Anda di halaman 1dari 142

Pemeriksaan Fisik

Oleh: Ns. Ellia Ariesti, M.Kep


Anatomi Tubuh Manusia
 Tubuh manusia terdiri dari berbagai
tingkatan struktur dan pengorganisasian
yang saling berhubungan satu dengan
yang lainnya. Tubuh dimulai dari struktur
kimia terkecil sel,jaringan,organ,sistem
organ sampai bentuk organisme yang utuh
4 struktur utama yang membagi tubuh dari
atas ke bawah (kepala-kaki)

 Frontal plane : garis yang membagi tubuh


secara vertical antara anterior dan
posterior
 Transversal plane : garis yang membagi
tubuh antara superior dan inferior
 Sagital plane : garis yang membagi tubuh
antara kanan dan kiri
 Oblique plane : garis yang membagi tubuh
disudut antara bagian atas dan bawah
dengan bagian lain dari depan / belakang
Posisi
 Superior (cepalik/cranial) : Bagian kea
rah kepala atau struktur bagian atas
 Inferior (caudal) : Bagian kearah kaki atau
struktur bagian bawah
 Anterior (ventral) : Bagian depan tubuh
 Posterior (dorsal) : Bagian belakang tubuh
 Lateral : Basis batas yang mengarah ke
samping
 Medial : Basis tengah kearah tengah
Pemeriksaan Fisik

 adalah tindakan di mana kita menganalisa


dan mesintesa informasi yang terkumpul
dalam rangka mengambil keputusan
tentang status kesehatan klien sebagai
bagian dari proses keperawatan. Ada 4
(empat) teknik utama yang digunakan
dalam pemeriksaan fisik, meliputi
inspeksi, palpasi, perkusi
Pemeriksaan Fisik

 Pemeriksaan fisik dalah pemeriksaan tubuh


klien secara keseluruhan atau hanya bagian
tertentu yang dianggap perlu, untuk
memperoleh data yang sistematif dan
komprehensif, memastikan/membuktikan
hasil anamnesa, menentukan masalah dan
merencanakan tindakan keperawatan yang
tepat bagi klien ( Dewi Sartika, 2010).
Tujuan Pemeriksaan Fisik
 Untuk mengumpulkan data dasar tentang kesehatan
klien.
 Untuk menambah, mengkonfirmasi, atau menyangkal
data yang diperoleh dalam riwayat keperawatan.
 Untuk mengkonfirmasi dan mengidentifikasi diagnosa
keperawatan.
 Untuk membuat penilaian klinis tentang perubahan
status kesehatan klien dan penatalaksanaan.
 Untuk mengevaluasi hasil fisiologis dari asuhan
Manfaat Pemeriksaan Fisik

 Sebagai data untuk membantu perawat dalam menegakkan


diagnose keperawatan.
 Mengetahui masalah kesehatan yang di alami klien.
 Sebagai dasar untuk memilih intervensi keperawatan yang
tepat
 Sebagai data untuk mengevaluasi hasil dari asuhan
keperawatan
Indikasi

Mutlak dilakukan pada setiap klien, terutama


pada:
 klien yang baru masuk ke tempat pelayanan
kesehatan untuk di rawat.
 Secara rutin pada klien yang sedang di
rawat.
 Sewaktu-waktu sesuai kebutuhan klien
Prosedur pemeriksaan fisik
Persiapan
a. Alat
 Satu set alat pengukuran TTV dan satu set alat
pemeriksaan fisik.
 Alat diletakkan di dekat tempat tidur klien yang akan di
periksa.
b. Lingkungan
 Pastikan ruangan dalam keadaan nyaman, hangat, dan
cukup penerangan. Misalnya menutup pintu/jendala atau
skerem untuk menjaga privacy klien
c. Klien (fisik dan fisiologis)
 Bantu klien mengenakan baju periksa jika ada dan
anjurkan klien untuk rileks.
Prosedur Pemeriksaan

 Cuci tangan
 Jelaskan prosedur
 Lakukan pemeriksaan dengan berdiri di
sebelah kanan klien dan pasang handschoen
bila di perlukan
 Pemeriksaan umum meliputi : penampilan
umum, status mental dan nutrisi.
 Posisi klien : duduk/berbaring
Hal-hal yang harus diperhatikan
sebelum dilakukan pemeriksaan fisik

 pemberiaan posisi sesuai tujuan


pemeriksaan dan universal precaution
Inspeksi
langkah kerja Inspeksi adalah
 Atur pencahayaan yang cukup sebelum
melakukan inspeksi
 Atur suhu dan suasana ruangan yang nyaman
 Buka bagian yang diinspeksi dan yakinkan
bahwa bagian tersebut tidak tertutup
baju,selimut dan sebagainya.
 Selalu jelas dalam menetapkan apa yang
dilihat
Palpasi
 Palpasi dangkal/ringan banyak digunakan
dalam pengkajian.Dengan cara rapatkan
ujung-ujung jari tangan yang akan
digunakan,tekan daerah yang diperiksa
sedalam 1-2 cm dengan perlahan
Palpasi dalam
 dikerjakan untuk merasakan isi abdomen yang dapat
dilakukan dengan dua tangan sehingga disebut
bimanual,dengan cara menekankan seperempat distal
permukaan tangan pada tangan yang lain yang
diletakan diperut klien sedalam 4-5 cm.
Perkusi
 Cara kerja perkusi adalah sebagai berikut:
 Buka/lepaskan pakaian klien sesuai yang diperlukan
 Luruskan jari tengah tangan kiri,tekan bagian ujung jari
dan letakkan dengan kuat pada permukaan yang
diperkusi,upayakan jari-jari yang lain tidak menyentuh
permukaan,karena akan mengaburkan suara.
 Lenturkan jari tengah tangan kanan ke atas dengan
lengan bawah relaks.Pertahankan kelenturan tangan
pada pergelangan tangan.
 Gerakan pergelangan tangan dengan cepat,jelas dan
relaks serta ketukkan ujung jari tengah tangan kanan
pada jari tengah tangan kiri,arahkan pada ujung jari
tengah tangan kiri (setelah batas kuku) di mana tekanan
yang mendesak pada yang diperkusi paling besar.
Teknik Perkusi
Auskultasi
 pemeriksaan fisik dengan bantuan alat
stetoskop untuk
 Mendeteksi suara yang dihasilkan oleh kerja
organ tubuh seperti paru,jantung,pembuluh
darah,dan organ abdomen.Suara auskultasi
meliputi tinggi,intensitas,durasi dan kualitas
suara yang dihasilkan.Tinggi suara
ditentukan oleh frekuensi vibrasi suara dan
dapat diklasifikasikan menjadi tinggi atau
rendah
Auskultasi
Pengukuran tanda vital

Pengukuran tanda vital adalah


pengukuran suhu, nadi, tekanan darah,
frekuensi pernafasan dan saturasi
oksigen
Mengapa harus diukur?

