Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

DENGAN KASUS POST PARTUM SPONTAN


DENGAN PEB ( PRE-EKLAMPSIA BERAT)
DIRUANG MELATI
Rumah Sakit Umum Daerah Gunung Jati Kota Cirebonm

Disusun Oleh :
NAMA : FARIZKA DWI MAHARDIKA
NIM : CKR0180004

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN
2020
A. Konsep Penyakit
I. Definisi Penyakit
Pre-eklamsia adalah suatu kondisi yang spesifik pada kehamilan,
terjadi setelah minggu ke 20 gestasi, ditandai dengan hipertensi dan protein
uria dan dapat juga diserta dengan udema. Hipertensi di sini adalah tekanan
darah 140/90 mmHg atau lebih, atau sutu kenaikan tekanan sistolik sebesar
30mmHg atau lebih (jika diketahui tingkat yang biasa), atau kenaikan tekanan
darah diastolic sebesar 15 mmHg atau lebih (jika diketahui tingkat yang
biasa). Protein uria dalam preeklamsia adalah konsentrasi protein sebesar 0,3
g/l atau lebih pada sedikitnya 2 spesimen urin yang di ambil secara acak dan
pada selang waktu 6 jam atau lebih. Edema biasa terjadi pada kehamilan
normal, sehingga edema bukanlah tanda preeklampsia yang dapat dipercaya
kecuali jika edema juga mulai terjadi pada tangan dan wajah, serta Kenaikan
berat badan yangmendadk sebanyak 1 kg atau kebih dalam seminggu (atau 3
kg dalam sebulan) adalah indikasi pre-eklampsia (kenaikan berat badan
normal sekitar 0,5 kg per minggu). (Anonim, 2007).
Sedangkan PEB (Pre-eklampsia berat) adalah pre-eklampsia yang
berlabihan yang terjadi secara mendadak. Wanita dapat dengan cepat
mengalami eklampsia. Hal ini merupakan kedaruratan obstertik dan
penatalaksanaannya harus segera dimulai.
Pre-eklamsi berat (Musalli, 2007) terjadi apabila :
a. Tekanan darah 160/110 atau lebih.diukur 2x dengan antara sekurang-
kurangnya 6 jam dan pasien istirahat.
b. Proteinuria 5 gr atau lebih/24 jam.
c. Olyguri 400 cc atau lebih/ 24 jam.
d. Gangguan cerebral /penglihatan
e. Oedema paru / cyanosis
f. Sakit kepala hebat
g. Mengantuk
h. Konfensi mental
i. Gangguan penglihatan (seperti pandangan kabur, kilatan cahaya)
j. Nyeri epigastrium
k. Mual dan muntah
Seksio Caesaria adalah persalinan buatan dimana janin dilahirkan
melalui suatu insisi pada dinding perut & dinding rahim dng syarat dinidng
rahim dalam keadaan utuh serta berat janin diatas 500 gram. Indikasi sectio
caesaria adalah sectio caesarea antara lain : Ibu / janin : Distosia
(ketidakseimbangan sepalopelvik, kegagalan induksi persalinan, kerja rahim
yang abnormal). Ibu : Penyakit pada ibu (Eklapmsia, DM, Penyakit jantung,
Ca servik), pembedahan sebelumnya, sumbatan pada jalan lahir. Janin :
Gangguan pada janin, Prolaps tali, Mal presentasi. Plasenta : Plasenta
previa,Abrupsion plasenta ( Mochtar, 1998).
II. Etiologi
Sampai saat ini terjadinya preeklampsia belum diketahui penyebabnya,
tetapi ada yang menyatakan bahwa preeklampsia dapat terjadi pada kelompok
tertentu diantaranya yaitu ibu yang mempunyai faktor penyabab dari dalam
diri seperti umur karena bertambahnya usia juga lebih rentan untuk terjadinya
peningkatan hipertensi kronis dan menghadapi risiko lebih besar untuk
menderita hipertensi karena kehamilan, riwayat melahirkan, keturunan,
riwayat kehamilan, riwayat preeklampsia (Sitomorang dkk,2016).
Penyebab pasti preeklampsia masih belum diketahui secara pasti.
Menurut Angsar (2009) beberapa faktor risiko terjadinya preeklampsia
meliputi riwayat keluarga pernah preeklampsia/eklampsia, riwayat
preeklampsia sebelumnya, umur ibu yang ekstrim (35 tahun), riwayat
preeklampsia dalam keluarga, kehamilan kembar, hipertensi kronik.
Etiologi penyakit ini belum diketahui dengan pasti. Carpenito
(1997:1042) menerangkan bahwa, faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya
preeklamsia sebagai berikut :
1. Usia ibu hamil kurang dari 21 tahun.

