Anda di halaman 1dari 7

Makalah Cairan Dan Elektrolit

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kebutuhan cairan merupakan bagian dari kebutuhan dasar manusia secara
fisiologis, yang memiliki proporsi besar dalam bagian tubuh, hampir 90% dari total berat
badan tubuh. Sementara itu, sisanya merupakan bagian padat dari tubuh. Secara
keseluruhan, katagori persentase cairan tubuh berdasarkan umur adsalah; bayi baru lahir
75% dari total berat badan, pria dewasa 57% dari total berat badan, wanita dewasa 55%
dari total berat badan, dan dewasa tua 45% dari total berat badan. Persentase cairan tubuh
bervariasi, bergantung pada faktor usia, lemak dalam tubuh, dan jenis kelamin.
Sedangkan elektrolit terdapat pada seluruh cairan tubuh. Cairan tubuh
mengandung oksigen, dan sisa metabolisme, seperti karbondioksida, yang semuanya
disebut dengan ion. Beberapa jenis garam dalam air akan dipecah menjadi ion Na+ dan Cl+.
Pecahan elektrolit tersebut merupakan ion yang dapat menghantarkan arus listrik. Ion yang
bermuatan negatif disebut anion sedangkan ion yang bermuatan positif disebut kation.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian overhidrasi?
2. Apa saja gejala pada orang yang mengalami kelebihan cairan?
3. Apa saja gangguan pada orang yang mengalami kelebihan cairan?
4. Bagaimana pengaturan elektrolit yang sesuai?
5. Apa saja gangguan pada orang yang kelebihan elektrolit?
6. Apa saja faktor yang dapat mempengaruhi kebutuhan cairan dan elektrolit?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Mengetahui pengertian dari overhidrasi.
2. Mengetahui gejala dari orang yang mengalami kelebihan cairan.
3. Mengetahui gangguan pada orang yang mengalami kelebihan cairan.
4. Memahami pengaturan elektrolit yang sesuai.
5. Mengetahui gangguan dari orang yang mengalami kelebihan elektrolit.
6. Mengetahui faktor yang dapat mempengaruhi kebutuhan cairan dan elektrolit.
BAB II
PEMBAHASAN

6.1 Pengertian Overhidrasi


Overhidrasi adalah kelebihan cairan yang disebabkan karena peningkatan volume
darah (hipervolume) dan kelebihan cairan pada interstisial (edema).
Normalnya,cairan interstisial tidak terikat dengan air, tetapi elastis dan hanya
terdapat di antara jaringan. Pitting edema merupakan edema yang berada pada darah perifer
atau akan berbentuk cekung setelah ditekan pada daerah yang bengkak, hal ini disebabkan
oleh perpindahan cairan ke jaringan melalui titik tekan. Cairan dalam jaringan yang edema
tidak digerakkan ke permukaan lain dengan penekanan jari. Nonpitting edema tidak
menunjukkan tanda kelebihan cairan ekstrasel, tetapi sering karena infeksi dan trauma yang
menyebabkan membekunya cairan pada permukaan jaringan.
Perawat harus melakukan observasi secara cermat bila memberikan cairan
intravena pada pasien yang mempunyai masalah jantung, sebab kelebihan cairan pada
kapiler paru terurama pada anak dan orang tua dapat membahayakan.

6.2 Gejala Kelebihan Cairan


Pada kelebihan ekstrasel, gejala yang sering ditimbulkan, antara lain:
1. Edema perifer (pitting edema).
2. Asites.
3. Kelopak mata membengkak.
4. Suara napas ronchi basah.
5. Penambahan berat badan secara tidak normal/sangat cepat.
6. Nilai hematokrit menurun bila kelebihan cairan bersifat akut.

6.3 Masalah Kelebihan Cairan


Kelebihan cairan dihubungkan dengan:
1. Gangguan pencernaan.
2. Gagal jantung.
3. Sirosis hati.
4. Kelainan ginjal.
5. Gangguan pernafasan.
6. Gangguan fungsi kulit.