- Tanda vital merupakan indikator dari status


kesehatan seseorang.
- Tanda vital merupakan cara cepat dan efisien
untuk memantau kondisi klien atau
mengidentifikasi masalah dan mengevaluasi
respon klien terhadap intervensi
Persiapan Alat
 Tensimeter
 Stetoskop
 Sarung tangan pada tempatnya
 Buku catatan
 Alat tulis
 Arloji dengan jarum detik
 Termometer axilla
 Tissue
 bengkok
Batas normal tanda vital
orang dewasa
 Batas Suhu : 36 – 38 0C
Oral rata-rata 370c
Rektal rat-rata 37,5 0C
Aksial rata-rata 36 0C
 Nadi 60 – 100 kali/menit
 Pernafasan 12 – 20 kali/menit
 Tekanan Darah
Rata-rata 120/80 mmHg
Hipertensi: Sistolik diatas 140 mmHg, Diastolik
diatas 90 mmHg
Hipotensi : Sistolik dibawah 90 mmHg, dengan
tanda-tanda pusing dan peningkatan nadi
Pedoman mengukur tanda vital
1. P e n g k a jia n ta n d a vi ta l d i la ya n a n k e s e h a ta n
d il a k u k a n o l e h p e ra w a t/d o k te r. ( m e n g u k u r,
m e n g in te rp re ta s ik a n d a n m e m b u a t k e p u tu s a n
in te rv e n s i)
2. P e ra l a ta n h a ru s b e rf u n g s i d e n g a n b a ik u n tu k
m e n ja m in h a s il ya n g a k u ra t
3. P e ra l a ta n d ip ilih b e rd a s a rk a n k o n d is i d a n
k a ra k te ris tik k lie n ( m is a l : m a n s e t u n tu k d e w a s a
dan anak beda)
4. Me n g e ta h u i n il a i n o rm a l ta n d a v ita l
5. Me n g e ta h u i riw a ya t m e d is , te ra p i o b a t- o b a ta n d a ri
k l ie n .
6. Me m in im a lk a n f a k to r lin g k u n g a n ya n g
m e m p e n g a ru h i ta n d a v ita l
Suhu tubuh
T u ju a n m e n g u k u r s u h u tu b u h :
1. Un tu k m e n g e ta h u i s u h u k lie n
2. Me n e n tu k a n s ta tu s k e s e h a ta n k lie n /d ia g n o s a
3. Me n e n tu k a n la n g k a h - la n g k a h s e la n ju tn ya
Faktor yang mempengaruhi
suhu tubuh
 Usia
 Olah raga
 Kadar hormon
 Irama sirkadian
 Stres
 Lingkungan
 Perubahan suhu
 Demam
 Kelelahan akibat panas
 Hypertermia
 Heatstroke
 Hipotermia
Kapan dilakukan ?

 Pada setiap individu/pasen baru


 Setiap hari
 Sewaktu-waktu (ekstra) bila diperlukan
Tempat pengukuran suhu
 Oral (mulut)
 Rektal ( dubur)
 Aksila (ketiak)

