Anda di halaman 1dari 30

ASUHAN KEPERAWATAN

MOLA HIDATIDOSA DAN KEHAMILAN EKTOPIK

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK VIII

WINDA SARI P201501027


YENI P201501029

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MANDALA WALUYA
KENDARI
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas Kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat serta hidayahNya dan juga sholawat serta salam atas junjungan nabi besar kita yaitu
Nabi Muhammad SAW sehingga kami dari kelompok satu dapat menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini berjudul ’’ASUHAN KEPERAWATAN MOLA HIDATIDOSA DAN
ASUHAN KEPERAWATAN KEHAMILAN EKTOPIK’’ sesuai dengan petunjuk yang
diberikan oleh dosen. Alhamdullilah atas usaha keras kami makalah ini dapat terselesaikan
tepat pada waktunya. Makalah ini berisi tentang penjelasan mengenai teori tentang definisi,
etiologi, patofisiologi dan asuhan keperawatan pada pasien dengan Mola Hidatidosa dan
kehamilan ektopik.
Selesainya makalah ini tidak terlepas dari usaha dan kerja keras dari kelompok 8.
Dengan kerjasama yang baik akhirnya makalah ini selesai sesuai yang diharapkan. Juga pihak
yang terkait lainnya yaitu dosen pembimbing yang memberi arahan pada kami agar dapat
terselesaikannya makalah ini dengan baik dan benar. Semoga makalah yang sederhana ini
dapat berguna untuk kami serta memberi pengetahuan luas bagi yang membaca. Sebagai
manusia kami mungkin mempunyai banyak kekurangan termasuk dalam membuat makalah
ini. Kritik dan salam kami tunggu untuk lebih sempurnanya makalah ini. Atas perhatian kami
ucapkan terima kasih

Kendari, November 2017

Penulis
DAFTAR ISI

JUDUL .............................................................................................................................
KATA PENGANTAR .....................................................................................................
DAFTAR ISI....................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................
A. Latar Belakang ......................................................................................................
B. RumusanMasalah ..................................................................................................
C. Tujuan ...................................................................................................................
BAB II KAJIAN PUSTAKA ..........................................................................................
A. Mola Hidatidosa ....................................................................................................
1. Defenisi .............................................................................................................
2. Etiologi ..............................................................................................................
3. Manifestasi klinis ..............................................................................................
4. Patofisiologi ......................................................................................................
5. Komplikasi ........................................................................................................
6. Pemeriksaan penunjang ....................................................................................
7. Penatalaksanaan ................................................................................................
B. KEHAMILAN EKTOPIK ....................................................................................
1. Defenisi .............................................................................................................
2. Etiologi ..............................................................................................................
3. Manifestasi klinis ..............................................................................................
4. Patofisiologi ......................................................................................................
5. Komplikasi ........................................................................................................
6. Tanda dan gejala ...............................................................................................
7. Pemeriksaan penunjang ....................................................................................
8. Penatalaksanaan ................................................................................................
C. ASUHAN KEPERAWATAN ..............................................................................
A. asuahan keperawatan mola hidatidosa .............................................................
B. asuhan keperawatan ektopik.............................................................................
BAB III PENUTUP .........................................................................................................
a. Kesimpulan .........................................................................................................
b. Saran ...................................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Mola hidatidosa
Mola Hidatidosa adalah neoplasma jinak dari sel trofoblast. Pada mola
hidatidosa kehamilan tidak berkembang menjadi janin yang sempurna, melainkan
berkembang menjadi keadaan patologik. Frekuensi Mola banyak ditemukan di
Negara – negara asia, Afrika dan Amerika latin dari pada di Negara – negara
barat. Mola hidatidosa merupakan penyakit wanita dalam masa reproduksi antara
umur 15 tahun sampai 45 tahun.
Penyebab Mola tidak diketahui, factor – factor yang dapat
menyebabkan antar lain : keadaan sosioekonomi yang tinggi dan parietas tinggi.
Keluhan dari penderita seperti gejala – gejala hamil muda yang kadang-kadang
lebih nyata dari kehamilan biasanya.
Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan implantasi terjadi diluar
rongga uterus, Sebagian besar wanita yang mengalami kehamilan ektopik
berumur antara 20-40 tahun dengan umur rata-rata 30 tahun,frekwensi kehamilan
ektopik yang berulang dilaporkan berkisar antara 0%-14,6%. apabila tidak diatasi
atau diberikan penanganan secara tepat dan benar akan membahayakan bagi si
penderita. (Winkjosastro, 2005)

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Mola Hidatidosa?
2. Apa penyebab terjadinya mola Hidatidosa?
3. Bagaimana patofisiologi terjadinya Mola Hidatidosa?
4. Bagaimana komplikasi dari Mola Hidatidosa?
5. Bagaimana asuhan keperawatan dengan Mola Hidatidosa?
6. Apa yang dimaksud dengan Kehamilan Ektopik?
7. Apa penyebab terjadinya Kehamilan Ektoik?
8. Bagaimana patofisiologi terjadinya Kehamilan Ektopik?
9. Bagaimana komplikasi dari Kehamilan Ektopik?
10. Bagaimana asuhan keperawatan dengan kehamilan Ektopik?
C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui definisi Mola Hidatidosa.
2. Untuk Mengetahui etiologi dan gejala klinis Mola Hidatidosa.
3. Untuk Mengetahui pemeriksaan yang dilakukan untuk menegakan diagnosis.
4. Untuk Mengetahui penatalaksanaan Mola Hidatidosa.
5. Untuk Mengetahui asuhan keperawatan Mola Hidatidosa
6. Untuk Megetahui definisi Kehamilan Ektopik
7. Untuk Megetahui etiologi Kehamilan Ektopik
8. Untuk Mengetahui penatalaksanaan Kehamilan Ektopik
9. Untuk Megetahui jelaskan patofisiologi Kehamilan Ektopik
10. Untuk Megetahui tanda dan gejala Kehamilan Ektopik
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Mola Hidatidosa
1. Defenisi
Mola Hidatidosa adalah kehamilan abnormal dimana hampir seluruh vili
korralisnya mengalami perubahan hidrofik (kapita Selekta, hal.265)
Mola Hidatidosa disebut juga hamil anggur, dapat dibagi menjadi mola
hidatidosa total dan mola hidatidosa parsial. Mola hidatidosa total adalah pada
seluruh kavum uteri terisi jaringan vesikular berukuran bervariasi, tidak terdapat
fetus dan adneksanya (plasenta, tali pusat, ketuban). Mola hidatidosa parsial
hanya sebagian korion bertransformasi menjadi vesikel, dapat terdapat atau tidak
terdapat vetus. (NANDA NIC-NOC)

