REPUBLIK INDONESIA
TENTANG
PEDOMAN NOMENKLATUR SATUAN POLISI PAMONG PRAJA
DI PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA
M E M U T U S K A N:
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagai unsur
penyelenggara pemerintahan daerah yang memimpin
pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan daerah otonom.
2. Perangkat Daerah adalah unsur pembantu kepala daerah
dan dewan perwakilan rakyat daerah dalam
penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan daerah.
3. Perangkat Daerah Provinsi adalah unsur pembantu
gubernur dan dewan perwakilan rakyat daerah provinsi
dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan yang
menjadi kewenangan daerah provinsi.
4. Perangkat Daerah Kabupaten/Kota adalah unsur
pembantu bupati/wali kota dan dewan perwakilan rakyat
daerah kabupaten/kota dalam penyelenggaraan urusan
pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah
kabupaten/kota.
5. Peraturan Daerah Provinsi atau nama lainnya dan
Peraturan Daerah Kabupaten/Kota atau nama lainnya,
yang selanjutnya disebut Perda adalah peraturan
perundang-undangan yang dibentuk oleh dewan
perwakilan rakyat daerah dengan persetujuan bersama
kepala daerah.
6. Peraturan Kepala Daerah yang selanjutnya disebut
Perkada adalah peraturan gubernur dan/atau peraturan
bupati/wali kota.
7. Urusan Pemerintahan adalah kekuasaan pemerintahan
yang menjadi kewenangan Presiden yang pelaksanaannya
dilakukan oleh kementerian negara dan penyelenggara
pemerintahan daerah untuk melindungi, melayani,
memberdayakan, dan menyejahterakan masyarakat.
4
Pasal 2
Peraturan Menteri ini dimaksudkan sebagai pedoman bagi
pemerintah daerah untuk:
a. mencapai pemenuhan layanan dasar ketenteraman dan
ketertiban umum serta pelindungan masyarakat bidang
penegakan Perda dan Perkada, penyelenggaraan ketertiban
umum dan ketenteraman serta penyelenggaraan
pelindungan masyarakat;
b. merumuskan kelembagaan Satpol PP yang memiliki
standardisasi nomenklatur, fungsi, dan struktur
kelembagaan di provinsi dan kabupaten/kota; dan
c. melakukan pembinaan umum, pembinaan teknis, dan
pengawasan atas pelaksanaan tugas Satpol PP.
BAB II
BENTUK, NOMENKLATUR, DAN TIPE
Bagian Kesatu
Bentuk dan Nomenklatur
Pasal 3
(1) Perangkat daerah provinsi dan kabupaten/kota yang
menyelenggarakan urusan ketenteraman dan ketertiban
umum berbentuk dinas daerah provinsi dan
kabupaten/kota.
(2) Nomenklatur dinas daerah provinsi dan kabupaten/kota
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yaitu Satpol PP.
Bagian Kedua
Tipe
Pasal 4
(1) Satpol PP provinsi dan Satpol PP kabupaten/kota
diklasifikasikan dalam 3 (tiga) tipe terdiri atas:
a. Satpol PP tipe A untuk mewadahi pelaksanaan fungsi
dengan beban kerja yang besar;
6
BAB III
SUSUNAN ORGANISASI, KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI,
WEWENANG, DAN UPT SATPOL PP
Bagian Kesatu
Susunan Organisasi
Pasal 5
(1) Satpol PP provinsi dan Satpol PP kabupaten/kota tipe A
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf a
terdiri atas 1 (satu) sekretariat dan paling banyak 4
(empat) bidang.
(2) Sekretariat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling
banyak 3 (tiga) subbagian.
(3) Bidang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling
banyak 2 (dua) seksi.
Pasal 6
7
Pasal 7
(1) Satpol PP provinsi dan Satpol PP kabupaten/kota tipe C
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf c
terdiri atas 1 (satu) sekretariat dan paling banyak 2 (dua)
bidang.
(2) Sekretariat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling
banyak 2 (dua) subbagian.
(3) Bidang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling
banyak 2 (dua) seksi.
Pasal 8
Pembagian tugas dan fungsi unit kerja pada Satpol PP
provinsi dan Satpol PP kabupaten/kota sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 5, Pasal 6, dan Pasal 7 dikelompokkan
berdasarkan pendekataan fungsi dengan rincian sesuai dalam
Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini.
Bagian Kedua
Kedudukan
Pasal 9
(1) Satpol PP provinsi berkedudukan di bawah dan
bertanggung jawab kepada gubernur melalui sekretaris
daerah provinsi.
