) untuk mengurangi nyeri misalnya

LP POST NATAL CARE Page 21


Gejala dan tanda mayor : TENS, hipnosis,akupresur, terapi
Subjektif : musik, biofeedback, terapi pijat,
1. Mengeluh nyeri aromaterapi, tehnik imajinasi
Objektif terbimbing, kompres hangat/dingin,
1. Tampak meringis terapi bermain
2. Bersikap protektif 2) Kontrol lingkungan yang
3. Gelisah memperberat rasa nyeri misalnya
4. Frekuensi nadi meningkat suhu ruangan, pencahayaan,
5. Sulit tidur kebisingan
Gejala dan tanda minor ; 3) Fasilitasi istirahat dan tidur
Subjektif : - 4) Pertimbangkan jenis dan sumber
Objektif ; nyeri dalam pemilihan strategi
1. Tekanan darah meredakan nyeri
meningkat Edukasi :
2. Pola napas berubah 1) Jelaskan penyebab, periode, dan
3. Nafsu makan berubah pemicu nyeri
4. Proses berfikir 2) Jelaskan strategi meredakan nyeri
terganggu 3) Anjurkan memonitor nyeri secara
5. Menarik diri mandiri
6. Berfokus pada diri 4) Ajarkan menggunakan analgetik
sendri secara tepat
7. Diaforesi 5) Ajarkan tehnik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi :
1) Kolaborasi pemberian analgetik jika
perlu
2. Gangguan pola tidur berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Identifikasi pola aktivitas dan tidur
dengan kecemasan selam …., pola tidur membaik dengan 2. Identifikasi factor pengganggu

LP POST NATAL CARE Page 22


criteria hasil : tidur
Defenisi : gangguan kualitas dan 1. Keluhan sulit tidur menurun 3. Identifikasi factor makanan dan
kuantutas waktu tidur akibat factor 2. Keluhan sering terjaga menurun minuman yang menggnggu tidur
eksternal. 3. Keluhan tidak puas tidur menurun 4. Identifikasi obat tidur yang
4. Keluhan pola tidur berubah dikomsumsi
Penyebab : menurun 5. Modifikasi lingkungan
1. Hambatan lingkungan 5. Keluhan istrahat tidak cukup 6. Batasi waktu tidur siang
2. Kurangnya kontrol tidur menurun. 7. Fasilitasi menghilangkan stress
3. Kurangnya privasi 6. Kemampuan beraktifitas sebelum tidur
4. Restraint fisik meningkat. 8. Tetapkan jadwal tidur rutin
5. Ketiadaan teman tidur 9. Lakukan prosedur untuk
6. Tidak familiar dengan peningkatan kenyamanan
peralatan tempat tidur 10. Sesuaikan jadwal pemberian obat
Gejala dan tanda mayor : atau tindakan untuk menunjang
Subjektif : siklus tidur terjaga
1. Mengeluh sulit tidur 11. Jelasakan pentingnya tidur cukup
2. Mengeluh sering terjaga selama sakit
3. Mengeluh tidak puas tidur 12. Anjurkan menepati kebiasaan
4. Mengeluh pola tidur waktu tidur
berubah 13. Anjurkan menghindari makanan
5. Mengeluh istrahat tidak dan minuman yang tidur
cukup 14. Anjurkan penggunaan obat tidur
Objektif :- yang tidak mengandung dupresor
Gejala dan tanda minor terhadap tidur REM.
Subjektif : 15. Ajarkan teknik relaksasi otot
a. Mengeluh kemampuan autogenic atau non farmakologi
beraktivitas meurun lainnya.
Objektif :-
Kondisi klinis terkait :

LP POST NATAL CARE Page 23


. 1. Nyeri/kolik
1. Hipertiroidisme
2. Kecemasan
3. Penyakit paru obstruktif kronik
4. Kehamilan
5. Kondisi pasca partum
6. Kondisi pasca operasi
3. Resiko infeksi Setelah dilakukan tindakan keperawatan Observasi
Defenisi selama ..... jam, resiko infeksi menurun. 1. Monitor tanda dan gejala infeksi
Beresiko mengealami peningkatan Dengan kriteria hasil : lokal dan sistemik
terserang organisme patogenik. 1. Kebesihan tangan meningkat Teraputik
Faktor resiko : 2. Kebersihan badan meningkat 2. Batasi jumlah pengunjung.
1. Penyakit kronis 3. Nafsu makan meningkat 3. Berikan perawatan kulit pada area
2. Efek prosedur invasif 4. Demam menurun edema
3. Malnutrisi 5. Kemerahan menurun 4. Cuci tangan sebelum dan sesudah
4. Peningkatan paparan 6. Nyeri menurun kontak dengan pasien dan
organisme patogen 7. Bengkak menurun lingkungan pasien
lingkungan 8. Vesikel menurun 5. Pertahankan aseptik pada pasien
5. Ketdiakadekuatan 9. Cairan berbau busuk menurun beresiko tinggi
pertahanan tubuh primer 10. Sputum berwarna hijau menurun Edukasi
a. Gangguan peristaltik 11. Drainase purulen menurun 6. Ajarkan tanda dan gejala infeksi
b. Kerusakan integritas kulit 12. Periode menggigil menurun 7. Ajarkan cara mencuci tangan yang
c. Merokok 13. Kadar sel darah putih membaik benar
6. Ketidakadekuatan 14. Kultur darah membaik 8. Ajarkan etika batuk
pertahanan tubuh sekunder 15. Kultur urine membaik 9. Ajarkan cara memerksa kondisi
7. Penurunan hemoglobin 16. Kultur sputum membaik luka atau luka operasi
8. Vaksinasi tidak adekuat 17. Kultur area luka membaik. 10. Anjurkan meningkatkan asupan
Kondisi klinis terkait ; 18. Kultur feses membaik nutrisi

LP POST NATAL CARE Page 24


1. AIDS 11. Anjurkan meningkatka asupan
2. Luka bakar cairan.
3. Penyakut paru obstruksi Kolaborasi
kronis 12. Kolaborasi pemberian imunisasi,
4. Diabetes melitus jika perlu
5. Tindakan invasif
6. Kondisi penggunaan terapi
stroid
7. Kanker
8. Gagal ginjal
9. Gangguan fungsi hati.

LP POST NATAL CARE Page 25


DAFTAR PUSTAKA

Doenges, M.E. 2004. Rencana Asuhan Keperawatan Maternal Edisi 3. Jakarta :


Mansjoer, Arief. 2007. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi III Jilid I. Jakarta : Media
Sarwono, Prawiroharjo,. 2005. Ilmu Kandungan, Cetakan ke-4. Jakarta : PT Gramedi
Istyandari, 2003. Asuhan Keperawatan pada Pre dan Post Op Secsio Cesarea. Diakses pada www.ilmukeperawatan.com tanggal 20
februari 2014

LP POST NATAL CARE Page 26


Pathway

Post partum normal

Luka Perubahan fisiologi Perubahan psikologi


episiotomi

Taking in Taking hold Taking go


Proses involusi Vagina dan perenium

Butuh perawatan Belajarr mengenai Perubahan


Peningkatan kadar Rupture jaringan dan pelayanan perawatan dini dan menjadi orang tua
bayi
ocytosin

Personal hygiene Khawatir tidak bisa Bayi rewel


Peningkatan kurang baiak merawat bayinya
kontraksi uterus
Susah tidur
Genetalia kotor
nyeri
Gangguan pola
Resiko infeksi tidur
Nyeri
LP POST akutCARE
NATAL Page 27

Anda mungkin juga menyukai