Anda di halaman 1dari 33

Topik VIII

Mampu melakukan Pemeriksaan Fisik

A. Prinsip Umum Pemeriksaan Fisik


Pemeriksaan fisik merupakan peninjauan dari ujung rambut sampai ujung kaki (head
to toe) pada setiap sistem tubuh yang memberikan informasi objektif tentang klien dan
memungkinkan kita sebagai seorang perawat untuk membuat penilaian klinis. Pemeriksaan
fisik dilakukan pada klien secara keseluruhan atau hanya bagian tertentu yang dianggap
perlu, untuk memperoleh data yang sistematif dan komprehensif, memastikan/membuktikan
hasil anamnesa, menentukan masalah dan merencanakan tindakan keperawatan yang tepat
bagi klien.
1. Definisi Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik adalah pemeriksaan tubuh untuk menentukan adanya kelainan
kelainan dari suatu sistem atau suatu organ tubuh dengan cara melihat (inspeksi), meraba
(palpasi), mengetuk (perkusi) dan mendengarkan (auskultasi). Pemeriksaan fisik adalah
metode pengumpulan data yang sistematik dengan memakai indera penglihatan,
pendengaran, penciuman, dan rasa untuk mendeteksi masalah kesehatan klien. Untuk
pemeriksaan fisik perawat menggunakan teknik inspeksi, auskultasi, palpasi, dan perkusi.
Pemeriksaan fisik dalam keperawatan digunakan untuk mendapatkan data objektif dari
riwayat keperawatan klien. Pemeriksaan fisik sebaiknya dilakukan bersamaan dengan
wawancara. Fokus pengkajian fisik keperawatan adalah pada kemampuan fungsional klien.
Misalnya, klien mengalami gangguan sistem muskuloskeletal, maka perawat mengkaji
apakah gangguan tersebut mempengaruhi klien dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari atau
tidak.
2. Tujuan Pemeriksaan Fisik
Secara umum, pemeriksaan fisik yang dilakukan bertujuan:
a. Untuk mengumpulkan dan memperoleh data dasar tentang kesehatan klien.
b. Untuk menambah, mengkonfirmasi, atau menyangkal data yang diperoleh dalam
riwayat keperawatan.
c. Untuk mengkonfirmasi dan mengidentifikasi diagnosa keperawatan.
d. Untuk membuat penilaian klinis tentang perubahan status kesehatan klien dan
penatalaksanaan.
e. Untuk mengevaluasi hasil fisiologis dari asuhan keperawatan.
3. Manfaat Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik memiliki banyak manfaat, baik bagi perawat sendiri, maupun bagi
profesi kesehatan lain, di antaranya:
a. Sebagai data untuk membantu perawat dalam menegakkan diagnose keperawatan.
b. Mengetahui masalah kesehatan yang di alami klien.
c. Sebagai dasar untuk memilih intervensi keperawatan yang tepat.
d. Sebagai data untuk mengevaluasi hasil dari asuhan keperawatan.
4. Hal–hal yang Perlu Diperhatikan Dalam Pemeriksaan Fisik
a. Selalu meminta kesediaan/izin pada pasien untuk setiap pemeriksaan (informed
consent).
b. Jagalah privasi pasien.
c. Pemeriksaan harus seksama dan sistematis.
d. Jelaskan apa yang akan dilakukan sebelum pemeriksaan (tujuan, kegunaan, cara dan
bagian yang akan diperiksa)
e. Beri instruksi spesifik yang jelas.
f. Berbicaralah yang komunikatif (kalau perlu gunakan bahasa daerah setempat).
g. Ajaklah klien untuk bekerja sama dalam pemeriksaan.
h. Perhatikanlah ekpresi/bahasa non verbal dari klien.
i. Jangan menyakiti klien.

B. Teknik Pemeriksaan Fisik


1. Anamnesa
Anamnesa adalah cara pemeriksaan yang dilakukan dengan wawancara baik langsung
pada pasien (Auto anamnese) atau pada orang tua atau sumber lain ( Allo anamnese ). 80%
untuk menegakkan diagnosa didapatkan dari anamnese.
Tujuan anamnesis adalah untuk mendapatkan keterangan sebanyak-banyaknya
mengenai penyakit pasien, membantu menegakkan diagnosa sementara, ada beberapa
penyakit yang sudah dapat ditegaskan dengan anamnese saja, menetapkan diagnosa banding,
membantu menentukan penatalaksanaan selanjutnya.
Langkah-langkah anamnesis mula-mula dipastikan identitas pasien dengan, lengkap
(informasi biografi), keluhan utama, riwayat kesehatan saat ini, riwayat penyakit terdahulu.
Kaji data pasien :
1. Nama
2. Umur
3. Agama
4. Pendidikan
5. Pekerjaan
6. Suku Bangsa
7. Alamat
8. Nomor Telfon
9. Bahasa
2. Pemeriksaan Tanda-tanda Vital
Pemeriksaan tanda vital merupakan bagian dari data dasar yang dikumpulkan oleh
perawat selama pengkajian. Perawat mengkaji tanda vital kapan saja klien masuk ke bagian
perawatan kesehatan. Tanda vital dimasukkan ke pengkajian fisik secara menyeluruh atau
diukur satu persatu untuk mengkaji kondisi klien. Penetapan data dasar dari tanda vital
selama pemeriksaan fisik rutin merupakan control terhadap kejadian yang akan datang.
Pemeriksaan tanda vital terdiri atas pemeriksaan nadi, pernafasan, tekanan darah dan
suhu. Pemeriksaan ini merupakan bagian penting dalam menilai fisiologis dari sistem tubuh
secara keseluruhan
a. Pemeriksaan Nadi
Denyut nadi merupakan denyutan atau dorongan yang dirasakan dari proses
pemompaan jantung. Setiap kali bilik kiri jantung menegang untuk menyemprotkan darah ke
aorta yang sudah penuh, maka dinding arteria dalam sistem peredaran darah mengembang
atau mengembung untuk mengimbnagi bertambahnya tekanan. Mengembangnya aorta
menghasilkangelombang di dinding aorta yang akan menimbulkan dorongan atau denyutan.
Tempat-tempat menghitung denyut nadi adalah :
1) Ateri radalis : Pada pergelangan tangan
2) Arteri temporalis : Pada tulang pelipis
3) Arteri carotis : Pada leher
4) Arteri femoralis : Pada lipatan paha
5) Arteri dorsalis pedis : Pada punggung kaki
6) Arteri popliteal : pada lipatan lutut
7) Arteri bracialis : Pada lipatan siku
8) Jumlah denyut nadi yang normal berdasarkan usia seseorang adalah:
9) Bayi baru lahir : 110 – 180 kali per menit
10) Dewasa : 60 – 100 kali per menit
11) Usia Lanjut : 60 -70 kali per menit
b. Pemeriksaan Tekanan Darah
Pemeriksaan tekanan darah dapat dilakukan. Beberapa langkah yang dilakukan pada
pemeriksaan tekanan darah menggunakan sfigmomanometer air raksa. Tempat untuk
mengukur tekanan darah seseorang adalah :
1) Usia 4 – 6 tahun : 100/60 mmHg
2) Usia 6 – 8 tahun : 105/60 mmHg
3) Usia 8 – 10 tahun : 110/60 mmHg
4) Usia 10 – 12 tahun : 115/60 mmHg
5) Usia 12 – 14 tahun : 118/60 mmHg
6) Usia 14 – 16 tahun : 120/65 mmHg
7) Usia 16 tahun ke atas : 130/75 mmHg
8) Usia lanjut : 130-139/85-89 mmHg
c. Pemeriksaan Pernafasan
Pemeriksaan Pernafasan merupakan pemeriksaan yang dilakukan untuk menilai
proses pengambilan oksigen dan pengeluaran karbondioksida. Pemeriksaan ini bertujuan
untuk menilai frekwensi, irama, kedalaman,dan tipe atau pola pernafasan. Pernapasan adalah
tanda vital yang paling mudah di kaji namun paling sering diukur secara sembarangan.
Perawat tidak boleh menaksir pernapasan. Pengukuran yang akurat memerlukan observasi
dan palpasi gerakan dinding dada. Berikut adalah usia dan frekuensi per menitnya :
1) Bayi baru lahir : 35-40
2) Bayi (6 bulan) : 30-50
3) Toodler : 25-32
4) Anak-anak : 20-30
5) Remaja : 16-19
6) Dewasa : 12-20
d. Pemeriksaan Suhu
Merupakan salah satu pemeriksaan yang digunakan untuk menilai kondisi
metabolisme dalam tubuh, dimana tubuh menghasilkan panas secara kimiawi maupun
metabolisme darah.Suhu dapat menjadi salah satu tanda infeksi atau peradangan yakni
demam (di atas > 37°C). Suhu yang tinggi juga dapat disebabkan oleh hipertermia. Suhu
tubuh yang jatuh atau hipotermia juga dinilai. Untuk pemeriksaan yang cepat, palpasi dengan
punggung tangan dapat dilakukan, tetapi untuk pemeriksaan yang akurat harus dengan
menggunakan termometer. Termometer yang digunakan bisa berupa thermometer oral,
thermometer rectal dan thermometer axilar.
Proses pengaturan suhu terletak pada hypotalamus dalam sistem saraf pusat. Bagian
depan hypotalamus dapat mengatur pembuangan panas dan hypotalamus bagian belakang
mengatur upaya penyimpanan panas.
Pemeriksaan suhu dapat dilakukan melalui oral, rektal, dan aksila yang digunakan
untuk menilai keseimbangan suhu tubuh serta membantu menentukan diagnosis dini suatu
penyakit. Tempat untuk mengukur suhu badan seseorang adalah :
1) Ketiak/ axilea, pada area ini termometer didiamkan sekitar 10 – 15 menit.
2) Anus/ dubur/ rectal, pada area ini termometer didiamkan sekitar 3 – 5 menit.
3) Mulut/oral, pada area ini termometer didiamkan sekitar 2 – 3 menit
4) Seseorang dikatakan bersuhu tubuh normal, jika suhu tubuhnya berada pada 36ºC –
37,5ºC.
3. Pengkajian Keadaan Umum
Keadaan umum pasien dapat ditentukan dengan melakukan pengamatan awal terlebih
dahulu, untuk mengetahui ada tidaknya kelainan-kelainan yang mungkin berkaitan dengan
penyakit yang diderita pasien. Keadaan umum pasien dapat diamati misalnya dari ekspresi
wajah, sikap badan, cara berbicara, dan gaya berjalan pasien, yang kemudian dilanjutkan
dengan melakukan penilaian keadaan urnurn pasien. Secara umum, keadaan umum pasien
dapat dinyatakan dalarn tiga kriteria, yaitu tampak sakit ringan, sakit sedang atau sakit berat.
Sebagai contoh pada pasien yang datang berobat dengan kasus appendixitis.
Pada ekspresi wajah tampak pasien meringis menahan sakit, sikap badan tidak tenang
dan gelisah, berbicara dengan terputus-putus, serta berjalan membungkuk, sambil memeluk
sisi perut sebelab. kanan. Dari pengamatan terhadap ekspresi, sikap badan, cara berbicara,
dan gaya berjalan pasien, dilakukan penilaian terhadap keadaan umum pasien, yaitu tampak
sakit berat. Salah satu manfaat dari penilaian keadaan umurn pasien adalah, dokter dapat
memperkirakan apakah pasien berada dalam kedaruratan medik, atau tidak, sehingga dapat
ditentukan tindakan medis apa yang harus dilakukan selanjutnya secara sistematis.
Terdapat beberapa jenis tingkat kesadaran mulai dari sadar penuh atau kompos mentis hingga
penurunan kesadaran yang dalam (koma). Tingkat-tingkat kesadaran yang lazim diketahui
antara lain adalah :
a) Kompos Mentis, yaitu tingkat kesadaran sepenuhnya baik terhadap diri maupun
lingkungan sekitarnya. Pasien dapat menjawab dengan baik pertanyaan pertanyaan pemeriksa
yang ditujukan kepadanya.
b) Apatis, yaitu tingkat kesadaran dimana pasien tampak acuh tak acuh terhadap
lingkungan di sekitarnya. Respon verbal masih baik.
c) Delirium, yaitu penurunan kesadaran dimana pasien tampak gaduh gelisah, berbicara
tidak menentu dan disorientasi terhadap waktu dan tempat.
d) Somnolen, yaitu penurunan kesadaran dimana pasien tampak lemah, mengantuk,
respon verbal masih baik dan dapat sadar atau menjawab pertanyaan bila dirangsang, akan
tetapi pasien akan kembali tertidur bila rangsangan dihentikan.
e) Sopor, yaitu keadaan kesadaran dimana pasien dalam keadaan mengantuk yang
dalam. Pasien masih dapat dibangunkan dengan rangsangan yang kuat misalnya rangsang
nyeri, tetapi pasien tidak terbangun sempurna dan tidak dapat memberikan jawaban verbal
yang baik.
f) Koma, yaitu penurunan kesadaran yang dalam. Tidak ada pergerakan spontan dan
tidak memberikan respon terhadap rangsang nyeri.
4. Pemeriksaan Fisik Per Sistem
1) Kepala
Inspeksi
1. Rambut: Kebersihan, Rontok atau tidak
2. Muka : Ada benjolan atau tidak, Chlosma gravidarum
3. Mata
- Konjungtiva : merah/pucat
-Sclera : ikterus/ tidak
- Kelopak : ada edema/ tidak
4. Hidung: Ada polop/tidak
5. Mulut: Kebersihan, Mukosa bibir, Bibir pecah-pecah atau tidak, Gigi caries atau tidak
2) Leher
Inspeksi
1. Ada/tidak pembesaran kelenjar tiroid
2. Ada/tidak pembesaran vena jugularis
3) Payudara
Inspeksi
1. Kesimetrisan payudara
2. Aeriola mamae
3. Puting menonjol/tidak
4. Untuk kehamilan lebih dari 16 minggu ada/tidak colosterum
4) Abdomen
Inspeksi
1. Lihat garis lurus dari pusat kebawah
-Linea nigra : garis yang berwarna hitam kecokelatan
-Linea alba : garis yang berwarna putih
2. Lihat garis-garis memanjang atau gurat (striae) untuk menentukan kehamilan primi atau
multi
-Striae albican : gurat yang berwarna putih untuk multigravida
-Striae livide : gurat yang berwarna biru untuk primigravida
3. Ada/tidak luka bekas operasi
Palpasi Abdomen
Maksud untuk melakukan palpasi adalah untuk :
a) Memperkirakan adanya kehamilan.
b) Memperkirakan usia kehamilan.
c) Presentasi - posisi dan taksiran berat badan janin.
d) Mengikuti proses penurunan kepala pada persalinan.
e) Mencari penyulit kehamilan atau persalinan.
Teknik palpasi abdomen pada ibu hamil :
a) Jelaskan maksud dan tujuan serta cara pemeriksaan palpasi yang akan saudara lakukan
pada ibu.
b) Ibu dipersilahkan berbaring telentang dengan sendi lutut semi fleksi untuk mengurangi
kontraksi otot dinding abdomen.
c) Leopold I s/d III, pemeriksa melakukan pemeriksaan dengan berdiri disamping kanan ibu
dengan menghadap kearah muka ibu ; pada pemeriksaan Leopold IV, pemeriksa berbalik
arah sehingga menghadap kearah kaki ibu.
Leopold I :
1. Kedua telapak tangan pemeriksa diletakkan pada puncak fundus uteri.
2. Tentukan tinggi fundus uteri untuk menentukan usia kehamilan.
3. Rasakan bagian janin yang berada pada bagian fundus (bokong atau kepala)
Bokong → jika lebih lunak, lebar dan tidak melenting
Kepala → jika keras dan mudah melenting
Leopold II :
1. Kedua telapak tangan pemeriksa bergeser turun kebawah sampai disamping kiri dan
kanan umbilikus.
2. Tentukan bagian punggung janin untuk menentukan lokasi auskultasi denyut jantung
janin nantinya.
3. Tentukan bagian-bagian kecil janin.
Leopold III :
1. Pemeriksaan ini dilakukan dengan hati-hati oleh karena dapat menyebabkan perasaan
tak nyaman bagi pasien.
2. Bagian terendah janin dicekap diantara ibu jari dan telunjuk tangan kanan.
3. Ditentukan apa yang menjadi bagian terendah janin dan ditentukan apakah sudah
mengalami engagemen atau belum.
Leopold IV :
1. Pemeriksa merubah posisinya sehingga menghadap ke arah kaki pasien.
2. Kedua telapak tangan ditempatkan disisi kiri dan kanan bagian terendah janin.
3. Digunakan untuk menentukan sampai berapa jauh derajat desensus janin.
Auskultasi abdomen
Auskultasi detak jantung janin (DJJ):
Sedikit dibwah pusat sebelah kiri atau kanan untuk bayi normal.
5) Vulva
1. Tanyakan pada ibu
2. Ada keputihan atau tidak
3. Jika ada tanyakan pada ibu
a) Banyak atau tidak
b) Gatal atau tidak
c) Lakukan pemeriksaan secret
4. Ada atau tidak bengkak didaerah genetalia
5. Ada atau tidak perdarahan
6) Kaki
Inspeksi
1. Panjang kaki sama atau tidak
2. Keberdihan kuku, pucat atau tidak
3. Ada atau tidak edema
Perkusi
Untuk melihat repleks patela

