DISUSUN OLEH:
KELOMPOK VIII
Puji syukur kami panjatkan atas Kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat serta hidayahNya dan juga sholawat serta salam atas junjungan nabi besar kita yaitu
Nabi Muhammad SAW sehingga kami dari kelompok satu dapat menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini berjudul ’’ASUHAN KEPERAWATAN MOLA HIDATIDOSA DAN
ASUHAN KEPERAWATAN KEHAMILAN EKTOPIK’’ sesuai dengan petunjuk yang
diberikan oleh dosen. Alhamdullilah atas usaha keras kami makalah ini dapat terselesaikan
tepat pada waktunya. Makalah ini berisi tentang penjelasan mengenai teori tentang definisi,
etiologi, patofisiologi dan asuhan keperawatan pada pasien dengan Mola Hidatidosa dan
kehamilan ektopik.
Selesainya makalah ini tidak terlepas dari usaha dan kerja keras dari kelompok 8.
Dengan kerjasama yang baik akhirnya makalah ini selesai sesuai yang diharapkan. Juga pihak
yang terkait lainnya yaitu dosen pembimbing yang memberi arahan pada kami agar dapat
terselesaikannya makalah ini dengan baik dan benar. Semoga makalah yang sederhana ini
dapat berguna untuk kami serta memberi pengetahuan luas bagi yang membaca. Sebagai
manusia kami mungkin mempunyai banyak kekurangan termasuk dalam membuat makalah
ini. Kritik dan salam kami tunggu untuk lebih sempurnanya makalah ini. Atas perhatian kami
ucapkan terima kasih
Penulis
DAFTAR ISI
JUDUL .............................................................................................................................
KATA PENGANTAR .....................................................................................................
DAFTAR ISI....................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................
A. Latar Belakang ......................................................................................................
B. RumusanMasalah ..................................................................................................
C. Tujuan ...................................................................................................................
BAB II KAJIAN PUSTAKA ..........................................................................................
A. Mola Hidatidosa ....................................................................................................
1. Defenisi .............................................................................................................
2. Etiologi ..............................................................................................................
3. Manifestasi klinis ..............................................................................................
4. Patofisiologi ......................................................................................................
5. Komplikasi ........................................................................................................
6. Pemeriksaan penunjang ....................................................................................
7. Penatalaksanaan ................................................................................................
B. KEHAMILAN EKTOPIK ....................................................................................
1. Defenisi .............................................................................................................
2. Etiologi ..............................................................................................................
3. Manifestasi klinis ..............................................................................................
4. Patofisiologi ......................................................................................................
5. Komplikasi ........................................................................................................
6. Tanda dan gejala ...............................................................................................
7. Pemeriksaan penunjang ....................................................................................
8. Penatalaksanaan ................................................................................................
C. ASUHAN KEPERAWATAN ..............................................................................
A. asuahan keperawatan mola hidatidosa .............................................................
B. asuhan keperawatan ektopik.............................................................................
BAB III PENUTUP .........................................................................................................
a. Kesimpulan .........................................................................................................
b. Saran ...................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mola hidatidosa
Mola Hidatidosa adalah neoplasma jinak dari sel trofoblast. Pada mola
hidatidosa kehamilan tidak berkembang menjadi janin yang sempurna, melainkan
berkembang menjadi keadaan patologik. Frekuensi Mola banyak ditemukan di
Negara – negara asia, Afrika dan Amerika latin dari pada di Negara – negara
barat. Mola hidatidosa merupakan penyakit wanita dalam masa reproduksi antara
umur 15 tahun sampai 45 tahun.
Penyebab Mola tidak diketahui, factor – factor yang dapat
menyebabkan antar lain : keadaan sosioekonomi yang tinggi dan parietas tinggi.
Keluhan dari penderita seperti gejala – gejala hamil muda yang kadang-kadang
lebih nyata dari kehamilan biasanya.
Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan implantasi terjadi diluar
rongga uterus, Sebagian besar wanita yang mengalami kehamilan ektopik
berumur antara 20-40 tahun dengan umur rata-rata 30 tahun,frekwensi kehamilan
ektopik yang berulang dilaporkan berkisar antara 0%-14,6%. apabila tidak diatasi
atau diberikan penanganan secara tepat dan benar akan membahayakan bagi si
penderita. (Winkjosastro, 2005)
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Mola Hidatidosa?
2. Apa penyebab terjadinya mola Hidatidosa?
3. Bagaimana patofisiologi terjadinya Mola Hidatidosa?
4. Bagaimana komplikasi dari Mola Hidatidosa?
5. Bagaimana asuhan keperawatan dengan Mola Hidatidosa?
6. Apa yang dimaksud dengan Kehamilan Ektopik?
7. Apa penyebab terjadinya Kehamilan Ektoik?
8. Bagaimana patofisiologi terjadinya Kehamilan Ektopik?
9. Bagaimana komplikasi dari Kehamilan Ektopik?
10. Bagaimana asuhan keperawatan dengan kehamilan Ektopik?
C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui definisi Mola Hidatidosa.
2. Untuk Mengetahui etiologi dan gejala klinis Mola Hidatidosa.
3. Untuk Mengetahui pemeriksaan yang dilakukan untuk menegakan diagnosis.
4. Untuk Mengetahui penatalaksanaan Mola Hidatidosa.
5. Untuk Mengetahui asuhan keperawatan Mola Hidatidosa
6. Untuk Megetahui definisi Kehamilan Ektopik
7. Untuk Megetahui etiologi Kehamilan Ektopik
8. Untuk Mengetahui penatalaksanaan Kehamilan Ektopik
9. Untuk Megetahui jelaskan patofisiologi Kehamilan Ektopik
10. Untuk Megetahui tanda dan gejala Kehamilan Ektopik
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Mola Hidatidosa
1. Defenisi
Mola Hidatidosa adalah kehamilan abnormal dimana hampir seluruh vili
korralisnya mengalami perubahan hidrofik (kapita Selekta, hal.265)
Mola Hidatidosa disebut juga hamil anggur, dapat dibagi menjadi mola
hidatidosa total dan mola hidatidosa parsial. Mola hidatidosa total adalah pada
seluruh kavum uteri terisi jaringan vesikular berukuran bervariasi, tidak terdapat
fetus dan adneksanya (plasenta, tali pusat, ketuban). Mola hidatidosa parsial
hanya sebagian korion bertransformasi menjadi vesikel, dapat terdapat atau tidak
terdapat vetus. (NANDA NIC-NOC)
2. Etiologi
Menurut Mochtar, Rustam, 1998: 238 penyebab mola hidatidosa tidak
diketahui, banyak faktor yang dapat menyebabkan antara lain :
1. Faktor ovum: ovum sudah patologik sehingga mati, tetapi terlambat
dikeluarkan.
2. Imunoselektif dari tropoblast, yaitu dengan kematian fetus, pembuluh darah
pada stroma villi menjadi jarang dan stroma villi menjadi sembab dan
akhirnya terjadi hyperplasia sel-sel trofoblast.
3. Keadaan sosioekonomi yang rendah dan defisiensi gizi; mola hidatidosa
banyak ditemukan pada mereka dengan status ekonomi yang rendah serta
diet rendah protein.
4. Paritas tinggi, ibu multipara cenderung beresiko terjadi kehamilan mola
hidatidosa karena trauma kelahiran atau penyimpangan transmisi secara
genetic yang dapat di identifikasikan dan penggunaan nstimulan drulasi
seperti klomifen atau menotropiris (pergonal)
5. Kekurangan protein, protein adalah zat untuk membangun jaringan bagian
tubuh sehubungan dengan pertumbuhan janin, rahim dan buah dada ibu,
keperluan akan zat protein pada waktu hamil sangat meningkat apabila
kekurangan protein dalam makanan mengakibatkan akan lahir lebih kecil
dari normal
6. Infeksi virus dan faktor kromosom yang belum jelas, infeksi mikroba dapat
mengenai semua orang termasuk wanita hamil.
