Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PEMERIKSAAN FISIK DAN PSIKIS

PADA IBU NIFAS DAN MENYUSUI

Disusun Oleh: Kelompok 9


1) Clara Gracia RG
2) Suryati
3) Syarifah

AKADEMIK KEBIDANAN (AKBID) HARAPAN BUNDA


TAHUN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulisan makalah tentang “Pemeriksaan Fisik dan
Psikis ibu nifas dan menyusui” dapat selesai tepat waktu. Adapun penulisan makalah ini
sebagai tugas kelompok untuk memenuhi tugas mata kuliah Keterampilan Dasar
Kebidanan.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penulisan makalah ini. Tanpa adanya bantuan dari semua pihak makalah ini tidak
akan selesai pada tepat waktu. Dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Maka dari itu kami masih membutuhkan kritik dan saran yang membangun
dari semua pihak. Semoga dengan adanya makalah ini bisa bermanfaat bagi semua pihak.
Amin.

Bima, Oktober 2023

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Pemeriksaan fisik dan Psikis melalui dengan pendekatan inspeksi, palpasi, auskultasi dan
perkusi . Pengkajian fisik dilakukan untuk menegakkan diagnosis yang berupa kepastian
tentang penyakit apa yang diderita pada pasien. Pengkajian fisik pada prinsipnya
dikembangkan berdasarkan model yang lebih difokuskan pada respon yang ditimbulkan
akibat masalah kesehatan yang dialami. Pengkajian fisik harus mencerminkan diagnosa
fisik yang secara umum ,kita sebagai petugas kesehatan dapat membuat perencanaan
tindakan untuk mengatasinya.

Untuk mendapatkan data yang akurat sebelum pemeriksaan fisik dilakukan pengkajian
riwayat kesehatan, riwayat psikososial, sosek, dll. Hal ini memungkinkan pengkajian
yang fokus dan tidak menimbulkan bias dalam mengambil kesimpulan terhadap masalah
yang ditemukan.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengetahuan dan ketrampilan dasar kebidanan tentang pemeriksaan


fisik pada ibu nifas dan Menyusui. ?
2. Bagaimana pengetahuan dan ketrampilan dasar kebidanan tentang pemeriksaan
Psikis pada ibu nifas dan Menyusui. ?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pemeriksaan Fisik

1.Prinsip Dasar Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik atau pemeriksaan klinis adalah sebuah proses dari seorang ahli medis
memeriksa tubuh pasien untuk menemukan tanda klinis penyakit. Hasil pemeriksaan akan
dicatat dalam rekam medis. Rekam medis dan pemeriksaan fisik akan membantu dalam
penegakkan diagnosis dan perencanaan perawatan pasien.

Biasanya, pemeriksaan fisik dilakukan secara sistematis, mulai dari bagian kepala dan
berakhir pada anggota gerak yaitu kaki. Pemeriksaan secara sistematis tersebut disebut
teknik Head to Toe. Setelah pemeriksaan organ utama diperiksa dengan inspeksi, palpasi,
perkusi, dan auskultasi, beberapa tes khusus mungkin diperlukan seperti test neurologi.
Dalam Pemeriksaan fisikdaerah abdomen pemeriksaan dilakukan dengan sistematis
inspeksi, auskultasi, palpasi, dan perkusi.

Dengan petunjuk yang didapat selama pemeriksaan riwayat dan fisik, ahli medis dapat
menyususn sebuah diagnosis diferensial,yakni sebuah daftar penyebab yang mungkin
menyebabkan gejala tersebut. Beberapa tes akan dilakukan untuk meyakinkan penyebab
tersebut.

Sebuah pemeriksaan yang lengkap akan terdiri diri penilaian kondisi pasien secara umum
dan sistem organ yang spesifik. Dalam prakteknya, tanda vital atau pemeriksaan
suhu, denyut dantekanan darah selalu dilakukan pertama kali.

2.Anamnesa

Salah satu keterampilan yang paling penting saat berhadapan dengan pasien adalah
kemampuan anamnesa dan melakukan pemeriksaan fisik, sehingga bisa menyingkirkan
different diagnosis (dd) yang kemudian menegakkan diagnosis. Ketidakmampuan dalam
mencari informasi ketika meng-anamnesa pasien membuat kita tidak bisa menentukan
pemeriksaan fisik yang diperlukan untuk menyingkirkan different diagnosis. Kesalahan
mendiagnosis juga berarti kesalahan melakukan terapi yang tepat. Perlu diingat lagi
bahwa keterampilan anamnesa sudah memenuhi 70% dalam penegakan diagnosis. Untuk
itu buat kita yang bekerja di perifer dengan keterbatasan alat pemeriksaan penunjang, ada
baiknya mempelajari lagi bagaimana menganamnesa pasien yang baik dan bagaimana
melakukan pemeriksaan fisik yang diperlukan untuk menyingkirkan different diagnosis.