Topik IX
Mampu mengenal Jenis dan Fungsi Alat dalam Praktik Kebidanan

Jenis dan fungsi alat dalam praktik kebidanan


A. Pemeriksaan Kehamilan
1. Tensimeter : alat yang digunakan untuk mengukur denyut atau curah jantung kita dalam
memompa darah keseluruh tubuh
2. Termometer : alat yang digunakan untuk mengukur suhu tubuh
3. Jam tangan : alat ini digunakan untuk menghitung DJJ, pernafasan, dan nadi
4. Dopler/monoaural : alat ini digunakan untuk mendengar dan menghitung denyut jantung
janin
5. Refleks Patella : alat ini digunakan pemeriksaan dengan pengetukan pada tendon patella
menggunakan palu refleks
6. Pita Ukur : alat ini digunakan untuk mengukur tinggi fundus uteri (TFU) pada ibu
7. Lingkaran Lila : alat ini digunakan untuk mengukur status gizi ibu
8. Timbangan : alat ini digunakan untuk menimbang berat badan ibu
9. Jangka Panggul
10. Stetoskop : alat yang digunakan untuk mendeteksi/mendengar detak jantung atau bunyi
nafas
11. Tongue Spatel : alat ini digunakan untuk memeriksa keadaan lidah pasien
12. Penlight/senter : alat ini digunakan untuk memeriksa keadaan mata, hidung, dan telinga
pasien

B. Pertolongan Persalinan
1. Kala I :
a) Alat Tulis : alat ini digunakan untuk mencatat
b) Buku Registrasi : alat ini digunakan untuk mencatat data-data pasien
c) Status Pasien : alat ini digunakan untuk keadaan pasien
d) Tensimeter : alat yang digunakan untuk mengukur denyut atau curah jantung kita
dalam memompa darah keseluruh tubuh
e) Termometer : alat yang digunakan untuk mengukur suhu tubuh
f) Jam Tangan : alat ini digunakan untuk menghitung DJJ, pernafasan, dan nadi
g) Stetoskop : alat yang digunakan untuk mendeteksi/mendengar detak jantung atau
bunyi nafas
h) Dopler : alat ini digunakan untuk mendengar dan menghitung denyut jantung janin
i) Sarung Tangan Steril/DTT : alat ini digunakan untuk melakukan vulva hygiene
j) Kapas Lembab : alat ini digunakan untuk melakukan vulva hygiene sebelum
melakukan pemeriksaan dalam
k) Bengkok : alat ini digunakan sebagai tempat alat-alat yang sudah terpakai saat
menolong persalinan/merawat luka atau aktifitas kebidanan lainnya.
2. Kala II :
a) Partus Set DTT/Steril :
1) 2 buah arteri klempean : alat yang digunakan untuk menjepit tali pusar.
2) Gunting tali pusat : alat ini berfungsi untuk memotong tali pusat
3) Gunting episiotomi : instrument yang digunakan untuk menggunting bagian
perineum terutama jika perineum Ibu yang melahirkan kaku. Perineum adalah
daerah antara kedua belah paha yang dibatasi oleh vulva dan anus
4) ½ Kocher : alat ini digunakan untuk memecahkan ketuban apabila ketuban
belum pecah
5) 2 pasang sarung tangan DTT : alat ini digunakan untuk melakukan
pertolongan persalinan
6) Kasa 5 lembar : alat ini digunakan untuk melakukan vulva hygiene
7) Benang tali pusat atau penjepit tali pusat : alat ini digunakan untuk mengikat
tali pusat
8) Duk Stenen : alat ini digunakan untuk menyanggah perineum ibu
b) Spuit disposible 3 ml dan 5 ml
c) Kassa DTT dalam tempatnya
d) Kom air DTT tertutup
e) Kapas kering DTT
3. Alat non steril/non DTT :
a) Penghisap lendir Delle/mucus dalam tempatnya : alat ini digunakan untuk menghisap
lendir pada bayi
l) Bengkok : alat ini digunakan sebagai tempat alat-alat yang sudah terpakai saat
menolong persalinan/merawat luka atau aktifitas kebidanan lainnya.
b) Alas bokong/underpad : alat ini digunakan untuk mengelasi bokong ibu selama
persalinan
3. Alat Pencegahan Infeksi :
a) Air DTT dalam kom
b) Larutan klorin 0,5% dalam kom
c) Tempat sampah basah : alat ini digunakan untuk membuang sampah basah
d) Tempat sampah kering : alat ini digunakan untuk membuang sampah kering
e) Tempat sampah benda tajam : alat ini digunakan untuk membuang sampah tajam
f) Sabun cuci tangan : alat ini digunakan untuk menjadi sabun mencuci tangan
g) Handuk kering dan bersih : alat ini digunakan untuk mengelap tangan setelah
melakukan cuci tangan
h) Kran/tempat air mengalir : alat ini digunakan untuk mencuci tangan
4. Peralatan Penolong (APD) :
a) Celemek/apron : alat ini digunakan untuk melindungi badan selama melakukan
pertolongan persalinan
b) Masker : alat ini digunakan untuk melindungi mulut dan hidung selama melakukan
pertolongan persalinan
c) Tutup Kepala : alat ini digunakan untuk melindungi kepala selama melakukan
pertolongan persalinan
d) Sepatu bot : alat ini digunakan untuk melindungi kaki selama melakukan pertolongan
persalinan
5. Alat untuk ibu dan bayi :
a) Pakaian ibu termasuk pembalut : alat ini digunakan sebagai pakaian ibu setelah
persalinan
b) Waslap : alat ini digunakan untuk mengelap ibu setelah persalinan
c) Handuk bersih 3 buah : alat ini digunakan untuk proses persalinan
d) Kain panjang
e) Gurita
f) Pakaian bayi lengkap termasuk bedong : alat ini digunakan pada bayi
g) Selimut
h) Lampin
i) Handuk bayi
j) Timbangan lengkap dengan pengalas : alat ini digunakan untuk mengukur berat badan
bayi

