EKLAMSIA
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
sebab utama kematian ibu, dan sebab kematian perinatal yang tinggi. Oleh karena itu
dan anak.
atau keduanya, setelah 20 minggu masa kehamilan. Kenaikan tekanan darah yang
komplikasi hipertensi yang paling serius dan merupakan ancaman bagi fetus dan ibu
jika hal ini tetap tidak terdeteksi atau jika terdapat peningkatan eklampsia. Potensi
bagi efek yang mematikan pada ibu dan fetus memerlukan diagnosa yang lebih teliti,
seperti pecahnya plasenta, DIC, perdarahan otak, kerusakan fungsi hati, dan
kerusakan ginjal yang kronis. Kematian ibu secara dominan disebabkan oleh
2. Tujuan
a. Tujuan Umum
1
Tujuan umum dari penulisan laporan kasus ini adalah untuk mengaplikasikan
b. Tujuan Khusus
eklampsia berat.
berat.
eklampsia berat.
B. TINJAUAN TEORI
1. Pengertian
bersalin dan nifas yang terdiri dari hipertensi, edema dan proteinuria tetapi tidak
2
sedangkan gejalanya biasanya muncul setelah kehamilan berumur 28 minggu atau
selama kehamilan dengan usia lebih dari 20 minggu (Helen Varney, 2007).
proteinuria yang timbul pada wanita hamil dengan usia kehamilan lebih dari 20
2. Etiologi
sebagai berikut :
4. Diabetes melitus.
6. Kehamilan kembar.
7. Mola hidatidosa.
3. Faktor predisposisi
Penyebab pre eklamsia belum diketahui secara pasti, penyakit ini masih disebut
3
pre eklamsia. Menurut Wiknjosastro (2008) fraktor predisposisi/risiko tersebut
antara lain:
4) Status sosial ekonomi: pre eklamsia dan eklamsia lebih umum ditemui pada
fetalis.
antibody.
4. Patofisiologi
pembuluh darah ke semua organ, fungsi fungsi organ seperti plasenta, ginjal, hati
pada plasenta dan kemungkinan terjadi IUGR dan IUFD pada fetus. Aktivitas
glomerolus, protein keluar melalui urin, asam urat menurun, garam dan air di
4
menyebabkan hemokonsentrasi. Peningkatan viskositas darah dan edema jaringan
volume darah, edema berat dan berat badan naik dengan cepat.
epigastrium atau nyeri pada kuadran atas. Ruptur hepar jarang terjadi tetapi
merupakan komplikasi yang hebat dari PIH, enzim enzim hati seperti SGOT dan
menimbulkan symptom visual seperti skotoma (blind spot) dan pandangan kabur.
2. Penglihatan kabur.
ringan diantaranya:
5
1. Kenaikan tekanan darah sistolik 140 mmHg sampai kurang dari 160 mmHg;
3. Edema (penimbunan cairan) pada betis, perut, punggung, wajah atau tangan.
11.Koma.
6. Pemeriksaan penunjang
c. Pemeriksaan edema.
e. Pemeriksaan funduskopik.
6
b. Uji laboratorium.
aminotranferase).
1. Roll-over test.
7. Pengkajian
a. Sirkulasi
(trombositopenia).
b. Eliminasi
Fungsi ginjal mungkin menurun (kurang dari 400ml/24jam) atau tidak ada.
c. Makanan/cairan
Mual, muntah. Penambahan berat badan 2+1b [0,9072kg] atau lebih dalam
Malnutrisi (kelebihan atau kurang berat badan 20% atau lebih besar),
Diabetes melitus.
7
d. Neurosensori
e. Nyeri/ketidaknyamanan
f. Penapasan
g. Keamanan
i. Seksualitas
j. Penyuluhan/pembelajaran
Remaja (di bawah usia 15 tahun) dan primigravida lansia (usia 35 tahun
(HKK).
8. Pemeriksaan Diagnostik
a. Tes presor supine (tes rollever) : dapat digunakan untuk memeriksa klien-klien
8
b. Tekanan arteri rerata (MAP) : 90 mmHg pada trimester ke 2 mmenandakan
HKK.
rendah).
e. Smear perifer : Distensi sel – sel darah atau skistosit pada sindrom HELLP
trombosit pada kolagen yang dilepaskan dari pembuluh darah yang rusak.
masalah hepar.
vaskuler
9
m. Kadar estriol urin/plasma : Menurun menandakan penurunan fungsi
[BPP] karena kesenjangan waktu antara masalah janin dan hasil tes).
r. Tes stres kontraksi (CST) : Mengkaji respon janin terhadap stres kontraksi
uterus.
spiral).