(2) Satpol PP kabupaten/kota berkedudukan di bawah dan
bertanggung jawab kepada bupati/wali kota melalui
sekretaris daerah kabupaten/kota.
8
Bagian Ketiga
Tugas, Fungsi, dan Wewenang
Pasal 10
Satpol PP provinsi dan Satpol PP kabupaten/kota mempunyai
tugas:
a. menegakkan Perda dan Perkada;
b. menyelenggarakan ketertiban umum dan ketenteraman;
dan
c. menyelenggarakan pelindungan masyarakat.
Pasal 11
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 10, Satpol PP provinsi dan Satpol PP kabupaten/kota
mempunyai fungsi:
a. penyusunan program penegakan Perda dan Perkada,
penyelenggaraan ketertiban umum dan ketenteraman
serta penyelenggaraan pelindungan masyarakat;
b. pelaksanaan kebijakan penegakan Perda dan Perkada,
penyelenggaraan ketertiban umum dan ketenteraman
serta penyelenggaraan pelindungan masyarakat;
c. pelaksanaan koordinasi penegakan Perda dan Perkada,
penyelenggaraan ketertiban umum dan ketenteraman
serta penyelenggaraan pelindungan masyarakat dengan
instansi terkait;
d. pengawasan terhadap masyarakat, aparatur, atau badan
hukum atas pelaksanaan Perda dan Perkada; dan
e. pelaksanaan fungsi lain berdasarkan tugas yang diberikan
oleh kepala daerah sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Pasal 12
Dalam melaksanakan tugas dan fungsi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 10 dan Pasal 11, Satpol PP provinsi
dan Satpol PP kabupaten/kota berwenang:
9
Bagian Keempat
UPT Satpol PP
Pasal 13
(1) Dalam rangka mendukung pelaksanaan tugas, fungsi, dan
wewenang Satpol PP kabupaten/kota sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 10, Pasal 11, dan Pasal 12, dapat
dibentuk UPT Satpol PP kabupaten/kota pada kecamatan
sesuai kriteria.
(2) Kriteria sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sesuai
Peraturan Menteri mengenai pedoman pembentukan dan
klasifikasi cabang dinas dan unit pelaksana teknis daerah.
(3) UPT Satpol PP kabupaten/kota pada kecamatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) melaksanakan
kegiatan teknis operasional dan/atau kegiatan teknis
penunjang tertentu.
(4) Kegiatan teknis operasional dan/atau kegiatan teknis
penunjang tertentu oleh UPT Satpol PP kabupaten/kota
pada kecamatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
merupakan pelaksanaan dari tugas Satpol PP
kabupaten/kota serta tidak berkaitan langsung dengan
perumusan dan penetapan kebijakan daerah.
(5) Wilayah kerja UPT Satpol PP kabupaten/kota pada
kecamatan dapat melampaui batas wilayah administrasi
10
Pasal 14
(1) UPT Satpol PP kabupaten/kota sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 13 ayat (1) dibedakan dalam 2 (dua)
klasifikasi, terdiri atas:
a. UPT Satpol PP kabupaten/kota kelas A untuk
mewadahi beban kerja yang besar; dan
b. UPT Satpol PP kabupaten/kota kelas B untuk
mewadahi beban kerja yang sedang atau kecil.
(2) Susunan organisasi UPT Satpol PP kabupaten/kota kelas
A, terdiri atas:
a. kepala;
b. subbagian tata usaha; dan
c. kelompok jabatan fungsional.
(3) Susunan organisasi UPT Satpol PP kabupaten/kota kelas
B, terdiri atas:
a. kepala; dan
b. kelompok jabatan fungsional.
(4) Pada UPT Satpol PP kabupaten/kota yang secara geografis
mempunyai jangkauan pelayanan cukup luas, untuk
memudahkan pelaksanaan tugas dapat dibentuk wilayah
kerja/unit nonstruktural.
11
Pasal 15
(1) Dalam rangka mendukung pelaksanaan tugas, fungsi, dan
wewenang Satpol PP provinsi dan kabupaten/kota
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10, Pasal 11, dan
Pasal 12, dapat dibentuk satuan-satuan kelompok.
(2) Satuan kelompok sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi regu, peleton, kompi dan batalion.
(3) Regu, peleton, kompi dan batalion sebagaimana dimaksud
pada ayat 2 terdiri dari:
a. Regu terdiri dari 9 sampai dengan 11 orang;
b. Peleton terdiri dari 2 sampai dengan 3 regu;
c. Kompi terdiri dari 2 sampai dengan 3 peleton; dan
d. Batalion terdiri dari 2 sampai dengan 3 kompi.