2. Etiologi
Menurut Mochtar, Rustam, 1998: 238 penyebab mola hidatidosa tidak
diketahui, banyak faktor yang dapat menyebabkan antara lain :
1. Faktor ovum: ovum sudah patologik sehingga mati, tetapi terlambat
dikeluarkan.
2. Imunoselektif dari tropoblast, yaitu dengan kematian fetus, pembuluh darah
pada stroma villi menjadi jarang dan stroma villi menjadi sembab dan
akhirnya terjadi hyperplasia sel-sel trofoblast.
3. Keadaan sosioekonomi yang rendah dan defisiensi gizi; mola hidatidosa
banyak ditemukan pada mereka dengan status ekonomi yang rendah serta
diet rendah protein.
4. Paritas tinggi, ibu multipara cenderung beresiko terjadi kehamilan mola
hidatidosa karena trauma kelahiran atau penyimpangan transmisi secara
genetic yang dapat di identifikasikan dan penggunaan nstimulan drulasi
seperti klomifen atau menotropiris (pergonal)
5. Kekurangan protein, protein adalah zat untuk membangun jaringan bagian
tubuh sehubungan dengan pertumbuhan janin, rahim dan buah dada ibu,
keperluan akan zat protein pada waktu hamil sangat meningkat apabila
kekurangan protein dalam makanan mengakibatkan akan lahir lebih kecil
dari normal
6. Infeksi virus dan faktor kromosom yang belum jelas, infeksi mikroba dapat
mengenai semua orang termasuk wanita hamil.

3. Manifestasi Klinis
1) Perdarahan pervaginam/gelembung mola
2) Gejala toksemia pada trimester I-II
3) Hiperemesis gravidarum
4) Tiroktoksikosis
5) Emboli paru
6) Pemeriksaan fisik
Umumnya uterus lebih besar dari usia kehamilan
Kista lutein
Balotemen negative
Denyut jantung janin negative

4. Patofisiologi

Ada beberapa teori yang menerangkan patogenesis dari penyakit


trofoblas:
1. Teori Missed abortion
Mudigah mati pada kehamilan 3-5 minggu (missed abortion), karena
itu terjadi gangguan peredaran darah sehingga terjadi penimbunan cairan
dalam jaringan mesenkim dari vili dan akhirnya terbentuk gelembung-
gelembung.
2. Teori neoplasma dari Park
Dikatakan yang abnormal adalah sel-sel trofoblas, yang mempunyai
fungsi abnormal pula, dimana terjadi reabsorbsi cairan yang berlebihan ke-
dalam vili sehingga timbul gelembung. Hal ini menyebabkan gangguan
peredaran darah dan kematian mudigah.
Mola hidatidosa komplit berasal dari genom maternal (genotype 46XX
lebih sering) dan 46 XY jarang, tapi 46XXnya berasal dari replikasi haploid
sperma dan tanpa kromosom dari ovum. Mola parsial mempunyai 69
kromosom terdiri dari kromosom 2 haploid paternal dan 1 haploid maternal
(tripoid, 69XX atau 69XY dari 1 haploid ovum dan lainnya reduplikasi
paternal dari 1 sperma atau fertilisasi disperma).
5. Komplikasi
1. Perdarahan hebat
2. Syok
3. Infeksi
4. Perforasi uterus
5. Keganasan (PTG)

6. Pemerikasanaan penunjang
Untuk mendiagnosis mola hidatidosa dapat dilakukan beberapa
pemeriksaan penunjang :
1. Foto thoraks
2. pemeriksaan HCG urine atau darah
3. USG
4. Uji sonde menurut Hanifa. Sonde masuk tanpa tahanan dan dapat diputar
dengan deviasi sonde kurang dari 10.
5. Pemeriksaan T3 dan T4 bila ada gejala tirotoksikosis

7. Penatalaksanaan
Terapi mola hidatidosa terdiri dari 4 tahap yaiitu :
1. Perbaikan keadaan umum
2. Pengeluaran jaringan mola : kuretase dan histerektomi
3. Terapi profilaksis dengan sitostatika
Pemberian kemoterapi repofilaksis pada pasien pasca evaluasi mola masih
menjadi kontroversi
4. Pemeriksaan tidak lanjut
 Lama pengawasan berkisar satu sampai dua tahun.
 Setelah pengawasan penderita dianjurkan memakai kontrasepsi kondom,
pil kombinasi atau diafragma dan pemeriksaan fisik dilakukan setiap kali
pada saat penderita datang kontrol.
 Pemeriksaan kadar β-hCG, dilakukan setiap minggu sampai ditemukan
kadar β-hCG normal tiga kali berturut0turut.
 Setelah itu pemeriksaan dilanjutkan setiap bulan sampai kadar β-hCG
normal selama 6 kali berturut-turut.
 Bila terjadi remisi spontan (kadar β-hCG, pemeriksaan fisis,dan foto
thoraks setelah satu tahun semuanya normal) maka penderita tersebut
dapat berhenti menggunakan kontrasepsi dan hamil lagi.
 Bila selama masa observasi kadar β-hCG tetap atau bahkan meningkat
atau pada pemeriksaan klinis, foto thoraks ditemukan adanya matastase
maka penderita harus dievaluasi dan dimulai pemberian kemoterapi.

