Anda di halaman 1dari 18

TUGAS LOGBOOK

BLOK DASAR DIAGNOSTIK DAN TERAPI

DOSEN TUTOR

Dr. Rusdani, M.KKK

DISUSUN OLEH

Rifky Al Fariz

61121025

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS BATAM

2022/2023
SKENARIO I

DOKTER PUSKESMAS

Dilla Adalah seorang Dokter yang Baru memulai tugasnya sebagai dokter di Puskesmas Pulau
Sambu, Dokter Dilla baru saja diterima Sebagai dokter dalam Program Pemerintah Nusantara
Sehat, setelah 3 bulan yang lalu dilantik menjadi seorang dokter. Di hari pertama Praktek,
Dr.Dilla sempat sedikit canggung dalam memeriksa pasien namun seiring dengan waktu dr. Dilla
mulai percaya diri dalam memeriksa pasien. Di hari tersebut dr. Dilla memeriksa sekitar 60
pasien dari sejak pagi hingga siang hari. Setiap pasien yang diperiksa selalu disapa dengan ramah
oleh dr. Dilla dan dimulai dengan anamnesis pasien terhadap keluhan yang dialami oleh pasien.
Setelah selesai pasien di anamnesis, dr. Dilla melanjutkan dengan pemeriksaan Tanda-tanda
vital Pasien dan pemeriksaaan fisik secara umum. dr. Dilla dalam memeriksa pasien akan
melakukan pemeriksaan secara menyeluruh dari kepala hingga kaki sehingga membantu dr. Dilla
menegakkan diagnosis penyakit. Dr. Dilla selalu ingat ilmu yang dipelajari sewaktu masih
kuliah di Fakultas kedokteran bahwa dalam memeriksa pasien harus dilakukan anamnesis secara
terperinci dan pemeriksaan fisik secara lengkap sehingga penyakit pasien dapat di diagnosa
dengan tepat, karena dengan diagnosa penyakit dengan tepat akan berakibat pada pengobatan
yang tepat pula. Bagaimana anda menjelaskan langkah-langkah dalam diagnosa suatu penyakit ?

TERMINOLOGI ASING

1. Vital
Penting untuk atau berkenaan dengan kehidupan.
(Dorland ED 30 Hal. 831)
2. Diagnosis
Diangnosis adalah penentuan sifat atau membedakan satu penyakit dengan lainya.
(Dorland ed 30 hal 214)
RUMUSAN MASALAH

1) Apa saja tanda-tanda vital?


2) Apa saja langkah awal yang di lakukan dalam pemeriksaan fisik ?
3) Bagaimna cara agar kita bisa menengakkan suatu diangnosis penyakit?
4) Apakah dengan sudah melakukan anamnesis terperinci dan pemeriksaan fisik secara
lengkap, penyakit yang dialami pasien masih bisa salah di diagnosa?
5) Apakah diagnosa bisa berubah rubah seiring bergantinya dokter yang meemriksa si
pasien?