Yang sering dilakukan adalah di Aksila


Jenis termometer
 Te rm o m e te r a ir ra k s a /k a c a
 Te rm o m e te r e le k to n ik /d ig ita l
D e r aj at p e n g u k u r s u h u b i s a m e n g g u n a k a n
Celsius a ta u Fahrenheit
1. Pengkuran suhu pada ketiak (aksila)
-. A la t p e n g u k u r d id e k a tk a n
-. P a s e n d ib e rita h u a p a ya n g a k a n d ila k u k a n
-. Le n g a n b a ju d ib u k a
-. Ke tia k d ik e rin g k a n
-. Te rm o m e te r d i c h e k /a ir ra k s a d i p o s is i no l
-. Le ta k a n re s e rv o ir d ite n g a h k e tia k d a n je p it
-. T u n g g u 1 0 m e n it -- - -  a n g k a t d a n la n g s u n g b a c a d a n
c a ta t
-. Te rm o m e te r b e rs ih k a n d a n k e rin g k a n
-. A ir ra k s a d itu ru n k a n k e no l
2 . Pengukuran suhu pada
mulut (oral)
-. P a s ie n /Kl ie n h a ru s p u n ya te rm o m e te r s e n d iri
- . P a s ie n d ib e rita h u a p a ya n g a k a n d ila k u k a n
- . Mu lu t d ib u k a , le ta k a n te rm o m e te r d ib a w a h lid a h
- . Mu lu t d ik a tu p k a n k u ra n g le b ih s e la m a 5 m e n it
- . B e rn a f a s m e la lu i h id u n g
- . S e te la h 5 m e n it te rm o m e te r d ia n g k a t d a n
la n g s u n g d ib a c a d a n d ic a ta t
Perhatian untuk pengukuran pada
oral:
a. Sebelum diukur pastikan pasien tidak
minum air panas atau dingin sebelum
pengukuran
b. Hanya dilakukan pada orang dewasa
3.Pengukuran suhu pada rektal
- Alat-alat disiapkan
- Pasien diberitahu
- Miringkan (posisi Sim)
- Turunkan pakaian pasen sampai bokong
- Termometer dioles vaselin, masukan melalui
anus sebatas reservoir air raksa
- Tunggu 3 menit
- Keluarkan, lap dan baca serta catat
Pengukuran nadi
 Nadi adalah aliran darah yang menonjol dan
dapat diraba di berbagai tempat pada tubuh.
 Nadi merupakan indikator status sirkulasi
 Sirkulasi adalah perputaran darah keseluruh
tubuh, dimana sel-sel menerima makanan
(nutrien) dan membuang sampah sisa
metabolisme.
 Supaya sel berfungsi normal, harus ada aliran
darah yang kontinu ke sel-sel yang
membutuhkan.
Menghitung denyut nadi
 Pengkajian nadi dapat dikaji di setiap arteri. Namun yang
paling mudah diraba adalah di arteri radialis dan karotid
 Yang paling sering digunakan adalah arteri radialis.
Lokasi nadi
 Temporal  menkaji nadi pada anak
 Karotid  digunakan pada saat syok, dimana ditempat
lain tidak teraba
 Apikal  untuk mengauskultasi nadi/denyut jantung
 Brankial  untuk mengkaji sirkulasi ke lengan
bawah/mengauskultasi tekanan darah
 Radial  untuk mengkaji karakter nadi perifer
 Ulnar  untuk mengkaji sirkulasi ke tangan
 Femoral  mengkaji sirkulasi ke tungkai
 Poplitea  mengkaji sirkulasi ke tungkai bagian
bawah
 Tibial posterior  mengkaji sirkulasi ke kaki
 Pedis dorsal  mengkaji sirkulasi ke kaki
Tujuan
 Untuk mengetahui pekerjaan jantung
 Membantu menentukan diagnosa
 Menetukan langkah perawatan dan
pengobatan
Cara kerja
 Persiapan alat-alat : jam tangan dengan penunjuk detik
atau pols teller atau stop watch
 Persiapan pasien/klien : diberitahu dan supaya relax
 Pelaksanaan : -. Waktu pengukuran bersamaan dengan
pengukuran suhu
 Posisi pasien tiduran atau duduk
 Menghitung nadi dengan jari telunjuk dan jari tengah
diatas arteri
 Tekanan pada arteri jangan terlalu kuat
 Lama menghitung ½ menit  hasil dikalikan 2
 Pada anak-anak dihitung dalam satu menit.
Perhatian !
 Pada waktu menghitung denyut nadi
perhatikan
-.Volumenya,
-.Rythmenya teratur atau tidak,
-.Keras atau lemahnya tekanan,
-. frekuensi/jumlah permenit
 Jangan menghitung nadi bila tangan baru
memegang es.
 Setelah selesai jangan lupa cuci tangan
 Selalu berkomunikasi dengan pasien/klien
Denyut nadi normal
 Bayi : 120 – 160 /menit
 Todler : 90 – 140/menit
 Prasekolah : 80 – 110/menit
 Usia sekolah : 75 - 100/menit
 Remaja : 60 – 90 /menit
 Dewasa : 60 – 100/menit
Faktor yang mempengaruhi
frekuensi nadi
 Latihan Fisik
 Suhu
 Emosi
 Obat-obatan
 Hemoragi
 Perubahan postur
 Gangguan paru
Mengkaji Pernafasan
 Pernafasan adalah tanda vital yang paling
mudah dikaji, namun kadang pengukuran
sering sembrono( dengan menaksir)
 Pengukuran akurat memerlukan observasi
dan palpasi gerakan dinding dada.
Menghitung Pernafasan
 Menghitung jumlah inspirasi (menarik
nafas)dan ekspirasi (mengeluarkan nafas)
dalam satu menit
 1 kali hitungan adalah inspirasi dan
ekspirasi
Dilakukan pada Siapa?
 Pada setiap pasen yang dirawat
 Pada pasen dengan kelainan paru-paru/trauma paru-
paru
 Pada pasien post narkose umum
 Sewaktu-waktu bila dianggap perlu
Pengukuran pernafasan
 Persiapan alat : jam tangan dengan jarum
detik/atau stop watch
 Pelaksanaan pengukuran bersamaan dengan
waktu mengukur suhu dan setelah
menghitung nadi.
 Cara menghitung dalam 1 menit
 Hasil dicatat
Cara menghitung
 Pastikan dada klien dapat dilihat dengan jelan
 Buka baju bagian dada jika perlu
 Letakkan tangan klien dalam posisi rilek, tidak
menghalangi dada
 Letakkan tangan pemeriksa diatas dada klien.
 Hitung frekuensi pernapasan selama 30 detik,
hasilnya dikali 2
Frekuensi pernafasan normal
Usia Frekuensi
Bayi baru lahir 35 – 40
Bayi ( 6 bulan ) 30 – 50
Todler (2 Tahun) 26 - 32
Anak-anak 20 - 30
Remaja 16 - 19
Dewasa 12 - 20
Gangguan Pola Pernafasan
Bradipnea Teratur tapi lambat

Tahipnea Teratur tapi cepat

Hiperpnea Pernafasan suli, peningkatan frekuensi,


peningkatan kedalaman
Apnea Pernafasan berhenti sejenak

Hiperpentilasi Frekuensi dan kedalaman meningkat


Hipoventilasi Frekuensi dan kedalaman abnormal

Cheyne stokes Frekuensi dan kedalaman tidak


teratur.ditandai apnoe da hiperventilasi
Kussmaul Pernafasan tidak normal, dalam dan
frekuensi meningkat
Biot Pernafasan dangkal, untuk 2 atau3 kali
nafas diikuti dengan apnea
Faktor yang mempengaruhi
pernafasan
 Olah raga
 Nyeri akut
 Ansietas
 Merokok
 Anemia
 Posisi Tubuh
 Medikasi
 Cedera Batang Otak
Tekanan Darah
 Tekanan darah adalah kekuatan lateral
pada dinding arteri oleh darah yang
didorong dengan tekanan jantung
Fisiologi
 Tekanan darah menggambarkan
interelasi dari curah jantung, tahanan
vaskuler perifer, volume
darah,viskositas darah dan elastisitas
arteri
Curah Jantung
Adalah volume darah yang dipompa
jantung selama 1 menit
Volume Darah
 Volume darah dalam sistem vaskuler
mempengaruhi tekanan darah. Volume darah
normal adalah 5000 ml. Jika volume darah
meningkat, tekanan dinding arteri
meningkat/tekanan darah meningkat. Misalnya
pada penginfusan yang cepat dan tidak
terkontrol.
 Bila volume darah menurun ( kasus hemoragi
atau dehidras , tekanan darah akan turun
Viskositas
 Kekentalan darah mempengaruhi
kemudahan aliran darah melewati
pembuluh yang kecil.
 Hematokrit atau persentase sel darah
merah dalam darah
 Hematokrit menentukan viskositas
darah
 Bila hematokrit meningkat, dan aliran
darah lambat, tekanan darah naik
Elastisitas arteri
 Dalam keadaan normal dinding arteri
elastis
 Pada dinding arteri yang kaku bisa
menaikan tekanan sistolik
Faktor yang mempengaruhi
tekanan darah
 Usia
 Stres
 Medikasi
 Variasi diurnal
 Jenis kelamin
 Hipertensi
 Hipotensi
Tekanan darah rata-rata normal
USIA TEKANAN DARAH
Bayi baru lahir 40 (rerata)
1 bulan 85/54
1 tahun 95/65
6 tahun 105/65
10 – 13 tahun 110/65
14 – 17 tahun 120/75
Dewasa Tengah 120/80
Lansia 140/90
Mengukur Tekanan Darah
 Pengertian : Mengukur desakan
darah pada dinding arteri
Tujuan
 Untuk mengetahui pekerjaan jantung
 Untuk menentukan diagnosa
 Untuk membantu penetapan terapi
Siapa yang di ukur
 Setiap pasien baru masuk rawat
 Pasien dengan penyakit
jantung/ginjal/hepar, ibu hamil dll
 Pasien gawat, hipertensi dan penyakit
berat lainnya
Cara pengukuran
 Persiapan alat : Tensimeter, stetoscop dan
buku catatan
 Persiapan pasien/klien : Pasien/klien
diberitahu
 Pelaksanaan:
 Lengan baju dibuka atau digulung keatas
 Manset dari tensimeter dipasang pada
lengan atas dengan pipa karetnya berada
disisi luar lengan. Membalutnya jangan
terlalu kuat atau terlalu longgar
Lanjutan
 Denyut nadi brankialis diraba dengan 3 jari
tengah, stetoscop ditekankan didaerah
tersebut
 Skrup Balon ditutup, pengunci air raksa
dibuka.
 Balon dipompa sampai denyut arteri tidak
terdengar lagi dan air raksa dalam pipa naik.
 Skrup balon dibuka sehingga air raksa turun
perlahan-lahan. Sambil melihat turun air
raksa, dengarkan denyutan pertama
Lanjutan
 Skala permukaan air raksa pada waktu
terdengar denyutan pertama disebut
tekanan Systole, misalnya 120 mmHg
 Dengarkan terus sampai terdengar denyutan
terakhir. Skala permukaan air raksa pada
waktu denyutan terakhir disebut tekanan
Dyastole, misalnya 80 mmHg
 Hasil tensi dicatat : 120/80 mmHg
 Beritahu hasil pengukuran pada
klien/pasien
Perhatian
 Tensimeter harus dalam keadaan baik
 Letak tensimeter harus datar, tabung air raksa
tegak lurus
 Memasang manset harus tepat diatas arteri
bankialis dan jangan terlalu kencan atau
terlalu kendor
 Menekankan stetoscop jangan terlalu keras
 Sebelum menutup tensimeter masukan dulu
air raksa kedalam reservoarnya, tutup
krannya.
Bagian 1: Pemeriksaan Fisik