B. Kehamilan Ektopik
1. Defenisi
Kehamilan ektopik adalah suatu kehamilan yang pertumbuhan sel telur
yang telah dibuahi tetapi tidak menempel pada dinding endometrium kavum uteri
dalam akibat tumbuh diluar rongga rahim. Bila kemudian tempat nidasi tersebut
tidak menyesuaikan diri dengan besarnya buah kehamilan, akan terjadi rupture
dan menjadi kehamilan terganggu. (NANDA NIC-NOC)
Kehamilan Ektopik terjadi bila telur yang dibuahi berimplantasi dan
tumbuh di luar endometrium kavum uteri. Kehamilan ektra uterin tidak sinonim
dengan kehamilan ektopik karena kehamilan pada pars interstisialis tuba dan
kanalis servikalis masih termasuk dalam uterus, tetapi jelas bersifat ektopik ( Ilmu
Kebidanan Edisi Ketiga, 1992).

2. Etiologi
Penyebab kehamilan ektopik ada yang diketahui dan ada pula tidak, atau belum
diketahui. Ada beberapa penyebab kehamilan ektopik :
1. Faktor uterus
 Tumor rahim yang menekan tuba
 Uterus hipoplastis
2. Faktor tuba
 Penyempitan lumen tuba oleh karena infeksi endosalfing
 Tuba sempit, pajangdan berlekuk-lekuk
 Gangguan fungsi rambut getar (silia) tuba
 Operasi dan sterilisasi tuba yang tidak sempurna
 Endometriosis tuba
 Divertikel tuba dan kelainan kengenital lainnya
 Perlekatan peritubal dan lekukan tuba
 Tumor lain menekan tuba
 Lumen kembar dan sempit
3. Faktor ovum
 Migrasi eksterna dari ovum
 Perlekatan membrane granulose
 Rapid cell devision
 Migrasi internal ovum
4. Faktor hormonal
Pemakaian pil KB yang mengandung progesterone dapat mengakibatkan
gerakan tuba melambat
5. Faktor abnormalitas dari zigot
Apabila tumbuh terlalu cepat atau tumbuh dengan ukuran besar, dan tumbuh
disaluran tuba
6. Faktor lain
 Pemakaian IUD terjadi peradanganmur
 Faktor u
 Faktor perokok

3. Manifestasi klinis
a. Anamnesis : terjadi amenorea,yaitu haid terlambat mulai beberapa hari sampai
beberapa bulan atau hanya haid yang tidak teratur.
b. Jika terjadi kehamilan ektopik terganggu (KET)
 Bila terjadi rupture tuba, maka gejala akan lebih hebat dan dapat
mebahayakanjiwa si ibu
 Pada abortus tuba keluhan dan kejala kemungkinan tidak begitu berat,
hanya rasa sakit di perut dan perdarahan pervagina. Hal ini dapat
dikacaukan dengan abortus biasa
c. Perasaan nyeri dan sakit yang tiba-tiba diperut, seperti diiris dengan pisau
disertai muntah dab bisa jatuh pingsan
d. Tanda-tanda akut abnomen : nyeri tekan yang hebat, muntah, gelisah, pucat,
anemis, nadi kecil dan halus, tensi rendah atau terukur (syok)
e. Nyeri bahu : karena perangsangan diagfragma
f. Tanda cullen : sekitar pusat atau linea alba kehilatan biru hitam dan lebam
g. Pada pemeriksaan ginekologi (pemeriksaan dalam) terdapat
 Adanya nyeri ayun : dengan menggerakan porsio dan serviks ibu akan
merasa sakit yang sangat
 Douglas crise : rasa nyeri hebat pada penekanan kavum Douglasi
 Kavum Douglasi teraba menonjol karena terkumpulnya darah, begitu pula
teraba masa retrouterin (masa pelviks)
h. Pervagina keluar decidual cast
i. Pada palpasi perut dan perkusi : ada tanda-tanda perdarahan intra abdominal
(shifting dullness)

4. Patofisiologi
Mukosa pada tube bukan merupakan medium yang baik untuk pertumbuhan
blastokista yang berimplantasi didalamnya. Vaskularisasi kurang baik dan orsidun
tidak tumbuh, dengan demikian ada 3 kemungkinan:
1) Ovum mati dan kemudian diresorbsi, dalam hal ini sering kali adanya
kehamilan tidak dietahui, dan perdarahan dari uterus yang timbul setelah
meningalnya ovum, dianggap sebagai haid yang datangnya agak terlambat.
2) Trofoblast dan villus korialisnya menembus lapisan psendokapiuliris dan
menyebabkan pembesaran tuba. Darah itu menyebabkan pembesaran tuba
(hematosalping) dan dapat pula mengalir terus kerongga peritoneum,
berkumpul dikavum donglasia, dan menyebabkan hematokele netroutenia.
Pada peristiwa ini terkenal dengan nama Abortus Tuba, Ovum untuk
sebagian atau seluruhnya ikut memasuki lumen tuba dan keluar dari
obstrium tuba abdominalis. Abortus tuba biasanya terjadi pada kehamilan
pada ampulla, darah yang keluar kemudian masuk kerongga peritoneum,
biasanya tidak begitu banyak karena dibatasi oleh tekanan dari dinding
tuba.
3) Trotoblas dan villus korialis menembus lapisan muskularis dan peritonium
pada dinding tuba dan menyebabkan pendarahan langsung kerongga
peritonium. Peristiwa ini yang sering terjadi pada kehamilan di istumus,
dapat menyebabkan pendarahan banyak karena darah mengalir secara benar
dalam rongga peritoneum, dan dapat menyebabkan keadaan yang gawat
pada penderita, yaitu bisa terjadi ruptur