HIPOTESIS

1) Empat tanda vital utama yang dipantau secara rutin oleh professional medis dan penyedia
layanan kesehatan, meliputi suhu tubuh, denyut nadi,, laju pernapasan, dan tekanan
darah.
2) Terdapat empat cara yang dilakukan pada tiap pemeriksaan fisik yang dilakukan, yaitu:
1. Inspeksi
Tahapan yang bertujuan melihat bagian tubuh dan menentukan apakah seseorang
mengalami kondisi tubuh normal atau abnormal. Inspeksi dilakukan secara langsung
(seperti penglihatan, pendengaran, dan penciuman) dan tidak langsung (dengan alat
bantu).
2. Palpasi
Pemeriksaan fisik lanjutan dengan menyentuh tubuh dan dilakukan bersamaan dengan
inspeksi. Palpasi dilakukan menggunakan telapak tangan, jari, dan ujung jari. Tujuannya
untuk mengecek kelembutan, kekakuan, massa, suhu, posisi, ukuran, kecepatan, dan
kualitas nadi perifer pada tubuh.
3. Auskultasi
Proses mendengarkan suara yang dihasilkan tubuh untuk membedakan suara normal dan
abnormal menggunakan alat bantu stetoskop. Suara yang didengarkan berasal dari sistem
kardiovaskuler, respirasi, dan gastrointestinal.
4. Perkusi
Tahapan ini bertujuan mengetahui bentuk, lokasi, dan struktur di bawa kulit. Perkusi bisa
dilakukan secara langsung dan tidak langsung.
3) Penegakkan suatu diagnosis diawali dengan cara mengumpulkan informasi melalui
anamnesis atau yang berkaitan dengan pemeriksaan Riwayat Kesehatan yang kemudia
akan dilanjutkan dengan pemeriksaan kondisi fisik pasien.
Dalam mendiagnosis suatu penyakit harus melalui beberapa tahapan yaitu:
1. Anamnesis, yang terdiri dari keluhan utama, riwayat perjalanan penyakit saat ini,
riwayat penyakit keluarga, riwayat penyakit dahulu, dan riwayat reproduksi wanita
ditanyakan kepada pasien secara lengkap dan mendetail. Suatu anamnesis dapat
dilakukan secara autoanamnesis (secara langsung pada pasien) atau pada keluarga, teman
kerja dll (alloanamnesis).
2. Pemeriksaan fisik, dilakukan untuk menentukan kelainan suatu sistem atau organ
tubuh dengan menggunakan 4 cara yaitu inspeksi (melihat), palpasi (meraba), perkusi
(mengetuk) dan auskultasi ( mendengar menggunakan alat stetoskop). Pemeriksaan fisik
khusus juga dilakukan pemeriksaan tanda vital seperti nadi, pernafasan, tekanan darah,
suhu tubuh, status gizi dan tingkat kesadaran juga diperiksa secara detail.
3. Pemeriksaan penunjang, juga dilakuakn untuk memperkuat diagnosis yang
dihasilkan dari pemeriksaan fisik. Pemeriksaan penunjang yang dilakukan dapat berupa
pemeriksaan laboratorium (darah, urin, feses dll) spirometri, audiometri, rontgen, USG,
EKG dll.
4) Kesalahan diagnosis bisa saja terjadi walaupun sudah dilakukan anamnesis tercperinci
dan pemeriksaan fisik yang lengkap. Kesalahan diagnosis termasuk ke dalam kategori
kelalaian dokter. Kesalahan diagnosis tentu saja bisa terjadi karena beberapa factor
seperti kurangnya kuantitas tenaga medis pada tempat-tempat pelayanan kesehatan serta
tidak lengkapnya fasilitas pemeriksaan penunjang, selain itu perlu diperhatikam juga
apakah dokter tersebut telah bekerja sesuai aturan atau tidak sesuai dengan kode etik
yang berlaku.
5) Perbedaan diagnosis di kalangan dokter mungkin saja terjadi. Baik perbedaan pendapat
antara dokter umum dengan dokter umum, dokter umum dengan dokter spesialis, dokter
spesialis dengan dokter spesialis, bahkan perbedaan pendapat dari dokter itu sendiri.
Perbedaan diagnosis biasanya terjadi pada kasus penyakit spesifik.
Selain itu ada beberapa pemicu lainnya yang menyebabkan perbedaan diagnosis antara
satu dokter dengan dokter yang lainnya ini, yaitu:

•Perbedaan kajian ilmu


•Perbedaan jam terbang
•Kondisi pasien yang kurang kooperatif saat sakit
•Waktu pemeriksaan yang berbeda juga bisa menyebabkan diagnosa yang berbeda pula
seiring berkembangnya penyakit tersebut.

SKEMA

Dilla (Seorang dokter yang


bekerja di Puskesmas
Pulau Sambu)

Didapati pasien
sebanyak 60 orang

Setiap pasien diberikan


pemeriksaan

1. Anamnesis 2. Pemeriksaan tanda 3. Pemeriksaan fisik secara


tanda vital umum

Diagnosis yang
tepat
LEARNING OBJECTIVE

1) Mahasiswa mampu menjelaskan langkah-langkah melakukan anamnesis penyakit.


2) Mahasiswa mampu menjelaskan pemeriksaan tanda-tanda vital.
3) Mahasiswa mampu menjelaskan pemeriksaan fisik secara umum.