Alat-alat yang dibutuhkan


 Stetoskop  Kapas
 Kartu visus  Miyak kayu
 Handscoen putih/parfum
 Pen light  Kapas alkohol
 Meteran  Selimut mandi
 Timbangan  Bengkok
 Tounge spatel  Alat tulis dan buku
 Arloji catatan
 Refleks hammer
 Garpu tala
 Tissue
 Anamnesa
Riwayat Kesehatan
 Pemeriksaan fisik
peralatan:
1. Penggaris/meteran untuk mengukur luas
luka
2. flashlight/ lampu senter untuk menerangi
luka
3. kaca pembesar untuk membantu dalam
pemeriksaan luka
4. sarung tangan disposibel untuk melindungi
pemeriksa ketika malakukan pemeriksaan
luka

69
RIWAYAT KESEHATAN
 Pertanyaan dimulai dengan masalah atau
keluhan yg dirasakan.
Misal :
gatal-gatal ?
benjolan di kulit ?
 Pengkajian pola sehat sakit
 Pola pemeliharaan kesehatan
 Pola peran kekerabatan
Karakteristik Kulit Normal
 Warna : Warna Kulit bervariasi antara orang
yang satu dengan yang lain tergantung ras
(Merah muda - Hitam)
 Tekstur Kulit  Lembut Kering, normal juga
Elastis.
 Suhu : Suhu Normal Hangat  pada konsisi
tertentu bisa berubah
 Kelembaban  Akan teraba kering  dpt
meningkat jika aktivitas meningkat
 Bau : Normal Tidak Berbau
KULIT
Inspeksi
1. Warna Kulit
2. Vaskularisasi
3. Keringat
4. Edema
5. Injuri
6. Perlukaan/Lesi Pada Kulit

72
PALPASI
Catat :
1. Perubahan dalam Suhu / Temperatur
2. Kelembaban. Kering pada dehidrasi
3. Periksa Adanya Nyeri Tekan
4. Tekstur. Mengacu pada Halus atau kasar.
Kasar dan kering pada hipotyroid. Lembut
dan halus pada hiperthyroid
5. Turgor  Mengacu pada elastisitas kulit.
6. Adanya Lesi  Distribusi, tipe, warna

73
 Elastisitas kulit atau turgor menggambarkan
keadaan keseimbangan cairan tubuh . secara
sederhana dengan melakukan pemeriksaan
turgor kulit . dapat diketahui derajat
kekurangan cairan tubuh ( dehidrasi ).
cara pemeriksaan
1. Pastikan bagian ( lengan / perut ) yang akan
diperiksa terbuka
2. Pemeriksa menjepitkan ibu jari dan telunjuk
pada kulit,
3. Lepaskan jepitan dan perhatikan waktu yang
diperlukan kulit untuk kembali seperti semula
( dalam detik )
PERUBAHAN WARNA
Cyanosis, Warna kebiruan-biruan, mungkin terlihat di
bawah kuku, bibir, dan mukosa mulut. Terjadi karena
penurunanan ikatan oksihemoglobin, atau penurunan
oksigenasi darah. Dapat disebabkan oleh penyakit paru,
penyakit jantung, abnormalitas hemoglobin, atau karena
udara dingin.
Jaundice / Ikterik, Warna kuning atau kehijauan. Terjadi
ketika biliribin jaringan meningkat dan dapat pertama
kali terlihat di sklera kemudian membran mukosa, dan
kulit

Cyanosis jaundice 75
Pallor (Pucat), Penurunan warna kulit. Terjadi karena
penurunan aliran darah ke pembuluh darah superfisial
atau penurunan jumlah hemoglobin dalam darah.
Pucat mungkin terjadi di muka, palpebra konjunctiva,
mulut dan di bawah kuku
Erytema, Warna kemerahan di kulit. Mungkin terjadi
secara general maupun lokal. Eritema general
disebabkan karena demam, sedangkan eritema lokal
disebabkan karena infeksi lokal atau terbakar matahari

erytema
 Warna ungu pada kulit : mungkin adanya beberapa
pembuluh darah yang pecah dan dapat terjadi karena
masalah sirkulasi atau kekurangan vitamin C
 Bintik merah menyerupai kupu-kupu pada wajah 
timbul di tulang (jembatan) hidung dan pipi, sering kali
menjadi tanda pertama dari penyakit autoimun Lupus,
yang merupakan suatu gangguan yang mengancam jiwa
dan membutuhkan pengobatan yang tepat

Buterfly Rush
Warna ungu
PALPASI
KULIT RAMBUT KUKU
 Adanya benjolan  Tekstur Nyeri tekan
 Tekstur kulit  Kerontokan
 Adanya nyeri
tekan
 Palpasi secara
akurat dengan
menggunakan
metode EPUAP
 Mobilitas atau
turgor
 Lesi adalah istilah medis untuk merujuk pada
keadaan jaringan yang abnormal pada tubuh.
Hal ini dapat terjadi karena proses beberapa
penyakit seperti trauma fisik, kimiawi, dan
elektris; infeksi dll.
TIPE-TIPE LESI
1. LESI PRIMER

LESI KETERANGAN
Makula Perubahan warna kulit, tidak teraba dengan batas jelas,
kurangh dari 1 cm

Papula Menonjol, batas jelas. Elevasi kulit yang padat. Kurang


dari 0,5 cm.