Proses nidasi

Gangguan pada tuba

Penyempitan dinding tuba

Disfungsi silia

Difertikal tuba konyenital

Perjalanan telur terhambat

Kehamilan ektopit

5. Tanda dan gejala

Tanda :

1. Nyeri abdomen bawah atau pelvic, disertai amenorrhea atau spotting atau
perdarahan vaginal.
2. Menstruasi abnormal.
3. Abdomen dan pelvis yang lunak.
4. Perubahan pada uterus yang dapat terdorong ke satu sisi oleh massa
kehamilan, atau tergeser akibat perdarahan. Dapat ditemukan sel desidua
pada endometrium uterus.
5. Penurunan tekanan darah dan takikardi bila terjadi hipovolemi.
6. Kolaps dan kelelahan
7. pucat
8. Nyeri bahu dan leher (iritasi diafragma)
9. Nyeri pada palpasi, perut pasien biasanya tegang dan agak gembung.
10. Gangguan kencing
Kadang-kadang terdapat gejala besar kencing karena perangangan peritoneum oleh
darah di dalam rongga perut.

o Pembesaran uterus
Pada kehamilan ektopik uterus membesar juga karena pengaruh hormon-
hormon kehamilan tapi pada umumnya sedikit lebih kecil dibandingkan
dengan uterus pada kehamilan intrauterin yang sama umurnya.
o Nyeri pada toucher
Terutama kalau cervix digerakkan atau pada perabaan cavumdouglasi (nyeri
digoyang)
o Tumor dalam rongga panggul
Dalam rongga panggul teraba tumor lunak kenyal yang disebabkan kumpulan
darah di tuba dan sekitarnya.
o Perubahan darah
Dapat diduga bahwa kadar haemoglobin turun pada kehamilan tuba yang
terganggu, karena perdarahan yang banyak ke dalam rongga perut.
Gejala:
o Nyeri
Nyeri panggul atau perut hampir terjadi hampir 100% kasus kehamilan
ektopik. Nyeri dapat bersifat unilateral atau bilateral , terlokalisasi atau
tersebar.
o Perdarahan:
Dengan matinya telur desidua mengalami degenerasi dan nekrose dan
dikeluarkan dengan perdarahan. Perdarahan ini pada umumnya sedikit,
perdarahan yang banyak dari vagina harus mengarahkan pikiran kita ke
abortus biasa.Perdarahan abnormal uterin, biasanya membentuk bercak.
Biasanya terjadi pada 75% kasus
o Amenorhea:
Hampir sebagian besar wanita dengan kehamilan ektopik yang memiliki
berkas perdarahan pada saat mereka mendapatkan menstruasi, dan mereka
tidak menyadari bahwa mereka hamil.

6. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi yaitu (Sujiyatini dkk, 2009):
a. Pada pengobatan konservatif, yaitu bila kehamilan ektopik
terganggu telah lama berlangsung (4-6 minggu), terjadi
perdarahan ulang, ini merupakan indikasi operasi
b) Infeksi
c) Sterilitas
d) Pecahnya tuba fallopi
e) Komplikasi juga tergantung dari lokasi tumbuh berkembangnya
embrio.
7. Pemeriksaan Penunjang
1. Labolatirium : Hb, Leukosit, urine B-hCG (+). Hemoglobin menurun setelah
24 jam dan jumlah sel darah merah dapat meningkat
2. USG :
 Tidak ada kantung kehamilan dalam kavum uteri
 Adanya kantung kehamilan di luar kavum uteri
 Adanya massa komplek di rongga panggul
3. Kuldosentesis : suatu cara pemeriksaan untuk mengetahui apakah dalam
kavum Douglas ada darah
4. Diagnosis pasti hanya ditegakkan dengan laparotomi
5. Ultrasonografi berguna pada 5-10% kasus bila ditemukan kantong gestasi di
luar uterus.

8. Penatalaksanaan
Penanganan kehamilan ektropik pada umumnya adalalah laparotomi. Dalam
tindakan demikian , beberapa hal harus diperhatikan dan dipertimbangkan, yaitu
sebagai berikut.
a. Kondisi ibu pada saat itu.
b. Keinginan ibu untuk mempertahankan fungsi reproduksinya.
c. Lokasi kehamilan ektropik.
d. Kondisi anatomis organ pelvis.
e. Kemampuan teknik bedah mikro dokter.
f. Kemampuan teknologi fertilasi in vitro setempat.
Hasil pertimbangan ini menentukan apakah perlu di lakukan
salpingektomi pada kehamilan tuba atau dapat dilakukan pembedahan
konservatif. Apakah kondisi ibu buruk, misalnya dalam keadaan syok, lebih baik
di lakukan salpingektomi. Pada kasus kehamilan ektropik di pars ampularis tuba
yang belum pecah biasanya di tangani dengan menggunakan kemoterapi untung
menghindari tindakan pembedahan.
Karena kehamilan ektopik dapat mengancam nyawa, maka deteksi dini
dan pengakhiran kehamilan adalah tatalaksana yang disarankan. Pengakhiran
kehamilan dapat dilakukan melalui:
a. Obat-obatan
Diberikan apabila kehamilan ektopik diketahui sejak dini. Obat yang
digunakan adalah methotrexate (obat anti kanker).
b. Operasi
Untuk kehamilan yang sudah berusia lebih dari beberapa minggu,
operasi adalah tindakan yang lebih aman dan memiliki angka keberhasilan
lebih besar daripada obat-obatan. Apabila memungkinkan, akan dilakukan
operasi laparaskopi.
Bila diagnosa kehamilan ektopik sudah ditegakkan, terapi definitif
adalah pembedahan :
a. Laparotomi : eksisi tuba yang berisi kantung kehamilan (salfingo-
ovarektomi) atau insisi longitudinal pada tuba dan dilanjutkan dengan
pemencetan agar kantung kehamilan keluar dari luka insisi dan kemudian
luka insisi dijahit kembali.
b. Laparoskop : untuk mengamati tuba falopii dan bila mungkin lakukan
insisi pada tepi superior dan kantung kehamilan dihisap keluar tuba.