6.4 Pengaturan Elektrolit


1) Pengaturan Keseimbangan Natrium
Natrium merupakan kation dalam tubuh yang berfungsi mengatur osmolaritas dan
volume cairan tubuh. Natrium paling banyak terdapat pada cairan ekstrasel. Pengaturan
konsentrasi cairan ekstrasel diatur oleh ADH dan aldosteron. Aldosteron dihasilkan oleh
kosteks suprarenal dan berfungsi mempertahankan keseimbangan konsentrasi natrium
dalam plasma dan prosesnya dibantu oleh ADH. ADH mengatur sejumlah air yang diserap
kembali ke dalam ginjal dari tubulus renalis. Aldosteron juga mengatur keseimbangan
jumlah natrium yang diserap kembali oleh darah. Natrium tidak hanya bergerak ke dalam
atau ke luar tubuh, tetapi juga mengatur keseimbangan cairan tubuh. Eksresi dari natrium
dapat dilakukan melalui ginjal atau sebagian kecil melalui feses, keringat, urine, dan air
mata.

2) Pengaturan Keseimbangan Kalium


Kalium merupakan kation utama yang terdapat dalam cairan intrasel dan berfungsi
mengatur keseimbangan elektrolit. Keseimbangan kalium diatur oleh ginjal dengan
mekanisme perubahan ion natrium dalam tubulus ginjal dan sekresi aldosteron. Aldosteron
juga berfungsi mengatur keseimbangan kadar kalium dalam plasma (cairan ekstrasel).
Sistem pengaturan keseimbangan kalium melalui tiga langkah, yaitu:
1. Peningkatan konsentrasi kalium dalam cairan ekstrasel yang menyebabkan peningkatan
produksi aldosteron.
2. Peningkatan jumlah aldosteron akan memengaruhi jumlah kalium yang dikeluarkan
melalui gijal.
3. Peningkatan pengeluaran kalium; konsentrasi kalium dalam cairan ekstrasel menurun.
Kalium berpengaruh terhadap fungsi sistem pernapasan. Partikel penting dalam
kalium berfungsi menghantarkan impuls listrik ke jantung, otot lain, jaringan paru. Dan
jaringan usus pencernaan. Ekskresi kalium dilakukan melalui urine, sebagian melalui feses
dan keringat.
3) Pengaturan Keseimbangan Kalsium
Kalsium dalam tubuh berfungsi membentuk tulang, menghantarkan mpuls
kontraksi otot, koagulasi (pembekuan) darah, dan membantu beberapa enzim pankreas.
Kalsium diekskresi melalui urine dan keringat. Konsentrasi kalsium dalam tubuh diatur
langsung oleh hormon paratiroid dalam reabsobsi tulang. Jika kadar kalsium darah
menurun, kelenjar paratirod akan merangsang pembentukkan hormon paratiroid yang
langsung menigkatkan jumlah kalsium dalam darah.

4) Pengaturan Keseimbangan Magnesium


Magnesium merupakan kation dalam tubuh, merupakan yang terpenting kedua
dalam cairan intrasel. Keseimbangannya kelenjar paratiroid, magnesium diabsorbsi dari
saluran pencernaan. Magnesium dalam tubuh dipengaruhi oleh konsentrasi kalsium.
Hipomagnesium terjadi bila konsentrasi serum turun menjadi < 1,5 mEq/1t dan
hipermagnesium terjadi bila kadar magnesium serta serum meningkat menjadi > 2,5
mEq/1t.