Topik X
Mampu mengenal Jenis dan Fungsi Alat dalam Praktik Kebidanan

Jenis dan fungsi alat dalam praktik kebidanan


A. Pemeriksaan nifas
1. Alat untuk pemeriksaan fisik ibu nifas
a) Stetoskop : alat yang digunakan untuk mendeteksi/mendengar detak jantung atau
bunyi nafas
b) Termometer : alat yang digunakan untuk mengukur suhu tubuh ibu
c) Tensimeter : alat yang digunakan untuk mengukur tekanan darah ibu
d) Jam tangan : alat yang digunakan untuk mengukur jumlah nadi dan pernafasan ibu
e) Refleks patella : alat ini digunakan pemeriksaan dengan pengetukan pada tendon
patella menggunakan palu refleks
f) Pengukur tinggi badan : alat yang digunakan untuk mengukur tinggi badan ibu
g) Timbangan : alat yang digunakan untuk menimbang berat badan ibu
2. Alat yang digunakan untuk perawatan luka perineum pada ibu nifas
a) Bak instrumen : alat ini digunkan untuk menyimpan kassa steril dan sarung tangan
steril
b) Kassa steril : alat ini digunakan untuk melakukan vulva hygiene
c) Perlak dan pengalas : alat ini digunakan untuk mengalasi bokong ibu
d) Selimut : alat ini digunakan untuk menjaga privasi ibu dengan menutup bagian tubuh
yang tidak dilakukan tindakan
e) Bengkok : alat ini digunakan sebagai tempat alat-alat yang sudah terpakai saat atau
aktifitas kebidanan
m) Sarung tangan steril : alat ini digunakan untuk melindungi tangan petugas saat
melakukan vulva hygiene
f) Tempat sampah basah : alat ini digunakan untuk meletakkan sampah basah
g) Tempat sampah kering : alat ini digunakan untuk meletakkan sampah kering
h) Kom berisi air DTT : alat ini digunakan saat melakukan vulva hygiene
i) Gayung atau botol berisi air : alat ini digunakan untuk menyirami bagian vulva ibu
saat melakukan vulva hygiene
j) Obat luka perineum : alat ini digunakan untuk perawatan luka perineum
k) Pispot : alat ini digunakan untuk menampung air saat dilakukan penyiraman di area
vulva ibu
l) Celana dalam dan pembalut : alat ini digunakan untuk menjadi pakaian ganti ibu
setelah melakukan perawatan perineum

B. Pemeriksaan BBL
Alat yang digunakan dalam pemeriksaan fisik bayi baru lahir
a) Bak instrumen : alat ini digunakan untuk menyimpan spuilt
b) Pita Meter : alat ini digunakan untuk mengukur lingkar kepala dan panjang badan
bayi
c) Stetoskop : alat ini digunakan untuk mendengar bunyi nafas dan detak jantung bayi
d) Penlight : alat ini digunakan untuk memeriksa keadaan mata, hidung, telinga, dan
mulut bayi
e) Termometer : alat ini digunakan untuk mengukur suhu tubuh bayi
f) Kom berisi kapas DTT
g) Spuilt 1 cc : alat ini digunakan untuk melakukan penyuntikkan Vit.K
h) Obat-obatan (Vit.K dan Hb0) : obat-obatan ini akan disuntikkan pada bayi baru lahir
i) Salep mata : salep mata ini akan diberikan pada bayi baru lahir
j) Bengkok : alat ini digunakan untuk alat yang telah digunakan saat melakukan
tindakan
k) Timbangan : alat ini digunakan untuk mengukur berat badan bayi
l) Baskom berisi air klorin : alat ini digunakan untuk merendam alat-alat yang telah
digunakan
m) Tempat sampah : alat ini digunakan untuk membuang sampah yang telah digunakan
n) Safety box : alat ini digunakan untuk membuang sampah seperti spuilt

Pertemuan XI
Mampu Memecahkan Masalah yang berhubungan dengan Pemenuhan
Dasar Perempuan sepanjang siklus kehidupan

A. Pemberian oksigen
1. Definisi pemberian oksigen
Pemberian terapi oksigen adalah suatu tata cara pemberian bantuan gas oksigen pada
penderita yang mengalami gangguan pernapasan ke dalam paru yang melalui saluran
pernapasan dengan menggunakan alat khusus.Pemberian oksigen berupa pemberian oksigen
ke dalam paru-paru melalui saluran pernapasan dengan menggunakan alat bantu oksigen.
Pemberian oksigen pada klien dapat melalui 3 cara, yaitu melalui kateter nasal . kanula nasal,
dan masker oksigen.
2. Tujuan Pemberian Oksigen
a.Memenuhi kekurangan oksigen.
b. Membantu kelancaran metabolisme
c. Sebagai tindakan pengobatan
d. Mencegah hipoksia.
e. Mengurangi beban kerja alat nafas dan jantung.
3. Indikasi Pemberian Oksigen
Efektif diberikan pada klien yang mengalami :
a. Gagal nafas
b. Gangguan jantung (gagal jantung)
c. Kelumpuhan alat pernafasan
d. Perubahan pola napas.
e. Keadaan gawat (misalnya : koma)
f. Trauma paru
g. Metabolisme yang meningkat : luka bakar
h. Post operasi
4. Alat dan Bahan yang digunakan dalam pemberian Oksigen
a. Tabung oksigen atau outlet oksigen sentral dengan flowmeter dan humidefier
b. Kateter nasal, kanula nasal atau masker
c. Vaselin/jelly
5. Prosedur
a. Kateter Nasal
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2. Cuci tanagan
3. Observasi humidifier dengan melihat jumlah air yang sudah disiapkan sesuai level
yang telah di tetapkan
4. Atur aliran okigen sesuai dengan kecepatan yang dibutuhkan, kemudian observasi
humidifier pada tabung air dengan menunjukan adanya gelembug air.
5. Atur posisi dengan semi fowler/kenyamanan klien
6. Ukur kateter nasal dimulai dari lubang telinga sampai ke hidung dan berikan tanda
7. Buka saluran udara dari flowmeter oksigen
8. Berikan vaselin/jelly
9. Masukkan dalam hidung sampai batas yang ditentukan
10. Lakukan pengecekan kateter apakah sudah masuk atau belum dengan menekan lidah
pasien dengan menggunakan spatel (akan terlihat posisinya di bawah uvula)
11. Fiksasi pada daerah hidung
12. Periksa kateter nasal setiap 6-8 jam
13. Kaji cuping hidung, sputum, mukosa hidung serta periksa kecepatan aliran oksigen,
rute pemberian dan respon pasien
14. Cuci tangan setelah melakukan tindakan
Catatan : konsentrasi O2 24-44% (1-6 ltr)
b. Kanula Nasal
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan 
2. Cuci tanagan
3. Observasi humidifier dengan melihat jumlah air yang sudah disiapkan sesuai Level
yang telah di tetapkan
4. Atur aliran okigen sesuai dengan kecepatan yang dibutuhkan, kemudian observasi
humidifier pada tabung air dengan menunjukan adanya gelembug air.
5. Pasang kanula nasal pada hidung dan atur pengikat untuk kenyamanan klien
6. Periksa kanula nasal setiap 6-8 jam
7. Kaji cuping hidung, sputum, mukosa hidung serta periksa kecepatan aliran oksigen,
rute pemberian dan respon pasien
8. Cuci tangan setelah melakukan tindakan
Catatan : konsentrasi O2 40-60% (1-5 ltr)
c. Masker Oksigen
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan 
2. Cuci tanagan
3. Atur posisi semi fowlerobservasi humidifier dengan melihat jumlah air yang sudah
disiapkan sesuai level yang telah di tetapkan atur aliran okigen sesuai dengan
kecepatan yang dibutuhkan, kemudian observasi humidifier pada tabung air dengan
menunjukan adanya gelembug air.
4. Tempatkan masker oksigen diatas mulut dan hidung klien dan atur pengikat untuk
kenyamanan kllien
5. Periksa kanula nasal setiap 6-8 jam
6. Kaji cuping hidung, sputum, mukosa hidung serta periksa kecepatan aliran oksigen,
rute pemberian dan respon pasien
7. Cuci tangan setelah melakukan tindakan

B. Nutrisi
Nutrisi adalah elemen yang dibutuhkan untuk proses dan fungsi tubuh. Kebutuhan
energi didapatkan dari berbagai nutrisi, seperti: karbohidrat, protein, lemak, air, vitamin, dan
mineral. Makanan terkadang dideskripsikan berdasarkan kepadatan nutrisi mereka, yaitu
proporsi nutrisi yang penting berdasarkan jumlah kilokalori. Makanan dengan kepadatan
nutrisi yang rendah, seperti alkohol atau gula, adalah makanan yang tinggi kilokalori tetapi
rendah nutrisi.
Nutrisi adalah salah satu komponen penting yang menunjang kelangsungan proses
tumbuh kembang. Selama masa tumbuh kembang, anak sangat membutuhkan zat gizi seperti
protein, karbohidrat, lemak, mineral, vitamin, dan air. Apabila kebutuhan tersebut kurang
terpenuhi, maka proses tumbuh kembang selanjutnya dapat terhambat.
Nutrisi adalah proses pemasukan dan pengolahan zat makanan oleh tubuh yang
bertujuan menghasilkan energi dan digunakan dalam aktivitas tubuh.
Gangguan pemenuhan nutrisi adalah pemenuhan nutrisi yang tidak sesuai dengan
kebutuhan metabolic yang dibutuhakan oleh tubuh.
Fungsi Nutrisi :
1. Menghasilkan energi bagi fungsi organ, gerakan, dan kerja fisik.
2. Sebagai bahan dasar untuk pembentukan dan perbaikan jaringan sel – sel tubuh dalam
tubuh.
3. Sebagai pelindung dan pengatur suhu tubuh.
Elemen Nutrisi :
1. Karbohidrat.
2. Protein.
3. Lemak.
4. Vitamin.
5. Mineral.
6. Air.