Beberapa hal yang perlu dipersiapkan ketika melakukan anamnesa kepada pasien adalah
sebagai berikut:

1. Identitas Pasien, sebelum memulai anamnesa kepada seorang pasien, pastikan


bahwa identitasnya sesuai dengan catatan medis yang dibawa. Sebenarnya ini hal
yang sepele, tetapi sering terjadi kesalahan fatal dan terkadang berakhir ke meja
hijau karena melakukan tindakan medis kepada orang yang salah. Ada baiknya
juga memperkenalkan diri, walau hal ini jarang dilakukan oleh dokter di
Indonesia.
2. Privasi pasien yang berhadapan dengan kita merupakan orang terpenting saat itu.
Oleh karena itu, pastikan bahwa anamnesa dilakukan ditempat yang tertutup dan
menjaga kerahasiaan pasien. Terlebih ketika kita melakukan pemeriksaan fisik
pada bagian tertentu.
3. Pendamping, hadirkan pendamping pasien dan pendamping kita (paramedis).
Hal ini dibutuhkan untuk menghindari hal-hal yang mungkin kurang baik untuk
pasien dan juga untuk kita terutama ketika pemeriksa dan pasiennya berlainan
jenis kelamin. Selain itu, pendamping pasien juga bisa membantu memperjelas
informasi yang kita butuhkan (terutama pasien lansia dan anak-anak yang susah
diajak berkomunikasi).
4. Aseptic dan disinfeksi, tangan adalah perantara penularan kuman dari satu
pasien ke pasien yang lain. Untuk itu, sebaiknya kita mencuci tangan sebelum
atau sesudah memeriksa seorang pasien agar tidak terjadi penularan antar pasien.
Pastikan juga stetoskop dan pakaian, seperti jas , didisinfeksi secara teratur.

3. Teknik Pemeriksaan Fisik

1. Inspeksi

 Adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan cara melihat bagian tubuh yang
diperiksa melalui pengamatan. Cahaya diperlukan agar perawat dapat
membedakan warna, bentuk dan kebersihan tubuh klien. Fokus inspeksi pada
setiap bagian tubuh meliputi : ukuran tubuh, warna, bentuk, posisi, simetris. Dan
perlu dibandingkan hasil normal dan abnormal bagian tubuh satu dengan bagian
tubuh lainnya. Contoh : mata kuning (ikterus), terdapat struma di leher, kulit
kebiruan (sianosis), dan lain-lain.

2. Palpasi

 Palpasi adalah suatu teknik yang menggunakan indera peraba. Tangan dan jari-
jari adalah instrumen yang sensitif digunakan untuk mengumpulkan data,
misalnya tentang : temperatur, turgor, bentuk, kelembaban, vibrasi, ukuran.

Langkah-langkah yang perlu diperhatikan selama palpasi :

 Ciptakan lingkungan yang nyaman dan santai.


 Tangan perawat harus dalam keadaan hangat dan kering
 Kuku jari perawat harus dipotong pendek.
 Semua bagian yang nyeri dipalpasi paling akhir.

Misalnya : adanya tumor, oedema, krepitasi (patah tulang), dan lain-lain.

3. Perkusi
 Perkusi adalah pemeriksaan dengan jalan mengetuk bagian permukaan tubuh
tertentu untuk membandingkan dengan bagian tubuh lainnya (kiri kanan) dengan
tujuan menghasilkan suara.
 Perkusi bertujuan untuk mengidentifikasi lokasi, ukuran, bentuk dan konsistensi
jaringan. Perawat menggunakan kedua tangannya sebagai alat untuk
menghasilkan suara.

Adapun suara-suara yang dijumpai pada perkusi adalah :

 Sonor : suara perkusi jaringan yang normal.