Operasi Laparoskopik : Salfingostomi

Bila tuba tidak pecah dengan ukuran kantung kehamilan kecil serta kadar
β-hCG rendah maka dapat diberikan injeksi methrotexatekedalam kantung
gestasi dengan harapan bahwa trofoblas dan janin dapat diabsorbsi atau
diberikan injeksi methrotexate 50 mg/m3 intramuskuler.
Syarat pemberian methrotexate pada kehamilan ektopik:
a. Ukuran kantung kehamilan
b. Keadaan umum baik (“hemodynamically stabil”)
c. Tindak lanjut (evaluasi) dapat dilaksanakan dengan baik
Keberhasilan pemberian methrotexate yang cukup baik bila :
a. Masa tuba
b. Usia kehamilan
c. Janin mati
d. Kadar β-hCG
Kontraindikasi pemberian Methrotexate :
a. Laktasi
b. Status Imunodefisiensi
c. Alkoholisme
d. Penyakit ginjal dan hepar
e. Diskrasia darah
f. Penyakit paru aktif
g. Ulkus peptikum

Pasca terapi konservatif atau dengan methrotexate, lakukan pengukuran serum hCG setiap
minggu sampai negatif. Bila perlu lakukan “second look operation”

C. Asuhan keperawatan

1. Asuhan Keperawatan Mola Hidatidosa


A. Pengkajiana
a. Biodata
Mengkaji identitas klien dan penanggung yang meliputi : nama, umur, agama,
suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, perkawinan ke-, lamanya
perkawinan dan alamat
b. Keluhan utama
Kaji adanya menstruasi tidak lancar dan adanya perdarahan pervaginam
berulang
c. Riwayat kesehatan, yang terdiri dari :
 Riwayat kesehatan sekarang
Yaitu keluhan sampai saat klien pergi ke Rumah Sakit atau pada saat
pengkajian seperti perdarahan pervaginam di luar siklus haid, pembesaran
uterus lebih besar dari usia kehamilan.
 Riwayat kesehatan masa lalu :
- Riwayat pembedahan
Kaji adanya pembedahan yang pernah dialami oleh klien, jenis pembedahan,
kapan, oleh siapa dan di mana tindakan tersebut berlangsung.
- Riwayat penyakit yang pernah dialami
Kaji adanya penyakit yang pernah dialami oleh klien misalnya DM, jantung,
hipertensi, masalah ginekologi/urinari, penyakit endokrin, dan penyakit-
penyakit lainnya.
- Riwayat kesehatan keluarga.
Yang dapat dikaji melalui genogram dan dari genogram tersebut dapat
diidentifikasi mengenai penyakit turunan dan penyakit menular yang
terdapat dalam keluarga.
- Riwayat kesehatan reproduksi
Kaji tentang mennorhoe, siklus menstruasi, lamanya, banyaknya, sifat
darah,bau,warna dan adanya dismenorhoe serta kaji kapan menopause
terjadi, gejala serta keluahan yang menyertainya.
- Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas
Kaji bagaimana keadaan anak klien mulai dari dalam kandungan hingga
saat ini, bagaimana keadaan kesehatan anaknya.
- Riwayat seksual
Kaji mengenai aktivitas seksual klien, jenis kontrasepsi yang digunakan
serta keluahn yang menyertainya.
- Riwayat pemakaian obat
Kaji riwayat pemakaian obat-obatankontrasepsi oral, obat digitalis dan jenis
obat lainnya.
- Pola aktivitas sehari-hari
Kaji mengenai nutrisi, cairan dan elektrolit, eliminasi (BAB dan BAK),
istirahat,tidur, hygiene, ketergantungan, baik sebelum dan saat sakit.