C. Cairan dan elektrolit


1. Distribusi cairan tubuh
Cairan tubuh di distribusi dalam dua kompartemen, yaitu:
1) Cairan ekstra sel (CES)
(a) Cairan interstitial (CI): cairan diantara sel, sekitar 15% berat tubuh.
(b) Cairan intra vaskular (CIV): terdiri dari plasma (cairan limfe) dan darah, menyusun
5% berat tubuh.
2) Cairan intra sel (CIS): cairan dalam membran sel, membentuk 40% berat tubuh.
2. Komposisi cairan tubuh
1) Elektrolit: senyawa yang jika larut dalam air akan pecah menjadi ion dan mampu
membawa muatan listrik.
(a) Kation : elektrolit yang mempunyai muatan positif
(b) Anion: elektrolit yang mempunyai muatan negatif
Elektrolit penting untuk fungsi neuromuskular dan keseimbangan asam basa.
Elektrolit diukur dalam mEq/L.
2) Mineral: senyawa jaringan dan cairan tubuh, berfungsi dalam:
(a) mempertahankan proses fisiologis;
(b) sebagai katalis dalam respons saraf, kontraksi otot, dan metabolisme zat gizi;
(c) mengatur keseimbangan elektrolit dan produksi hormon, menguatkan struktur
tulang.
3) Sel: unit fungsional dasar dari jaringan tubuh, contohnya eritrosit dan leukosit.
3. Pergerakan cairan tubuh
1) Difusi
Yaitu proses dimana partikel berpindah dari daerah berkonsentrasi tinggi ke daerah
berkonsentrasi rendah, sehingga distribusi partikel dalam cairan merata atau melewati
membran sel yang permeabel. Contoh: gerakan oksigen dari alveoli paru ke darah kapiler
pulmoner.
2) Osmosis
Yaitu perpindahan pelarut melalui membran semipermeabel dari larutan dengan zat
pelarut (solut) konsentrasi rendah ke larutan dengan solut konsentrasi tinggi. Kecepatan
osmosis bergantung pada konsentrasi solut, suhu larutan, muatan listrik solut, dan
perbedaan antara tekanan osmosis yang dikeluarkan larutan. Tekanan osmotik merupakan
tekanan dengan kekuatan untuk menarik air dan tekanan ini bergantung pada jumlah
molekul di dalam larutan. Tekanan osmotik dipengaruhi oleh protein, khususnya albumin
yang menghasilkan osmotik koloid atau tekanan onkotik. Konsentrasi larutan (osmolalitas)
diukur dalam osmol yang mencerminkan jumlah substansi dalam larutan yang berbentuk
molekul, ion, atau keduanya. Larutan yang osmolalitasnya sama dengan plasma darah
disebut isotonik, akan mencegah perpindahan cairan dan elektrolit dari kompartemen
intrasel. Hipotonik adalah larutan yang memiliki konsentrasi solut lebih rendah dari
plasma, akan membuat air berpindah ke dalam sel. Hipertonik adalah larutan yang
memiliki konsentrasi solut lebih tinggi dari plasma, akan membuat air keluar dari sel.
3) Filtrasi
Yaitu proses gerakan air dan zat terlarut dari area dengan tekanan hidrostatik tinggi ke
area dengan tekanan hidrostatik rendah. Tekanan hidrostatik adalah tekanan yang dibuat
oleh berat cairan. Filtrasi penting dalam mengatur cairan keluar dari arteri ujung kapiler.
4) Transpor aktif
Transpor aktif memerlukan aktivitas metabolik dan pengeluaran energi untuk
menggerakkan berbagai materi guna menembus membran sel dari daerah konsentrasi
rendah atau sama ke daerah konsentrasi sama atau lebih besar. Contoh: pompa natrium
kalium, natrium dipompa keluar dari sel dan kalium dipompa masuk ke dalam sel.
4. Pengaturan cairan tubuh
1) Asupan cairan
Asupan cairan diatur melalui mekanisme rasa haus, yang berpusat di hipotalamus. Air
dapat diperoleh dari asupan makanan (buah, sayuran, dan daging, serta oksidasi bahan
makanan selama proses pencernaan). Sekitar 220 ml air diproduksi setiap hari selama
metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak berlangsung.
2) Haluaran cairan
Cairan terutama dikeluarkan melalui ginjal dan saluran gastrointestinal. Pada orang
dewasa, ginjal setiap menit menerima sekitar 125 ml plasma untuk disaring dan
memproduksi urine. Jumlah urine yang diproduksi ginjal dipengaruhi oleh hormon
antideuretik (ADH) dan aldosteron. Kehilangan air melalui kulit diatur oleh saraf simpatis,
yang mengaktifkan kelenjar keringat.
3) Hormon
Hormon utama yang memengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit adalah ADH
dan aldosteron. ADH menurunkan produksi urine dengan cara meningkatkan reabsosrbsi
air oleh tubulus ginjal dan air akan dikembalikan ke dalam volume darah sirkulasi.
Aldosteron mengatur keseimbangan natrium dan kalium, menyebabkan tubulus ginjal
mengekskresi kalium dan mengabsorbsi natrium, akibatnya air akan direabsorbsi dan
dikembalikan ke volume darah. Glukokortikoid memengaruhi keseimbangan cairan dan
elektrolit.
5. Pengaturan elektrolit
1) Kation
Kation utama, yaitu narium (Na+), kalium (K+), kalsium (Ca²+), dan magnesium
(Mg²+), terdapat di dalam cairan ekstrasel dan intrasel. Kerja ion ini memengaruhi
transmisi neurokimia dan neuromuskular, yang memengaruhi fungsi otot, irama dan
kontraktilitas jantung, perasaan dan perilaku, fungsi saluran pencernaan, dan proses lain.
Natrium merupakan kation yang paling banyak jumlahnya dalam cairan ekstrasel. Nilai
natrium serum 135-145 mEq/L. Natrium diatur oleh asupan garam, aldosteron, dan
haluaran urine. Kalium merupakan kation intrasel utama, nilai kalium serum 3,5-5,3
mEq/L. Kalium diatur oleh ginjal, dengan pertukaran ion kalium dengan ion natrium di
tubulus ginjal. Kalsium banyak terdapat di dalam tubuh. Nilai kalsium serum 4-5 mEq/L.
Kalsium diatur melalui kerja kelenjar paratiroid dan tiroid. Magnesium merupakan kation
terpenting kedua di dalam cairan intrasel. Nilai magnesium serum 1,5-2,5 mEq/L.
Magnesium terutama diekskresi melalui mekanisme ginjal.
2) Anion
Anion utama adalah klorida (Clon bikarbonat (HCOlam cairan intrasel. Nilai
magnesium serum 1,5-2,5 mEq/L. Magnesium terutama diekskresi melalui mekanisme
ginjal. al.iran, elektrolit, dan asam basa. Klorida ditemukan di dalam cairan ekstrasel dan
intrasel. Nilai klorida serum 100- 106 mEq/L. Klorida diatur melalui ginjal. Bikarbonat
adalah bufer dasar kimia yang utama di dalam tubuh, ditemukan dalam cairan ekstrasel
dan intrasel. Nilai bikarbonat arteri mEq/L, dan bikarbonat vena 24-30 mEq/L, bikarbonat
diatur oleh ginjal Fosfat merupakan anion bufer dalam cairan intrasel dan ekstrasel. Nilai
fosfat serum 2,5-4,5 mg/100 ml. Konsentrasi fosfat serum diatur oleh ginjal, hormon
paratiroid, dan vitamin D teraktivasi.

D. Intake dan output


Keseimbangan intake & output didalam tubuh seorang yang sehat volume cairan
tubuh dan komponen kimia dari cairan tubuh selalu berada dalam kondisi dan batas yang
nyaman. Dalam kondisi normal intake cairan sesuai dengan kehilangan cairan tubuh yang
terjadi. Kondisi sakit dapat menyebabkan gangguan pada keseimbangan cairan dan daya
tahan tubuh. Dalam rangka mempertahankan fungsi tubuh maka tubuh akan kehilanagn
cairan antara lain melalui proses penguapan ekspirasi, penguapan kulit, ginjal (urine),ekresi
pada proses metabolisme.
1. Intake Cairan
Intake cairan yaitu jumlah atau volume kebutuhan tubuh manusia akan cairan per hari.
Selama aktivitas dan temperatur yang sedang seorang dewasa minum kira-kira 1500 ml per
hari, sedangkan kebutuhan cairan tubuh kira-kira 2500 ml per hari sehingga kekurangan
sekitar 1000 ml per hari diperoleh dari makanan, dan oksidasi selama proses metabolisme.
Pengaturan utama intake cairan adalah melalui mekanisme haus. Pusat haus
dikendalikan berada di otak sedangkan rangsangan haus berasal dari kondisi dehidrasi
intraseluler, sekresi angiotensin II sebagai respon dari penurunan tekanan darah, perdarahan
yang mengakibatkan penurunan volume darah. Perasaan kering di mulut biasanya terjadi
bersama dengan sensasi haus walaupun kadang terjadi secara sendiri. Sensasi haus akan
segera hilang setelah minum sebelum proses absorbsi oleh gastrointestinal.
2. Output Cairan
Output cairan yaitu jumlah atau volume kehilangan cairan pada tubuh manusia per
hari.  Kehilangan cairan tubuh melalui empat rute (proses) yaitu :
a) Urine
Proses pembentukan urine oleh ginjal dan ekskresi melalui traktus urinarius merupakan
proses output cairantubuh yang utama. Dalam kondisi normal output urine sekitar 1400-
1500 ml per 24 jam, atau sekitar 30-50 ml per jam pada orang dewasa. Pada orang yang
sehat kemungkinan produksi urine bervariasi dalam setiap harinya, bila aktivitas kelenjar
keringat meningkat maka produksi urine akan menurun sebagai upaya tetap
mempertahankan keseimbangan dalam tubuh.
b) IWL (Insesible Water Loss)
IWL terjadi melalui paru-paru dan kulit. Melalui kulit dengan mekanisme diffusi. Pada
orang dewasa normal kehilangan cairan tubuh melalui proses ini adalah berkisar 300-400
ml per hari, tetapi bila proses respirasi atau suhu tubuh meningkat maka IWL dapat
meningkat.
c) Keringat
Berkeringat terjadi sebagai respon terhadap kondisi tubuh yang panas, respon ini
berasal dari anterior hypotalamus, sedangkan impulsnya ditransfer melalui sumsum tulang
belakang yang dirangsang oleh susunan syaraf simpatis pada kulit
d) Feses
Pengeluaran air melalui feses berkisar antara 100-200 ml per hari, yang diatur melalui
mekanisme reabsorbsi di dalam mukosa usus besar (kolon).

Topik XII
Mampu Memecahkan Masalah yang berhubungan dengan Pemenuhan
Dasar Perempuan sepanjang siklus kehidupan

A. Eliminasi
1. Pengertian Eliminasi
Menurut kamus bahasa Indonesia, eliminasi adalah pengeluaran, penghilangan,
penyingkiran, penyisihan.Dalam bidang kesehatan, Eliminasi adalah proses pembuangan sisa
metabolisme tubuh baik berupa urin atau bowel (feses).Eliminasi pada manusia digolongkan
menjadi 2 macam, yaitu:
a. Defekasi
Buang air besar atau defekasi adalah suatu tindakan atau proses makhluk hidup untuk
membuang kotoran atau tinja yang padat atau setengah-padat yang berasal dari sistem
pencernaan
b. Miksi
Miksi adalah proses pengosongan kandung kemih bila kandung kemih terisi. Miksi ini
sering disebut buang air kecil.
2. Fisiologi Dalam Eliminasi
a. Fisiologi Defekasi
Rektum biasanya kosong sampai menjelang defekasi. Seorang yang mempunyai
kebiasaan teratur akan merasa kebutuhan membung air besar kira-kira pada waktu yang
sama setiap hari. Hal ini disebabkan oleh refleks gastro-kolika yang biasanya bekerja
sesudah makan pagi. Setelah makanan ini mencapai lambung dan setelah pencernaan
dimulai maka peristaltik di dalam usus terangsang, merambat ke kolon, dan sisa makanan
dari hari kemarinnya, yang waktu malam mencapai sekum mulai bergerak. Isi kolon pelvis
masuk ke dalam rektum, serentak peristaltik keras terjadi di dalam kolon dan terjadi
perasaan di daerah perineum. Tekanan intra-abdominal bertambah dengan penutupan
glottis dan kontraksi diafragma dan otot abdominal, sfinkter anus mengendor dan kerjanya
berakhir
b. Fisiologi Miksi
Sistem tubuh yang berperan dalam terjadinya proses eliminasi urine adalah ginjal,
ureter, kandung kemih, dan uretra. Proses ini terjadi dari dua langkah utama yaitu :
Kandung kemih secara progresif terisi sampai tegangan di dindingnya meningkat diatas
nilai ambang, yang kemudian mencetuskan langkah kedua yaitu timbul refleks saraf yang
disebut refleks miksi (refleks berkemih) yang berusaha mengosongkan kandung kemih
atau jika ini gagal, setidak-tidaknya menimbulkan kesadaran akan keinginan untuk
berkemih.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi eliminasi
a. Umur
b. Diet
c. Cairan
d. Tonus Otot
c. Faktor Psikologi
d. Gaya Hidup
e. Obat-obatan