PEMBAHASAN

1. Mahasiswa mampu menjelaskan langkah-langkah melakukan anamnesis penyakit.


a. Pengertian Anamnesis
Anamnesa adalah : Cara pemeriksaan yang dilakukan dengan wawancara baik
langsung pada pasien ( Auto anamnese ) atau pada orang tua atau sumber lain ( Allo
anamnese ). Hal utama dalam proses pengkajian anamnesis adalah wawancara, 80%
diagnosis ditegakan berdasarkan hasil anamnesis.
b. Pembahasan Anamnesis
Anamnesis yang baik harus mengacu pada pertanyaan yang sistematis, yaitu dengan
berpedoman pada empat pokok pikiran (The Fundamental Four) dan tujuh butir mutiara
anamnesis (The Sacred Seven). Yang dimaksud dengan empat pokok pikiran, adalah
melakukan anamnesis dengan cara mencari data :
1. Riwayat Penyakit Sekarang (RPS)
2. Riwayat Penyakit Dahulu (RPD)
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
4. Riwayat Sosial dan Ekonomi
Sebelum melakukan anamnesis lebih lanjut, pertama yang harus ditanyakan adalah
identitas pasien, yaitu umur, jenis kelamin, ras, status pernikahan, agama dan pekerjaan.

1) Riwayat Penyakit Sekarang


Hal ini meliputi keluhan utama dan anamnesis lanjutan. Keluhan utama adalah
keluhan yang membuat seseorang datang ke tempat pelayanan kesehatan untuk
mencari pertolongan, misalnya : demam, sesak nafas, nyeri pinggang, dll. Keluhan
utama ini sebaiknya tidak lebih dari satu keluhan. Kemudian setelah keluhan utama,
dilanjutkan anamnesis secara sistematis dengan menggunakan tujuh butir mutiara
anamnesis, yaitu:

1. Lokasi (dimana ? menyebar atau tidak ?)


2. Onset / awitan dan kronologis (kapan terjadinya? berapa lama?)
3. Kuantitas keluhan (ringan atau berat, seberapa sering terjadi ?)
4. Kualitas keluhan (rasa seperti apa ?)
5. Faktor-faktor yang memperberat keluhan.
6. Faktor-faktor yang meringankan keluhan.
7. Analisis sistem yang menyertai keluhan utama.

Dalam anamnesis alur pikir yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut :
1. Pendekatan sistematis, sehingga perlu diingat : Fundamental Four & Sacred Seven.
2. Mulai berfikir organ mana yang terkena dan jangan berpikir penyakit apa, sehingga
pengetahuan anatomi dan fisiologi harus dikuasai dengan baik.
3. Anamnesis menggunakan keterampilan interpersonal sehingga dibutuhkan pengetahuan
sosiologi, psikologi dan antropologi.
2) Riwayat Penyakit Dahulu
Ditanyakan adakah penderita pernah sakit serupa sebelumnya, bila dan kapan terjadinya
dan sudah berapa kali dan telah diberi obat apa saja, serta mencari penyakit yang relevan
dengan keadaan sekarang dan penyakit kronik (hipertensi, diabetes mellitus, dll), perawatan
lama, rawat inap, imunisasi, riwayat pengobatan dan riwayat menstruasi (untuk wanita).
3) Riwayat Penyakit Keluarga
Anamnesis ini digunakan untuk mencari ada tidaknya penyakit keturunan dari pihak
keluarga (diabetes mellitus, hipertensi, tumor, dll) atau riwayat penyakit yang menular.
4) Riwayat sosial dan ekonomi
Hal ini untuk mengetahui status sosial pasien, yang meliputi pendidikan, pekerjaan, pernikahan,
kebiasaan yang sering dilakukan (pola tidur, minum alkohol atau merokok, obatobatan, aktivitas
seksual, sumber keuangan, asuransi kesehatan dan kepercayaan).
c. Tahap Tahap Anamnesis

a. Tahap Tahap Anamnesis terdiri atas:


1. Initial exploration : Berisi keluhan utama pasien.
2. Further exploration : Untuk menggali lebih dalam mengenai keluhan pasien, baik dari sisi
penyakit maupun perspektif pasien.
3.Essential background information.

b. Isi (Content) terdiri atas :


1. Disease framework
2. Illness framework
Baik disease framework maupun illness framework termasuk dalam tahap further
exploration. Dari dua bagan di atas dapat kita lihat pula bahwa tujuh butir mutiara anamnesis
(The
Sacred Seven) merupakan bagian dalam ”disease framework”, dan berguna untuk mencari
kemungkinan penyakit apa yang diderita pasien.
Untuk empat pokok pikiran (The Fundamental Four) dapat kita jabarkan sebagai
berikut : Riwayat Penyakit Sekarang (RPS) bagian dari ”initial exploration”; Riwayat Penyakit
Dahulu (RPD), Riwayat Kesehatan Keluarga serta Riwayat Sosial dan Ekonomi merupakan
bagian dari ”essential background information”