 Redup : suara perkusi jaringan yang lebih padat, misalnya di daerah paru-paru
pada pneumonia.
 Pekak : suara perkusi jaringan yang padat seperti pada perkusi daerah jantung,
perkusi daerah hepar.
 Hipersonor/timpani : suara perkusi pada daerah yang lebih berongga kosong,
misalnya daerah caverna paru, pada klien asthma kronik.

4. Auskultasi

 Adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara mendengarkan suara yang
dihasilkan oleh tubuh. Biasanya menggunakan alat yang disebut dengan
stetoskop. Hal-hal yang didengarkan adalah : bunyi jantung, suara nafas, dan
bising usus.

Suara tidak normal yang dapat diauskultasi pada nafas adalah :

 Rales : suara yang dihasilkan dari eksudat lengket saat saluran-saluran halus
pernafasan mengembang pada inspirasi (rales halus, sedang, kasar). Misalnya
pada klien pneumonia, TBC.
 Ronchi : nada rendah dan sangat kasar terdengar baik saat inspirasi maupun saat
ekspirasi. Ciri khas ronchi adalah akan hilang bila klien batuk. Misalnya pada
edema paru.
 Wheezing : bunyi yang terdengar “ngiii….k”. bisa dijumpai pada fase inspirasi
maupun ekspirasi. Misalnya pada bronchitis akut, asma.
 Pleura Friction Rub ; bunyi yang terdengar “kering” seperti suara gosokan amplas
pada kayu. Misalnya pada klien dengan peradangan pleura.

Pendekatan pengkajian fisik dapat menggunakan :

1. Head to toe (kepala ke kaki)

 Pendekatan ini dilakukan mulai dari kepala dan secara berurutan sampai ke kaki.
Mulai dari : keadaan umum, tanda-tanda vital, kepala, wajah, mata, telinga,
hidung, mulut dan tenggorokan, leher, dada, paru, jantung, abdomen, ginjal,
punggung, genetalia, rectum, ektremitas.

2. ROS (Review of System atau sistem tubuh)

 Pengkajian yang dilakukan mencakup seluruh sistem tubuh, yaitu : keadaan


umum, tanda vital, sistem pernafasan, sistem kardiovaskuler, sistem persyarafan,
sistem perkemihan, sistem pencernaan, sistem muskuloskeletal dan integumen,
sistem reproduksi. Informasi yang didapat membantu perawat untuk menentukan
sistem tubuh mana yang perlu mendapat perhatian khusus.

3. Pola fungsi kesehatan Gordon, 1982

 Pemeriksa mengumpulkan data secara sistematis dengan mengevaluasi pola


fungsi kesehatan dan memfokuskan pengkajian fisik pada masalah khusus
meliputi : persepsi kesehatan-penatalaksanaan kesehatan, nutrisi-pola
metabolisme, pola eliminasi, pola tidur-istirahat, kognitif-pola perseptual, peran-
pola berhubungan, aktifitas-pola latihan, seksualitas-pola reproduksi, koping-pola
toleransi stress, nilai-pola keyakinan.

4. DOENGOES (1993)

 Mencakup : aktivitas atau istirahat, sirkulasi, integritas ego, eliminasi, makanan


dan cairan, hygiene, neurosensori, nyeri atau ketidaknyamanan, pernafasan,
keamanan, seksualitas, interaksi sosial, penyuluhan atau pembelajaran.

4.Pemeriksaan Fisik per Sistem

Pemeriksaan fisik per sistem meliputi :

 Keadaa Umum :

 Kesadaran, Tanda Vital (TD, HR, RR, Suhu), Pemeriksaan Antopometri (BB,
TB, LILA)
 Kepala dan muka→ inspeksi dan palpasi

Simetris, rambut, bengkak, lembab, lesi dan bau.

 Mata → inspeksi

Gerakan bola mata, simetris atau tidak , kelainan bentuk atau penglihatan, sekret,
keadaan sclera, konjungtiva, atau pupil.

 Hidung → inspeksi dan palpasi

Bentuk, masalah pada sinus, trauma, epistaksis (mimisan), hidung tersumbat

 Telinga → inspeksi dan palpasi

Bentuk, canalis bersih atau tidak, tinitus (keluar cairan putih dari lubang telinga), g3
atau kehilangan pendengaran

 Mulut → inspeksi dan palpasi

Bibir → warna, simetris, lesi, kelembaban, pengelupasan dan bengkak


Rongga mulut → stomatitis, kemampuan menggigit, mengunyah dan menelan
Gusi → warna dan edema
Gigi → karang gigi, caries, sisa gigi
Lidah → kotor, warna, kesimetrisan, kelembaban, luka, bercak dan pembengkakan
Kerongkongan → tonsil, peradangan, lender atau sekret.