6.5 Gangguan Kelebihan Elektrolit


1) Hipernatremia
Hipernatremia merupakan suatu keadaan di mana kadar natrium dalam plasma
adalah tinggi.
a) Etiologi:
1. Fluid-loss: insensibel loss (demam, ISPA, luka bakar, didaerah suhu tinggi) →
diabetes insipidus → pemberian diuretic → gangguan hipotalamus → hipodipsi →
gangguan osmoreseptor.
2. Intake Na+: pemberian NaCl hipertonik atau NaCl peroral → sindroma cushing dan
hiperaldosteronism.
b) Tanda dan gejala:
1. Mukosa kering
2. Oligari/anusia
3. Turgor kulit buruk dan permukaan kulit membengkak
4. Kulit kemerahan
5. Lidah kering dan kemerahan
6. Konvulsi
7. Suhu badan naik
8. Kadar natrium dalam plasma lebih dari 145 mEq/1t
9. Letargi
10. kelemahan otot
11. kedutan (twitching)
12. kejang-kejang dan koma
13. Terjadi keluarnya cairan dari sel otak
14. Dapat terjadi perdarahan otak
c) Pengobatan
1. Def. cairan= 0,6XBBX (Na/140 – 1)
( pada wanita 0,5)
2. Dengan Cairan glukosa isotonik peroral atau enteral
3. Pada diabetes insipidus diberikan diuretik (Hct) dengan diet rendah Natrium atau
pemberian klofibrat, klorpropamid, asetaminofen, karbamasepin, pitresin dalam minyak.

2) Hiperkalsemia
Hiperkalsemia merupakan suatu keadaan dimana berlebihnya kadar kalsium dalam darah.
a) Etiologi:
1. Hiperparatiroidisme
2. Tumor ganas yg mengeluarkan PTH
3. Intoksikasi vit.D
4. Intoksikasi vit. A
5. Hipertiroid
6. Insufisiensi adrenal
7. Milk Alkali Syndrome
a) Tanda dan gejala:
1. Nyeri pada tulang
2. Relaksasi otot
3. Batu ginjal
4. Mual-mual
5. Koma
6. Kadar kalsium dalam plasma lebih dari 4,3 mEq/1t
b) Pengobatan:
1. Fosfat: meningkatkan deposisi kalk tulang & menghambat resorbsi tulang
2. Indometasin : berguna pada hiperkalsemia akibat keganasan
3. Meningkatkan ekskresi dengan larutan NaCl.
4. Diet rendah kalsium
5. Hemodialisis

3) Hiperkalemia
Hiperkalemia merupakan suatu keadaan dimana kadar kalium dalam darah adalah tinggi.
a) Etiologi:
1. Asupan berlebih peroral/enteral
2. Perpindahan K+ ke ekstrasel pada asidosis
3. Pseudohiperkalemia: pada penderita dengan lekositosis/trombositosis
4. Koagulasi/hemolisis.
b) Tanda dan gejala:
1. Mual
2. Hiperaktivitas sistem pencernaan
3. Aritmia
4. Kelemahan
5. Jumlah urine dan diare sedikit
6. Kecemasan dan iriabilitas
7. Kadar kalium dalam plasma mencapai lebih dari 5 mEq/1t
8. Kelemahan otot s/d paralisa
9. Jantung aritmia/arrest
10. Gambaran EKG: tall T, QRS → interval P → hilangnya P → QRS menyatu dengan
T dan disebut sine-wave

c) Pengobatan:

1. Menurunkan K+ plasma:
o pemberian D 10% 500ml/infus ½ jam  insulin endogen  mendorong K+ masuk sel;
pada DM perlu ditambah 15 U insulin
o pada asidosis: K+ luar sel meningkat  dg. Pemberian Na.Bic. 44-88 meq enteral  K+
terdorong masuk dalam sel
o Sod.Polystirene Sulfonat (kayexalate)
o hemodialisis: bila cara2 diatas gagal

2. Menurunkan ambang rangsang neuromuskuler:


o 10 cc Gluonas Calc.10% I.v. Diberikan dlm. 2-3 menit dapat diulang setelah 5 menit bila
gbr. EKG tak berubah
o Terapi cepat dilakukan bila K+ > 8 meq/L atau K+> 6,5 meq/L disertai perubahan EKG
yang lanjut