3. Manifestasi Klinis
1) Perdarahan pervaginam/gelembung mola
2) Gejala toksemia pada trimester I-II
3) Hiperemesis gravidarum
4) Tiroktoksikosis
5) Emboli paru
6) Pemeriksaan fisik
Umumnya uterus lebih besar dari usia kehamilan
Kista lutein
Balotemen negative
Denyut jantung janin negative
4. Patofisiologi
6. Pemerikasanaan penunjang
Untuk mendiagnosis mola hidatidosa dapat dilakukan beberapa
pemeriksaan penunjang :
1. Foto thoraks
2. pemeriksaan HCG urine atau darah
3. USG
4. Uji sonde menurut Hanifa. Sonde masuk tanpa tahanan dan dapat diputar
dengan deviasi sonde kurang dari 10.
5. Pemeriksaan T3 dan T4 bila ada gejala tirotoksikosis
7. Penatalaksanaan
Terapi mola hidatidosa terdiri dari 4 tahap yaiitu :
1. Perbaikan keadaan umum
2. Pengeluaran jaringan mola : kuretase dan histerektomi
3. Terapi profilaksis dengan sitostatika
Pemberian kemoterapi repofilaksis pada pasien pasca evaluasi mola masih
menjadi kontroversi
4. Pemeriksaan tidak lanjut
Lama pengawasan berkisar satu sampai dua tahun.
Setelah pengawasan penderita dianjurkan memakai kontrasepsi kondom,
pil kombinasi atau diafragma dan pemeriksaan fisik dilakukan setiap kali
pada saat penderita datang kontrol.
Pemeriksaan kadar β-hCG, dilakukan setiap minggu sampai ditemukan
kadar β-hCG normal tiga kali berturut0turut.
Setelah itu pemeriksaan dilanjutkan setiap bulan sampai kadar β-hCG
normal selama 6 kali berturut-turut.
Bila terjadi remisi spontan (kadar β-hCG, pemeriksaan fisis,dan foto
thoraks setelah satu tahun semuanya normal) maka penderita tersebut
dapat berhenti menggunakan kontrasepsi dan hamil lagi.
Bila selama masa observasi kadar β-hCG tetap atau bahkan meningkat
atau pada pemeriksaan klinis, foto thoraks ditemukan adanya matastase
maka penderita harus dievaluasi dan dimulai pemberian kemoterapi.
B. Kehamilan Ektopik
1. Defenisi
Kehamilan ektopik adalah suatu kehamilan yang pertumbuhan sel telur
yang telah dibuahi tetapi tidak menempel pada dinding endometrium kavum uteri
dalam akibat tumbuh diluar rongga rahim. Bila kemudian tempat nidasi tersebut
tidak menyesuaikan diri dengan besarnya buah kehamilan, akan terjadi rupture
dan menjadi kehamilan terganggu. (NANDA NIC-NOC)
Kehamilan Ektopik terjadi bila telur yang dibuahi berimplantasi dan
tumbuh di luar endometrium kavum uteri. Kehamilan ektra uterin tidak sinonim
dengan kehamilan ektopik karena kehamilan pada pars interstisialis tuba dan
kanalis servikalis masih termasuk dalam uterus, tetapi jelas bersifat ektopik ( Ilmu
Kebidanan Edisi Ketiga, 1992).
2. Etiologi
Penyebab kehamilan ektopik ada yang diketahui dan ada pula tidak, atau belum
diketahui. Ada beberapa penyebab kehamilan ektopik :
1. Faktor uterus
Tumor rahim yang menekan tuba
Uterus hipoplastis
2. Faktor tuba
Penyempitan lumen tuba oleh karena infeksi endosalfing
Tuba sempit, pajangdan berlekuk-lekuk
Gangguan fungsi rambut getar (silia) tuba
Operasi dan sterilisasi tuba yang tidak sempurna
Endometriosis tuba
Divertikel tuba dan kelainan kengenital lainnya
Perlekatan peritubal dan lekukan tuba
Tumor lain menekan tuba
Lumen kembar dan sempit
3. Faktor ovum
Migrasi eksterna dari ovum
Perlekatan membrane granulose
Rapid cell devision
Migrasi internal ovum
4. Faktor hormonal
Pemakaian pil KB yang mengandung progesterone dapat mengakibatkan
gerakan tuba melambat
5. Faktor abnormalitas dari zigot
Apabila tumbuh terlalu cepat atau tumbuh dengan ukuran besar, dan tumbuh
disaluran tuba
6. Faktor lain
Pemakaian IUD terjadi peradanganmur
Faktor u
Faktor perokok
3. Manifestasi klinis
a. Anamnesis : terjadi amenorea,yaitu haid terlambat mulai beberapa hari sampai
beberapa bulan atau hanya haid yang tidak teratur.