2. Usia ibu hamil lebih dari 35 tahun.

3. Mempunyai riwayat penyakit pembuluh ginjal.

4. Diabetes melitus.

5. Penyakit pembuluh darah.

6. Kehamilan kembar.

7. Mola hidatidosa.
8. Penyakit hipertensi kronik.

9. Riwayat keluarga dengan hiperetensi sebagai pengaruh kehamilan.

III. Manifestasi Klinis


            Preeklamsi merupakan kumpulan dari gejala-gejala kehamilan yang di
tandai dengan hipertensi dan odem (Kusnarman, 2014) . Gambaran klinik
preeklampsia mulai dengan kenaikan berat badan diikuti edema kaki atau
tangan, kenaikan tekanan darah, dan terakhir terjadi proteinuria
(Saraswati,2016 ).
Tanda gelaja yang biasa di temukan pada preeklamsi biasanya yaitu
sakit kepala hebat. Sakit di ulu hati karena regangan selaput hati oleh
perdarahan atau edema atau sakit karena perubahan pada lambung dan
gangguan penglihatan, seperti penglihatan menjadi kabur bahkan kadang-
kadang pasien buta. Gangguan ini disebabkan penyempitan pembuluh darah
dan edema (Wibowo, dkk 2015).
IV. Patofisiologi
Pada beberapa wanita hamil, terjadi peningkatan sensitifitas vaskuler
terhadap angiotensin II. Peningkatan ini menyebabkan hipertensi dan
kerusakan vaskuler, akibatnya akan terjadi vasospasme. Vasospasme
menurunkan diameter pembuluh darah ke semua organ, fungsi fungsi organ
seperti plasenta, ginjal, hati dan otak menurun sampai 40-60 %. Gangguan
plasenta menimbulkan degenerasi pada plasenta dan kemungkinan terjadi
IUGR dan IUFD pada fetus. Aktivitas uterus dan sensitivitas terhadap
oksitosin meningkat.
Penurunan perfusi ginjal menurunkan GFR dan menimbulkan
perubahan glomerolus, protein keluar melalui urin, asam urat menurun, garam
dan air di tahan, tekanan osmotik plasma menurun, cairan keluar dari
intravaskuler, menyebabkan hemokonsentrasi. Peningkatan viskositas darah
dan edema jaringan berat dan peningkatan hematokrit. Pada preeklamsia berat
terjadi penurunan volume darah, edema berat dan berat badan naik dengan
cepat.
Penurunan perfusi hati menimbulkan gangguan fungsi hati, edema
hepar dan hemoragik sub-kapsular menyebabkan ibu hamil mengalami nyeri
epigastrium atau nyeri pada kuadran atas. Ruptur hepar jarang terjadi tetapi
merupakan komplikasi yang hebat dari PIH, enzim enzim hati seperti SGOT
dan SGPT meningkat. Vasospasme arteriola dan penurunan aliran darah ke
retina menimbulkan symptom visual seperti skotoma (blind spot) dan
pandangan kabur.
Patologi yang sama menimbulkan edema cerebral dan hemoragik serta
peningkatan iritabilitas susunan saraf pusat (sakit kepala, hiperfleksia, klonus
pergelangan kaki dan kejang serta perubahan efek). Pulmonari edema
dihubungkan dengan edema umum yang berat, komplikasi ini biasanya
disebabkan oleh dekompensasi kordis kiri.
V. Penatalaksanaan
Pada pasien pre-eklampsia berat segera harus diberi obat sedatif kuat
untuk mencegah timbulnya kejang. Apabila sesudah 12-24 jam bahaya akut
sudah diatasi, tindakan terbaik adalah menghentikan kehamilan. Sebagai
pengobatan mencegah timbulnya kejang, dapat diberikan larutan magnesium
sulfat (MgSO4) 20% dengan dosis 4 gram secara intravena loading dose
dalam 4-5 menit. Kemudian dilanjutkan dengan MgSO4 40% sebanyak 12
gram dalam 500 cc ringer laktat (RL) atau sekitar 14 tetes/menit. Tambahan
magnesium sulfat hanya dapat diberikan jika diuresis pasien baik, refleks
patella positif dan frekuensi pernafasan lebih dari 16 kali/menit. Obat ini
memiliki efek menenangkan, menurunkan tekanan darah dan mengingatkan
diuresis. Selain magnesium sulfat, pasien dengan pre-eklampsia dapat juga
diberikan klorpromazim dengan dosis 50 mg secara intramuskular ataupun
diazepam 20 mg secara intramuskular.
VI. Komplikasi
Kejang (eklampsia) Eklampsia adalah keadaan ditemukannya serangan
kejang tibatiba yang dapat disusul dengan koma pada wanita hamil, persalinan
atau masa nifas yang sebelumnya menunjukan gejala preeklampsia
(Prawirohardjo, 2010).
Preeklampsia pada awalnya ringan sepanjang kehamilan, namun pada
akhir kehamilan berisiko terjadinya kejang yang dikenal eklampsia. Jika
eklampsia tidak ditangani secara cepat dan tepat, terjadilah kegagalan jantung,
kegagalan ginjal dan perdarahan otak yang berakhir dengan kematian
(Natiqotul, 2016).
B. Pengkajian
1.1 Wawancara
Anamnesa :
1.) Identitas klien
2.) Keluhan utama
3.) Riwayat kesehatan Saat Ini
4.) Riwayat kesehatan masa lalu
5.) Riwayat kesehatan keluarga
6.) Riwayat obstetri ginekologi
7.) Riwayat psikososial
8.) Dukungan Keluarga
9.) Pola aktivitas