Nodula Tonjolan padat berbatas tegas, lebih besar daripada


papula 0,5-2 cm.

Tumor Tonjolan padat seperti nodula, lebih besar ukurannya.

Vesikula Papula dengan cairan serosa di dalamnya.

Pustula Papula dengan cairan pus di dalamnya


(Bintik-bintik)

(kutil)

(Lepuh)

rasa gatal dgn bintik-bintik merah dan bengkak

/ bisul

81
TIPE-TIPE LESI CONT’
2. LESI SEKUNDER

LESI KETERANGAN
EROSI Kehilangan epidermis superfisial,
menyisakan area yang lembab yang tidak
mengeluarkan darah. Misalnya: permukaan
kulit setelah pecahnya vesikel

ULKUS Kehilangan permukaan yang lebih dalam


yang dapat berdarah atau meninggalkan
jaringan parut. Misalnya kankre sifilitis, ulkus
karena insufisiensi venosa

FISURA Pecahnya kulit membentuk garis lurus.


Klasifikasi luka akibat tirah baring
(Pressure Ulcers) menurut EPUAP

Tingkat Gambaran
Tingkat 1 Eritema yang warnanya tidak berubah menjadi
pucat bila ditekan dengan jari pada kulit yang
masih utuh
Tingkat 2 Lapisan kulit sebagian hilang yang meliputi
epidermis, dermis, atau keduanya
Tingkat 3 Seluruh lapisan kulit hilang yang melibatkan
rusaknya atau nekrosis jaringan subkutan yang
mungkin meluas ke jaringan di bawahnya,
tetapi tidak merusak seluruh fasia
Tingkat 4 Seluruh kulit hilang dengan kerusakan yang
berat, nekrosis jaringan atau rusaknya otot,
tulang, atau struktur penyokong.
RAMBUT
 Inspeksi dan palpasi : catat distribusi,
kualitas, kuantitas
 Distribusi: normal : kulit kepala, muka bagian
bawah, hidung, leher, aksila, dada anterior,
punggung, bahu, lengan, kaki, gluteal, area
pubis.
 Kuantitas:
Hirsutisme: perningkatan pertumbuhan
rambut.
Alopesia : rambut rontok, botak
84
 Kuantitas
 texture: kasar, halus, lurus, keriting, sangat
kusut, kuat, berkilauan, mudah rontok.
 Warna. Bervariasi mulai dari putih bercahaya
sampai hitam. Perubahan warna dipengaruhi
oleh usia, nutrisi, penyakit, dll

Hirsutisme allopesia

85
KUKU
INSPEKSI dan PALPASI
 Bentuk. Anonyhia : tidak mempunyai kuku sama
sekali
 Kelengkungan. Normal : datar atau sedikit
lengkung. Clubbing ?
 Adhesi. Normal : kuat tidak mudah dicabut.
 Permukaan kuku. Normal : lembut dan datar
 Warna. Normal : pink
 Pemeriksaan CRT (Capilarry Refill Time)
 Ketebalan
86
BERBAGAI KONDISI KUKU
KONDISI KETERANGAN
KUKU

Kuku normal Sudut normal 1600


Clubbing finger Falang dorsal membulat & menggembung, kecembungan
dari lempeng kuku meningkat. Sudut kuku meningkat 1800.
misal pda penyakit jantung, paru
Paronikia Inflamasi dari lipatan kuku proksimal dan lateral, dapat
akut atau kronis. Lipatan berwarna merah, bengkak,
mungkin nyeri tekan
Onikolisis Pelepasan lempeng kuku yang tidak terasa sakit dari
bantalan kuku, dimulai dari distal. Banyak penyebabnya.

Kuku terry’s Keputihan dengan pita distal kemerahan atau coklat.


Terlihat pada penuaan dan beberapa penyakit kronis

Pitting Cekungan kecil pada lempeng-lempeng kuku

leukonisia Bercak putih yang disebabkan oleh trauma. Tumbuh ke luar


bersamaan dengan pertumbuhan kuku
paronkia
Inflamasi dari lipatan kuku proksimal dan
lateral, dapat akut atau kronis. Lipatan
berwarna merah, bengkak, mungkin nyeri
tekan
Onikolisis
Terry’s nail
Keputihan dengan pita distal
kemerahan atau coklat. Terlihat
pada penuaan dan beberapa
penyakit kronis
Clubbing fingers
Falang dorsal membulat & menggembung, kecembungan dari
lempeng kuku meningkat. Sudut kuku meningkat 180. misal pd
penyakit jantung, paru
Pitting