Pasal 16
Ketentuan lebih lanjut mengenai kedudukan, susunan
organisasi, tugas dan fungsi, serta tata kerja Satpol PP
provinsi dan Satpol PP kabupaten/kota dan UPT Satpol PP
kabupaten/kota ditetapkan dengan peraturan kepala daerah
dengan berpedoman pada Peraturan Menteri ini.
BAB IV
TATA KERJA
Pasal 17
(1) Satpol PP provinsi dan Satpol PP kabupaten/kota dalam
melaksanakan tugas, fungsi, dan kewenangannya wajib
menerapkan prinsip koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi
secara vertikal dan horizontal.
12
Pasal 18
(1) Satpol PP provinsi dalam melaksanakan tugas, fungsi, dan
kewenangannya memiliki hubungan struktural,
koordinatif dan fungsional dengan gubernur sebagai
penanggung jawab urusan ketenteraman, ketertiban
umum dan pelindungan masyarakat di provinsi.
(2) Satpol PP kabupaten/kota dalam melaksanakan tugas,
fungsi, dan kewenangannya memiliki hubungan
struktural, koordinatif dan fungsional dengan bupati/wali
kota sebagai penanggung jawab urusan ketenteraman,
ketertiban umum dan pelindungan masyarakat di
kabupaten/kota.
(3) Satpol PP provinsi dan Satpol PP kabupaten/kota dalam
melaksanakan tugas, fungsi, dan kewenangannya memiliki
hubungan koordinatif dan fungsional untuk sinkronisasi
pelaksanaan tugas dan fungsi masing-masing dan
dilaksanakan sesuai Peraturan Pemerintah mengenai
Satpol PP.
13
BAB V
JABATAN DAN KEPEGAWAIAN
Bagian Kesatu
Jabatan Satpol PP Provinsi
Pasal 19
(1) Kepala Satpol PP provinsi merupakan jabatan pimpinan
tinggi pratama atau jabatan struktural eselon II.a.
(2) Sekretaris, dan kepala bidang pada Satpol PP provinsi
merupakan jabatan administrator atau jabatan struktural
eselon III.a.
(3) Kepala subbagian dan kepala seksi pada Satpol PP
provinsi merupakan jabatan pengawas atau jabatan
struktural eselon IV.a.
Bagian Kedua
Jabatan Satpol PP Kabupaten/Kota
Pasal 20
(1) Kepala Satpol PP kabupaten/kota merupakan jabatan
pimpinan tinggi pratama atau jabatan struktural eselon
II.b.
(2) Sekretaris pada Satpol PP kabupaten/kota merupakan
jabatan administrator atau jabatan struktural eselon III.a.
(3) Kepala bidang pada Satpol PP kabupaten/kota merupakan
jabatan administrator atau jabatan struktural eselon III.b.
(4) Kepala subbagian, kepala seksi pada Satpol PP
kabupaten/kota, dan Kepala UPT Satpol PP kelas A
merupakan jabatan pengawas atau jabatan struktural
eselon IV.a.
14
Pasal 21
(1) Pengangkatan dan pemberhentian pejabat pada Satpol PP
provinsi dan Satpol PP kabupaten/kota dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Selain ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
pengangkatan pejabat pimpinan tinggi pratama pada
Satpol PP provinsi dan Satpol PP kabupaten/kota harus
memiliki kualifikasi sebagai PPNS sesuai Peraturan
Pemerintah mengenai Satpol PP.
Bagian Ketiga
Kelompok Jabatan Fungsional
Pasal 22
(1) Pelaksanaan tugas, fungsi, dan kewenangan Satpol PP
provinsi dan Satpol PP kabupaten/kota dalam penegakan
Perda dan Perkada, penyelenggaraan ketertiban umum
dan ketenteraman, serta penyelenggaraan pelindungan
masyarakat dibantu kelompok jabatan fungsional.
(2) Pengangkatan, kualifikasi, kompetensi, pengembangan
karir, jumlah dan jenis jabatan fungsional sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) ditentukan berdasarkan analisis
jabatan dan analisis beban kerja sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
BAB VI
PEMBINAAN, PENGAWASAN, DAN PELAPORAN
Pasal 23
(1) Menteri melalui Direktur Jenderal Bina Administrasi
Kewilayahan melakukan pembinaan dan pengawasan
terhadap penataan kelembagaan perangkat daerah yang
15
Pasal 24
(1) Bupati/wali kota melaporkan kepada gubernur mengenai
penataan kelembagaan perangkat daerah yang
menyelenggarakan urusan ketenteraman dan ketertiban
umum serta penyelenggaraan Satpol PP kabupaten/kota.