1.2 Pemeriksaan fisik


1) Keadaan umum
2) Kesadaran
3) Tanda – tanda vital :
- Tekanan Darah : 120/70 mmhg
- Denyut Nadi : 80x/menit
- Frekuensi Nafas : 21x/menit
- Suhu : 37,5ºC
4) Pemeriksaan Head to toe
a. Kepala dan leher
1. Mata, perlu diperiksa dibagian skelra,konjungtiva.
2. Hidung, ada atau tidaknya kotoran
3. Mulut :gigi karies atau tidak, mukosa mulut kering dan warna mukosa
gigi.

b. Leher
Berupa pemeriksaan KGB, dan Tiroid
c. Dada
1. Paru – paru
2. Jantung
3. Payudara
 Inspeksi : bentuk dada simetris atau tidak, ada kelainan atau tidak
 Palpasi : ada atau tidaknya nyeri tekan
 Perkusi
 Auskultasi : ada atau tidaknya bunyi tambahan seperti ronhi,
whezzing, dll. Kaji suara nafas dan irama jantung
d. Abdomen
1. Lambung
2. Usus
3. Hati
4. Ginjal
5. Limpa
 Inspeksi : Ada atau tidak bekas operasi, striaedanlinea.
 Palpasi : ada atau tidaknya nyeri tekan
 Perkusi :
 Auskultasi bising usus apakah normal atau tidak
e. Anogential
f. Ekstremitas
Ekstrimitas Atas dan Bawah : Adanya Edema, Varises atau tidak
g. Kulit

1.3 Pemeriksaan Diagnostik


 Tes presor supine (tes rollever) : dapat digunakan untuk memeriksa klien-klien

berisiko terhadap HKK, antara gestasi minggu ke 28-32, meskipun keakuratan

diragukan; peningkatan 20-30 mmHg pada tekanan sistolik atau 15-20mmHg pada

tekanan diastol menandakan tes positif.

 Tekanan arteri rerata (MAP) : 90 mmHg pada trimester ke 2 mmenandakan HKK.

 Hematokrit (Ht) : Meningkat pada perpindahan cairan, atau penurunan pada

sindrom HELLP (hemolisis, peningkatana enzim hepar, hitung trombosit rendah).

 Hemoglobin (Hb) : Rendah bila terjadi hemolisis (sindrom HELLP).


 Smear perifer : Distensi sel – sel darah atau skistosit pada sindrom HELLP atau

hemolisis intravaskuler.

 Hitung trombosit serum : Kurang dari 100.000/mm 3 pada koagulasi intravaskuler

diseminata (KID) atau pada sindrom HELLP, seperti perekatan trombosit pada

kolagen yang dilepaskan dari pembuluh darah yang rusak.

 Kadar kreatinin serum : Meningkat

 AST (SGOT), laktat dehidrogenase (LDH), dan kadar bilirubin serum (terutama yang

tidak langsung) : Meningkat pada sindrom HELLP dengan masalah hepar.

 Kadar asam urat : Setinggi 7 mg/100mL, bila masalah ginjal berat.

 Masa protrombin (PT), masa tromboplastin parsial (PTT), masa pembekuan :

Memanjang, penurunan fibrinogen, produk spilt fibrin (FSP) dan produk degradasi

fibrin (FDP) positif bila terjadi koagulopati.