d. Pemeriksaan Fisik
1) Inspeksi adalah proses observasi yang sistematis yang tidak hanya terbatas
pada penglihatan tetapi juga meliputi indera pendengaran dan penghidu. Hal
yang diinspeksi antara lain : mengobservasi kulit terhadap warna, perubahan
warna, laserasi, lesi terhadap drainase, pola pernafasan terhadap kedalaman dan
kesimetrisan, bahasa tubuh, pergerakan dan postur, penggunaan ekstremitas,
adanya keterbatasan fifik, dan seterusnya.
2) Palpasi adalah menyentuh atau menekan permukaan luar tubuh dengan
jari. Sentuhan : merasakan suatu pembengkakan, mencatat suhu, derajat
kelembaban dan tekstur kulit atau menentukan kekuatan kontraksi
uterus. Tekanan : menentukan karakter nadi, mengevaluasi edema,
memperhatikan posisi janin atau mencubit kulit untuk mengamati turgor.
Pemeriksaan dalam : menentukan tegangan/tonus otot atau respon nyeri yang
abnormal.
3) Perkusi adalah melakukan ketukan langsung atau tidak langsung pada
permukaan tubuh tertentu untuk memastikan informasi tentang organ atau
jaringan yang ada dibawahnya. Menggunakan jari : ketuk lutut dan dada dan
dengarkan bunyi yang menunjukkan ada tidaknya cairan, massa atau
konsolidasi. Menggunakan palu perkusi : ketuk lutut dan amati ada tidaknya
refleks/gerakan pada kaki bawah, memeriksa refleks kulit perut apakah ada
kontraksi dinding perut atau tidak.
4) Auskultasi adalah mendengarkan bunyi dalam tubuh dengan bantuan stetoskop
dengan menggambarkan dan menginterpretasikan bunyi yang
terdengar. Mendengar : mendengarkan di ruang antekubiti untuk tekanan darah,
dada untuk bunyi jantung/paru abdomen untuk bising usus atau denyut jantung
janin. (Johnson & Taylor, 2005)

e. Pemeriksaan Laboratorium
1) Darah dan urine serta pemeriksaan penunjang : rontgen, USG, biopsi, pap
smear.
2) Keluarga berencana
Kaji mengenai pengetahuan klien tentang KB, apakah klien setuju, apakah klien
menggunakan kontrasepsi, dan menggunakan KB jenis apa.

2. Diagnosa Keperawatan

1) Kekurangan volume cairan b.d perdarahan pervaginam


2) Nyeri akut b.d perdarahan, proses penjalaran penyakit
3) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d penurunan asupan
oral, ketidaknyamanan mulut

3. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Kekurangkekurangan
1. volume cairan b.d NOC NIC
perdarahan pervaginam  Fluid balance Fluid management
 Hydration  Timbang
 Nutritional Status : popok/pembalut
Food and Fluid jika diperlukan
 Intake  Pertahanankan
Kriteria Hasil : catatan intake dan
 Mempertahankan output yang
urine output sesuai akurat
dengan usia dan BB,  Monitor status
BJ urine normal, HT hidrasi
normal (klembaban
 Tekanan darah, nadi, membran mukosa,
suhu tubuh dalam nadi adekurat,
batas normal tekanan darah

 Tidak ada tanda ortostatik), jika

tanda dehidrasi diperlukan

 Elastisitas tugor kulit  Monitor masukan

baik, membran makanan/cairan

mukosa lembab, dan hitung intake

tidak ada haus yang kalori harian

berlebihan  Kolaborasikan
pemberian cairan
IV
Hypovolemia
Management
 Monitor status
cairan termasuk
intake dan ourput
 Pelihara IV line
 Monitor tingkat
Hb dan
hematokrit
 Monitor tanda
vital
 Monitor respon
pasien terhadap
penambahan
cairan
 Monitor berat
badan
 Dorong pasien
untuk menambah
intake oral
 Pemberian cairan
IV monitor
adanya tanda dan
gejala kelebihan
volume cairan
 Monitor adanya
tanda gagal ginjal
2. Nyeri akut b.d perbedaan, NOC NIC
proses pelajaran penyakit  Pain Level Pain Management
 Pain control  Lakukan
 Comfort level pengkajian nyeri
Kriteria Hasil secara

 Mampu mengontrol komprehensif

nyeri (tahu penyebab termasuk lokasi,

nyeri, mampu karakteriristik,

menggunakan tehnik durasi, frekuensi,

nonfarmakologi kualitas dan

untuk mengurangi faktor presipitasi

nyeri, mencari  Observasi reaksi

bantuan) nonverbal dari

 Melaporkan bahwa ketidaknyamanan

nyeri berkurang  Gunakan teknik

dengan komunikasi

menggunakan terapeutik untuk

manajemen nyeri mengetahui

 Mampu mengenali pengalaman nyeri

nyeri (skala, pasien


intensitas, frekuensi  Kaji kltur yang
dan tanda nyeri) mempengaruhi
 Menyatakan rasa respon nyeri
nyaman setelah  Evaluasi
berkurang pengalaman nyeri
masa lampau

3. Ketidak seimbangan NIC NOC
nutrisi kurang dari  Nutrisional Status Nutrion Management
kebutuhan tubuh b.d  Nutrisional Status :  Kaji adanya alergi
penurunan asupan oral, food and Fluid makanan
ketidaknyamanan mulut,  Intake  Kolaborasi
mual sekunder akibat  Nutrisional Status : dengan ahli gizi
peningkatan kadar β-hCG nutrien Intake untuk menetukan

 Weight control jumlah kalori dan

Krireria Hasil : nutrisi yang

 Adanya peningkatan dibutuhkan pasien

berat badan sesuai  Anjurkan pasien

dengan tujuan untuk


meningkatkan
 Berat badan ideal
intake Fe
sesuai dengan tinggi
 Anjurkan pasien
badan
untuk
 Mampu
meningkatkan
mengidentifikasi
protein dan
kebutuhan nutrisi
vitamin C
 Tidak ada tanda
Nutrition Monitoring
tanda malnutrisi
 BB pasien dalam
 Menunjukkan
batas normal
peningkatan fungsi
 Monitor adanya
pengecapan dari
penurunan berat
menelan
badan
 Tidak terjadi
 Monitor tipe dan
penurunan berat
badan yang berarti jumlah aktivitas
yang biasa
dilakukan
 Monitor
lingkungan
selama makan
 Monitor kadar
albumin, total
protein, Hb, dan
kadar Ht
4.