B. Personal hygine
1. Pengertian
Perawatan diri atau personal higiene adalah salah satu kemampuan dasar manusia
dalam memenuhi kebutuhannya guna memepertahankan kehidupannya, kesehatan dan
kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya, klien dinyatakan terganggu keperawatan
dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan diri ( Depkes 2000).
2. Tujuan dari personal hygiene
1) Menghilangkan minyak yang menumpuk , keringat , sel-sel kulit yang mati dan
Bakteri
2) Menghilangkan bau badan yang berlebihan
3) Memelihara integritas permukaan kulit
4) Menstimulasi sirkulasi / peredaran darah
5) Meningkatkan perasaan nayman bagi klien
6) Memberikan kesempatan untuk mengkaji kondisi kulit klien.
7) Meningkatkan percaya diri seseorang
8) Menciptakan keindahan
9) Memelihara kebesrsihan diri
10) Meningkatkan derajat kesehatan seseorang
3. Dampak yang Timbul pada Masalah Personal Hygiene
Dampak yang sering timbul pada masalah personal meliputi:
a. Fisik
Gangguan kesehatan fisik yang diderita seseorang karena tidak terpelihara kebersihan
perorangan adalah gangguan integritas kulit, gangguan membran mukosa mulut, infeksi
pada mata dan telinga, dan gangguan fisik pada kuku.
b. Psikososial
Masalah psikososial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah dengan
gangguan pemenuhan kebutuhan personal higiene, maka yang berkaitan dengan kebutuhan
rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri, dan
interaksi sosial juga terjadi gangguan semisal ada gangguan pada kulit, maka akan
menimbulkan individu merasa kurang nyaman, kurang percaya diri dalam hal menyintai
dan dicintai, interaksi sosial maupun aktulisasi
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi personal hygiene
a. Citra tubuh (Body Image)
b. Praktik sosial
c. Status sosial
d. Pendidikan dan pengetahuan kesehatan
e. Budaya
f. Kebiasaan atau pilihan pribadi
g. Kondisi fisik seseorang
5. Tipe Pesonal Hygiene
a. Kesehatan Gigi dan Mulut
Mulut beserta lidah dan gigi merupakan sebagian dari alat pencerna makanan.
Makanan sebelum masuk ke dalam perut, perlu dihaluskan, maka makanan tersebut
dihaluskan oleh gigi dalam rongga mulut. Lidah berperan sebagai pencampur makanan,
penempatan makanan agar dapat dikunyah dengan baik dan berperan sebagai indera perasa
dan pengecap. Seperti halnya dengan bagian tubuh yang lain, maka mulut dan gigi juga
perlu perawatan yang teratur dan seyogyanya sudah dilakukan sejak kecil. Gosok gigi
merupakan upaya atau cara yang terbaikuntuk perawatan gigi dan dilakukan paling sedikit
dua kali dalam sehari yaitu pagi dan pada waktu akan tidur. Gigi yang sehat adalah gigi
yang rapi, bersih, bercahaya, gigi tidak berlubang dan didukung oleh gusi yang kencang
dan berwarna merah muda. Pada kondisi normal, dari gigi dan mulut mengeluarkan bau
yang tidak mengganggu interaksi sosial.
b. Kesehatan Rambut dan Kulit Rambut
Rambut berbentuk bulat panjang, makin ke ujung makin kecil dan ujungnya makin
kecil. Pada bagian dalam berlubang dan berisi zat warna. Warna rambut setiap orang tidak
sama tergantung zat warna yang ada didalamnya. Rambut dapat tumbuh dari pembuluh
darah yang ada disekitar rambut. Rambut merupakan pelindung bagi kulit kepala dari
sengatan matahari dan hawa dingin. Dalam kehidupan sehari-hari sering nampak
pemakaian alat perlindungan lain seperti topi, kain kerudung dan masih banyak lagi yang
lain. Penampilan akan lebih rapi dan menarik apabila rambut dalam keadaan bersih dan
sehat. Sebaliknya rambut yang dalam keadaan kotor, kusam dan tidak terawat akan
terkesan jorok dan penampilan tidak menarik. Rambut adalah bagian tubuh yang paling
banyak mengandung minyak. Karena itu kotoran, debu, asap mudah melekat ,maka
perawatan rambut dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti menyisir dan mencuci
rambut. Rambut yang sehat yaitu tidak mudah rontok dan patah, tidak terlalu berminyak
dan terlalu kering serta tidak berketombe maupun berkutu.
Tujuan perawatan rambut dan kulit kepala bagi klien sebagai berikut:
(1) Memenuhi Pola kebersihan diri klien normal
(2) Agar Klien memiliki rambut dan kulit kepala bersih yang sehat
(3) Agar Klien merasa nyaman dan meningkatkan harga diri
(4) Membantu Klien dapat mandiri dalam kebersihan diri sendiri
(5) Agar Klien berpartisipasi dalam praktik perawatan rambut
c. Kesehatan Kulit
Kulit terletak diseluruh permukaan luar tubuh. Secara garis besar kulit dibedakan
menjadi 2 bagian yaitu bagian luar yang disebut kulit ari dan bagian dalam yang disebut
kulit jangat. Kulit ari berlapis-lapis dan secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi 2
kelompok, yaitu lapisan luar yangdisebut lapisan tanduk dan lapisan dalam yang disebut
lapisan malpighi. Kulit jangat terletak disebelah bawah atau sebelah dalam dari kulit ari.
Kulit merupakan pelindung bagi tubuh dan jaringan dibawahnya. Perlindungan kulit
terhadap segala rangsangan dar iluar, dan perlindungan tubuh dari bahaya kuman penyakit.
Sebagai pelindung kulitpun sebagai pelindung cairan-cairan tubuh sehingga tubuh tidak
kekeringan dari cairan. Melalui kulitlah rasa panas, dingin dan nyeri dapat dirasakan.
Guna kulit yang lain sebagai alat pengeluaran sisa metabolisme berupa zat yang tidak
terpakai melalui keringat yang keluar lewat pori-pori. Pada masa yang modern sekarang
ini tersedia berbagai cara modern berbagai perawatan kulit. Namun cara paling utama dan
efisien adalah pembersihan badan dengan cara mandi. Perawatan kulit dilakukan dengan
cara mandi 2 kali sehari yaitu pagi dan sore, dengan air yang bersih. Kulit yang sehat yaitu
kulit yang selalu bersih, halus, tidak ada bercak-bercak merah, tidak kaku tetapi lentur
(fleksibel).
d. Kesehatan Telinga
Telinga dapat dibagi dalam tiga bagian yaitu bagian paling luar, bagian tengah, dan
daun telinga. Telinga merupakan alat pendengaran, sehingga berbagai macam bunyi-
bunyi suara dapat didengar. Disamping sebagai alat pendengaran telinga juga dapat
berguna sebagai alat keseimbangan tubuh. Menjaga kesehatan telinga dapat dilakukan
dengan pembersihan yang berguna untuk mencegah kerusakan dan infeksi telinga. Telinga
yang sehat yaitu lubang telinga dan telinga bagian luar selalu bersih serta dapat mendengar
dengan jelas.
e. Kesehatan Mata
Pembersihan mata biasanya dilakukan selama mandi untuk membersih kantus mata
untuk mencegah sekresi dari pengeluaran ke dalam kantong lakrimal, guna mencegah
penyebaran infeksi. Jika Tekanan langsung jangan digunakan diatas bola mata karena
dapat meyebabkan cedera serius. Klien yang tidak sadar memerlukan perawatan mata
yang lebih sering. Sekresi bisa berkumpul sepanjang margin kelopak mata dan kantus
sebelah dalam bila refleks berkedip tidak ada atau ketika mata tidak dapat menutup total.
Maka perlu diberi tetes mata untuk mencegah cedera kornea.
f. Kesehatan Hidung
Klien biasanya mengangkat sekresi hidung secara lembut dengan membersihkan
kedalam dengan tisu lembut. Hal ini menjadi hygiene harian yang diperlukan.
Janganmengeluarkan kotoran dengan kasar karena mengakibatkan tekanan yang dapat
mencenderai gendang telinga, mukosa hidung, dan bahkan struktur mata yang sensitif.
Perdarahan hidung adalah tanda kunci dari pengeluaran yang kasar, iritasi mukosa, atau
kekeringan.
g. Kesehatan Kuku
Kuku terdapat di ujung jari bagian yang melekat pada kulit yang terdiri dari sel-sel
yang masih hidup. Bentuk kuku bermacam-macam tergantung dari kegunaannya ada yang
pipih, bulat panjang, tebal dan tumpul Guna kuku adalah sebagai pelindung jari,
alatkecantikan, senjata , pengais dan pemegang. Bila untuk keindahan bagi wanita karena
kuku harus relatif panjang, maka harus dirawat terutama dalam hal kebersihannya. Kuku
jari tangan maupun kuku jari kaki harus selalu terjaga kebersihannya karena kuku yang
kotor dapat menjadi sarang kuman penyakit dan menunjukkan kebersihan individu. Yang
selanjutnya akan ditularkan kebagian tubuh yang lain.
6. Jenis Personal Hygiene
a. Perawatan dini hari
b. Perawatan pagi hari
c. Perawatan siang hari
d. Perawatan menjelang tidur

C. Bodi mekanik dan posisi


1. Pengertian Body Mekanik
Body mekanik merupakan penggunaan tubuh yang terkoordinir dan aman untuk
menghasilkan pergerakan dan mempertahankan keseimbangan selama aktivitas. Mekanika
tubuh dan posisi merupakan bagian dari kebutuhan aktivitas manusia.
Body mekanik memiliki 3 elemen dasar yaitu :
a) Body aligement (postur tubuh)
Susunan geometric bagian-bagian tubuh dan hubungannya dengan bagian tubuh yang lain.
b) Balance (keseimbangan)
Keseimbangan tergantung pada interaksi antara pusat gravity, line gravity dan base of
support.
c) Coordinated body movement (gerakan tubuh yang terkoordinir)
Dimana body mekanik berinteraksi dalam fungsi musculoskeletal dan sistem saraf.
2. Prinsip-Prinsip Body Mekanik
Mekanik tubuh berpengaruh terhadap kesehatan perawat dan klien serta mencegah
kecacatan. Misalnya dalam menjalankan tugasnya perawat menggunakan berbagai kelompok
otot seperti berjalan selama ronde keperawatan, memberikan obat, mengangkat dan
memindahkan pasien, serta menggerakan objeck. Aktivitas tersebut mempengaruhi
pergerakan tubuh seorang perawat. Jika digunakan dengan benar, kekuatan ini dapat
meningkatkan efisiensi tenaga seorang perawat. Penggunaan yang tidak benar dapat
mengganggu aktivitas perawat.
Prinsip yang digunakan dalam mekanika tubuh adalah :
a) Gravitasi
Gravitasi merupakan prinsip pertama yang harus diperhatikan yaitu memandang
gravitasi sebagai sumbu dalam pergerakan tubuh. Terdapat 3 faktor yang perlu diperhatikan
dalam gravitasi:
a. Pusat gravitasi
Titik yang berada dipertengahan tubuh
b. Garis gravitasi
Garis imaginer vertical melalui pusat gravitasi
c. Dasar tumpuan
Dasar tempat seseorang dalam keadaan istirahat untuk menopang atau menahan tubuh.
b) Keseimbangan
Keseimbangan dapat dicapai dengan cara mempertahankan posisi garis gravitasi
diantara pusat gravitasi dan dasar tumpuan.
c) Berat
Dalam menggunakan mekanika tubuh yang yag sangat diperhatikan adalah berat atau
bobot benda yang akan diangkat karena berat benda akan mempengaruhi mekanika tubuh.
3. Pergerakan dasar dalam mekanik tubuh :
a) Gerakan (ambulating)
Gerakan yang benar akan mampu untuk mempertahankan keseimbangan tubuh.
Misalnya orang berdiri akan lebih mudah stabil daripada orang berjalan karena pada posisi
berjalan terjadi perpindahan dasar tumpuan dari sisi satu ke sisi yang lain.
b) Menahan (squatting)
Dalam menahan sangat diperlukan dasar tumpuan yang tepat untuk mencegah
kelainan tubuh dan memudahkan gerak yang akan dilakukan.
c) Menarik (pulling)
Beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum menarik benda diantaranya ketinggian,
letak benda, posisi kaki dan tubuh sewaktu menarik, sodorkan telapak tangan dan tangan
keatas dibawah pusat gravitasi pasien.
d) Mengangkat (lifting)
Merupakan pergerakan gaya tarik guna otot-otot besar dari tumit pada bagian atas dan
kaki bagian bawah, perut dan pinggul untuk mengurangi rasa sakit pada tubuh bagian
belakang.
e) Memutar (pivoting)
Memutar merupakan gerakan untuk memutar anggota tubuh dan bertumpu pada
tulang belakang. Gerakan memutar yang baik memperhatikan ketiga unsur gravitasi dalam
pergerakan agar tidak memberi pengaruh buruk pada postur tubuh.
4. Faktor Yang Mempengaruhi Body Mekanik Dan Posisi
a) Status kesehatan
b) Nutrisi
c) Emosi
d) Situasi dan kebiasaan
e) Gaya hidup
f) Pengetahuan
5. Akibat Body Mekanik Yang Buruk
Penggunaan mekanika tubuh secara benar dapat mengurangi pengeluaran energy
secara berlebihan. Dampak yang dapat ditimbulkan dari penggunaan mekanika tubuh yang
salah adalah:
a) Terjadi ketegangan sehingga memudahkan timbulnya kelelahan dan gangguan dalam
sistem muskulusletal.
b) Resiko terjadinya kecelakaan pada sistem muskulusletal. Seseorang salah dalam
berjongkok atau berdiri maka akan memudahkan terjadinya gangguan dalam struktur
muskulusletal, misalnya kelainan pada tulang vertebrata.
6. Pengaturan Posisi
a) Posisi Fowler
Posisi setengah duduk atau duduk, dimana bagian kepala tempat tidur lebih tinggi
atau dinaikkan. Fungsinya untuk mempertahankan kenyaman dan memfasilitasi fungsi
pernafasan pasien.
b) Posisi Sims
Posisi miring ke kanan atau ke kiri. Posisi ini dilakukan untuk memberi kenyamanan
dan memberi obat melalui anus. Fungsinya untuk memfasilitasi drainase dari multut pasien
yang tidak sadar, mengurangi penekanan pada sacrum dan trochanter besar pada pasien yang
mengalami paralisis.
c) Posisi Trendelenburg
Posisi pasien berbaring di tempat tidur dengan bagian kepala lebih rendah dari pada
bagian kaki. Fungsinya untuk melancarkan peredaran darah ke otak.
d) Posisi Dorsal Recumbent