 Leher → inspeksi dan palpasi

Pembesaran kelenjar gondok dan limfe, nyeri tekan, kaku pada leher.

 Payudara :

benjolan, nyeri tekan atau rasa tidak nyaman

 Pernafasan

batuk, sputum, asma, bronkhitis, sesak napas, pilek, batuk darah

 Jantung :

tekanan darah tinggi, masalah – masalah jantung, nyeri dada, palpitasi, dispnea,
ortopnea, edema

 Gastointestinal:

Kembung, mual, muntah, nyeri tekan, kolik, obstipasi (sembelit di rektum dapt
menyebabkan sulit BAB), konstipasi (sembelit di kolon), regurgitasi, salah cerna,
perdarahan rektal sehingga feses berwarna hitam/melena, diare, sendawa berlebihan,
pengeluaran gas berlebihan

 Genetalia

Genetalia pria : hernia, sakit pada penis, nyeri testicular atau teraba massa pada testis.
Genetalia wanita : menstruasi, haid, benjolan, sakit, nyeri tekan, PMS, Leukhorea, gejala
klimakterium, HPHT .

 Perkemihan

frekuensi berkemih, poli uria, nokturia, rasa sakit seperti terbakar saat berkemih,
inkontinensia, prostatitis.

 Vaskular perifer

keram pada tungkai, varises vena, pembekuan pada vena.

 Muskuloskeletal

nyeri otot atau sendi, kekakuan, artritis, nyeri.

 Neurologis

pingsan, kejang, kesemutan, tremor atau gerakan involunter lain.


 Hematologis

anemia, berdarah, memar, kemungkinan reaksi tranfusi .

 Endokrin

masalah thyroid, intoleransi terhadap panas atau dingin, keringat berlebihan, diabetes,
haus dan lapar berlebihan.

 Psikiatri : kegelisahan, tegang, depresi

5.Konsep Dasar Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik atau pemeriksaan klinis adalah sebuah proses dari seorang ahli medis
memeriksa tubuh pasien untuk menemukan tanda klinis penyakit. Hasil pemeriksaan akan
dicatat dalam rekam medis. Rekam medis dan pemeriksaan fisik akan membantu dalam
penegakkan diagnosis dan perencanaan perawatan pasien.

Biasanya, pemeriksaan fisik dilakukan secara sistematis, mulai dari bagian kepala dan
berakhir pada anggota gerak. Setelah pemeriksaan organ utama diperiksa dengan
inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi, beberapa tes khusus mungkin diperlukan seperti
test neurologi.

Dengan petunjuk yang didapat selama pemeriksaan riwayat dan fisik, ahli medis dapat
menyususn sebuah diagnosis diferensial,yakni sebuah daftar penyebab yang mungkin
menyebabkan gejala tersebut. Beberapa tes akan dilakukan untuk meyakinkan penyebab
tersebut.

Sebuah pemeriksaan yang lengkap akan terdiri diri penilaian kondisi pasien secara umum
dan sistem organ yang spesifik. Dalam prakteknya, tanda vital atau pemeriksaan suhu,
denyut dan tekanan darah selalu dilakukan pertama kali.

Tanda vital :

1. Suhu

Pemeriksaan suhu akan memberikan tanda suhu inti yang secara ketat dikontrol karena
dapat dipengaruhi oleh reaksi kimiawi.

Pemeriksaan suhu tubah dapat dilakukan di beberapa tempat yaitu ketiak, mulut, dan
anus.

Nilai standar untuk mengetahui batas normal suhu tubuh manusia dibagi menjadi empat
yaitu :

* Hipotermi, bila suhu tubuh kurang dari 36°C


* Normal, bila suhu tubuh berkisar antara 36 - 37,5°C
* Febris atau pireksia, bila suhu tubuh antara 37,5 - 40°C
* Hipertermi, bila suhu tubuh lebih dari 40°C
2. Tekanan darah

Tekanan darah dinilai dalam dua hal, sebuah tekanan tinggi sistolik yang menandakan
kontraksi maksimal jantung dan tekanan rendah diastolik atau tekanan istirahat.