2. Mahasiswa mampu menjelaskan pemeriksaan tanda-tanda vital.

Vital sign atau tanda-tanda vital adalah ukuran statistik berbagai fisiologis yang digunakan
untuk membantu menentukan status kesehatan seseorang, terutama pada pasien yang secara
medis tidak stabil atau memiliki faktor-faktor resiko komplikasi kardiopul monal dan untuk
menilai respon terhadap intervensi. Tanda vital juga berguna untuk menentukan dosis yang
adekuat bagi tindakan fisioterapi, khususnya exercise.

Tanda vital terdiri atas :

a. Tekanan darah
Tekanan yang di alami darah pada pembuluh arteri ketika darah di pompa oleh jantung
ke seluruh anggota tubuh. Pengukuran tekanan darah dapat di ukurmelalui nilai
sistolik dan diastolik. Tekanan darah dapat diukur dengan alat sphygmomanometer
dan stestoskop untuk mendengar denyut nadi.
Interpretasi hasil pengukuran tekanan darah pada usia ≥ 18 tahun : berdasarkan Joint
National Committee VII adalah sebagai berikut :

Klasifikasi TDS* TDD*

Tekanan Darah mmHg mmHg

Normal < 120 < 80

Pre-hipertensi 120-139 80-89

Hipertensi 140-159 90-99

Stage 1

Hipertensi >160 >100

Stage 2

TDS: Tekanan darah sistolik . TDD : Tekanan Darah Diastolik

b. Denyut Nadi
Frekunsi denyut nadi manusia bervariasi,tergantung dari banyak faktor yang
mempengaruhinya, pada saat aktivitas normal:
1 ) Normal :60 – 100 x/mnt
2 ) Bradikardi: < 60x/mnt
3) Takhikardi: > 100x/mnt
Pengukuran denyut nadi dapat dilakukan pada:
1) Arteri Radialis. Terletak sepanjang tulang radialis, lebih mudah teraba di atas
pergelangan tangan pada sisi ibu jari. Relatif mudah dan sering dipakai secara
rutin.
2) Arteri Brachialis. Terlertak di dalam otot biceps dari lengan atau medial di lipatan
siku. Digunakan untuk mengukur tekanan udara.
3) Arteri Karotis. Terletak di leher di bawah lobus telinga, di mana terdapat arteri
karotid berjalan di antara trakea dan otot sternokleidomastoideus.

c. Suhu Tubuh
Temperatur (suhu) merupakan besaran pokok yang mengukur derajat panas suatu
benda/makhluk hidup.
Suhu tubuh dihasilkan dari:
1) Laju metabolisme basal diseluruh tubuh
2) Aktifitas otot
3) Metabolisme tambahan karena pengaruh hormon
Tindakan dalam pemeriksaan suhu tubuh alat yang digunakan adalah termometer.
Jenis2 termometer yang biasa dipakai untuk mengukur suhu tubuh adalah termometer
air raksa dan digital.
Metode mengukur suhu tubuh:
1) Oral. Termometer diletakkan dibawah lidah tiga sampai lima menit. Tidak
dianjurkan pada bayi
2) Axilla. Metode yang paling sering di lakukan . Dilakukan 5-10 menit dengan
menggunakan termometer raksa. Suhu aksila lebih rendah 0.6° C (1°F) dari pada
oral.
3) Rectal. Suhu rektal biasanya berkisar 0.4°C (0.7°F) lebih tinggi dari suhu oral.
Alat Pengukur Suhu Tubuh
Alat pengukur suhu disebut termometer, yang terdiri dari beberapa jenis yaitu
1. Termometer elektronik
Termometer elektronik, mengubah skala suhu dengan mengaktifkan tombol, dan
memiliki unit penyaji yang disuplai oleh baterai, kabel. kawat tipis, dan probe yang
ditutup oleh pembungkus sekali pakai. Kelebihan termometer elektronik adalah
kecepatan dan kemudahan penyajian hasilnya, sedangkan kerugiannya adalah harganya
mahal, kebersihan probe harus dijaga untuk menghindari kontaminasi fatrointestinal.

Bentuk lain dari termometer elektronik digunakan secara eksklusif untuk suhu timpani,
dengan spekulum yang berbentuk otoskop dengan ujung sensor infra merah mendeteksi
panas yang diradiasikan dari membran timpani yang ditempatkan pada kanalis
auditorius selama beberapa detik, selanjutnya sinyal suara dan pembacaan tampak pada
unit penyaji saat pembacaan suhu puncak telah diukur. Termometer elektronik terbaru
berfungsi mengukur suha arteri temporalis superfisial, dengan pemindai genggam
dengan ujung sensor inframerah untuk mendeteksi suhu aliran darah kulit yang
menggeser sensor di sepanjang dahi dan belakang telinga, suhu arteri temporalis
merupakan pengukuran suhu inti yang tidak invasif.
2. Termometer Sekali Pakai (Chemical DoT), lembaran plastik tipis dengan sensor suhu
pada salah satu ujungnya, sensornya berasal dari titik-titik yang ditanam secara kimiawi
dan dapat berubah warna pada suhu yang berbeda yang menggambarkan pembacaan
suhu biasanya dalam 60 detik. Pada versi Celsius terdapat 50 titik tiap titik menandakan
perubahan suhu sebesar 0,10C, dalam kisaran 35.5 sampai 40,40C. Pada umumnya
termometer ini, sekali pakai dan digunakan untuk ruang isolasi.
3. Termometer Kaca
Termometer air raksa, berbentuk tube kaca yang tertutup pada salah satu ujungnya dan
bulatan yang berisi air raksa pada ujung lainnya.Pajanan balatan terhadap panas
menyebabkan air raksa mengembang dan naik di dalam tube tersebut, alat ini memiliki
skala Fahrenheitdan Celsius.

Rentang Suhu
Suhu tubuh merupakan tanda vitail, yang kompleks serta non linier dan
dipengaruhi oleh banyak faktor internal dan eksternal Stihu tubuh normal untuk orang
dewasa yang sehat adalah sekitar 98,5 derajat Fahrenheit atan 370 OC. Suhu tubuh
mamatia biasanya berkisar antara 36,50C hingga 37.50C (97,7 hingga 995 derajat
Fahrenheit. Suhu tubuh diatur di hipotalamus dalam rentang termodinamika yang
sempit dan dipertahankan untuk mengoptimalkan transmisi sinaptik dari reaksi biokimia
(Sapra, Malik and Bhandar, 2021) Nilai suhu tubuh juga dipengaruhi oleh lokasi
pengukuran (oral, rekta), aksila, membran timpani, esofagus, arteri pulmonal, atau
kandang kemih). Hasil pengukuran suhu akan bervarias sesti lokasi pengukuran, tetapi
biasanya. berkisar antara 360C-380C, shu rektal lebih tinggi 0,50C dari suhu ond,
sedangkan suhu aksila lebih rendah 0,50C dari suhu oral.

d. Pernapasan
Frekuensi proses inspirasi dan ekspirasi dalam satuan waktu/menit.
Faktor yang mempengaruhi Respiratory Rate:
1) Usia
2) Jenis kelamin
3) Suhu Tubuh
4) Posisi tubuh
5) Aktivitas

Interpretasi
Takhipnea :Bila pada dewasa pernapasan lebih dari 24 x/menit
Bradipnea : Bila kurang dari 10 x/menit
Apnea : Bila tidak bernapas.