Posisi berbaring terlentang dengan kedua lutut fleksi (ditarik atau direnggangkan)
diatas tempat tidur. Fungsinya untuk merawat dan memeriksa genetalia serta proses
persalinan
e) Posisi Litotomi
Posisi berbaring terlentang dengan mengangkat kedua kaki dan menariknya keatas
bagian perut. Fungsinya untuk memeriksa genitalia dan memasang alat kontrasepsi.
f) Posisi Genu Pectoral
Kedua kaki ditekuk dan dada menempel pada bagian alas tempat tidur. Fungsinya
untuk memeriksa daerah rectum dan sigmoid.
g) Posisi Terlentang (supinasi)
Posisi dimana klien berbaring terlentang dengan kepala dan bahu sedikit elevasi
menggunakan bantal. Fungsinya untuk pasien post operasi dengan mengguunakan anastesi
spinal dan untuk mengatasi masalah yang timbul akibat pemberian posisi pronasi yang tidak
tepat.
h) Posisi Orthopneu
Adaptasi dari posisi fowler tinggi dimana pasien duduk di bed atau pada tepi bed
dengan meja yang menyilang diatas bed. Fungsinya untuk membantu masalah pernafasan
dengan memberikan ekspansi dada yang maksimal.
i) Posisi Pronasi
Posisi pasien berbaring diatas abdomen dengan kepala menoleh kesamping.
Fungsinya memberikan ekstensi penuh pada persendian pinggul dan lutut, mencegah fleksi
kontraktur dari persendian pinggul dan lutut serta memberikan drainase pada mulut sehingga
berguna bagi pasien post operasi mulut atau tenggorokan.

D. Keamanan lingkungan
Keamanan adalah keadaan bebas dari cedera fisik dan psikologis atau bisa juga
keadaan aman dan tentram. Perubahan kenyamanan adalah keadaan di mana individu
mengalami sensasi yang tidak menyenangkan dan berespons terhadap suatu rangsangan yang
berbahaya. Kebutuhan akan keselamatan atau keamanan adalah kebutuhan untuk melindungi
diri dari bahaya fisik. Ancaman terhadap keselamatan seseorang dapat dikategorikan sebagai
ancaman mekanis, kimiawi, retmal dan bakteriologis. Kebutuhan akan ke aman terkait
dengan konteks fisiologis dan hubungan interpersonal. Keamanan fisiologis berkaitan dengan
sesuatu yang mengancam tubuh dan kehidupan seseorang. Ancaman itu bisa nyata atau hanya
imajinasi (misalnya: penyakit, nyeri, cemas, dan sebagainya). Dalam konteks hubungan
interpersonal bergantung pada banyak faktor, seperti kemampuan berkomunikasi,
kemampuan mengontrol masalah, kemampuan memahami, tingkah laku yang konsisten
dengan orang lain, serta kemampuan memahami orang-orang di sekitarnya dan
lingkungannya. Ketidaktahuan akan sesuatu kadang membuat perasaan cemas dan tidak
aman.
1. Klasifikasi Kebutuhan Keselamatan atau Keamanan
a) Keselamatan Fisik
Mempertahankan keselamatan fisik melibatkan keadaan mengurangi atau
mengeluarkan ancaman pada tubuh atau kehidupan. Ancaman tersebut mungkin penyakit,
kecelakaan,bahaya,atau pemajanan pada lingkungan. Pada saat sakit, seorang klien mungkin
rentan terhadap komplikasi seperti infeksi, oleh karena itu bergantung pada profesional dalam
sistem pelayanan kesehatan untuk perlindungan. Memenuhi kebutuhan keselamatan fisik
kadang mengambil prioritas lebih dahulu di atas pemenuhan kebutuhan fisiologis.
Misalnya,seorang perawat perlu melindungi klien dari kemungkinan jatuh dari tempat tidur
sebelum memberikan perawatan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi, di sini perawat
memasang pelindung klien.
b) Keselamatan Psikologis
Untuk selamat dan aman secara psikologi, seorang manusia harus memahami apa
yang diharapkan dari orang lain, termasuk anggota keluarga dan profesional pemberi
perawatan kesehatan. Seseorang harus mengetahui apa yang diharapkan dari prosedur,
pengalaman yang baru, dan hal-hal yang dijumpai dalam lingkungan. Setiap orang merasakan
beberapa ancaman keselamatan psikologis pada pengalaman yang baru dan yang tidak
dikenal. Orang dewasa yang sehat secara umum mampu memenuhi kebutuhan keselamatan
fisik dan psikologis merekat tanpa bantuan dari profesional pemberi perawatan kesehatan.
Bagaimanapun, orang yang sakit atau cacat lebih renta untuk terancam kesejahteraan fisik
dan emosinya, sehingga intervensi yang dilakukan perawat adalah untuk membantu
melindungi mereka dari bahaya. Keselamatan psikologis justru lebih penting dilakukan oleh
seorang perawat karena tidak tampak nyata namun memberi dampak yang kurang baik bila
tidak diperhatikan.
2. Lingkup Kebutuhan Keamanan atau Keselamatan
Lingkungan Klien mencakup semua faktor fisik dan psikososial yang mempengaruhi
atau berakibat terhadap kehidupan dan kelangsungan hidup klien. Di sini menyangkut
kebutuhan fisiologis juga.
3. Macam-macam bahaya/kecelakaan :
1) di rumah;
2) di RS : mikroorganisme;
3) cahaya;
4) kebisingan;
5) cedera;
6) kesalahan prosedur;
7) peralatan medik, dan lain-lain.
5. Cara Meningkatkan Keamanan :
1) mengkaji tingkat kemampuan pasien untuk melindungi diri;
2) menjaga keselamatan pasien yang gelisah;
3) mengunci roda kereta dorong saat berhenti;
4) penghalang sisi tempat tidur;
5) bel yang mudah dijangkau;
6) meja yang mudah dijangkau;
7) kereta dorong ada penghalangnya;
8) kebersihan lantai;
9) prosedur tindakan.

E. Ambulasi
1.      Pengertian :
Berikut ini adalah beberapa pengertian dari ambulasi:
a)      Ambulasi adalah aktivitas berjalan.(Kozier)
b)      Ambulasi merupakan upaya seseorang untuk melakukan latihan jalan atau berpindah
tempat.
c)      Ambulasi dini merupakan tahapan kegiatan yang dilakukan segera pada pasien pasca
melahirkan atau pasca operasi dimulai dari bangun dan duduk sampai pasien turun dari
tempat tidur dari mulai berjalan dengan bantuan alat sesuai dengan kondisi pasien.
2.      Manfaat  ambulasi :
a)      Menurunkan insiden komplikasi imobilisasi pasca operasi meliputi:
1) System kardiovaskuler: penurunan curah jantung, peningkatan beban kerja jantung,
hipotensi orthostatic, tromboflebitis, dan atelectasis.
2) System respirasi: penurunan kapasitas vital, penurunan ventilasi/ perfusi setempat,
mekanisme batuk menurun, embolisme paru.
3) System perkemihan: infeksi saluran kemih
4) Sitem musculoskeletal: atrofi otot, hilangnya kekuatan otot, kontraktur,
hiperkalsemia, hiperkalsiuria, dan osteoporosis.
5) System integument: iritasi kulit dan luka yang disebabkan oleh penekanan
6) System gastrointestinal: paralitik ileus, konstipasi, stress ulcer, anoreksi dan gangguan
metabolisme.
b)      Mengurangi komplikasi respirasi dan sirkulasi
c)      Mempercepat pemulihan peristaltic usus dan kemungkinan distensi abdomen
d)     Mempercepat proses pemulihan pasien pasca bedah
e)      Mengurangi tekanan pada kulit/decubitus
f)       Penurunan intensitas nyeri
g)      Frekuensi nadi dan suhu tubuh kembali normal