(2) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditembuskan kepada Menteri.
(3) Gubernur melaporkan kepada Menteri mengenai penataan
kelembagaan perangkat daerah yang menyelenggarakan
urusan ketenteraman dan ketertiban umum serta
penyelenggaraan Satpol PP provinsi.
(4) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (3)
dilaksanakan secara berkala setiap akhir tahun,
disampaikan secara langsung dan/atau melalui sistem
informasi pelaporan Satpol PP sebagai bahan evaluasi dan
perumusan kebijakan Menteri.
16
BAB VII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 25
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Perda atau
Perkada mengenai kelembagaan Satpol PP harus
menyesuaikan dengan ketentuan dalam Peraturan Menteri ini
paling lama 1 (satu) tahun sejak Peraturan Menteri ini
diundangkan.
BAB VIII
KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 26
(1) Ketentuan mengenai UPT Satpol PP kabupaten/kota di
kecamatan yang terdapat dalam Pasal 3 ayat (6) dan ayat
(7) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 26 Tahun 2020
tentang Penyelenggaraan Ketertiban Umum dan
Ketenteraman Masyarakat serta Pelindungan masyarakat
harus dibaca dan dimaknai sesuai ketentuan yang diatur
dalam Peraturan Menteri ini.
(2) Dalam hal Satpol PP melaksanakan tugas dan fungsi
diluar tugas dan fungsi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 10 dan Pasal 11, pelaksanaannya oleh bidang pada
Satpol PP dengan melakukan penyesuaian nomenklatur
bidang dimaksud.
BAB IX
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 27
Ketentuan mengenai nomenklatur, tipe, susunan organisasi,
tugas dan fungsi Satpol PP Provinsi Daerah Khusus Ibukota
Jakarta berpedoman pada peraturan perundang-undangan
yang secara khusus mengatur kekhususan daerah.
17
Pasal 28
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal
DIREKTUR JENDERAL
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
BENNY RIYANTO
LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR TAHUN
TENTANG PEDOMAN NOMENKLATUR
SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DI
PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA
Tipe A
SATUAN POLISI PAMONG PRAJA
BIDANG PEMBINAAN
BIDANGMASYARAKAT BIDANG
PENEGAKAN DAN OPERASIONAL
PERATURAN
APARATUR DAN KETERTIBAN UMUMBIDANG
PERUNDANG-UNDANGAN PELINDUNGAN
DAN KETENTERAMAN MASYARAKAT
MASYARAKAT
DAERAH
Tipe B
45
SUBBAGIAN PERENCANAAN
SUBBAGIAN
DAN KEUANGAN
UMUM DAN
BIDANG OPERASIONAL
BIDANG PENEGAKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN BIDANG PELINDUNGAN
DAN KETERTIBAN UMUM DAN KETENTERAMAN MASYARAKAT
MASYARA
DAERAH
SEKSI
SEKSI PENEGAKAN DAN KETERTIBAN UMUM DAN KETENTERAMAN
PENGAWASAN MASYARAKAT
SEKSI PELATIHAN DA
Tipe C
46
SUBBAGIAN PERENCANAAN
SUBBAGIAN
DAN UMUM DAN KEPEGAW
KEUANGAN
Tipe A
SATUAN POLISI PAMONG PRAJA
BIDANG PEMBINAAN
BIDANGMASYARAKAT BIDANG
PENEGAKAN DAN OPERASIONAL
PERATURAN
APARATUR DAN KETERTIBAN UMUMBIDANG
PERUNDANG-UNDANGAN PELINDUNGAN
DAN KETENTERAMAN MASYARAKAT
MASYARAKAT
DAERAH
UP
T
Tipe B
74
SUBBAGIAN PERENCANAAN
SUBBAGIAN
DAN KEUANGAN
UMUM DAN
BIDANG OPERASIONAL
BIDANG PENEGAKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN BIDANG PELINDUNGAN
DAN KETERTIBAN UMUM DAN KETENTERAMAN MASYARAKAT
MASYARA
DAERAH
UP
T
Tipe C
75
SUBBAGIAN PERENCANAAN
SUBBAGIAN
DAN KEUANGAN
UMUM DAN KEPEGAWA