 Berat jenis urin : Meningkat menunjukkan perpindahan cairan/dehidrasi vaskuler

 Proteinuria : Dengan menggunakan dipstik pengukuran 1+ ke 2+ (sedang), 3+ ke 4+

(berat), atau lebih dari 5 gr/ l dalam 24 jam.

 Kadar estriol urin/plasma : Menurun menandakan penurunan fungsi plasenta.

(Estriol tidak bermanfaat sebagai prediktor dari profil biofisik [BPP] karena

kesenjangan waktu antara masalah janin dan hasil tes).

 Kadar laktogen plasenta manusia : Kurang dari 4 mEq/ml menunjukkan fungsi

plasenta abnormal (tidak sering dilakukan pada skrining HKK).

 Ultrasonografi : Pada gestasi minggu ke 20 sampai ke 26 dan diulang 6–10 minggu

kemudian, menentukan usia gestasi dan mendeteksi retardasi pertumbuhan

intrauterus (IUGR).

 Tes cairan amniotik (rasio lesitin terhadap sfingomielin [L/S], fosfatidilgliserol [pg],

kadar fosfatidilklolin tersaturasi) : menggambarkan maturitas paru janin.


 BPP (biophysical profile), termasuk volume cairan amniotik, ”fetal tone”, pergerakan

pernapasan janin (FBM), pergerakan janin dan denyut jantung janin reaktif/tes

nonstres : menentukan kesejahteraan/risiko janin.

 Tes stres kontraksi (CST) : Mengkaji respon janin terhadap stres kontraksi uterus.

C. Diagnosa Keperawatan yang Muncul


1. Nyeri kepala b.d peningkatan tekanan darah ditandai dengan pasien
mengatakan lemas dan pusing.
2. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan protein plasma, penurunan tekanan
osmotik koloid plasma menyertai perpindahan cairan dari kompartemen
vaskuler.
3. Ansietas b.d dengan krisis situasi; transmisi/pengaruh buruk interpersonal.
D. Rencana Asuhan Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Tujuan (NOC) Intervensi (NIC)
1. Nyeri kepala b.d Rasa nyeri berkurang - Kaji keluhan nyeri,
peningkatan tekanan darah setelah dilakukan tindakan intensitas, lokasi,
ditandai dengan pasien keperawatan 1x24 jam, lamanya
mengatakan pusing dengan kriteria hasil : - Pertahankan tirah
- Pasien mengatakan nyeri baring
kepala berkurang - Kolaborasi
- Ekspresi wajah rileks pemberian analgetik
- Observasi TTV
2. Kekurangan volume cairan Setelah dilakukan tindakan - Anjurkan klien untuk
b.d kehilangan protein keperawatan selama 1x24 memantau berat

plasma, penurunan tekanan jam diharapkan volume badan.

osmotik koloid plasma cairan dapat terpenuhi. - Perhatikan

menyertai perpindahan Dengan kriteria hasil : perubahan pada

cairan dari kompartemen - Mengungkapkan kadar Ht/Hb

vaskuler. pemahaman tentang - Kaji ulang masukan

kebutuhan akan diet dari protein dan

pemantauan yang ketat kalori. Berikan

dari berat badan, tekanan informasi sesuai

darah, protein urine, dan kebutuhan.

edema.
- Berpartisipasi dalam
regimen teraupetik dan
pemantauan sesuai
indikasi.
- Menunjukkan hematokrit
dalam batas normal dan
edema fisiologis tanpa
adanya tanda piting.
3. Ansietas b.d dengan krisis Setelah dilakukan tindakan - Kaji sumber dan
situasi; transmisi/pengaruh keperawatan selama 1x24 tingkat ansietas
buruk interpersonal. jam ansietas klien teratasi, klien
dengan kriteria hasil : - Anjurkan
- Pasien mau pengungkapan
mengungkapkan perasaan, berikan
perasaannya secara dukungan emosi
terbuka. yang cepat

E. Daftar Pustaka
 Anik & Yulianingsih 2009, Asuhan kegawatdaruratan dalam Kebidanan, Trans
Info Media, Jakarta.
 Doengoes, Marilynn E 2001, Rencana Perawatan Maternal/Bayi : Pedoman untuk
Perencanaan dan Dokumentasi Perawatan Klien, edk 2, EGC, Jakarta.
 Saifuddin, Abdul B 2002, Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiharjo, Jakarta.
 Mochtar, Rustam 1998, Sinopsi Obstetri, EGC, Jakarta.
 http://one.indoskripsi.com/node/9081,dilihat pada 16 April 2010
 Prawirohardjo, Sarwono 2009, Ilmu Kebidanan Cetakan ke 2, edk 4, Bina Pustaka,
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai