TENTANG
PEMBERIAN BANTUAN HUKUM BAGI APARATUR SIPIL NEGARA
DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA TANGERANG
BAB II
ASAS DAN TUJUAN
Pasal 2
Bantuan Hukum dilaksanakan berdasarkan asas
keadilan, asas persamaan kedudukan dalam
hukum, asas praduga tak bersalah, asas
keterbukaan, dan asas akuntabilitas.
Pasal 3
Tujuan pemberian bantuan hukum dalam
Peraturan Wali Kota ini dalam rangka:
1. memberikan rasa aman bagi ASN di lingkungan
Pemerintah Daerah dalam menjalankan tugas
profesinya;
2. memberikan perlindungan hukum dan advokasi
kepasa ASN yang mengalami masalah hukum
dalam melaksanakan tugas dan fungsi;
3. meningkatkan profesionalisme ASN di
lingkungan Pemerintah Daerah dalam
menjalankan tugas profesinya; dan
4. mencegah terjadinya kriminalisasi terhadap ASN
di lingkungan Pemerintah Daerah dalam
menjalankan tugas profesinya.
BAB III
LINGKUP PEMBERIAN BANTUAN HUKUM
Pasal 4
(1) ASN yang menghadapi permasalahan hukum
dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya, berhak
mendapatkan bantuan hukum.
(2) Bantuan hukum sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dapat diberikan pada kasus hukum:
a. pidana;
b. perdata;
c. administrasi negara.
(3) Bantuan hukum sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) meliputi bantuan hukum:
a. litigasi; dan
b. non litigasi.
Pasal 5
(1) Bantuan hukum litigasi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4 ayat (2) huruf a, terdiri dari
bantuan hukum atas permasalahan hukum di
pengadilan sesuai kompetensi pengadilan
maupun tingkatannya.
(2) Selain permasalahan hukum sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b, bantuan
hukum diberikan pula pada saat pemeriksaan
oleh aparat penegak hukum pada tingkatan
penyelidikan dan penyidikan.
Pasal 6
Bantuan hukum non litigasi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) poin b meliputi
pelayanan:
1. konsultasi;
2. negosiasi:
3. mediasi:
4. konsiliasi:
5. penilaian ahli.
Pasal 7
(1) ASN yang diduga memiliki keterlibatan dalam
kasus tindak pidana korupsi berhak
mendapatkan bantuan hukum selama
pemeriksaan oleh aparat penegak hukum pada
tingkatan penyelidikan, penyidikan, dan
pengadilan tingkat pertama.
(2) Bantuan hukum terhadap ASN yang
menghadapi kasus tindak pidana korupsi
ditarik terhitung sejak ASN yang bersangkutan
ditetapkan sebagai terdakwa kasus tindak
pidana korupsi.
Pasal 8
Pemberian bantuan hukum untuk ASN yang
menghadapi gugatan administrasi dapat diberikan
sampai pada tingkat kasasi hanya jika keterlibatan
ASN yang bersangkutan tidak merugikan keuangan
negara.
BAB IV
TATA LAKSANA PEMBERIAN BANTUAN HUKUM
Pasal 9
(1) Untuk memperoleh bantuan hukum, ASN
mengajukan permohonan kepada BKPSDM.
(2) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), dilakukan secara tertulis yang berisi
sekurang-kurangnya mengenai uraian singkat
pokok masalah hukum yang dimohonkan,
dengan melampirkan dokumen pendukung
seperti surat panggilan, pengantar dari SKPD,
dan bukti-bukti yang dimiliki.
Pasal 10
(1) Berdasarkan permohonan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 9, BKPSDM
menyampaikan kepada LKBH untuk dilakukan
verifikasi atau gelar perkara.
(2) Verifikasi atau gelar perkara sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), dilakukan atas
permasalahan hukum yang terjadi/duduk
perkara/unsur-unsur penyalahgunaan yang
terjadi dalam peristiwa hukum sebagaimana
dimohonkan, hasilnya dituangkan ke dalam
surat keputusan yang berisi jenis bantuan
hukum yang diberikan ataupun penolakan
terhadap permohonan yang diajukan oleh ASN.
BAB V
PROSEDUR PEMBIAYAAN BANTUAN HUKUM
Pasal 11
(1) Pelaksanaan tindak lanjut bantuan hukum,
dilakukan oleh Konsultan
Hukum/Pengacara/Advokat dengan surat
kuasa khusus dari ASN yang mengajukan
permohonan dan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(2) Atas pelaksanaan tugas dalam memberikan
bantuan hukum bagi ASN, Konsultan
Hukum/Pengacara/Advokat berhak atas
pembayaran honorarium/biaya jasa.
(3) Biaya pembayaran honorarium/biaya jasa
sebagaimana dimaksud ayat (2), dibebankan
pada APBD.
(4) LKBH mengirimkan surat keputusan hasil
verifikasi/gelar perkara sebagaimana dimaksud
pada Pasal 10 ayat (2), kepada BKPSDM disertai
dengan surat pengajuan pencairan anggaran
untuk pembiayaan biaya jasa bantuan hukum.
(5) BKPSDM mencairkan anggaran yang diajukan
oleh LKBH sebagaimana yang dimaksud pada
ayat (4) sesuai dengan jenis bantuan yang
diberikan dan peraturan yang berlaku.
BAB VI
PENGEMBALIAN DANA ATAU ASET
Pasal 12
Pengembalian dana atau aset yang menjadi
keputusan penyelesaian masalah hukum secara
litigasi dan non litigasi, dibebankan kepada ASN
yang bersangkutan dan tidak dibebankan kepada
APBD.
BAB V
PEMBINAAN, PENGAWASAN, DAN PELAPORAN
Pasal 13
(1) Wali Kota melakukan pembinaan dan
pengawasan dalam pelaksanaan perlindungan
berupa bantuan hukum kepada ASN.
(2) Pembinaan dan pengawasan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), dilaksanakan oleh
Inspektorat dan BKPSDM.
(3) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat
(2), dapat dilakukan dalam bentuk bimbingan
teknis, sosialisasi, seminar/lokakarya, rapat
koordinasi, dan penyebaran informasi hukum
dan peraturan perundang-undangan.
(4) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat
(2), dapat dilakukan dalam bentuk monitoring,
pemantauan penanganan perkara, dan
pemantauan persidangan.
BAB VII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 14
Peraturan Wali Kota ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.
Agar setiap orang dapat mengetahuinya,
memerintahkan pengundangan Peraturan Wali Kota
ini dengan penempatannya dalam Berita Acara
Daerah Kota Tangerang.
Ditetapkan di Tangerang
Pada tanggal 2022
WALI KOTA TANGERANG
H. ARIEF R WISMANSYAH