b. Jika terjadi kehamilan ektopik terganggu (KET)
Bila terjadi rupture tuba, maka gejala akan lebih hebat dan dapat
mebahayakanjiwa si ibu
Pada abortus tuba keluhan dan kejala kemungkinan tidak begitu berat,
hanya rasa sakit di perut dan perdarahan pervagina. Hal ini dapat
dikacaukan dengan abortus biasa
c. Perasaan nyeri dan sakit yang tiba-tiba diperut, seperti diiris dengan pisau
disertai muntah dab bisa jatuh pingsan
d. Tanda-tanda akut abnomen : nyeri tekan yang hebat, muntah, gelisah, pucat,
anemis, nadi kecil dan halus, tensi rendah atau terukur (syok)
e. Nyeri bahu : karena perangsangan diagfragma
f. Tanda cullen : sekitar pusat atau linea alba kehilatan biru hitam dan lebam
g. Pada pemeriksaan ginekologi (pemeriksaan dalam) terdapat
Adanya nyeri ayun : dengan menggerakan porsio dan serviks ibu akan
merasa sakit yang sangat
Douglas crise : rasa nyeri hebat pada penekanan kavum Douglasi
Kavum Douglasi teraba menonjol karena terkumpulnya darah, begitu pula
teraba masa retrouterin (masa pelviks)
h. Pervagina keluar decidual cast
i. Pada palpasi perut dan perkusi : ada tanda-tanda perdarahan intra abdominal
(shifting dullness)
4. Patofisiologi
Mukosa pada tube bukan merupakan medium yang baik untuk pertumbuhan
blastokista yang berimplantasi didalamnya. Vaskularisasi kurang baik dan orsidun
tidak tumbuh, dengan demikian ada 3 kemungkinan:
1) Ovum mati dan kemudian diresorbsi, dalam hal ini sering kali adanya
kehamilan tidak dietahui, dan perdarahan dari uterus yang timbul setelah
meningalnya ovum, dianggap sebagai haid yang datangnya agak terlambat.
2) Trofoblast dan villus korialisnya menembus lapisan psendokapiuliris dan
menyebabkan pembesaran tuba. Darah itu menyebabkan pembesaran tuba
(hematosalping) dan dapat pula mengalir terus kerongga peritoneum,
berkumpul dikavum donglasia, dan menyebabkan hematokele netroutenia.
Pada peristiwa ini terkenal dengan nama Abortus Tuba, Ovum untuk
sebagian atau seluruhnya ikut memasuki lumen tuba dan keluar dari
obstrium tuba abdominalis. Abortus tuba biasanya terjadi pada kehamilan
pada ampulla, darah yang keluar kemudian masuk kerongga peritoneum,
biasanya tidak begitu banyak karena dibatasi oleh tekanan dari dinding
tuba.
3) Trotoblas dan villus korialis menembus lapisan muskularis dan peritonium
pada dinding tuba dan menyebabkan pendarahan langsung kerongga
peritonium. Peristiwa ini yang sering terjadi pada kehamilan di istumus,
dapat menyebabkan pendarahan banyak karena darah mengalir secara benar
dalam rongga peritoneum, dan dapat menyebabkan keadaan yang gawat
pada penderita, yaitu bisa terjadi ruptur
Proses nidasi
↓
Gangguan pada tuba
↓
Penyempitan dinding tuba
↓
Disfungsi silia
↓
Difertikal tuba konyenital
↓
Perjalanan telur terhambat
↓
Kehamilan ektopit
Tanda :
1. Nyeri abdomen bawah atau pelvic, disertai amenorrhea atau spotting atau
perdarahan vaginal.