3. Mahasiswa mampu menjelaskan pemeriksaan fisik secara umum.


Pemeriksaan umum merupakan tahapan awal dari pemeriksaan fisik secara keseluruhan.
Pemeriksaan fisik ini bertujuan mengumpul-kan data tentang status kesehatan klien,
status mental, penampilan, si-kap, tinggi badan, berat badan, dan tanda-tanda vital
meliputi: tekanan darah, nadi, suhu, dan frekuensi pernafasan.
A. Prinsip-Prinsip Pemeriksaan Fisik Umum
Panduan pemeriksaan fisik umum meliputi: pengaturan po-sisi, tindakan pencegahan
universal, metode pemeriksaan fisik, pengkajian terfokus, dan teknik pemeriksaan fisik
yang konsisten.
1.Pengaturan Posisi
Pengaturan posisi sangat penting artinya terhadap keber-hasilan pengumpulan data
selama pemeriksaan fisik dilakukan, sehingga pengaturan posisi harus dikuasai oleh
pemeriksa se-belum melakukan pemeriksaan fisik.Pemeriksa perlu memberikan
penjelasan terhadap klien akan adanya beberapa perubahan posisi selama pemerik-saan
fisik dilakukan, penjelasan ini selain untuk memberikan kenyamanan juga
mempermudah pemeriksa saat melakukan pemeriksaan fisik.
2. Tindakan Pencegahan Universal
Untuk mencegah dan meminimalkan perpindahan pato-gen yang tidak teridentifikasi
khususnya patogen yang hidup dalam darah, maka pemeriksa perfmmelakukan tindakan
pen-cegahan seperti: mencuci tangan sebelum dan sesúdah kontak dengan klien,
menggunakan sarung tangan bila akan menyen-tuh darah atau cairan tubuh,
menggunakan pelindung seperti masker atau pelindung mata untuk melindungi
membran mu-kosa mulut, hidung, dan mata selama menjalankan prosedur pemeriksaan.

3. Metode Pemeriksaan Fisik


Metode yang digunakan saat pemeriksaan fisik yaitu: me-tode "head to toe"dan metode
sistem tubuh, kombinasi dari kedua metode tersebut dalam pemeriksaan fisik akan lebih
lengkap dan menyeluruh.

4. Pengkajian Terfokus
Pengkajian terfokus adalah suatu teknik pengkajian yang difokuskan terhadap organ,
sistem organ atau daerah terten-tu pada tubuh, biasanya dikarenakan adanya keluhan
terhadap perubahan status kesehatan klien. Contoh keluhan nyeri yang dirasakan klien
pada pergelangan tangan maka fokus pengkaji-an pemeriksa diarahkan pada nyeri
pergelangan tangan.
5. Teknik Pemeriksaan Fisik yang Konsisten
Teknik pemeriksaan fisik meliputi: inspeksi, palpasi, per-kusi, dan auskultasi harus
digunakan secara konsisten dalam melakukan pemeriksaan fisik. Keempat teknik
pemeriksaan fisik tersebut digunakan secara sis Amatik pada semua bagian tubuh,
kecuali pada abdomen. Pemeriksaan fisik pada abdomen teknik inspeksi dan auskultasi
dilakukan terlebih dahulu sebe-lum teknik perkusi dan palpasi.
B. Teknik Pemeriksaan Fisik
Ada empat teknik pemeriksaan fisik yang biasa digunakan an-tara lain: inspeksi,
palpasi, perkusi, auskultasi.
1. Inspeksi
Inspeksi merupakan teknik pemeriksaan fisik yang menguta-makan kemampuan
pengamatan pemeriksa. Data didapatkan atas hasil pengamatan dengan melihat
kesimetrisan suatu area tubuh, perubahan warna, adanya let sampai luka atau peru-
bahan-perubahan yang sifatnya patologis pada daerah tubuh yang diperiksanakan otot
bantu pernafasan. Contoh hasil pemeriksaan fisik dengan teknik inspeksi yaitu:
Nn. N, 18 tahun, dibawa ke IGD dengan intoksikasi baygon karena tidak lulus UAN.
Saat dilakukan pemeriksaan fisik denngan
teknik inspeksi: Keadaan umum lemah,
kesadaran somnolen, pernafasan cuping
hidung, mukosa bibir kering, mulut
berbusa, bibir sianosis, terlihat menggu-
nakan otot bantu pernafasan.
2. Palpasi
Palpasi merupakan teknik pemeriksaan fisik yang mengan-dalkan kepekaan tangan
pemeriksa terhadap daerah pemeriksaan . Kedua telapak tangan pemeriksa secara
anatomi fisiologi memiliki persarafan yang sangat banyak (peka) dan membantu saat
melakukan pemeriksaan dengan teknik palpasi.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam men-capai keberhasilan penggunaan
tamknik palpasi yaitu: untuk mengetahui tekstur kuli sebaiknya pemeriksa
menggunakan ujung-ujung jari, untuk menentukan letak dan posisi suatu organ dapat
dilakukan dengan menggunakan dua tangan: satu tangan untuk merasakan bagian yang
dipalpasi dan tangan lainnya melakukan penekanan ke bawah (bimanual), untuk
mengetahui temperatur tubuh, sebaiknya pemeriksa menggunakan kepe-kaan punggung
tangan.
Data yang bisa didapat dengan teknik palpasi antara lain: krepitasi (pada dada),
temperature tubuh, vibrasi (pada punggung dan dada), kelembaban kulit, tekstur kulit,
dan elastisitas kulit. Contoh hasil pemeriksaan fisik dengan teknik palpasi:
Tn. K. 45 tahu, dengan diagnosa, medis
Empisema Subkutan. Klien mengeluh
sesak, nyeri saat bernafas, dan mengeluh
tidak nyaman di dadanya. Hasil
pemeriksaan fisik denga teknik palpasi:
Krepitasi (+) pada pulmo dekstra lateral, vibrasi lebih kuat pada dada sebelah
kanan.