Biasa terjadi pada kondisi psoriasis


Pemeriksaan Kepala
 Inspeksi dan palpasi kulit kepala, bentuk, kesimetrisan,
kelembutan, ada tidaknya lesi, distribusi rambut,
kondisi kulit kepala, warna rambut, tekstur rambut,
ketebalan, tipe rambut, serta lakukan palpasi dan
auskultasi bruit arteri temporalis dengan menggunakan
stetoskop.
Pemeriksaan Mata
 Inspeksi dan palpasi struktur mata eksternal meliputi
kesimetrisan, distribusi dan arah pertumbuhan alis dan bulu
mata, posisi kelopak mata, karakter kulit dan kedipan,
kesimetrisan bola mata, warna konjungtiva, sklera, tekstur,
lesi, tekstur kornea, iris dan pupil. Inspeksi dan palpasi
juga aparatus lakrimalis, konjungtiva bagian dalam
 Pemeriksaan fisik mata
Kelengkapan dan keluasan pengkajian mata bergantung
pada informasi yang diperlukan. Secara umum tujuan
pengkajian mata adalah mengetahui bentuk dan fungsi
mata
Cara inspeksi mata
 Dalam inspeksi mata, bagian-bagian mata yang perlu
diamati adalah bola mata, kelopak mata, konjungtiva,
sklera, dan pupil.
 1) Amati bola mata terhadap adanya protrusi, gerakan
mata, lapang pandang, dan visus.
2) Amati kelopak mata, perhatikan bentuk dan setiap
kelainan dengan cara sebagai berikut.
a. Anjurkan pasien melihat kedepan.
b. Bandingkan mata kanan dan kiri.
c. Anjurkan pasien menutup kedua mata
Cara inspeksi mata
d. Amati bentuk dan keadaan kulit pada kelopak mata,
serta pada bagian pinggir kelopak mata, catat setiap
ada kelainan, misalnya adanya kemerah-merahan.
e. Amati pertumbuhan rambut pada kelopak mata terkait
dengan ada/tidaknya bulu mata, dan posisi bulu mata.
f. Perhatikan keluasan mata dalam membuka dan catat
bila ada dropping kelopak mata atas atau sewaktu mata
membuka (ptosis).
Cara inspeksi mata
3) Amati konjungtiva dan sclera dengan cara sebagai berikut :
a. Anjurkan pasien untuk melihat lurus kedepan.
b. Amati konjungtiva untukmmengetahui ada/tidaknya
kemerah-merahan, keadaan vaskularisasi, serta lokasinya.
c. Tarik kelopak mata bagian bawah dengan menggunakan
ibu jari.
d. Amati keadaan konjungtiva dan kantong konjungtiva
bagian bawah, catat bila didapatkan infeksi atau pus atau
bila warnanya tidak normal, misalnya anemic.
Cara inspeksi mata
e. Bila diperlukan, amati konjungtiva bagian atas, yaitu
dengan cara membuka/membalik kelopak mata atas
dengan perawat berdiri dibelakang pasien.
f. Amati warna sclera saat memeriksa konjungtiva yang pada
keadaan tertentu warnanya dapat menjadi ikterik.
g. Amati warna iris serta ukuran dan bentuk pupil. Kemudian
lanjutkan dengan mnegevaluasi reaksi pupil terhadap
cahaya. Normalnya bentuk pupil adalam sama besar
(isokor). Pupil yang mengecil disebut miosis,dan amat kecil
disebut pinpoint, sedangkan pupil yang melebar/ dilatasi
disebut midriasis.
Cara inspeksi gerakan mata
a. Anjurkan pasien melihat kedepan.
b. Amati apakah kedua mata tetap diam atau bergerak secara
spontan (nistagmus) yaitu gerakan ritmis bola mata, mula-
mula lambat bergerak kesatu arah,kemudian dengan cepat
kembali keposisi semula.
c. Bila ditemukan adanya nistagmus, amati bentuk, frekuensi
(cepat atau lambat), amplitudo (luas/sempit) dan durasinya
(hari/minggu).
d. Amati apakah kedua mata memandang lurus kedepan atau
salah satu mengalami deviasi.
e. Luruskan jemari telunjuk anda dan dekatkan dengan jarak
sekitar 15-30 cm.
f. Beri tahu pasien untuk mengikuti gerakan jari anda dan
pertahankan posisi kepala pasien. Gerakan jari anda ke
delapan arah untuk mengetahui fungsi 6 otot mata.
Cara inspeksi lapang pandang
a. Berdiri di depan pasien.
b. Kaji kedua mata secara terpisah yaitu dengan cara
menutup mata yang tidak diperiksa.
c. Beri tahu pasien untuk melihat lurus ke depan dan
memfokuskan pada satu titik pandang, misalnya hidung
anda.
d. Gerakan jari anda pada satu garis vertical/ dari samping,
dekatkan kemata pasien secara perlahan-lahan.
e. Anjurkan pasien untuk member tahu sewaktu mulai melihat
jari anda.
f. Kaji mata sebelahnya.
Cara pemeriksaan visus
(ketajaman penglihatan)
a. Siapkan kartu snellen atau kartu yang lain untuk pasien
dewasa atau kartu gambar untuk anak-anak
b. Atur kursi tempat duduk pasien dengan jarak 5 atau 6
meter dari kartu snellen.
c. Atur penerangan yang memadai sehingga kartu dapat
dibaca dengan jelas.
d. Beri tahu pasien untuk menutup mata kiri dengan satu
tangan.
e. Pemeriksaan mata kanan dilakukan dengan cara pasien
disuruh membaca mulai dari huruf yang paling besar
menuju huruf yang kecil dan catat tulisan terakhir yang
masih dapat dibaca oleh pasien.
f. Selanjutnya lakukan pemeriksaan mata kiri
Cara palpasi mata
 Pada palpasi mata dikerjakan dengan tujuan untuk
mengetahui tekanan bola mata dan mengetahui
adanya nyeri tekan. Untuk mengukur tekanan bola
mata secara lebih teliti, diperlukan alan tonometri
yang memerlukan keahlian khusus.
a. Beri tahu pasien untuk duduk.
b. Anjurkan pasien untuk memejamkan mata.
c. Lakukan palpasi pada kedua mata. Bila tekanan
bola mata meninggi, mata teraba keras
PEMERIKSAAN FISIK TELINGA
 Pengkajian telinga secara umum bertujuan untuk
mengetahui keadaan telinga luar, saluran telinga,
gendang telinga/membrane tipani, dan pendengaran.
Alat yang perlu disiapkan dalam pengkajian antara lain
otoskop, garpu tala dan arloji.
 Cara inspeksi dan palpasi pada telinga.
1. Bantu pasien dalam posisi duduk.
2. Atur posisi anda duduk meghadap sisi telinga pasien
yang akan dikaji.
3. Untuk pencahayaan, gunakan auriskop, lampu
kepala, atau sumber cahaya lain.
4. Mulai amati telinga luar, periksa ukuran, bentuk,
warna, lesi, dan adanya massa pada pinna.
Cara inspeksi telinga
5. Lanjutkan pengkajian palpasi dengan cara memegang
telinga dengan ibu jari dan jari telunjuk.
6. Palpasi kartilago telinga luar secara sistematis, yaitu dari
jaringan lunak, kemudian jaringan keras, dan catat bila
ada nyeri.
7. Tekan bagian tragus kedalam dan tekan pula tulang telinga
di bawah daun telinga. Bila ada peradangan, pasien akan
merasa nyeri.
8. Bandingkan telinga kanan dan kiri.
9. Bila diperlukan, lanjutkan pengkajian telinga dalam.
10. Pegang bagian pinggir daun telinga/heliks dan secara
perlahan-lahan tarik daun telinga keatas dan ke belakang
sehingga lubang telinga menjadi lurus dan mudah diamati.
11. Amati pintu masuk lubang telinga dan perhatikan ada/
tidaknya peradangan, pendarahan atau kotoran
Pemeriksaan pendengaran
 Pemeriksaan pendengaran dilakukan untuk mengetahui fungsi
telinga. Secara sederhana pemeriksaan pendengaran dapat
diperiksa dengan mengguanakan suara bisikan. Pendengaran
yang baik akan mudah megetahui adanya bisikan.
 Cara pemeriksaan pendengaran dengan bisikan.
1. Atur posisi pasien berdiri membelakangi anda pada jarak
4,5-6m.
2. Anjurkan pasien untuk menutup salah satu telinga yang
tidak diperiksa.
3. Bisikan suatu bilangan.
4. Beritahu pasien untuk mengulangi bilangan yang didengar.
5. Periksa telinga sebelahnya dengan cara yang sama.
6. Bandingkan kemampuan mendengar pada telinga kanan
dan kiri pasien.
Pemeriksaan pendengaran
dengan garputala