2. Menstruasi abnormal.
3. Abdomen dan pelvis yang lunak.
4. Perubahan pada uterus yang dapat terdorong ke satu sisi oleh massa
kehamilan, atau tergeser akibat perdarahan. Dapat ditemukan sel desidua
pada endometrium uterus.
5. Penurunan tekanan darah dan takikardi bila terjadi hipovolemi.
6. Kolaps dan kelelahan
7. pucat
8. Nyeri bahu dan leher (iritasi diafragma)
9. Nyeri pada palpasi, perut pasien biasanya tegang dan agak gembung.
10. Gangguan kencing
Kadang-kadang terdapat gejala besar kencing karena perangangan peritoneum oleh
darah di dalam rongga perut.
o Pembesaran uterus
Pada kehamilan ektopik uterus membesar juga karena pengaruh hormon-
hormon kehamilan tapi pada umumnya sedikit lebih kecil dibandingkan
dengan uterus pada kehamilan intrauterin yang sama umurnya.
o Nyeri pada toucher
Terutama kalau cervix digerakkan atau pada perabaan cavumdouglasi (nyeri
digoyang)
o Tumor dalam rongga panggul
Dalam rongga panggul teraba tumor lunak kenyal yang disebabkan kumpulan
darah di tuba dan sekitarnya.
o Perubahan darah
Dapat diduga bahwa kadar haemoglobin turun pada kehamilan tuba yang
terganggu, karena perdarahan yang banyak ke dalam rongga perut.
Gejala:
o Nyeri
Nyeri panggul atau perut hampir terjadi hampir 100% kasus kehamilan
ektopik. Nyeri dapat bersifat unilateral atau bilateral , terlokalisasi atau
tersebar.
o Perdarahan:
Dengan matinya telur desidua mengalami degenerasi dan nekrose dan
dikeluarkan dengan perdarahan. Perdarahan ini pada umumnya sedikit,
perdarahan yang banyak dari vagina harus mengarahkan pikiran kita ke
abortus biasa.Perdarahan abnormal uterin, biasanya membentuk bercak.
Biasanya terjadi pada 75% kasus
o Amenorhea:
Hampir sebagian besar wanita dengan kehamilan ektopik yang memiliki
berkas perdarahan pada saat mereka mendapatkan menstruasi, dan mereka
tidak menyadari bahwa mereka hamil.
6. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi yaitu (Sujiyatini dkk, 2009):
a. Pada pengobatan konservatif, yaitu bila kehamilan ektopik
terganggu telah lama berlangsung (4-6 minggu), terjadi
perdarahan ulang, ini merupakan indikasi operasi
b) Infeksi
c) Sterilitas
d) Pecahnya tuba fallopi
e) Komplikasi juga tergantung dari lokasi tumbuh berkembangnya
embrio.
7. Pemeriksaan Penunjang
1. Labolatirium : Hb, Leukosit, urine B-hCG (+). Hemoglobin menurun setelah
24 jam dan jumlah sel darah merah dapat meningkat
2. USG :
Tidak ada kantung kehamilan dalam kavum uteri
Adanya kantung kehamilan di luar kavum uteri
Adanya massa komplek di rongga panggul
3. Kuldosentesis : suatu cara pemeriksaan untuk mengetahui apakah dalam
kavum Douglas ada darah
4. Diagnosis pasti hanya ditegakkan dengan laparotomi
5. Ultrasonografi berguna pada 5-10% kasus bila ditemukan kantong gestasi di
luar uterus.