Pemeriksaan tekanan darah biasanya dilakukan pada lengan kanan, kecuali pada lengan
tersebut terdapat cedera. Perbedaan antara tekanan sistolik dan diastolik disebut tekanan
denyut. Di Indonesia, tekanan darah biasanya diukur dengan tensimeter air raksa.

Tidak ada nilai tekanan darah 'normal' yang tepat, namun dihitung berdasarkan rentang
nilai berdasarkan kondisi pasien. Tekanan darah amat dipengaruhi oleh kondisi saat itu,
misalnya seorang pelari yang baru saja melakukan lari maraton, memiliki tekanan yang
tinggi, namun ia dalam nilai sehat. Dalam kondisi pasien tidak bekerja berat, tekanan
darah normal berkisar 120/80 mmHg. Tekanan darah tinggi atau hipertensi diukur pada
nilai sistolik 140-160 mmHg. Tekanan darah rendah disebut hipotensi.

3. Denyut

Denyut merupakan pemeriksaan pada pembuluh nadi atau arteri. Ukuran kecepatannya
diukur pada beberapa titik denyut misalnya denyut arteri radialis pada pergelangan
tangan, arteri brachialis pada lengan atas, arteri karotis pada leher, arteri poplitea pada
belakang lutut, arteri dorsalis pedis atau arteri tibialis posterior pada kaki. Pemeriksaan
denyut dapat dilakukan dengan bantuan stetoskop.

Denyut sangat bervariasi tergantung jenis kelamin, jenis pekerjaan, dan usia. Bayi yang
baru dilahirkan (neonatus) dapat memiliki dentur 13-150 denyut per menit. Orang dewasa
memiliki denyut sekitar 50-80 per menit.

4. Kecepatan pernapasan

Beraneka ragam tergantung usia. Batas normalnya sekitar 12-16 kali penarikan napas
per menit.

Biometrika dasar :

a. Tinggi

Tinggi merupakan salah satu ukuran pertumbuhan seseorang. Tinggi dapat diukur dengan
stasiometer atau tongkat pengukur. Pasien akan diminta untuk berdiri tegak tanpa alas
kaki. Anak-anak berusia dibawah 2 tahun diukur tingginya dengan cara dibaringkan.

b. Berat atau massa

Berat atau massa tubuh diukur dengan pengukur massa atau timbangan.

Indeks massa tubuh digunakan untuk menghitung hubungan antara tinggi dan mssa sehat
serta tingkat kegemukan.
c. Nyeri

Pengukuran nyeri bersifat subjektif namun penting sebagai tanda vital. Dalam klinik,
nyeri diukur dengan menggunakan skala FACES yang dimulai dari nilai '0' (tidak
dirasakan nyeri pada pasien dapat dilihat dari ekspresi wajah pasien), hingga '5' (nyeri
terburuk yang pernah dirasakan pasien).

Struktur dalam penulisan riwayat pemeriksaan :

1. Tampilan umum

 Kondisi yang jelas tertangkap ketika pasien masuk ke ruangan konsultasi dan
berkomunikasi dengan dokter. (misalnya: pasien terlihat pincang atau pasien
mengalami ketulian sehingga sulit berkomunikasi)
 JACCOL, sebuah jembatan keledai, untuk tanda kekuningan (Jaudience),
kemungkinan tanda pucat pada kulit atau konjungtiva (Anaemia), tanda kebiruan
pada bibir atau anggota gerak (Cyanosis), kelainan bentuk pada kuku jari
(Clubbing), pembengkakan (Oedema atau Edema), dan, pemeriksaan pada nodus
limfatikus (Lymph nodes) pada leher, ketiak, dan lipatan paha.

2. Sistem organ

 Sistem kardiovaskular
o Tekanan darah, denyut nadi, irama jantung
o Tekanan vena jugularis atau Jugular veins preassure (JVP), edema
perifer, dan bukti edema pulmonaris atau edema paru.
o Pemeriksaan jantung
 Paru-paru
o Kecepatan pernapasan, auskultasi paru-paru
 Dada dan payudara
 Abdomen
o Pemeriksaan abdomen misalnya pendeteksian adanya pembesaran organ
(contohnya aneurisma aorta)
o Pemeriksaan rektum
 Sistem reproduksi
 Sistem otot dan gerak
 Sistem saraf, termasuk pemeriksaan jiwa
 Pemeriksaan kepala, leher, hidung, tenggorokkan, telinga (THT)
 Kulit
o Pemeriksaan pada pertumbuhan rambut
o Peneriksaan tanda klinis pada kulit

6.Pemeriksaan Saat Ibu Nifas

Masa nifas (puerperium) dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung kira-kira 6
minggu.