F. Istirahat dan tidur


1. Pengertian
a) Istirahat
Keadaan tenang, relaks, tanpa tekanan emosional dan bebas dari perasaan gelisah.
Istirahat bukan berarti tidak melakukan aktivitas sama sekali, tapi juga kondisi yang
membtuhkan ketenangan. Terkadang, jalan-jalan di taman, nonton tv, dan sebagainya juga
dapat dikatakan sebagai bentuk istirahat. Keadaan istirahat berarti berhenti sebentar untuk
melepaskan lelah, bersantai untuk menyegarkan diri, atau suatu keadaan untuk melepaskan
diri dari segala hal yang membosankan, menyullitkan bahkan menjengkelkan.
a. Karakteristik istirahat
Terdapat beberapa karakteristik istirahat, misalnya Narrow (1967), yang dikutip Perry
dan Potter 1993, (dalam Alimul 2006), mengemukakan ada 6 karakteristik, yaitu:
1) merasakan bahwa segala sesuatunya dapat diatasi;
2) merasa diterima;
3) mengetahui apa yang sedang terjadi;
4) bebas dari gangguan ketidaknyamanan;
5) mempunyai sejumlah kepuasan terhadap aktivitas yang mempunyai tujuan;
6) mengetahui adanya bantuan sewaktu memerlukan.
b. Meningkatkan istirahat
Banyak faktor yang mempengaruhi kemampuan untuk memperoleh istirahat yang
cukup. Dalam kesehatan komunitas dan rumah, perawat membantu klien mengembangkan
perilak istirahat dan relaksasi. Hal ini mencakup saran-saran perubahan lingkungan atau
kebiasaan gaya hidup tertentu. Sebagai contoh: perhatian yang tidak mencukupi
terhadapkebutuhan tidur diantara pekerja dewasa adalah masalah utama dalam masyarakat
kita.
b) Tidur
Status perubahan kesadaran ketika persepsi dan reaksi individu terhadap lingkunan
menurun. Tidur juga dikatakan merupakan keadaan tidak sadar dimana individu dapat
dibangunkan oleh stimulus atau sensoris yang sesuai (Guyton, 1986 dalam Alimul 2006),
atau juga dapat dikatakan sebagai keadaan tidak sadarkan diri yang relatif, bukan hanya
keadaan penuh ketenangan tanpa kegiatan, tetapi lebih merupakan suatu urutan siklus yang
berulang, dengan ciri adanya aktivitas yang minimum, memiliki kesadaran yang bervariasi,
terdapat perubahan proses fisiologis dan terjadi penurunan respons terhadap rangsangan dari
luar.
2. Fisiologi Tidur
Aktivitas tidur diatur dan dikontrol oleh dua system pada batang otak, yaitu: Reticular
Activating System (RAS) dan Bulbar Synchronizing Region (BSR). RAS di bagian atas
batang otak diyakini memiliki sel-sel khusus yang dapat mempertahankan kewaspadaan dan
kesadaran, memberi stimulus visual, pendengaran, nyeri, dan sensori raba serta emosi dan
proses berfikir. Pada saat sadar, RAS melepaskan katekolamin, sedangkan pada saat
tidurterjadi pelepasan serum serotonin dari BSR.
Ritme Sirkadian
Setiap makhluk hidup memiliki bioritme (jam biologis) yang berbeda. Pada manusia,
bioritme ini dikontrol oleh tubuh dan disesuaikan dengan faktor lingkungan (misalnya:
cahaya, kegelapan, gravitasi dan stimulus elektromagnetik). Bentuk bioritme yang paling
umum adalah ritme sirkadian yang melengkapi siklus selama 24 jam. Dalam hal ini, fluktuasi
denyut jantung, tekanan darah, temperature, sekresi hormon, metabolism dan penampilan
serta perasaan individu bergantung pada ritme sirkadiannya.
Tidur adalah salah satu irama biologis tubuh yang sangat kompleks. Sinkronisasi
sirkadian terjadi jika individu memiliki pola tidur-bangun yang mengikuti jam biologisnya.
Individu akan bangun pada saat ritme fisiologis paling tinggi atau paling aktif dan akan tidur
pada saat ritme tersebut paling rendah.
3. Tahapan Tidur
Berdasarkan penelitian yang dilakukan dengan bantuan alat elektroensefalogram (EEG),
elektro-okulogram (EOG), dan elektrokiogram (EMG), diketahui ada dua tahapan tidur, yaitu
non-rapid eye movement (NREM) dan rapid eye movement (REM).
a. Tidur NREM
Tidur NREM disebut juga sebagai tidur gelombang-pendek karena gelombang otak
yang ditunjukkan oleh orang yang tidur lebih pendek daripada gelombang alfa dan beta
yang ditunjukkan orang yang sadar. Pada tidur NREM terjadi penurunan sejumlah fungsi
fisiologi tubuh. Di samping itu, semua proses metabolic termasuk tanda-tanda vital,
metabolism, dan kerja otot melambat. Tidur NREM sendiri terbagi atas 4 tahap (I-IV).
Tahap I-II disebut sebagai tidur ringan (light sleep) dan tahap III-IV disebut sebagai tidur
dalam (deep sleep atau delta sleep).
b. Tidur REM
Tidur REM biasanya terjadi setiap 90 menit dan berlangsung selama 5-30 menit.
Tidur REM tidak senyenyak tidur NREM, dan sebagian besar mimpi terjadi pada tahap
ini. Selama tidur REM, otak cenderung aktif dan metabolismenya meningkat hingga 20%.
Pada tahap individu menjadi sulit untuk dibangunkan atau justru dapat bangun dengan
tiba-tiba, tonus otot terdepresi, sekresi lambung meningkat, dan frekuensi jantung dan
pernapasan sering kali tidak teratur.
Selama tidur, individu melewati tahap tidur NREM dan REM. Siklus tidur yang
komplet normalnya berlangsung selama 1,5 jam, dan setiap orang biasanya melalui empat
hingga lima siklus selama 7-8 jam tidur. Siklus tersebut dimulai dari tahap NREM yang
berlanjut ke tahap REM. Tahap NREM I-III berlangsung selama 30 menit, kemudian
diteruskan ke tahap IV selama ± 20 menit. Setelah itu, individu kembali melalui tahap III
dan II selama 20 menit. Tahap I REM muncul sesudahnya dan berlangsung selama 10
menit.
4. Faktor yang mempengaruhi kualitas dan kuantitas tidur
a)Penyakit
b)Lingkat
c)Latihan dan kelelahan
d)Gaya hidup
e)Stress Emosional
f) Stimulant dan alkohol
g)Diet
h)Merokok
i) Medikasi
j) Motivasi
5. Gangguan tidur yang umum terjadi
a)Insomnia
b)Hiperinsomnia
c)Narkolepsi
d)Apnea saat tidur dan mendengkur
e)Enuresa

Topik XIII
Mampu mendampingi Pasien yang Kritis

A. Mendampingi pasien yang kritis


1. Pengertian pasien yang kritis
Pasien kritis akut merupakan pasien dengan kondisi akut karena suatu penyakit akut
atau trauma yang memerlukan penanganan segera sesaat setelah kejadian karena beresiko
mengancam nyawa jika tidak segera ditangani. Pasien dengan penyakit kritis akut bisa
melibatkan gangguan satu atau lebih organ tubuh yang sesuai dengan riwayatnya atau
gangguan beberapa sistem seperti kardiovaskuler, gastrointestinal, muskuloskeletal, imunitas
dan pernapasan.
Contoh dari pasien kritis akut antara lain trauma berat, sindrom koroner akut (SKA),
gagal ginjal akut, acute respiratory distress syndrome (ARDS) dan gagal napas akut.
Karakteristik pasien kritis akut biasanya sesuai dengan kondisi akut yang mendasarinya
seperti pada pasien SKA akan terjadi nyeri akut diikuti dengan ketidakstabilan hemodinamik
dan pasien trauma seperti moderate dan severe head injury akan terjadi nyeri kepala hebat
diikuti gangguan neurologis seperti penurunan kesadaran dan koma. Pasien kritis akut dengan
kondisi yang memburuk diikuti dengan kegagalan sistem tubuh yang lain atau bahkan
terjadinya infeksi bisa menyebabkan terjadinya transisi dari pasien kritis akut menjadi kritis
kronis.
2. Karakteristik situasi kritis

B. Prinsip dasar perawatan paliatif


1. Definisi perawatan paliatif.
Perawatan paliatif adalah perawatan pada seorang pasien dan keluarganya yang
memiliki penyakit yang tidak dapat disembuhkan dengan cara memaksimalkan kualitas hidup
pasien serta mengurangi gejala yang mengganggu, mengurangi nyeri dengan memperhatikan
aspek psikologis dan spiritual. Perawatan ini juga menyediakan sistem pendukung untuk
menolong keluarga pasien menghadapi kematian dari anggota  keluarga yang dicintai sampai
pada proses perkabungan. Dimulai sejak penyakit terdiagnosis.
Latar belakang perlunya perawatan  paliatif  adalah karena meningkatnya jumlah 
pasien dengan penyakit yang belum dapat disembuhkan baik pada dewasa dan anak seperti 
penyakit kanker, penyakit degeneratif,  penyakit paru obstruktif  kronis, cystic fibrosis,
stroke, parkinson, gagal jantung (heart failure), penyakit genetika dan penyakit infeksi seperti
HIV/AIDS yang memerlukan perawatan paliatif, di samping kegiatan promotif, preventif,
kuratif, dan rehabilitatif.
Tujuan perawatan paliatif untuk mengurangi  penderitaan  pasien, meningkatkan 
kualitas hidupnya, juga memberikan support kepada keluarganya. Jadi, tujuan utama
perawatan paliatif bukan untuk menyembuhkan penyakit dan yang ditangani bukan hanya
penderita,  tetapi juga keluarganya. Meski pada akhirya pasien meninggal, yang terpenting
sebelum meninggal dia sudah siap secara psikologis dan spiritual, serta tidak stres
menghadapi penyakit yang dideritanya.
2. Perbedaan paliatif treatment dan paliatif care
Definisi Palliative Care telah mengalami beberapa evolusi. Menurut WHO pada 1990
Palliative Care adalah perawatan total dan aktif dari untuk penderita yang penyakitnya tidak
lagi responsive terhadap pengobatan kuratif. Berdasarkan definisi ini maka jelas Palliative
Care hanya diberikan kepada penderita yang penyakitnya sudah tidak respossif terhadap
pengobatan kuratif. Artinya sudah tidak dapat disembuhkan dengan upaya kuratif apapun.
Tetapi definisi Palliative Care menurut WHO 15 tahun kemudian sudah sangat berbeda.
Definisi Palliative Care yang diberikan oleh WHO pada tahun 2005 bahwa perawatan paliatif
adalah sistem perawatan terpadu yang bertujuan meningkatkan kualitas hidup, dengan cara
meringankan nyeri dan penderitaan lain, memberikan dukungan spiritual dan psikososial
mulai saat diagnosa ditegakkan sampai akhir hayat dan dukungan terhadap keluarga yang
kehilangan/berduka.
Di sini dengan jelas dikatakan bahwa Palliative Care diberikan sejak diagnosa
ditegakkan sampai akhir hayat. Artinya tidak memperdulikan pada stadium dini atau lanjut,
masih bisa disembuhkan atau tidak, mutlak Palliative Care harus diberikan kepada penderita
itu. Palliative Care tidak berhenti setelah penderita meninggal, tetapi masih diteruskan
dengan memberikan dukungan kepada anggota keluarga yang berduka. Palliative Care tidak
hanya sebatas aspek fisik dari penderita itu yang ditangani, tetapi juga aspek lain seperti
psikologis, sosial dan spiritual.