8. Penatalaksanaan
Penanganan kehamilan ektropik pada umumnya adalalah laparotomi. Dalam
tindakan demikian , beberapa hal harus diperhatikan dan dipertimbangkan, yaitu
sebagai berikut.
a. Kondisi ibu pada saat itu.
b. Keinginan ibu untuk mempertahankan fungsi reproduksinya.
c. Lokasi kehamilan ektropik.
d. Kondisi anatomis organ pelvis.
e. Kemampuan teknik bedah mikro dokter.
f. Kemampuan teknologi fertilasi in vitro setempat.
Hasil pertimbangan ini menentukan apakah perlu di lakukan
salpingektomi pada kehamilan tuba atau dapat dilakukan pembedahan
konservatif. Apakah kondisi ibu buruk, misalnya dalam keadaan syok, lebih baik
di lakukan salpingektomi. Pada kasus kehamilan ektropik di pars ampularis tuba
yang belum pecah biasanya di tangani dengan menggunakan kemoterapi untung
menghindari tindakan pembedahan.
Karena kehamilan ektopik dapat mengancam nyawa, maka deteksi dini
dan pengakhiran kehamilan adalah tatalaksana yang disarankan. Pengakhiran
kehamilan dapat dilakukan melalui:
a. Obat-obatan
Diberikan apabila kehamilan ektopik diketahui sejak dini. Obat yang
digunakan adalah methotrexate (obat anti kanker).
b. Operasi
Untuk kehamilan yang sudah berusia lebih dari beberapa minggu,
operasi adalah tindakan yang lebih aman dan memiliki angka keberhasilan
lebih besar daripada obat-obatan. Apabila memungkinkan, akan dilakukan
operasi laparaskopi.
Bila diagnosa kehamilan ektopik sudah ditegakkan, terapi definitif
adalah pembedahan :
a. Laparotomi : eksisi tuba yang berisi kantung kehamilan (salfingo-
ovarektomi) atau insisi longitudinal pada tuba dan dilanjutkan dengan
pemencetan agar kantung kehamilan keluar dari luka insisi dan kemudian
luka insisi dijahit kembali.
b. Laparoskop : untuk mengamati tuba falopii dan bila mungkin lakukan
insisi pada tepi superior dan kantung kehamilan dihisap keluar tuba.
Bila tuba tidak pecah dengan ukuran kantung kehamilan kecil serta kadar
β-hCG rendah maka dapat diberikan injeksi methrotexatekedalam kantung
gestasi dengan harapan bahwa trofoblas dan janin dapat diabsorbsi atau
diberikan injeksi methrotexate 50 mg/m3 intramuskuler.
Syarat pemberian methrotexate pada kehamilan ektopik:
a. Ukuran kantung kehamilan
b. Keadaan umum baik (“hemodynamically stabil”)
c. Tindak lanjut (evaluasi) dapat dilaksanakan dengan baik
Keberhasilan pemberian methrotexate yang cukup baik bila :
a. Masa tuba
b. Usia kehamilan
c. Janin mati
d. Kadar β-hCG
Kontraindikasi pemberian Methrotexate :
a. Laktasi
b. Status Imunodefisiensi
c. Alkoholisme
d. Penyakit ginjal dan hepar
e. Diskrasia darah
f. Penyakit paru aktif
g. Ulkus peptikum
Pasca terapi konservatif atau dengan methrotexate, lakukan pengukuran serum hCG setiap
minggu sampai negatif. Bila perlu lakukan “second look operation”
C. Asuhan keperawatan
d. Pemeriksaan Fisik
1) Inspeksi adalah proses observasi yang sistematis yang tidak hanya terbatas
pada penglihatan tetapi juga meliputi indera pendengaran dan penghidu. Hal
yang diinspeksi antara lain : mengobservasi kulit terhadap warna, perubahan
warna, laserasi, lesi terhadap drainase, pola pernafasan terhadap kedalaman dan
kesimetrisan, bahasa tubuh, pergerakan dan postur, penggunaan ekstremitas,
adanya keterbatasan fifik, dan seterusnya.
2) Palpasi adalah menyentuh atau menekan permukaan luar tubuh dengan
jari. Sentuhan : merasakan suatu pembengkakan, mencatat suhu, derajat
kelembaban dan tekstur kulit atau menentukan kekuatan kontraksi
uterus. Tekanan : menentukan karakter nadi, mengevaluasi edema,
memperhatikan posisi janin atau mencubit kulit untuk mengamati turgor.