Ada 2 kejadian penting dalam masa nifas, yaitu :


- Involusi
- Laktasi
Periode Nifas

1. Immediate Puerperium
Adalah keadaan yang terjadi pada permulaan persalinan sampai 24 jam sesudah
persalinan

2. Early Puerperium
Adalah keadaan yang terjadi pada permulaan persalinan (waktu 1 hari sampai dengan 7
hari setelah persalinan)

3. Late Puerperium
Adalah waktu seminggu sampai dengan 6 minggu setelah persalinan.

Lochea

Adalah cairan pertama yang keluar dari vagina pada hari pertama nifas :

- Pada hari ke-1 dan 2 masa nifas berupa darah (lochea rubra)

- Pada 3-4 hari darah yang keluar encer (lochea serosa)

-Pada hari ke-10 menjadi cairan putih atau kekuningan (lochea alba).

Asuhan Masa Nifas

Asuhan masa nifas merupakan masa kritis baik ibu maupun bayi, dimana petugas harus
memantau ibu setiap 15 menit pada jam pertama setelah kelahiran plasenta dan setiap 30
menit pada jam kedua setelah persalinan. Tujuannya adalah :
- Menjaga kesehatan ibu dan bayinya baik fisik maupun psikologi
- Melaksanakan screening yang komprehensif, mendeteksi masalah, mengobati
atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu dan bayinya.
- Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan dini, nutrisi,
KB, menyusui, pemberian imunisasi pada bayi dan perawatan bayi yang sehat.
- Memberikan perawatan Keluarga Berencana
2) Langkah Pemeriksaan Fisik Pada Ibu Nifas
A.Pemeriksaan Psikososial Ibu
1. Menyambut ibu dan Memperkenalkan diri, serta menjelaskan tujuan pemeriksaan
2. Menanyakan keluhan dan apa yang dirasakan ibu
3. Menanyakan keluhan-keluhan ibu atau pertanyaan yang ingin diketahui
4. Menanyakan tentang riwayat persalinannya :
 Siapa yang menolong ibu tersebut saat persalinan
 Dimana ia melahirkan
 Apakah ada komplikasi selama kehamilan,persalinan dan sesudah bersalin
 Jenis persalinan (spontan,vacuum,section cesarea)
 Robekan jalan lahir
1. Menanyakan tentang makan dan minum ibu
2. Menanyakan tentang istirahat ibu
3. Menanyakan tentang pemberian ASI yaitu frekuensi dan lamanya
B.Pemeriksaan Psikis pada ibu Nifas dan Menyusui

Perubahaan mood seperti sering menangis, lekas marah, dan sering sedih atau
cepat berubah menjadi senang, merasa khawatir akan kondisi kehamilannya kelak,
dimulai dari takut keguguran, takut melahirkan, khawatir akan masa depan
anaknya kelak,dan banyak hal lainnya (Walyani, 2015 : 8). Dari setiap 1000
wanita hamil,sekitar 17% wanita akan mengunjungi unit kejiwaan. Lima persen
akan mengalami gangguan mood depresi yang ringan pada minggu pertama
setelah melahirkan yaitu post partum blues) dan 2 % akan berkembang menjadi
psikosis pada masa nifas.

Antara 10 sampai 15% akan berkembang menjadi depresi setelah melahirkan. Post
partum blues terjadi pada sekitar 50% wanita dalam waktu 4-5 hari setelah
melahirkan Hanretty (2014) dalam Nurafifah (2015). Menurut WHO (2014 )
dalam Desfanita (2015) angka kejadian post partum blues di seluruh dunia cukup
tinggi yakni 26-85%. Data tersebut menunjukkan 81 % angka kematian ibu (AKI)
akibat komplikasi selama hamil dan bersalin, dan 25% kasus post partum blues.
Angka kejadian post partum blues di Indonesia berkisar antara 50-70% pada ibu
post partum (Desfanita, 2015). Post partum blues dialami oleh ibu post partum
yang bersifat sementara dan terjadi pada minggu pertama setelah kelahiran. Post
partum depression dialami oleh 34% ibu postpartum dan 1% yang mengalami
postpartum psikosis (Yodatama, 2015).