B. Asuhan Keperawatan Kehamilan Ektopik

1. Pengkajiana
a. Biodata
Mengkaji identitas klien dan penanggung yang meliputi : nama, umur, agama, suku
bangsa, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, perkawinan ke-, lamanya
perkawinan dan alamat.

b. Keluhan Utama

Nyeri hebat pada perut bagian bawah dan disertai dengan perdarahanselain itu
klien ammeorrhoe.

c. Riwayat penyakit sekarang

Awalnya wanita mengalami ammenorrhoe beberapa minggu kemudiandisusul


dengan adanya nyeri hebat seperti disayat-sayat pada mulanyanyeri hanya satu sisi
ke sisi berikutnya disertai adanya perdarahan pervagina :

1) Kadang disertai muntah


2) Keadaan umum klien lemah dan adanya syok
3) Terkumpulnya darah di rongga perut
4) Menegakkan dinding perut nyeri
5) Dapat juga menyebabkan nyeri hebat hingga klien pingsan
6) Perdarahan terus menerus kemungkinan terjadi syok hipovolemik

d. Riwayat penyakit masa lalu

1) Mencari faktor pencetus misalnya adanya riwayat endomatritis,addresitis


menyebabkan perlengkapan endosalping, Tuba menyempit / membantu.
2) Endometritis endometritis tidak baik bagian nidasi

e. Status obstetri ginekologi

1) Usia perkawinan, sering terjadi pada usia produktif 25 – 45 tahun, berdampak


bagi psikososial, terutama keluarga yang masih mengharapkan anak.
2) Riwayat persalinan yang lalu, Apakah klien melakukan proses persalinan di
petugas kesehatanatau di dukun
3) Grade multi
4) Riwayat penggunaan alat kontrasepsi, seperti penggunaan IUD.
5) Adanya keluhan haid, keluarnya darah haid dan bau yangmenyengat.
Kemungkinan adanya infeksi.

f. Riwayat kesehatan keluarga

1) Hal yang perlu dikaji kesehatan suami


2) Suami mengalami infeksi system urogenetalia, dapat menular padaistri dan dapat
mengakibatkan infeksi pada celvix.

g. Riwayat Psikososial

Tindakan salpingektomi menyebabkan infertile. Mengalami gangguankonsep diri,


selain itu menyebabkan kekhawatiran atau ketakutan

h. Pola aktivitas sehari – hari

1. Pola nutrisi

Pada rupture tube keluhan yang paling menonjol selain nyeri adalah Nausea dan
vomiting karena banyaknya darah yang terkumpul dirongga abdomen.
2. Eliminasi

Pada BAB klien ini dapat menimbulkan resiko terhadap konstipasiitu diakibatkan
karena penurunan peristaltik usus, imobilisasi, obatnyeri, adanya intake makanan
dan cairan yang kurang. Sehinggatidak ada rangsangan dalam pengeluaran
faeces.Pada BAK klien mengalami output urine yang menurun < 1500ml/hr,
karena intake makanan dan cairan yang kurang.

3. Personal hygiene

Luka operasi dapat mengakibatkan pembatasan gerak, takut untuk melakukan


aktivitas karena adanya kemungkinan timbul nyeri,sehingga dalam personal
hygiene tergantung pada orang lain.

4. Pola aktivitas (istirahat tidur)

Terjadi gangguan istirahat, nyeri pada saat infeksi/defekasi akibathematikei


retropertonial menumpuk pada cavum Douglasi.

a. Pemeriksaan Fisik

1) Keadaan umum

Tergantung banyaknya darah yang keluar dan tuba, keadaan umumialah kurang
lebih normal sampai gawat dengan shock berat dananemi (Prawiroharjo, 1999 ;
255)

2) Pemeriksaan kepala dan leher

Muka dan mata pucat, conjungtiva anemis (Prawiroharjo, 1999 ;155)

3) Pemeriksaan leher dan thorak

Tanda-tanda kehamilan ektopik terganggu tidak dapatdiidentifikasikan melalui leher


dan thorax, Payudara pada KET, biasanya mengalami perubahan.

4) Pemeriksaan abdomen
Pada abortus tuba terdapat nyeri tekan di perut bagian bawah disisiuterus, dan pada
pemeriksaan luar atau pemeriksaan bimanualditemukan tumor yang tidak begitu
padat, nyeri tekan dan dengan batas-batas yang tidak rata disamping
uterus.Hematokel retrouterina dapat ditemukan. Pada repture tuba perutmenegang
dan nyeri tekan, dan dapat ditemukan cairan bebas dalamrongga peritoneum.
Kavum Douglas menonjol karena darah yang berkumpul ditempat tersebut baik
pada abortus tuba maupun padarupture tuba gerakan pada serviks nyeri sekali
(Prawiroharjo S,1999, hal 257).

5) Pemeriksaan genetalia
6) Sebelum dilakukan tindakan operasi pada pemeriksaangenetalia eksterna dapat
ditemukan adanya perdarahan pervagina. Perdarahan dari uterus biasanya sedikit-
sedikit, berwarna merah kehitaman.
7) Setelah dilakukan tindakan operasi pada pemeriksaan genetaliadapat ditemukan
adanya darah yang keluar sedikit
8) Pemeriksaan ekstremitas

Pada ekstrimitas atas dan bawah biasanya ditemukan adanya akraldingin akibat syok
serta tanda-tanda cyanosis perifer pada tangandan kaki.