 Pemeriksaan Rinne dilakukan untuk


membandingkan antara konduksi udara
dengan konduksi tulang normalnya konduksi
udara lebih baik dibanding dengan konduksi
tulang.
Pemeriksaan Weber
 digunakan untuk mengetahui
lateralisasi vibrasi (getaran,yang
dirasakan baik oleh telinga kanan
maupun kiri)
Pemeriksaan Schwabach adalah
 membandingkan hantaran suara
melalui tulang tengkorak ke cochlea
antara pemeriksa dan klien.
Tes Rinne
 Pegang tangkai garputala dan pukulkan ujungnya
pada telapak tangan hingga timbul getaran
 Tekan ujung tangkai penala pada tulang prosessus
mastoideus di posterior salah satu telinga klien
 Tanyakan kepada klien apakah ia mendengar bunyi
penala mendengung,bila mendengar intruksikan
klien untuk mengacungkan jari telunjuk,dan bila
sudah tidak mendengar bunyi turunkan tangan
 Segera pindahkan penala dari prosessus mastoideus
klien dan tempatkan ujung penala sedekat-
dekatnya ke depan liang telinga klien
 Catat hasilnya
Tes Webber
 Pegang tangkai garputala dan pukulkan ujungnya
pada telapak tangan hingga timbul getaran
 Tekan ujung tangkai penala pada dahi klien di garis
median
 Tanyakan pada klien,apa yang ia rasakan mengenai
bunyi yang di dengar
Tes Schwabach
 Pegang tangkai garputala dan pukulkan ujungnya pada
telapak tangan hingga timbul getaran
 Tekan ujung penala pada prosessus mastoideus salah satu
telinga klien
 Suruh klien mengacungkan jarinya pada saat mendengar
bunyi dan menurunkan jari saat dengungan bunyi menghilang
 Segera pemeriksa memindahkan penala ke prosessus
mastoideus pemeriksa
Pemeriksaan Mulut

Cara inspeksi mulut.


1. Bantu pasien duduk berhadapan dan tinggi yang sejajar
dengan anda.
2. Amati bibir untuk mengetahui adanya kelainan congenital,
bibir sumbing, warna bibir, ulkus, lessi dan massa.
3. Lanjutkan pada pengamatan gigi, anjurkan pasien untuk
membuka mulut.
4. Atur pencahayaan yang memadai, bila perlu gunakan
penekan lidah, agar gigi tampak jelas.
5. Amati posisi, jarak, gigi rahan atas dan bawah, ukuran,
warna, lesi, atau adanya tumor pada setiap gigi. Amati juga
akar-akar gigi, dan gusi secara khusus.
Pemeriksaan Mulut
6. Periksa setiap gigi dengan cara mengetuk secara sistematis,
bandingkan gigi bagian kiri, kanan, atas, dan bawah, serta
anjurkan pasien untuk member tahu bila merasa nyeri
sewaktu giginya diketuk.
7. Perhatikan pula cirri-ciri umum sewaktu melakukan
pengkajian antara lain kenersihan mulut dan bau mulut.
8. Lanjutkan pengamatan pada lidah dan perhatikan
kesimetrisannya. Minta pasien menjulurkan lidah dan amati
kelurusan, warna, ulkus dan setiap ada kelainan.
9. Amati warna, adanya pembengkakan, tumor, sekresi,
peradangan, ulkus, dan perdarahan pada selaput lendir
semua bagian mulut secara sistematis.
10. Lalu lanjutkan pada inspeksi faring, dengan menganjurkan
pasien membuka mulut dan menekan lidah pasien kebawah
sewaktu pasien berkata “ah”. Amati kesimetrisan uvula pada
faring.
Cara palpasi mulut
1. Palpasi pada mulut dilakukan terutama bila dari inspeksi
belum diperoleh data yang meyakinkan. Tujuannya adalah
mengetahui bentuk dan setiap ada kelainan yang dapat
diketahui dengan palpasi, yang meliputi pipi, dasar mulut,
palatum, dan lidah.
2. Atur posisi duduk menghadap anda, anjurkan pasien
membuka mulut.
3. Pegang pipi di antara ibu jari dan jari telunjuk. Palpasi pipi
secara sistematis, dan perhatikan adanya tumor atau
pembengkakan. Bila ada pembengkakan, tentukan menurut
ukuran, konsistensi, hubungan dengan daerah sekitarnya,
dan adanya nyeri.
Cara palpasi mulut
4. Lanjutkan palpasi pada platum dengan jari telunjuk dan
rasakan adanya pembengkakan dan fisura.
5. Palpasi dasar mulut dengan cara minta pasien mengucapkan
“el”, kemudian lakukan palpasi pada dasar mulut secara
sistematis dengan jari telunjuk tangan kanan, catat bila
ditemukan pembengkakan.
6. Palpasi lidah dengan cara meminta pasien menjulurkan
lidah, pegang lidah dengan kasa steril menggunakan tangan
kiri. Dengan jari telunjuk tangan kanan, lakukan palpasi
lidah terutama bagian belakang dan batas-batas lidah.
Pemeriksaan fisik leher
 Leher dikaji setelah pengkajian kepala selesai
dikerjakan. Tujuannya adalah mengetahui bentuk leher,
serta organ-organ penting yang berkaitan. Dalam
pengkajian ini, sebaiknya baju pasien dilepaskan,
sehingga leher dapat dikaji dengan mudah.
Cara inspeksi leher
1. Anjurkan pasien untuk melepaskan baju, atur pencahayaan
yang baik.
2. Lakukan inspeksi leher untuk mengetahui bentuk leher,
warna kulit, adanya pembengkakan, jaringan parut, dan
adanya massa. Palpasi dilakukan secara sistematis, mulai
dari garis tengah sisi depan leher, samping, dan belakang.
Warna kulit leher normalnya sama dengan kulit sekitarnya.
Warna kulit leher dapat menjadi kuning pada semua jenis
ikterus, dan menjadi merah, bengkak, panas serta ada nyeri
tekan bila mengalami peradangan.
3. Inspeksi tiroid dengan cara meminta pasien menelan, dan
amati gerakan kelenjar tiroid pada insisura jugularis sterni.
Normalnya gerakan kelenjar tiroid tidak dapat dilihat kecuali
pada orang yang sangat kurus.
Pemeriksaan Hidung dan sinus-
sinus