C. Mendampingi klien yang kehilangan.


Tindakan Petugas terhadap Keluarga yang Kehilangan :
1)  Tindakan pada pasien dengan tahap pengingkaran
a) Memberikan kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan perasaannya.
b) Menunjukkan sikap menerima dengan ikhlas kemudian mendorong pasien untuk
berbagi rasa.
c) Memberikan jawaban yg jujur terhadap pertanyaan pasien tentang  sakit, pengobatan,
dan kematian.
2) Tindakan pada Pasien dengan Tahap Kemarahan
a) Mengizinkan dan mendorong pasien untuk mengungkapkan rasa marahnya secara
verbal tanpa melawanya kembali dengan kemarahan.
3) Tindakan pada pasien dengan tahap tawar menawar
a) Membantu pasien dalam mengungkapkan rasa bersalah dan takut.
4) Tindakan pada Pasien dengan Tahap Depresi
a) Membantu pasien mengidentifikasi rasa bersalah dan takut.
b) Membantu pasien mengurangi rasa bersalah.
5) Tindakan pada Pasien dengan Tahap Penerimaan
a) Membantu pasien menerima kehilangan yg tidak bisa dielakkan

Topik XIV
Mampu mendampingi Pasien Terminal (Sakaratul Maut)

A. Mendampingi pasien terminal (sakratul maut)


1. Memastikan pasien Meninggal.
Apabila klien telah meninggal dunia, perawat harus melaksanakan rencana tindakan
Perawatan jenazah. Sebelumnya Perawat harus memahami tentang definisi dan tanda-tanda
kematian. Kematian atau ajal adalah akhir dari kehidupan, ketiadaan nyawa dalam organisme
biologis. Semua makhluk hidup pada akhirnya akan mati secara permanen, baik karena
penyebab alami, seperti penyakit atau karena penyebab tidak alami, seperti kecelakaan.
Setelah kematian, tubuh makhluk hidup mengalami pembusukan. Istilah-Istilah dalam
kematian di antaranya:
a. Rigor Mortis
Rigor Mortis adalah kekakuan tubuh yang terjadi kurang lebih 2 sampai 4 jam setelah
mati. Hal ini hasil dari kurangnya Adenosine Triphosphat (ATP) yang tidak disintesis
dikarenakan kurangnya glycogen dalam tubuh. ATP sangat penting untuk relaksasi serat otot.
Rigor mortis dimulai pada otot involunter, seperti jantung, bladder dan lain-lain kemudian
berkembang ke kepala, leher, punggung dan terakhir ke bagian ekstremitas. Perawat perlu
membantu posisi klien tetap posisi anatomis, merapatkan mulut dan menutupkan mata
sebelum terjadi rigor mortis. Rigor mortis biasanya menghilang setelah kurang lebih 96 jam
setelah kematian.
b. Algor Mortis
Algor Mortis adalah menurunnya temperatur tubuh secara berkala setelah kematian.
Ketika sirkulasi darah berakhir dan tidak berfungsinya hypothalamus, maka temperatur tubuh
turun sekitar 1°C (1,8°F) per jam sampai ia mencapai suhu kamar. Secara simultan, kulit
berkurang elastisitasnya dan mudah pecah saat perawat mengangkat balutan luka atau
mengangkat plester yang menempel. Setelah sirkulasi darah berhenti, kulit menjadi tidak
berwarna. Sel darah merah rusak, hemoglobin hancur, dan tidak berwarna di sekitar jaringan.
Hal ini disebut Livor mortis yang tampak pada bagian tubuh yang paling bawah atau paling
ujung. Jaringan setelah mati akan menjadi lembut dan kadang-kadang menjadi lembab oleh
fermentasi bakteri. Semakin hangat suhu, semakin cepat perubahannya. Bagaimanapun,
tubuh masih menyimpan suhu dingin untuk memperlambat proses ini. Proses pemberian
Balsam dilakukan melalui injeksi bahan-bahan kimia ke dalam tubuh untuk menghancurkan
bakteri.
Ada hal penting yang harus diperhatikan secara legal bagi orang yang meninggal.
Dasar yang paling penting bagi Perawat adalah memintakan sertifikat atau keterangan
kematian dari dokter yang menangani. Bagi klien yang meninggal secara tidak umum,
Autopsi (pemeriksaan setelah mati) atau postmortem examination mungkin perlu diusulkan.
Perawat bertanggung jawab dan peduli dengan aspek legal klien yang meninggal dalam
konteks hukum dalam area praktiknya. Perawatan dan dukungan pada klien yang sedang
sekarat dan keluarga termasuk melakukan pengkajian yang akurat meliputi tanda fisiologik
kematian. Ada 4 karakteristik tanda fisik yang merupakan ancaman kematian, yaitu
berkurangnya tonus otot, sirkulasi yang lambat, perubahan tanda vital, dan penurunan
sensori. Selanjutnya akan dibahas pada kotak berikut.

No Gangguan Sistem Manifestasi Klinik


1 Kehilangan tonus otot a. Relaksasi otot wajah (misal, rahang mungkin
turun).
b. Kesulitan berbicara.
c. Kesulitan menelan dan kehilangan refleks
menelan.
d. Penurunan aktivitas saluran pencernaan,
dengan munculnya mual.
e. Akumulasi flatus, distensi abdomen, retensi
feces, terutama jika narkotik atau obat-obat
penenang diberikan.
f. Kemungkinan inkontinensia urin dan
defekasi
sehubungan dengan menurunnya kontrol
spinkter.
g. Minimnya pergerakan tubuh.
2 Menurunnya atau melambatnya a. Berkurangnya sensasi.
sirkulasi b. Sianosis pada ekstremitas.
c. Kulit dingin, pertama kali di kaki dan
kemudian pada tangan, telinga dan hidung
(klien mungkin merasa hangat sehubungan
dengan meningkatnya temperatur tubuh).
3 Perubahan tanda vital a. Menurun dan melemahnya denyut nadi.
b. Menurunnya tekanan darah.
c. Frekuensi napas pelan abnormal.
d. Pernafasan cheyne-stokes, napas berbunyi,
bertumpuknya mucus di tenggorokan, napas
lewat mulut, yang mengakibatkan membran
mulut menjadi kering.
4 Menurunnya sensori a. Pandangan mata yang kabur.
b. Menurunnya sensori pengecap rasa dan bau.
Tingkat kesadaran sangat bervariasi sebelum kematian. Beberapa klien sadar penuh,
sementara yang lain mengantuk, stuporous atau koma. Pendengaran adalah indra terakhir
yang hilang. Indikasi kematian menurut the World Medical Assembly mengatakan pedoman
untuk dokter sebagai indikasi kematian adalah:
1) kekurangan respons secara total terhadap stimuli eksternal;
2) tidak ada pergerakan, terutama pernafasan;
3) tidak ada refleks;
4) gambaran Electro Encephalogram flat/ EEG (Elektrik dari otak tidak ada).
EEG diukur minimal dalam 24 jam sebagai indikasi kematian. Hanya tenaga medis
saja yang bisa mengatakan bahwa klien sudah meninggal. Definisi lain dari kematian adalah
Mati Otak (cerebral death) yang terjadi jika pusat atas otak, cerebral cortex rusak dan tidak
bisa dipulihkan. Klien mungkin masih bisa bernafas, tetapi tidak sadar. Dalam pengkajian
klien dengan gangguan psikososial, Perawat diharapkan mampu menjadi pendengar yang
baik. Semakin banyak klien mengungkapkan permasalahan yang dihadapi, maka akan
semakin banyak data yang dapat dikumpulkan. Berikan penguatan (reinforcement) sehingga
klien merasa dihargai oleh Perawat dan semakin terbuka dalam mengungkapkan
permasalahan yang dihadapi.

2. Menginformasikan kepada keluarga.

B. Merawat jenazah
1. Memulasaran jenazah.
Apabila klien telah dinyatakan meninggal dunia, Perawat bertanggung jawab untuk merawat
tubuh klien yang sudah meninggal. Umumnya keluarga klien atau teman ingin melihat tubuh
klien yang sudah meninggal. Prosedur Perawatan jenazah adalah sebagai berikut:
1) Bersihkan lingkungan senyaman mungkin dan membuat tubuh tampak natural dan
nyaman.
2) Semua peralatan medis yang terpasang dilepas dan dipindahkan dari samping tempat tidur.
3) Semua alat tenun diganti dengan yang bersih, untuk menghindari bau yang tidak sedap.
4) Secara normal, tubuh diposisikan telentang (supine) dengan kedua tangan di samping,
telapak tangan telungkup, atau menyilang di atas perut.
5) Kedua pergelangan tangan diikat tidak terlalu ketat. Satu bantal diletakkan di kepala dan di
bawah bahu, untuk mencegah darah yang mengakibatkan perubahan warna di wajah tidak
pucat.
6) Tutup mata dengan tangan dan tahan beberapa detik agar tetap tertutup. Jika tidak bisa
tertutup, taruh kapas lembab di atas mata untuk menahan mata.
7) Mulut usahakan untuk tetap tertutup, ini bisa dengan meletakkan gulungan handuk di dagu
untuk mempertahankan rahang.
8) Bersihkan bagian tubuh yang kotor, tidak perlu membersihkan semua tubuh.
Membersihkan semua tubuh akan dilakukan oleh orang yang khusus memandikan jenazah
(mortician) yang sudah dilatih.
9) Letakkan bahan yang mudah menyerap (pampers) di bagian bokong untuk menyerap
cairan yang keluar atau feces yang disebabkan oleh relaksasi dari spinkter.
10) Ganti pakaian klien dengan yang bersih dan sisir rambut klien.
11) Seluruh perhiasan yang digunakan dilepas dan benda berharga lainnya diberikan kepada
keluarga untuk dibawa pulang.
12) Tutup klien dengan linen yang menutupi seluruh tubuh klien.
13) Lampu dan kursi di samping tempat tidur disediakan untuk keluarga.
14) Setelah semua keluarga melihat, beri identitas klien yang diikatkan satu di pergelangan
kaki dan satu lagi di pergelangan tangan.
15) Jika sudah siap, maka jenazah dibawa ke kamar mayat dengan menggunakan kereta
dorong bersama-sama keluarga.

2. Penyelengaraan jenazah
Bagi salah seorang muslim yang meninggal dunia terdapat beberapa kewajiban yang
harus dilaksanakan oleh saudaranya sesame muslim yang masih hidup. Salah satu kewajiban
tersebut adalah menyelenggarakan jenazah. Menyelenggarakan jenazah adalah suatu kegiatan
yang dilakukan terhadap seseorang yang telah meninggal dunia. bagi umat Islam,
penyelenggaraan jenazah terdiri atas memandikan, mengafankan, menyolatkan, dan
memakamkan jenazah tersebut. Secara singkat akan dipaparkan deskripsi masing-masing
kegiatan tersebut :
a. Memandikan Jenazah
Persyaratan jenazah yang dimandikan adalah:
a) Jenazah Islam laki-laki atau perempuan
b) Tidak mati syahid, artinya tidak mati dalam membela agama Allah.
c) Tubuhnya ada meskipun hanya sebagian.
Selanjutnya tata cara memandikan jenazah adalah:
a) Mempersiapkan dahulu segala keperluan untuk mandi
b) Mempersiapkan air mutlak, yaitu: air suci dan mensucikan
c) Tempat memandikan sebaiknya pada tempat tertutup.
d) Sewaktu memandikan jenazah, agar badan ditutup terutama auratnya.
e) Menyediakan air secukupnya, sabun, air kapur barus, wangi-wangian.
f) Sarung tangan 1 atau 2 stel, handuk atau kain, kain basahan dan lain-lain yang
diperlukan.
g) Waktu memandiakn sebaiknya disekitarnya diberi wangi-wangian yang dibakar
seperti ratus / menyan arab, untuk menghindari bau.
h) Memandikan dengan bilangan ganjil 3, 5, 7, 9 atau lebih.
i) Bersihkan semua kotoran, najis dari seluruh badan jenazah, sebersihbersihnya dengan
hati-hati dan lembut. Sebaiknya memakai sarung tangan.
j) Memijit/menekan perutnya perlahan-lahan dengan hati-hati sekali. Bersihkan
mulutnya, sebaiknya memakai lap (sarung tangan) supaya jangan tersentuh auratnya.
Membersihkan kotoran kuku tangan, kuku kaki dengan memakai tangkai suruh atau
tangkai ketela pohon atau sejenisnya.
k) Menyiram air ke anggota badan sebelah kanan, kemudian menyiram pada anggota
badan sebelah kiri, bersihkan dengan sabun atau daun bidara. Terakhir siram dengan
air kapur barus dan wangi-wangian.
l) Apabila jenazah wanita, supaya rambutnya dijalin dikepang tiga bagian, waktu
dimandikan. Dan rambut diurai lagi pada waktu keramas.
m) Terakhir wudlukan.
n) Dengan cara mengucurkan air dari wajah sampai kaki
o) Sebaiknya jenazah laki-laki dimandikan oleh orang laki-laki.
p) Apabila jenazah wanita sebaiknya dimandikan kaum wanita. Akan tetapi
diperbolehkan seorang suami atau istri memandikan jenazah almarhum suami atau
almarhumah istrinya masing-masing.
q) Setelah selesai memandikan dengan baik bersihkan / keringkan badannya dengan
handuk.

Anda mungkin juga menyukai