2. Diagnosa Keperawatan
1. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan aktif ditandai dengan perdarahan
2. Nyeri akut b.d kemajuan kehamilan tuba
3. Ansietas b.d prosedur tindakan operasi yang akan dilakukan

3. Intervensi Keperawatan
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
1. Kekurangan volume NIC NIC
cairan b.d kehilangan  Fluid balance Fluid management
cairan aktif ditandai  Hydration  Timbang
dengan perdarahan  Nutritional Status : popok/pembalut
Food Fluid jika diperlukan

 Intake  Pertahankan

Karakteristik Hasil : catatan intake


 Mempertahankan dan output yang
urine output sesuai akurat
dengan usia dan BB,  Monitor status
BJ urine normal, HT hidrasi
normal (kelembaban
 Tekanan darah, nadi, membran
suhu tubuh dalam mukosa, nadi
batas normal adekuat, tekanan
 Tidak ada tanda darah ortostatik),
dehidrasi jika diperlukan

 Elastisitas tugor kulit  monitor masukan

baik, membran makanan/cairan

mukosa lembab, dan hitung intake

tidak ada rasa haus kalori harian

yang berlebihan Hypovolemia


Management
 Monitor status
cairan termasuk
intake dan ourput
cairan
 Pelihara IV line
 Monitor Hb dan
hematokrit
 Monitor respon
pasien terhadap
penambahan
cairan
2. Nyeri b.d kemajuan NOC NIC
kehamilan tuba  Pain Level Paint Manajement
 Pain control  Lakukan
 Comfort pengkajian nyeri

 Level secara

Kriteria Hasil : komprehensif


 Mampu mengontrol termasuk lokasi
nyeri (tahu penyebab presipitasi
nyeri, mampu  Observasi reaksi
menggunaka tehnik non verbal dari
nonfarmakologi ketidaknyamanan
untuk mrngurangi  Gunakan teknik
nyeri, mencari komunikasi
bantuan) terapeutik untuk
 Melaporkan bahwa menfetahui
nyeri berkurang pengalaman
dengan nyeri pasien
menggunakan  Kaji kultur yang
manajemen nyeri mempengaruhi
 Mampu mengenali respon nyeri
nyeri (skal, Analgesic
intensitas, frekuensi Administration
dan tanda nyeri)  Tentukan lokasi,

 Menyatakam rasa karakteristik,

nyaman setelah nyeri kualitas, dan

berkurang derajat nyeri


sebelum
pemberian obat
 Cek instruksi
dokter tentang
jenis obat, dosis
dan frekuensi
 Cek riwayat
alergi
 Pilih analgesik
yanf diperlukan
atau kombinasi
dari analgesik
ketika pemberian
lebih dari satu
3. Ansietas b.d produser NOC NIC
tindakan operasi yang  Anxiety self-control Anxiety Reduction
akan dilakukan  Anxiety level (penurunan kecemasan)
 Coping  Gunakan
Karakteria Hasil : pendekatan yang

 Klien mampu menenangkan

mengidentifikasi dan  Nyatakan dengan

mengungkapkan jelas harapan

gejala cemas terhadap pelaku

 Mengidentifikasi, pasien

mengungkapkan dan  Jelaskan semua

menunjukkan tehnik prosedur dan

untukmengontrol apakan yang

cemas dirasakan selama

 Vital sign dalam prosedur pahami

batas normal prespektif pasien


terhadap situasi
 Postur tubuh, dan
stres
tingkat aktivitas
 Temani pasien
menunjukkan
untuk
berkurangnya
memberikan
kecemasan
keamanan dan
mengurangi takut
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Mola Hidatidosa adalah neoplasma jinak dari sel trofoblast. Pada mola
hidatidosa kehamilan tidak berkembang menjadi janin yang sempurna, melainkan
berkembang menjadi keadaan patologik. Frekuensi Mola banyak ditemukan di
Negara – negara asia, Afrika dan Amerika latin dari pada di Negara – negara barat.
Mola hidatidosa merupakan penyakit wanita dalam masa reproduksi antara umur 15
tahun sampai 45 tahun.
Mola Hidatidosa disebut juga hamil anggur, dapat dibagi menjadi mola
hidatidosa total dan mola hidatidosa parsial. Mola hidatidosa total adaah pada
seluruh kavum uteri terisi jaringan vesikular berukuran bervariasi, tidak terdapat
fetus dan adneksanya (plasenta, tali pusat, ketuban). Mola hidatidosa parsial hanya
sebagian korion bertransformasi menjadi vesikel, dapat terdapat atau tidak terdapat
vetus. (NANDA NIC-NOC)
Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan implantasi terjadi diluar rongga
uterus, Sebagian besar wanita yang mengalami kehamilan ektopik berumur antara
20-40 tahun dengan umur rata-rata 30 tahun,frekwensi kehamilan ektopik yang
berulang dilaporkan berkisar antara 0%-14,6%. apabila tidak diatasi atau diberikan
penanganan secara tepat dan benar akan membahayakan bagi si penderita.
(Winkjosastro, 2005)

B. Saran
Dalam penyusunan asuhan keperawatan ini,penulis menyadari masih banyak
kekurangan dari berbagai aspek, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun.
DAFTAR PUSTAKA

Sepilian P Vicken. Ectopic pregnancy. August 17, 2007. Diunduh dari


http://www.emedicine.com. April 2008.

Kumar Vinay, Abbas K.Abdul, Fausto Nelson, Mitchell N.Richard. Robbins Basic
pathology. 8th Edition. Saunders Inc. Philadelphia, 2007:734-35 Owen Phillip.

What is an ectopic pregnancy? May 5, 2005. Diunduh dari http://www.netdoctor.co.uk. Mei


2008.s Kun KY, Wong PY, Ho MW, Tai CW, Ng TK. Abdominal pregnancy presenting as
a missed abortion at 16 weeks gestation. HKMJ 2000; 6 ( 4):425-27 Robbins, Cotran. Atlas
of Pathology. 1st edition. Saunders Inc. Philadelphia, 2006:325-26.

Anda mungkin juga menyukai