Pemeriksaan dalam : menentukan tegangan/tonus otot atau respon nyeri yang
abnormal.
3) Perkusi adalah melakukan ketukan langsung atau tidak langsung pada
permukaan tubuh tertentu untuk memastikan informasi tentang organ atau
jaringan yang ada dibawahnya. Menggunakan jari : ketuk lutut dan dada dan
dengarkan bunyi yang menunjukkan ada tidaknya cairan, massa atau
konsolidasi. Menggunakan palu perkusi : ketuk lutut dan amati ada tidaknya
refleks/gerakan pada kaki bawah, memeriksa refleks kulit perut apakah ada
kontraksi dinding perut atau tidak.
4) Auskultasi adalah mendengarkan bunyi dalam tubuh dengan bantuan stetoskop
dengan menggambarkan dan menginterpretasikan bunyi yang
terdengar. Mendengar : mendengarkan di ruang antekubiti untuk tekanan darah,
dada untuk bunyi jantung/paru abdomen untuk bising usus atau denyut jantung
janin. (Johnson & Taylor, 2005)
e. Pemeriksaan Laboratorium
1) Darah dan urine serta pemeriksaan penunjang : rontgen, USG, biopsi, pap
smear.
2) Keluarga berencana
Kaji mengenai pengetahuan klien tentang KB, apakah klien setuju, apakah klien
menggunakan kontrasepsi, dan menggunakan KB jenis apa.
2. Diagnosa Keperawatan
3. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Kekurangkekurangan
1. volume cairan b.d NOC NIC
perdarahan pervaginam Fluid balance Fluid management
Hydration Timbang
Nutritional Status : popok/pembalut
Food and Fluid jika diperlukan
Intake Pertahanankan
Kriteria Hasil : catatan intake dan
Mempertahankan output yang
urine output sesuai akurat
dengan usia dan BB, Monitor status
BJ urine normal, HT hidrasi
normal (klembaban
Tekanan darah, nadi, membran mukosa,
suhu tubuh dalam nadi adekurat,
batas normal tekanan darah
berlebihan Kolaborasikan
pemberian cairan
IV
Hypovolemia
Management
Monitor status
cairan termasuk
intake dan ourput
Pelihara IV line
Monitor tingkat
Hb dan
hematokrit
Monitor tanda
vital
Monitor respon
pasien terhadap
penambahan
cairan
Monitor berat
badan
Dorong pasien
untuk menambah
intake oral
Pemberian cairan
IV monitor
adanya tanda dan
gejala kelebihan
volume cairan
Monitor adanya
tanda gagal ginjal
2. Nyeri akut b.d perbedaan, NOC NIC
proses pelajaran penyakit Pain Level Pain Management
Pain control Lakukan
Comfort level pengkajian nyeri
Kriteria Hasil secara
dengan komunikasi
1. Pengkajiana
a. Biodata
Mengkaji identitas klien dan penanggung yang meliputi : nama, umur, agama, suku
bangsa, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, perkawinan ke-, lamanya
perkawinan dan alamat.
b. Keluhan Utama
Nyeri hebat pada perut bagian bawah dan disertai dengan perdarahanselain itu
klien ammeorrhoe.
g. Riwayat Psikososial
1. Pola nutrisi
Pada rupture tube keluhan yang paling menonjol selain nyeri adalah Nausea dan
vomiting karena banyaknya darah yang terkumpul dirongga abdomen.
2. Eliminasi
Pada BAB klien ini dapat menimbulkan resiko terhadap konstipasiitu diakibatkan
karena penurunan peristaltik usus, imobilisasi, obatnyeri, adanya intake makanan
dan cairan yang kurang. Sehinggatidak ada rangsangan dalam pengeluaran
faeces.Pada BAK klien mengalami output urine yang menurun < 1500ml/hr,
karena intake makanan dan cairan yang kurang.
