Disusun Oleh :
KIKIPITRIYANI
433131440119034
Pre- eklampsia adalah sekumpulan gejala yang timbul pada wanita hamil, bersalin dan
nifas yang terdiri dari hipertensi sebelumnya, sedangkan gejalanya biasanya muncul
setelah kehamilan berumur 28 minggu atau lebih (Rustam Muchtar, 1998). Pre-
eklampsia adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, edema, dan protein uria yang
timbul karena kehamilan. (Ilmu kebidanan, 2005). Pre-eklampsia adalah penyakit dengan
tanda- tanda hipertensi, edema, dan protein uria yang timbul akibat kehamilan. Penyakit
ini umumnya terjadi pada triwulan ke -3 kehamilan, tetapi dapat terjadi sebelumnya
misalnya pada mula hidafidosa (Sarwono Prawiroharjo : 2006 : 282). Pre-eklampsia
berat merupakan kesatuan penyakit yang disebabkan oleh kehamilan walaupun belum
jelas bagaimana terjadi di Indonesia preeclampsia, eklampsia, disamping perdarahan dan
infeksi masih merupakan sebab utama kematian ibu dan sebab kematian perinatal yang
tinggi (Prof. Dr. Sarwono Prawiroharjo, Ds06). Pre-eklampsia berat adalah suatu
komplikasi kehamilan yang ditandai dengan timbulnya hipertensi 160/110 mmHg, atau
lebih disertai proteinuria dan atau diserati edema pada kehamilan 20 minggu atau lebih
(Asuhan Patologi Kebidanan : 2009)
B. Penyebab
Penyebab preeklampsia hingga kini masih belum diketahui secara pasti. “Meskipun
demikian, penyebab preeklampsia setelah melahirkan adalah pada pasien dengan
preeklampsia ini mengalami gangguan pertumbuhan serta perkembangan plasenta yang
menyebabkan kerusakan endotel pembuluh darah pada ibu sehingga menyebabkan
timbulnya gejala-gejala hipertensi dan lain sebagainya.” Ujar Dokter Dian. Adapun
faktor risiko terjadi preeklampsia diantaranya:
Memiliki riwayat atau masalah kesehatan seperti diabetes, penyakit ginjal, tekanan
darah tinggi, penyakit autoimun (lupus), atau sindroma antifosfolipid
Memiliki riwayat preeklampsia pada kehamilan sebelumnya
Hamil pada usia diatas 35 tahun atau kurang dari 18 tahun
Hamil pertama kali
Obesitas
Kehamilan kembar
Jarak kehamilan sangat jauh (10 tahun atau lebih) dari kehamilan sebelumnya
Selain itu juga faktor genetik, diet makanan atau nutrisi, serta gangguan pembuluh
darah
C. Patofisiologi
Pada preekamsia terdapat penurunan plasma dalam sirkulasi dan terjadi peningkatan
heatokrit. Perubahan ini menyebabkan penurunan perfusi ke organ, termasuk ke uteri
plasental fatal unit. Vasopasme merupakan dasar dari timbulnya proses preeklamsia.
Kontriksi vaskuler menyebabkan resistensi aliran darah dan timbulnya hipertensi arterial.
Vasopasme dapat diakibatkan karena adanya peningkatan sentitifitas dari sirculating
pressors. Preeklamsia yang berat dapat mengakibatkan kerusakan organ tubuh yang lain.
Gangguan perfusi plasenta dapat sebagai pemicu timbulnya gangguan pertumbuhan
plasenta sehingga dapat berakibat terjadinya intra uterin growth retardation
Faktor Penyebab
Preeklamsia
Terminasi kehamilan
Pervagina
Dx : resiko syok
Edem Nyeri
Dx : kelebihan volume
cairan Dx : nyeri a kut
E. Gambaran klinik
Pre-ekslampsia berat, bila satu atau lebih tanda atau gejala dibawah ini ditemukan :
a. Tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg
b. Tekanan darah diastolik ≥ 110 mmHg
c. Peningkatan kadar enzim hati atau ikterus
d. Trombosit < 100.000/mm3
e. Oliguria < 400 ml / 24 jam
f. Protein uria > 30 / liter
g. Nyeri epigastrium
h. Perdarahan retina
i. Edema pulmonum
j. Gangguan cerebral dan virus
k. Pandangan mata kabur
l. Bengkak pada muka dan tangan
F. Penatalaksanaan medis
1. Pemberian cairan
Karena 24 jam pertama penderita puasa pasca operasi, maka pemberian cairan
perintavena harus cukup banyak dan mengandung elektrolit agar tidak terjadi
hipotermi, dehidrasi atau komplikasi pada organ tubuh lainnya. Cairan yang biasa
diberikan biasanya DS 10%, garam fisiologi dan RL secara bergantian dan jumlah
tetesan bergantung kebutuhan. Bila kadar Hb rendah berikan transfusi darah sesuai
kebutuhan.