Salah satu penyebab terjadinya post partum blues yaitu pengalaman dalam
persalinan. Pengalaman persalinan yang kurang menyenangkan dapat
mempengaruhi perubahan psikologi setelah melahirkan. Data ibu nifas di provinsi
Sulawesi Selatan pada tahun 2015 sebanyak 614 orang dengan riwayat persalinan
spontan yaitu bersalin normal spontan sebanyak 530 orang, bersalin dengan
tindakan (vacuum,forcep, induksi ) sebanyak 44 orang, bersalin secara SC (Sectio
Caesar) sebanyak 40 orang. Meskipun persalinan sangat tinggi namun tidak
menutup kemungkinan dari wanita pasca persalinaan mengalami post partum
blues. Pada tahun 2013 pada bulan Januari-Mei terdapat 1 kasus nifas dengan post
partum blues. Beberapa faktor

Penyebab penyebab post partum blues

penyebab post partum blues diantaranya yaitu umur, paritas dan pengalaman
persalinan (Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan, 2016). Masa nifas
mempengaruhi sukses dan lancarnya masa transisi menjadi orang tua. Sebagian
wanita berhasil menyesuaikan diri dengan baik dan bersemangat mengasuh
bayinya, tetapi sebagian lagi tidak mampu menyesuaikan diri dan mengalami
gangguan psikologis. Gangguan psikologis yang dialami berupa sering marah,
lelah, sedih, dan putus asa (Arfian, 2012 : 2 ). Hubungan ibu dan bayinya harus
dibina segera setelah lahir. Kontak dini antara ibu, ayah dan bayinya disebut.
2.Dampak post partum blues

Ibu yang menderita post partum blues akan memiliki dampak pada bayinya,
seperti berat badan bayi turun karena tidak diberi ASI pada sang ibu. Anak
merupakan titipan dari Allah SWT kepada kedua orang tuanya. Sebagai orang tua
hendaknya menjaga, memberi nutrisi yang baik pada sang anak serta mendidiknya
dengan baik. Gangguan mood postpartum bukan persoalan sepele. Dampaknya
bisa memorakporandakan kehidupan ibu, keluarganya, bayi dan anak-anak
lainnya. Ibu akan mengalami kesulitan dalam mengasuh serta menjalin ikatan
emosional yang memadai terhadap bayi maupun anaknya yang lain. Dampaknya,
anak-anak mereka bisa mengalami gangguan emosional dan perilaku,
keterlambatan berbahasa dan gangguan kognitif. Bagi ibu sendiri, dalam kondisi
berat bisa memunculkan keinginan untuk mengakhiri penderitaan lewat jalan yang
membahayakan diri maupun anaknya.
BAB III

PENUTUP

A.Kesimpulan

Pemeriksaan fisik dan Psikis atau pemeriksaan klinis adalah sebuah proses dari
seorang ahli medis memeriksa tubuh pasien untuk menemukan tanda klinis penyakit.
Biasanya, pemeriksaan fisik dilakukan secara sistematis, mulai dari bagian kepala dan
berakhir pada anggota gerak. Setelah pemeriksaan organ utama diperiksa dengan
inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi, beberapa tes khusus mungkin diperlukan seperti
test neurologi.

Dengan petunjuk yang didapat selama pemeriksaan riwayat dan fisik, ahli medis dapat
menyusun sebuah diagnosis diferensial,yakni sebuah daftar penyebab yang mungkin
menyebabkan gejala tersebut. Beberapa tes akan dilakukan untuk meyakinkan penyebab
tersebut. Sebuah pemeriksaan yang lengkap akan terdiri diri penilaian kondisi pasien
secara umum dan sistem organ yang spesifik.

B.Saran

Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan mengingat keterbatasan pengetahuan dan
ketrampilan maka penyusun mengharapkan kritikan dan saran demi pengembangan
penulisan selanjutnya
DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Pemeriksaan_fisik

www.pemeriksaan+fisik+pada+kala+1.com
www.pemeriksaan=pada=ibu=hamil.com
http://harnita-novia.blogspot.com/2011/02/pemeriksaan-fisik-pada-ibu-hamil.html

http://nofitasari310.wordpress.com/2013/08/01/pemeriksaan-fisik-6-jam-post-partum-
pada-ibu-nifas/

http://wulanwoe.blogspot.com/2012/02/pemeriksaan-fisik-pada-bayi-baru-lahir.html

Anda mungkin juga menyukai