 Pemeriksaan hidung dengan tujuan untuk mengetahui


keadan bentuk dan fungsi hidung dimulai dari bagian
luar,bagian dalam lalu sinus-sinus.Peralatan yang
dipersiapkan antara lain:otoskop,spekulum hidung,dan
sumber penerangan/lampu.
Pemeriksaan Mulut dan Paring

 Pemeriksaan mulut dan paring dimulai dengan


mengamati bibir,gigi,gusi,lidah,selaput lendir,pipi
bagian dalam,lantai dasar mulut dan palatum/langit-
langit mulut kemudian paring.
Pemeriksaan Leher,Fungsi N.XI
(Nervus asesori spinal)

 Inspeksi leher : Mengetahui warna


kulit,integritas,bentuk dan kesimetrisan.Observasi bila
ada bengkak pada nodus limfe dibawah rahang dan
sepanjang otot sternum.
Pemeriksaan nodus di daerah
leher

 Pre-auricular – di depan telinga


 Post auricular dan occipital
 Retro pharyngeal dan sub maxillary
 Sub mental
 Servical anterior superfisial
 Servical posterior
 Supraclavicular
Test ROM leher

 Antefleksi,normalnya 45°
 Dorsifleksi,normalnya60º
 Rotasi ke kanan,normalnya 70º
 Rotasi ke kiri,normalnya 70º
 Lateral fleksi ke kiri,normalnya 40º
 Lateral fleksi ke kanan,normalnya 40º
Pemeriksaan Toraks :sistem
Kardiovaskuler

 Menggunakan TITIK FIVE KEY LANDMARKS terdapat tiga


bagian penting yang digunakan LANDMARK yaitu
STERNUM,KLAVIKULA (sebagai tanda vertical) dan IGA
(sebagai tanda horizontal).
Inspeksi sistem kardio
vaskuler
 Observasikeadaan umum
klien,mulailah inspeksi dari kulit
muka,mata dan jaringan sekitar
area periorbital,sklera,bibir dan
kuku
 Inspeksi vena jugularis
Palpasi sistem kardiovaskuler

 Palpasi dilakukan di kelima titik ”five key landmark”


Mulailah dengan meletakkan tangan kanan pemeriksa di
ruang intercosta ke-2 kanan,ruang interkosta ke-2
kiri,ruang interkosta ke-3 kiri,daerah
apeks:midklavikula.intrakosta ke- 5 kiri,dan akhirnya di
area epigastrik
Perkusi sistem kardiovaskuler

 Perkusi dilakukan dengan cara menempatkan jari tengah


tangan non dominan pemeriksa pada garis aksila
anterior kiri.Ketukkan jari pada palang distal dengan
menggunakan jari tangan dominan.lanjutkan perkusi
pada ruang intrakosta ke-5 kiri di atas midklavikula dan
batas sternum kiri.Ulangi tehnik perkusi di atas ruang
intrakosta ke-2 dan ke-3 pada sisi kiri toraks
Auskultasi sistem kardiovaskuler

 Auskultasi dilakukan dengan


bantuan
stetoskop,Perhatikan titik-
titik auskultasi dan lakukan
secara berurutan
Pemeriksaan Fisik Toraks : Sistem
Pernafasan

 Pada pemeriksaan fisik system pernafasan ini,dada


anterior di bagi menjadi 5 garis imajiner yaitu;
 garis midsternum
 garis midklavikula kanan
 garis midklavikula kiri
 garis aksila anterior kanan
 garis aksila anterior kiri
Dada posterior juga di bagi
menjadi lima garis imajiner,yaitu

 garis vertebra
 garis scapula kanan
 garis scapula kiri
 garis aksila posterior kanan
 garis aksila posterior kiri
Inspeksi system pernafasan

 Observasi kemudahan klien untuk inspirasi dan


ekspirasi,inspeksi dilakukan dari bagian anterior dan
posterior,inspeksi warna kulit dada,kesimetrisan
dada.hitunglah frekuensi pernafasan klien
Palpasi system pernafasan

 dilakukan untuk menilai “tactile


fremitus”.Fremitus adalah vibrasi yang
dirasakan diluar dinding dada saat klien
bicara.Vibrasi paling besar dirasakan di
saluran nafas yang berdiameter
besar,Gunakan daerah sendi
metakarpophalangeal atau permukaan
luar dari tangan pemeriksa waktu
palpasi.Mintalah klien untuk mengulangi
kata ”ninety-nine” atau “tujuh-tujuh”
saat palpasi.
Perkusi sitem pernafasan

 mulailah pada daerah apek paru-paru dilanjutkan


dengan daerah setiap iga dengan cara sistematik,Perkusi
sampai ke tulang rusuk paling bawah sampai ke garis
midaksila kanan dan kiri.Bunyi yang seharusnya
terbentuk pada perkusi daerah paru-paru Resonan.
Auskultasi system pernafasan

 Auskultasi trakea dilakukan dengan cara meletakkan


stetoskop pada garis vertebra C7 dan turun ke bawah
sejajar T3
 Auskultasi bronkus dilakukan dengan meletakkan
stetoskop di kanan dan kiri garis vertebra setinggi T3-T5
 Auskultasi paru-paru dilakukan pada pola yang sama
dengan arah perkusi toraks posterior,mulailah pada
daerah apeks sampai selesai
Pemeriksaan Fisik Abdomen

Abdomen terdiri dari banyak organ dari beberapa sistem


Pencernaan dan Perkemihan.Sistem pencernaan
(gastrointestinal),terdiri dari saluran pencernaan dan
organ pencernaan tambahan.
Lanjutan

Menggunakan empat metode/teknik pemeriksaan fisik


dengan urutan pemeriksaan di mulai dengan
Inspeksi,auskultasi,perkusi dan palpasi.Auskultasi
penting dilakukan sebelum perkusi dan palpasi karena
perkusi dan palpasi dapat mempengaruhi frekuensi dan
karakter dari bising usus.
pada pemeriksaan abdomen di kenal
dua cara pembagian abdomen yaitu:

 pembagian menurut 4
kuadran
 pembagian menurut 9
region
TUGAS KELOMPOK

 Identifikasi pembagian rongga tubuh


 Lakukan pemeriksaan Fisik sistem kardiovaskuler
 Lakukan pemeriksaan Fisik Abdomen
 Pemeriksaan Refleks

Anda mungkin juga menyukai