2. Diet
Pemberian cairan perinfus biasanya diberikan setelah penderita flatus lalu dimulailah
pemberian minuman dan makanan peroral. Pemberian minuman dengan jumlah yang
sedikit sudah boleh dilakukan pada 6-10 jam pasca operasi, berupa air puti dan air
teh
3. Mobilisasi
Mobilisasi dilakukan secara bertahap melalui : miring kanan dan kiri dapat
dilakukan 6-10 jam setelah operasi; latihan pernafasan dapat dilakukan penderita
sambil tidur telentang sedini mungkin setelah sadar; hari kedua post operasi,
penderita dapat didudukan selama 5 menit dan diminta untuk bernafas dalam lalu
menghembuskannya; kemudian posisi tifur telentang dapat diubah menjadi posisi
setengah duduk (semi fowler); selanjutnya selama berturut-turut, hari demi hari
pasien dianjurkan belajar duduk selama sehari, belajar berjalan dan kemudian
berjalan sendiri pada hari ke 3 sampai hari ke 5 pasca operasi
4. Katerisasi
Kandung kemih yang penuh menimbulkan nyeri dan tidak enak pada penderita,
menghalangi involusi uterus dan menyebabkan perdarahan. Kateter biasanya
terpasang 24-48 jam/lebih lama lagi tergantung jenis operasi dan keadaan penderita.
5. Pemberian obat-obatan
Pada pasien pre-eklamsia berat harus segera diberi obat sedatif kuat untuk encegah
timbulnya kejang. Apabila sudah 12-24 jam bahaya akut sudah diatasi, tindakan
terbaik adalah menghentikan kehamilan. Sebagai pengobatan mencegah timbulnya
kejang, dapat diberikan larutan mgnesium sulfat (MgSO4) 20% dengan dosis 4 gram
secara intravena loading dose dalam 4-5 menit. Kemudian dilanjutkan dengan
MgSO4 40% sebanyak 12 gram dalam 500 cc ringer laktat (RL) atau sekitar 14 tetes
permenit. Tambahan magnesium sulfat hanya dapat diberikan jika diuresis pasien
baik, refleks patella positif dan frekuensi pernafasan lebih dari 16 kali/menit. Obat
ini memiliki efek menenangkan, menurunkan tekanan darah dan meningkatkan
diuresis. Selain magnesium sulfat, pasien pre eklamsia dapat juga diberikan
klorpromazin dengan dosis 50 mg secara intramuskular ataupun diazepam 20 mg
secara intramuscular (Wiknjosastro, 2006).
G. Komplikasi
Apabila kondisi ini tidak segera diatasi maka dapat menyebabkan komplikasi serius,
bahkan dapat mengancam jiwa. Beberapa diantaranya adalah :
Stroke
Kelebihan cairan diparu-paru
Pembuluh darah tersumbat karena gumpalan darah
Eklammpsia post partum yang dapat memengaruhi fungsi otak dan menyebabkan
kejang hingga menyebabkan kerusakan permanen pada mata, ginjal, dan otak
Sindrom HELLP (Hemolysis Elevated Liver Enzymes and Low Platelet Count)
atau hemolisis (penghancuran sel darah merah). Peningkatan enzim hati dan
jumlah trombosit yang rendah
III. Perencanaan
1) Kelebihan volume cairan b.d gangguan mekanisme regulasi
Intervensi :
a. Timbang berat badan setiap hari
b. Monitor TTV
c. Monitor edema perifer
d. Monitor intake dan output
e. Berikan infus IV (Ringer laktat)
f. Tinggikan posisi kepala
g. Batasi asupan natrium
h. Kolaborasi dalam pemberian obat
Rasional :