10
d. Nyeri akut berhubungan dengan menghebatnya aktivitas uterus,
Tujuan :
Kriteria hasil :
yang ketat dari berat badan, TD, protein urine, dan edema.
indikasi.
Intervensi :
1.) Timbang berat badan klien secara rutin. Anjurkan klien untuk
11
Rasional : Penambahan BB bermakna dan tiba-tiba (misal : lebih dari
1,5 kg/bln dalam trimester ke-2 atau lebih dari 0,5kg/minggu pada
2.) Bedakan edema kehamilan yang patologis dan fisiologis, pantau lokasi
Rasional : adanya edema pitting pada wajah, tangan, kaki, area skral
atau dinding abdomen, atau edema yang tidak hilang setelah 12 jam
tirah baring.
hemokonsentrasi.
4.) Kaji ulang masukan diet dari protein dan kalori. Berikan informasi
sesuai kebutuhan.
5.) Pantau masukan dan haluaran. Perhatikan warna urin, dan ukur berat jenis
sesuai indikasi.
darah. Oliguria menandakan hipovolemi berat dan ada masalh pada ginjal.
Tujuan :
12
Setelah dilakukan tindakan keerawatan selama 1x24 jam diharapkan curah
Kriteria hasil :
Intervensi :
2.) Lakukan tirah baring pada klien dengan posisi miring kiri.
ginjal/plasenta.
Kriteria hasil :
13
2.) Tidak ada penurunan frekuensi jantung pada CST/OCT (contraction stress
Intervensi :
lingkungan, waktu dalam sehari dan siklus tidur bangun dari janin dapat
2.) Tinjau ulang tanda-tanda abrupsi plasenta (mis: perdarahan vagina, nyeri
yang positif.
kunjungan.
ultrasonografi.
hipertensi kehamilan.
14
Kriteria hasil :
Intervensi :
klien teratasi.
15
Intervensi :
tertentu dari ansietas, yang menjadi lebih tinggi pada situasi berisiko tinggi.
ketidaktahuan karena perkiraan hasil akhir bagi klin dan janin kurang.
3.) Informasikan klien bahwa dokter anak akn datang pada saat kelahiran, bila
Kriteria hasil :
Intervensi :
1.) Kaji denyut jantung janin, perhatikan perubahan periodik (akselerasi dan
16
Rasional : Deselerasi lambat atau berulang yang disertai dengan penurunan
2.) Tinggikan kaki klien, berikan oksigen melalui kanul nasal pada
10-12L/mnt.
3.) Siapkan untuk kelahiran vagina atau kelahiran sesaria tergantung pada
17
8. Antihipertensi diberikan bila :
a. Desakan darah sistolis lebih 180 mmHg, diastolis lebih 110 mmHg atau
MAP lebih 125 mmHg. Sasaran pengobatan adalah tekanan diastolis
kurang 105 mmHg (bukan kurang 90 mmHg) karena akan menurunkan
perfusi plasenta.
b. Dosis antihipertensi sama dengan dosis antihipertensi pada umumnya.
c. Bila dibutuhkan penurunan tekanan darah secepatnya, dapat diberikan
obat-obat antihipertensi parenteral (tetesan kontinyu), catapres injeksi.
Dosis yang biasa dipakai 5 ampul dalam 500 cc cairan infus atau press
disesuaikan dengan tekanan darah.
d. Bila tidak tersedia antihipertensi parenteral dapat diberikan tablet
antihipertensi secara sublingual diulang selang 1 jam, maksimal 4-5 kali.
Bersama dengan awal pemberian sublingual maka obat yang sama mulai
diberikan secara oral.
9. Kardiotonika
Indikasinya bila ada tanda-tanda menjurus payah jantung, diberikan digitalisasi
cepat dengan cedilanid D.
Pemberian Magnesium Sulfat. Cara pemberian magnesium sulfat :
a. Dosis awal sekitar 4 gr MgSO4 IV (20% dalam 20 cc) selama 1 gr/menit
kemasan 20% dalam 25 cc larutan MgSO4 (dalam 3-5 menit). Diikuti
segera 4 gr di bokong kiri dan 4 gr di bokong kanan (40% dalam 10 cc)
dengan jarum no 21 panjang 3,7 cm. Untuk mengurangi nyeri dapat
diberikan 1 cc xylocain 2% yang tidak mengandung adrenalin pada
suntikan IM.
b. Dosis ulangan : diberikan 4 gram intramuskuler 40% setelah 6 jam
pemberian dosis awal lalu dosis ulangan diberikan 4 gram IM setiap 6 jam
dimana pemberian MgSO4 tidak melebihi 2-3 hari.
c. Syarat-syarat pemberian MgSO4
1) Tersedia antidotum MgSO4 yaitu calcium gluconas 10%, 1 gram
(10% dalam 10 cc) diberikan intravenous dalam 3 menit.