3. Perkusi
Perkusi merupakan tindakan pemeriksaan fisik yang meng-utamakan kemampuan
keterampilan membedakan suara hasil ketukan tangan pemeriksa pada daerah
pemeriksaan. Melalui teknik perkusi akan dihasilkan bunyi yang berbeda-beda, cara
spesifik menunjukkan kondisi organ yang dilakukan pengetukan.
Teknik perkusi yang dilakukan adalah teknik perkusi langsung dan tidak
langsung.Perkusi langusng merupakan teknik perkusi dengan menggunakan tangan
pemeriksa tana menggunakan bantalan terlebih dahulu. Perkusi jenis ini dilakukan pada
pemeriksaan sinus pada daerah wajah (frontal, spenoidalis, maksilaris, dan etmo-idalis).
Perkusi tidak langsung dilakukan dengan menggunakan tangan dominan pemeriksa
sebarai pengetuk dan tangan non dominan sebagai bantalan .Perkusi jenis ini seringkali
dilakukan saat pemeriksaan fisik pada daerah dada, punggung, hepar dan abdomen.
Bunyi yang dapat dihasilkan melalui perkusi antara lain: resonan (intensitas sedang),
hiperesonan (intensitas tinggi/nyaring) pada daerah paru. Timpani(nyaring seperti drum)
dan dulnes (intensitas sedang) pada daerah abdomen. Contoh hasil pemeriksaan fisik
dengan teknik perkusi:
Ny. M, 34 tahun, dengan diagnosa medis
Gastroenteritis (GE), saat dilakukan
pengkajian klien mengeluh kembung. Hasil
pe-meriksaan fisik dengan teknik
perkusi: timpani (+) kuadran kanan
bawah, dullness (+) kuadran kanan atas.

4. Auskultasi
Auskultasi merupakan teknik pemeriksaan fisik dengan mengandalkan kepekaan
mendengar bunyi yang dihasilkan organ dalam melalui bantuan alat pemeriksaan fisik
stetoskop. Data yang bisas di dapat dengan menggunakan teknik auskultasi antara lain:
pada daerah paru (ronchi, kra-kels, wheezing, vesikuler, bronkovesikuler, dan bronkial),
pada daerah jantung (gallops, murmur), dan pada daerah abdomen (bising usus).

Contoh hasil pemeriksaan fisik dengan teknik auskultasi:


Tn. P, 24 tahun, dengan diagnosa medis
TB par. Klien menge-luh sering batuk
tapi dahak sulit dikeluarkan. Hasil
pemerik-saan fisik dengan teknik
auskultasi: ronchi (+) pada daerah
pulmo dekstra medial, krafmls (+)
pada lobus pulmo sinistra lateral.

Daftar Pustaka
https://fk.uns.ac.id/static/file/Manual_Semester_II-2012.pdf

https://books.google.co.id/books?
hl=id&lr=&id=PjJAEAAAQBAJ&oi=fnd&pg=PA27&dq=info:utfPbiPPz04J:scholar.g
oogle.com/
&ots=6D87yETX05&sig=f8KqG09aBGz9dNmWBCfRcNM0AF8&redir_esc=y#v=one
page&q&f=false

Sulistyowati A. (2018) Pemeriksaan Tanda Tanda Vital. Akademi Keperawatan Kerta


Cendekia Sidoarjo, Jawa timur.
https://myklassfkik.umy.ac.id/pluginfile.php/92357/mod_resource/content/1/BUKU
%20PANDUAN%20SKILLS%20LAB%20BLOK%205.pdf

Anda mungkin juga menyukai