3. Personal hygiene
a. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum
Tergantung banyaknya darah yang keluar dan tuba, keadaan umumialah kurang
lebih normal sampai gawat dengan shock berat dananemi (Prawiroharjo, 1999 ;
255)
4) Pemeriksaan abdomen
Pada abortus tuba terdapat nyeri tekan di perut bagian bawah disisiuterus, dan pada
pemeriksaan luar atau pemeriksaan bimanualditemukan tumor yang tidak begitu
padat, nyeri tekan dan dengan batas-batas yang tidak rata disamping
uterus.Hematokel retrouterina dapat ditemukan. Pada repture tuba perutmenegang
dan nyeri tekan, dan dapat ditemukan cairan bebas dalamrongga peritoneum.
Kavum Douglas menonjol karena darah yang berkumpul ditempat tersebut baik
pada abortus tuba maupun padarupture tuba gerakan pada serviks nyeri sekali
(Prawiroharjo S,1999, hal 257).
5) Pemeriksaan genetalia
6) Sebelum dilakukan tindakan operasi pada pemeriksaangenetalia eksterna dapat
ditemukan adanya perdarahan pervagina. Perdarahan dari uterus biasanya sedikit-
sedikit, berwarna merah kehitaman.
7) Setelah dilakukan tindakan operasi pada pemeriksaan genetaliadapat ditemukan
adanya darah yang keluar sedikit
8) Pemeriksaan ekstremitas
Pada ekstrimitas atas dan bawah biasanya ditemukan adanya akraldingin akibat syok
serta tanda-tanda cyanosis perifer pada tangandan kaki.
2. Diagnosa Keperawatan
1. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan aktif ditandai dengan perdarahan
2. Nyeri akut b.d kemajuan kehamilan tuba
3. Ansietas b.d prosedur tindakan operasi yang akan dilakukan
3. Intervensi Keperawatan
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
1. Kekurangan volume NIC NIC
cairan b.d kehilangan Fluid balance Fluid management
cairan aktif ditandai Hydration Timbang
dengan perdarahan Nutritional Status : popok/pembalut
Food Fluid jika diperlukan
Intake Pertahankan
Level secara
Mengidentifikasi, pasien
A. Kesimpulan
Mola Hidatidosa adalah neoplasma jinak dari sel trofoblast. Pada mola
hidatidosa kehamilan tidak berkembang menjadi janin yang sempurna, melainkan
berkembang menjadi keadaan patologik. Frekuensi Mola banyak ditemukan di
Negara – negara asia, Afrika dan Amerika latin dari pada di Negara – negara barat.
Mola hidatidosa merupakan penyakit wanita dalam masa reproduksi antara umur 15
tahun sampai 45 tahun.
Mola Hidatidosa disebut juga hamil anggur, dapat dibagi menjadi mola
hidatidosa total dan mola hidatidosa parsial. Mola hidatidosa total adaah pada
seluruh kavum uteri terisi jaringan vesikular berukuran bervariasi, tidak terdapat
fetus dan adneksanya (plasenta, tali pusat, ketuban). Mola hidatidosa parsial hanya
sebagian korion bertransformasi menjadi vesikel, dapat terdapat atau tidak terdapat
vetus. (NANDA NIC-NOC)
Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan implantasi terjadi diluar rongga
uterus, Sebagian besar wanita yang mengalami kehamilan ektopik berumur antara
20-40 tahun dengan umur rata-rata 30 tahun,frekwensi kehamilan ektopik yang
berulang dilaporkan berkisar antara 0%-14,6%. apabila tidak diatasi atau diberikan
penanganan secara tepat dan benar akan membahayakan bagi si penderita.
(Winkjosastro, 2005)
B. Saran
Dalam penyusunan asuhan keperawatan ini,penulis menyadari masih banyak
kekurangan dari berbagai aspek, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun.
DAFTAR PUSTAKA
Kumar Vinay, Abbas K.Abdul, Fausto Nelson, Mitchell N.Richard. Robbins Basic
pathology. 8th Edition. Saunders Inc. Philadelphia, 2007:734-35 Owen Phillip.