2) Refleks patella positif kuat.
3) Frekuensi pernapasan lebih 16 kali per menit.
4) Produksi urin lebih 100 cc dalam 4 jam sebelumnya (0,5
cc/kgBB/jam).
18
d. Magnesium dihentikan bila :
1) Ada tanda-tanda keracunan yaitu kelemahan otot, hipotensi, refleks
fisiologis menurun, fungsi jantung terganggu, depresi SSP,
kelumpuhan dan selanjutnya dapat menyebabkan kematian karena
kelumpuhan otot-otot pernapasan karena ada serum 10 U magnesium
pada dosis adekuat adalah 4-7 mEq/liter. Refleks fisiologis
menghilang pada kadar 8-10 mEq/liter. Kadar 12-15 mEq terjadi
kelumpuhan otot-otot pernapasan dan lebih 15 mEq/liter terjadi
kematian jantung.
2) Bila timbul tanda-tanda keracunan magnesium sulfat, hentikan
pemberian magnesium sulfat :
a) Berikan calcium gluconase 10% 1 gram (10% dalam 10 cc)
b) secara IV dalam waktu 3 menit.
c) Berikan oksigen.
d) Lakukan pernapasan buatan.
3) Magnesium sulfat dihentikan juga bila setelah 4 jam pasca persalinan
sudah terjadi perbaikan (normotensif).
Pengobatan Obstetrik:
a. Cara terminasi kehamilan yang belum inpartu, yaitu :
1. Induksi persalinan : tetesan oksitosin dengan syarat nilai Bishop 5
atau lebih dan dengan fetal heart monitoring.
2. Seksio sesaria bila :
a) Fetal assesment jelek
b) Syarat tetesan oksitosin tidak dipenuhi (nilai Bishop kurang dari
5) atau adanya kontraindikasi tetesan oksitosin.
c) 12 jam setelah dimulainya tetesan oksitosin belum masuk fase
aktif.
d) Pada primigravida lebih diarahkan untuk dilakukan terminasi
dengan seksio sesaria.
b. Cara terminasi kehamilan yang sudah inpartu
Kala I
1. Fase laten : 6 jam belum masuk fase aktif maka dilakukan seksio
sesaria.
19
2. Fase aktif : Amniotomi dan bila 6 jam setelah amniotomi belum
terjadi pembukaan lengkap maka dilakukan seksio sesaria (bila perlu
dilakukan tetesan oksitosin).
Kala II
Pada persalinan per vaginam maka kala II diselesaikan dengan partus
buatan. Amniotomi dan tetesan oksitosin dilakukan sekurang-
kurangnya 3 menit setelah pemberian pengobatan medisinal. Pada
kehamilan 32 minggu atau kurang; bila keadaan memungkinkan,
terminasi ditunda 2 kali 24 jam untuk memberikan kortikosteroid.
c. Perawatan Konservatif
1. Indikasi : Bila kehamilan preterm kurang 37 minggu tanpa disertai
tanda-tanda inpending eklampsia dengan keadaan janin baik.
2. Pengobatan medisinal : Sama dengan perawatan medisinal pada
pengelolaan aktif. Hanya loading dose MgSO4 tidak diberikan
intravenous, cukup intramuskuler saja dimana 4 gram pada bokong
kiri dan 4 gram pada bokong kanan.
3. Pengobatan obstetri :
a. Selama perawatan konservatif : observasi dan evaluasi sama
seperti perawatan aktif hanya disini tidak dilakukan terminasi.
b. MgSO4 dihentikan bila ibu sudah mempunyai tanda-tanda pre
eklampsia ringan, selambat-lambatnya dalam 24 jam.
c. Bila setelah 24 jam tidak ada perbaikan maka dianggap
pengobatan medisinal gagal dan harus diterminasi.
d. Bila sebelum 24 jam hendak dilakukan tindakan maka diberi
lebih dahulu MgSO4 20% 2 gram intravenous.
4. Penderita dipulangkan bila :
a. Penderita kembali ke gejala-gejala/tanda-tanda preeklamsia
ringan dan telah dirawat selama 3 hari.
b. Bila selama 3 hari tetap berada dalam keadaan preeklamsia
ringan : penderita dapat dipulangkan dan dirawat sebagai pre
eklampsia ringan (diperkirakan lama perawatan 1-2 minggu).
20
DAFTAR PUSTAKA
Anik & Yulianingsih 2009, Asuhan kegawatdaruratan dalam Kebidanan, Trans Info Media,
Jakarta.
Saifuddin, Abdul B 2002, Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiharjo, Jakarta.
Prawirohardjo, Sarwono 2009, Ilmu Kebidanan Cetakan ke 2, edk 4, Bina Pustaka, Jakarta.
21