4) Hipermagnesia
Hipermagnesia merupakan kondisi berlebihnya kadar magnesium dalam darah.
a) Etiologi:
GGK atau insuf hormon korteks adrenal.
b) Tanda dan gejala:
1. Koma
2. Gangguan saraf pusat dan neuromuskuler
3. Gangguan menelan
4. Quadriplegi
5. Gangguan bicara
6. Gangguan pernafasan
7. Kadar magnesium lebih dari 1,3 mEq/1t
c) Pengobatan:
1. pemberian kalsium 5-10 mEq I.v
2. Diuretik bila fungsi ginjal baik
3. Hemodialisis

2.7 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Cairan dan Elektrolit


Kebutuhan cairan elektrolit dalam tubuh dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut:
1) Usia
Perbedaan usia menentukan luas permukaan tubuh serta aktivitas ogan, sehingga dapat
memengaruhi jumlah kebutuhan cairan dan elektrolit.
2) Temperatur
Temperatur yang tinggi menyebabkan proses pengeluaran cairan melalui keringat
cukup banyak, sehingga tubuh akan banyak kehilangan cairan.

3) Diet
Apabila kekurangan nutrien. Tubuh akan memecah cadangan makanan yang tersimpan
di dalamnya sehingga dalam tubuh terjadi pergerakan cairan dari interstisial ke interseluler,
yang dapat berpengaruh pada jumlah pemenuhan kebutuhan cairan.
4) Stres
Stres dapat memengaruhi pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit elalui proses
peningkatan produksi ADH, karena proses ini dapat meningkatkan metabolisme sehingga
mengakibatkan terjadinya glikolisis otot yang dapat menimbulkan retensi sodium dan air.
5) Sakit
Pada keadaan sait terdapat banyak sel yang rusak, sehingga untuk memperbaiki sel yag
rusak tersebut dibutuhkan adanya proes pemenuhan kebutuhan cairan yang cukup. Keadaan
sakit menimbulkan ketidak seimbangan hormonal, yang dapat mengganggu keseimbangan
kebutuhan cairan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kebutuhan cairan elektrolit dalam tubuh dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut:
1) Usia
Perbedaan usia menentukan luas permukaan tubuh serta aktivitas ogan, sehingga
dapat memengaruhi jumlah kebutuhan cairan dan elektrolit.
2) Temperatur
Temperatur yang tinggi menyebabkan proses pengeluaran cairan melalui keringat
cukup banyak, sehingga tubuh akan banyak kehilangan cairan.

3) Diet
Apabila kekurangan nutrien. Tubuh akan memecah cadangan makanan yang
tersimpan di dalamnya sehingga dalam tubuh terjadi pergerakan cairan dari interstisial ke
interseluler, yang dapat berpengaruh pada jumlah pemenuhan kebutuhan cairan.
4) Stres
Stres dapat memengaruhi pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit elalui proses
peningkatan produksi ADH, karena proses ini dapat meningkatkan metabolisme sehingga
mengakibatkan terjadinya glikolisis otot yang dapat menimbulkan retensi sodium dan air.
5) Sakit
Pada keadaan sait terdapat banyak sel yang rusak, sehingga untuk memperbaiki sel
yag rusak tersebut dibutuhkan adanya proes pemenuhan kebutuhan cairan yang cukup.
Keadaan sakit menimbulkan ketidak seimbangan hormonal, yang dapat mengganggu
keseimbangan kebutuhan cairan.

Kelebihan cairan dihubungkan dengan:


 Gangguan pencernaan.
 Gagal jantung.
 Sirosis hati.
 Kelainan ginjal.
 Gangguan pernafasan.
 Gangguan fungsi kulit.

Gejala Kelebihan Cairan


Pada kelebihan ekstrasel, gejala yang sering ditimbulkan, antara lain:
 Edema perifer (pitting edema).
 Asites.
 Kelopak mata membengkak.
 Suara napas ronchi basah.
 Penambahan berat badan secara tidak normal/sangat cepat.
 Nilai hematokrit menurun bila kelebihan cairan bersifat akut.

3.2 Saran
Untuk mengatasi kelebihan dan kekurangan cairan, baiknya asupan cairan secukupnya.

Anda mungkin juga menyukai